BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Total Quality Management 1. Definisi Kualitas Dalam mendefinisikan kualitas produk ada lima pakar utama dalam Manajemen Mutu Terpadu yang saling berbeda pendapat, tetapi memiliki maksud yang sama. Dibawah ini dikemukakan pengertian kualitas dari lima pakar TQM (Nasution, 2005:2) : 1. Menurut Juran, kualitas produk adalah kecocokan pengguna produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan tersebut didasarkan pada lima ciri utama berikut : a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan. b. Psikologis, yaitu cita rasa atau status c. Waktu, yaitu kehandalan d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan e. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur 2. Crosby menyatakan,
bahwa
kualitas
adalah
conformance
to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau yang distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. 3. W. Edward Deming menyatakan, bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan. 6
7
4. Fegenbaum menyatakan, bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada kondumen. 5. Garvin dan Davis menyatakan, bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, kualitas adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi keinginan semua pihak baik itu produsen, konsumen, dan yang lain yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. 2. Keuntungan Kualitas yang Baik Hassle (2003:72) dalam Nasution (2005:42) telah meneliti hubungan antara penerapan TQM dengan kinerja dan unggulan kompetif beberapa perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas merupakan syarat penting keberhasilan perusahaan, TQM merupakan pendekatan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan daya saing perusahaan. Keuntungan yang didapat perusahaan karena menyediakan barang atau jasa berkualitaas baik berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah, gabungan keduannya menghasilkan
8
profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Berikut ini gambar manfaat dari total quality management.
P E R B A I K A N M U T U
Memperbaiki posisi persaingan
Harga yang lebih tinggi Meningkatkan pangsa pasar
Meningkatkan penghasilan Meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan
Mengurangi biaya oprasi
Meningkatkan laba
Sumber : Nasution (2005 : 32) Gambar 2.1 Manfaat Total Quality Management
3. Definisi Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) atau praktek-praktek manajemen kualitas adalah praktek-praktek yang memotong seluruh fungsi dan tindakan yang ada dalam suatu organisasi guna meningkatkan kualitas.
9
PENINGKATAN YANG BERKESINAMBUNGAN P E R S Y A R A T A N P E L A N G G A N
K E P U A S A N
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
MANAJEMEN SUMBER
PENGUKURAN, ANALISA, & PERBAIKAN
REASLISASI PRODUK
P E L A N G G A N
OUTPUT
INPUT
Sumber : EAQC-Quality PT Nasional Utility Helicopter (2006) Gambar 2.2 Model Sistem Pengendalian Mutu
4. Elemen-Elemen Kunci Total Quality management Menurut Norman Gaither Dan Greg Faizer (2002:578) dalam marius (2004:15) elemen kunci TQM adalah : 1. Top
Manager Commitment and
involvement
(komitmen
dan
keterlibatan manajer puncak). Manajemen puncak selalu terlibat
10
didalam perumusan strategi usaha dengan menggunakan kualitas produk sebagai salah satu cara untuk mencapai pangsa pasar yang besar dan memberikan penghargaan kepada karyawannya atas keberhasilannya dalam menghasilkan produk yang baik, 2. Customer Involvement (keterlibatan konsumen) Keinginan
pelanggan
mendorong
penerapan
system
TQM.
Karakteristik yang dianggap penting diterjemahkan kedalam produk mulai dari disain sampai pelayanan para penjual. 3. Desaign Product For Quality (desain produk untuk kualitas) Apa yang menjadi keinginan konsumen merupakan elemen-elemen dasar dalam mendesain suatu produk. Desain suatu produk akan memnpengaruhi keunggulan dalam hal kinerja, fitur kerendahan, pelayanan, ketahanan produk, dan penampilan produk. 4. Desaign Product Processes For Quality (disain proses produksi untuk kualitas). Mesin-mesin dan pekerja produksi membentuk sebuah system produksi untuk menghasilkan produk yang memenuhi dimensi kualitas dan keinginan konsumen. 5. Control Production Processes For Quality (system pengawasan proses produksi untuk kualitas). Pada saat produk dan jasa diproduksi, kinerja kualitas proses produksiya harus dimonitor untuk memastikan bahwa produk dan jasa yang akan dihasilkan memiliki kualitas terbaik. 6. Developing Supplier Partnership (membina pemasok).
hubungan dengan
11
Memilih dan membina para pemasok yang memenuhi syarat untuk melaksanakan system TQM adalah prioritas yang penting. Perlu ditumbuhkan hubungan jangka panjangsehingga pemasok dapat selalu memasok barang-barang dengan kualitas yang terbaik. 7. Customer Service, Distibution, and Installation (pelayanan, pelanggan, distribusi, dan instalasi). Kemasan, pengiriman, instalasi, dan pelayanan pelanggan dapat menjadi sangat penting dalam persepsi pelanggan terrhadap kualitas. 8. Building Teams Of Empowened Employees (membangun tim yang kuat agar TQM dapat terlaksana pada akhirnya bergantung kepada karyawan). Karyawan harus dilatih, diorganisir, dimotivasi, dan diperdayakan untuk dapat menghasilkan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik. 9. Benchmarking and Continous Improvement ( patokan dan perbaikan terus menerus). Untuk mengukur kemajuan yang dicapai dipakai standar ukuran dari perusahaan-perusahaan kelas dunia. Standar ini kemudian menjadi dasar untuki melakukan perbaikan-perbaikan jangka panjang. Menurut
Fitrihana
(batikyogya.wordpress.com)
mengatakan,
terdapat delapan prinsip manajemen mutu pada system manajemen mutu ISO 9001:2000 yang dipergunakan pemimpin organisasi kearah perbaikan kinerja. Delapan prinsip tersebut adalah; 1. Cutomer focus (Fokus pada pelanggan)
12
Suatu perusahaan atau organisasi tergantung pada pelanggannya atau pelangggan adalah kata kunci meraih keuntungan. 2. Leadership (kepemimpinan) Pemimpin perusahaan atau organisasi harus mampu menciptakan visi, dan mampu mewujudkan visi tersebut menuju kenyataan. Pemimpin harus menarik orang lain untuk mewujudkan visi organisasi. Penerapan prinsip kepemimpinan harus mengarah kepada : a. Penciptaan visi yang jelas untuk masa depan organisasi. b. Pencapaian target, tujuan atau sasaran yang menantang. c. Menyediakan sumberdaya dan pelatihan bagi pekerjanya. d. Menjadi contoh dalam hal kejujuran, moral, penciptaan budaya kerja. 3. Involvement of People (keterlibatan semua karyawan). Keterlibatan seluruh karyawan dalam organisasi adalah dasar yang sangat penting dalam prinsip manajemen mutu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberdayakan dan
memberi kesempatan kepada
karyawan
menetapkan
untuk
merencanakan,
rencana,
dan
mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggungjawab masing-masing. 4. Process Approach (pendekatan proses). Proses didalam system manajemen mutu ISO 9001:2000 di definisikan sebagai “kumpulan aktivitas yang saling berhubungan atau saling mempengaruhi sehingga dapat merubah input menjadi output”.
13
Pendekatan proses didefinisikan sebagai indikasi yang sistematis dalam pengolahan proses yang digunakan organisasi dan pemahaman hal-hal yang mempengaruhi setiap proses. Dalam konteks ISO 9001:2000,
pendekatan
proses mensyaratkan organisasi untuk
melakukan identifikasi, penerapan, pengolahan dan melakukan peningkatan mutu berkelanjutan, 5. System Aproach to Management (manajemen berdasarkan pendekatan system) Pendekatan system pada manajemen didefinisikan sebagai identifikasi pemahaman dan pengolahan system dari proses yang saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan atau organisasi dengan efektif dan efisien. 6. Continual Improvement (peningkatan berkelanjutan) Peningkatan berkelanjutan harus dijadikan sasaran dan tujuan tetap organisasi. Pada peningkatan berkelanjutan, sasaran tidak akan ditingkatkan sampai sasaran yang ditetapkan tercapai terlebih dahulu, hanya setelah sasaran tercapai maka sasaran baru yang lebih meningkat ditetapkann 7. Factual approach to decision making (pengambilan keputusan berdasarkan fakta) Pengambilan keputusan yang efektif didasarkan pada analisa data dan informasi. Langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan prinsip ini adalah :
14
a. Melakukan pengujian serta pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan sasaran. b. Memastikan data dan informasi akurat, dapat dipercaya, dan mudah diakses. c. Menganalisis data dan informasi dengan menggunakan metode yang benar. d. Memahami penggunaan tehnik statistik. 8. Mutually Beneficial Supplier Relationship (hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan) Organisasi dan pemasoknya atau supplier saling tergantung, dan sudah selayaknya merupakan hubungan yang saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai. Implementasi dari prinsip ini adalah : a. Melibatkan
pemasok
dalam
mengindetifikasikan
kebutuhan
perusahaan. b. Melibatkan pemasok dalam proses pengembangan strategi perusahaan. c. Memastikan bahwa output dari pemasok sesuai dengan persyaratan perusahaan d. Berkomunikasi dan berbagi informasi dengan pemasok.
15
B. Just In Time (JIT) 1. Definisi Just In Time Persediaan telah menjadi sebuah bagian yang sangat penting dari bisnis, persediaan tidak hanya penting untuk kegiatan produksi dan efisiensi tetapi juga memiliki kontribusi pada customer satisfaction. Tujuan dari JIT inventory management process adalah untuk mengeliminasi pemborosan melalui cotinous improvement pada semua aspek kunci dari proses produksi termasuk beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan model dan metode persediaan (Tandelilin,1996) dalam Fannie (2005:10) Dahulu
perusahaan manufaktur harus memiliki tiga
jenis
persediaan yaitu, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi dalam jumlah besar sebagai penyangga sehingga oprasi dapat berjalan dengan mulus meskipun ada gangguan yang tidak terantisipasi. Bahan baku dalam jumlah besar digunakan untuk mengantisipasi kalu pemasok terkambat mengantar barang yang dipesan (Garison et.al, 2006:10). Sedangkan dalam lingkung JIT bahan baku dan suku cadang dibeli serta diterimanya hanya ketika dibutuhkan saja. Tujuan dari lingkungan JIT adalah untuk memastikan bahwa setiap stasiun kerja menghasilkan data dan mengirimkan unsur-unsur yang tepat ke stasiun kerja berikutnya dengan kualitas yang tepat pada waktu yang tepat. Apabila tujuan ini tercapai, perusahaan tidak perlu lagi membutuhkan persediaan penyangga (buffer Inventory) (Simamora, 2002:114).
16
Mulyadi (2001:26) dalam Marius (2004) berpendapat bahwa JIT adalah sebuah filosofi dalam proses manufaktur yang telah diterapkan di Jepang pasa tahun 70-an dan baru diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di USA. Dua puluh tahun kemudian dengan filosofi ini, perusahaan hanya memproduksi berdasarkan permintaan, tanpa menggunakan persediaan penyangga dan tanpa menanggung biaya persediaan (Inventory cost). Setiap produksi hanya untuk memenuhi permintaan untuk proses berikutnya. Produksi akan dijalankan sesudah adanya tanda dari proses selanjutnya yang menunjukan permintaaan produksi. Dalam JIT produksi ditentukan oleh permintaan, oleh karena itu JIT tidak mungkin diterapkan dalam perusahaan yang permintaan produknya sangat sulit diperkirankan atau diprediksi. Hansen dan Mowen (2003:398) mengemukakan bahwa JIT mempunyai dua tujuan strategik yaitu untuk meningkatkan profit dan untuk memperbaiki posisi kompetitif perusahaan. Kedua tujuan strategik ini dapat dicapai dengan mengontrol biaya (mendapatkan harga kompetisi yang lebih baik dan meningkatkan profit), memperbaiki kualitas pengiriman
dan
memperbaiki
kualitas
produk.
JIT
memberikan
peningkatan efisiensi biaya dan secara simultan memiliki fleksibilitas untuk merespon permintaan konsumen dengan kualitas yang lebih baik dan variasi. Menurut Hansen dan Mowen (2004:406), keterbatasan JIT ada 3 yaitu :
17
1. Membutuhkan waktu, karena perlu untuk membangun hubungan baik dengan suppliers. 2. Hubungan dengan supplier dipelihara dan dibangun berdasarkan kemitraan bukan paksaan karena dalam hubungan dengan suppliers memaksakan kelonggaran dan syarat-syarat sepihak akan menciptakan kemarahan dari pihak suppliers yang menyebabkan supplier akan membalasnya, dan dalam jangka panjang, suppliers akan memberikan harga yang lebih tinggi. 3. Pekerja yang dipengaruhi oleh JIT, beberapa penelitian telah menunjukan bahwa pengurangan persediaan secara tajam dapat menyebabkan arus kerja yang besar dan tingkat stress yang lebih tinggi diantara pekerja. Menurut simamora (2002:106) menyatakan, Just In Time adalah sistem manajemen pabrikasi dan persediaan komprehensif dimana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi pada saaat akan diproduksi dan pada saat
akan digunakan dalam setiap tahap proses
produksi dan pabrikasi. Sedangkan menurut Garisson, Noreen, Brower (2006:16) menyatakan, just in time merupakan suatu sisem pengendalian persediaan dan produksi yang menghendaki bahan baku dibeli dan unit yang diproduksi hanya sebatas kebutuhan dari konsumen. Tujuan dari JIT adalah untuk menghasilkan dan mengirimkan produk pada saat akan dijual secara menguntungkan, dan untuk membeli
18
bahan baku dan suku cadang pada saat akan ditempatkan kedalam proses pabrikasi. Menurut Wlilliam J. Stevenson (2002:706) dalam Marius (2004:56) manfaat dari sistem Just In Time (JIT) adalah : 1. Menurunkan jumlah persediaan dalam proses, barang yang dibeli dan barang jadi. 2. Mengurangi kebutuhan luas lantai. 3. Meningkstkan mutu dan mengurangi barang yang terbuang serta yang harus dikerjakan ulang. 4. Mengurangi daur waktu produksi. 5. Memberikan fleksibilitas yang tinggi untuk memproduksi bermacammacam barang. 6. Arus produksi yang lebih lancer, semakin sedikit gangguan produksi yang disebabkan oleh masalah-masalah mutu, waktu pasang yang lebih singkat, pekerjaan dengan beberapa keahlian yang dapat saling menolong dan menggantikan pekerja yang lain pada saat absent. 7. Meningkatkan produktifitas dan pemanfaatan mesin-mesin dan peralatan. 8. Partisipasi dariu para pekerja dan memcahkan masalah. Menurut Syarwani (ipoms.web.id) tujuan utama dari sistem produksi JIT adalah untuk dapat memproduksi produk dengan kualitas (quality) terbaik, ongkos (cost) termurah, dan pengiriman (delivery) pada saat yang tepat, dan singkat QCD.
19
2. Elemen-Elemen Kunci Just In Time Menurut Simamora (2002:111), terdapat lima elemen kunci bagi keberhasilan sistem JIT, elemen tersebut meliputi : 1. Jumlah pemasok yang terbatas Dalam sistem JIT, pemasok diperlukan sebagai mitra dan biasanya terikat kontrak jangka panjang dengan perusahaan. Para pemasok merupakan kontrak jangka panjang dengan perusahaan. Para pemasok merupakan bagian vital sistem yang membuat JIT berjalan mulus, memastikan masukan bermutu dan pengiriman yang tepat waktu. 2. Tingkat persediaan minimal Berlawanan dengan lingkungan pabrikasi tradisional, dimana bahan baku, suku cadang, dan pasokan dibeli jauh-jauh hari sebelumnya dan disimpan digudang sampai departemen produksi membutuhkannya, di dalam lingkungan JIT bahan baku dan suku cadang dibeli serta diterima hanya ketika dibutuhkan saja. 3. Pembenahan tata letak pabrik Dalam sistem JIT tata letak pabrik tradisional dengan suatu pola sel pabrikasi (manufacturing cells) atau sel kerja (work cells). Sel pabrikasi berisi mesin-mesin yang dikelompokan kedalam sebuah keluarga mesin, umunya berbentuk setengah lingkaran. 4. Pengurangan setup time Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan
20
memperoleh
dokumen
terkait
dan
bergerak
cepat
guna
mengakomodasikan produksi unsur yang berbeda. 5. Kendali mutu terpadu Agar JIT berjalan lancar, perusahaan perlu membangun system kendali mutu terpadu (total quality control) atas komponen-komponen dan bahan baku lainya. TQC berarti bahwa perusahaan tidak boleh menerima komponen dan bahan baku yang cacat dari pemasok, pada barang dalam proses, atau pada barang jadi. 6. Tenaga kerja yang fleksibel Didalam lingkungan kerja dengan sistem JIT para karyawan harus menguasai bermacam-macam keterampilan teknis. Karyawan diminta mengoprasikan beberapa jenis mesin secara simultan. C. Kinerja Perusahaan Performance (kinerja) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya dalam pencapaian tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika (Suryadi,1994 dalam Supratiningrum dan Zulaika, 2003). Menurut Arthur R. Tenner dan Irving J. Detoro (1992:129) dalam Marius (2004:72), kinerja kualitas adalah “measure how well each product and service quality satisfied the needs and expectations of the customer, and meets customers perception”. Berdasarkan pernyataan diatas, maka kinerja
21
manajerial dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik kualitas suatu produk atau jasa memenuhi kebutuhan, harapan, dan persepsi dari pelanggan. Walaupun terapan-terapan TQM dipercaya sebagai determinan utama terhadap kinerja mutu, penggunaanya dapat memperbaiki kinerja JIT juga. Hal ini berpengaruh kepada dua asumsi yaitu: pertama, banyak terapanterapan TQM mengurangi penyimpanan proses, yang dianggap sebagai prasyarat untuk penggunaan JIT secara efektif. Karena penyimpangan proses berkurang, maka perputaran dan batas aman persediaan juga berkurang, jadi TQM dihipotesakan berhubungan dengan rendahnya tingkat persediaan. Kedua, bersamaan dengan perbaikan kinerja mutu, daur waktu (cycle time) jadi berkurang karena berkurangnya waktu yang terbuang (waktu tanpa nilai tambah) sebagai hasil dari kerja ulang atas barang-barang yang cacat. Sehingga semakin pendek siklus waktu yang ditempuh semakin kompetitif perusahaan itu (yudhistirasatriapamungkas.blogspot.com). Sebaliknya, pengaruh terapan-terapan JIT terhadap kinerja mutu didasarkan pada tiga asumsi yaitu: pertama, terapan-terapan JIT yang mengaah kepada berkurangnya tingkat persdiaan meningkatkan kinerja mutu dengan mengurangi kerusakan-kerusakan potensial yang disebabkan oleh penanganan pada saat produksi, serta dengan setiap bagian produksi. Kedua, focus dari JIT pada pengecilan takaran produksi menigkatkan umpan balik proses dan mengurangi jumlah item yang cacat yang disbabkan oleh kurangnya control terhadap penyebab masalah. Ketiga, beberapa terapan
22
mendukung proses produksi tarik pada JIT juga mempunyai manfaat dalam hal kinerja mutu. Menurut Flynn et.al. (1995) dalam Marius (2004:72) peningkatan kinerja manajerial sebuah perusahaan dapat diukur melalui : 1. Benchmarking (patok duga) Salah datu faktor kunci sukses bagi sebuah perusahaan adalah kemampuannya untuk mengukur kinerja usahanya. Umpan balik tentang kinerja perusahaan yang telah ditetapkan tercapai. Bila tidak manajemen akan melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja
perusahaannya.
Proses
mengukur
factor-faktor
yang
mempengaruhi kinerja perusahaan telah ditetapkan semakin luas, antara lain dalam bentuk benchmarking (Aquilano et.al., 1995:42) dalam Marius (2004). Benchmarking adalah suatu proses untuk menyempurnakan mutu suatu produk yang dilakukan secara terus-menerus dengan cara membandingkannya dengan produk-produk pesaing langsung atau produk-produk yang dihasilkan perusahaan berskala internasional didalam industri yang sama. Patok duga merupakan suatu proses belajar secara sistematika dan terus-menerus untuk menganalisis tata cara kerja terbaik untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, dengan membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan dengan
23
perusahaan pesaing yang paling unggul dalam kelas dunia (Nasution, 2005:262). 2. Cycle time Dalam iklim bisnis sekarang ini waktu merupakan suatu senjata yang kompetitif dalam memenangkan persaingan. Dapat dilihat bahwa banyak nperusahaan memenangkan persaingan karena dia unggul dalam waktu. Cycle time adalah jumlah total waktu dari penerimaan bahan baku dipabrik sampai penerimaan produk hasil akhir oleh konsumen yang diukur dalam satuan hari secara rata-rata untuk semua jenis produk (Flynn et.al., 1995) dalam Mariuas (2004:76). JIT merupakan suatu konsep manajemen yang ampuh dalam mengurangi cycle time. Karena dengan mengurangi cycle time dalam produksi dan dalam proses administrasi, perusahaan dapat merespon kebutuhan pelanggan dengan lebih cepat dan lebih fleksibel mengatasi perubahan pasar (Yubarto, 2005).
D. Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merupakan replikasi yang dilakukan oleh Rifika Khairunisa (2008) mahasiswi UIN, dimana pada penelitian kali ini ada beberapa perbedaan yaitu : 1. Adanya perbedaan instrument yang digunakan, dimana pada penelitian sebelumnya, variable praktik TQM menggunakan instrument yang terdapat dalam ISO-9001 serta elemen kunci JIT yang dikembangkan
24
oleh Simamora. Pada penelitian kali ini, variable JIT dan TQM menggunakan istrumen yang dikembangkan sendiri berdasarkan teori yang berkembang di lapangan. 2. Penelitian
sebelumnya
melakukan
penelitian
pada
perusahaan
manufaktur secara bersamaan. Sedangkan penelitian kali ini pada beberapa rekanan PLN secara bersamaan. 3. Penelitian sebelumnya dilakukan pada Tahun 2008, sedangkan pada penelitian kali ini pada tahun 2013. 4. Hasil yang dicapai pada penelitian terdahulu menyatakan bahwa konsep Total Quality Managenent (TQM) dan Just In Time (JIT) mempegaruhi kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur yang berada di daerah tanggerang