6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Kurikulum Pendidikan Dokter di FK UNS a. Definisi kurikulum Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, atau perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus (KBBI, 2015). Kurikulum merupakan keseluruhan rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi pada sistem pendidikan khususnya pendidikan tinggi ( DIKTI 2014). Menurut Dikti (2004), kurikulum yang digunakan di Indonesia adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang terintegrasi baik horizontal maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Integrasi horizontal adalah integrasi kelompok ilmu dari satu tahap pendidikan kedokteran. Integrasi vertikal adalah integrasi kelompok ilmu dari tahap akademik dan tahap profesi. Integrasi horizontal dan vertikal harus meliputi minimal 50% dari kurikulum.
6
7
b. Definisi Metode Pembelajaran Problem Based Learning PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi pelajaran, (Sudarman, 2007). Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada, tahun 1969, sebagai sebuah cara belajar baru yang radikal dan inovatif dalam pendidikan dokter (Gwee, 2009). Kini PBL telah diterapkan pada banyak Fakultas Kedokteran di seluruh dunia. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mulai mengimplementasikan PBL sejak 2007 (Murti, 2011). Kurikulum Berbasis Kompetensi Prodi Kedokteran FK UNS merupakan kurikulum dimana 80% kompetensi yang harus dikuasai peserta didik adalah hasil penjabaran Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006, dan diperbaruhi pada tahun 2012, sedangkan 20% lainnya merupakan muatan lokal yang menjadi ciri khas Prodi Kedokteran FK UNS, sesuai dengan visi dan misi. Kurikulum ini mulai diterapkan pada mahasiswa tahun angkatan 2007 (FK UNS, 2014). PBL merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penerapan sistem student centered learning (Froyd et al., 2010). Oleh karena itu dalam metode PBL ini yang menjadi pokok atau fokus
8
utamanya adalah mahasiswa, hal ini menggeser paradigma pendidikan tradisional yang dulunya berpusat pada dosen atau pengajar. Dalam menyikapi pergeseran ini pengajar dan penyelenggara pendidikan yang akan mengimplementasikan PBL harus memahami prinsip dasar, pelaksanaan, dan filosofi PBL. Perhatian khusus diperlukan untuk memilih dan melatih tutor (instruktur) PBL karena mereka mempunyai peran penting dalam proses PBL (Murti, 2011). Selain tutor atau dosen, mahasiswa yang akan mengikuti metode PBL juga harus mendapatkan pelatihan dan pembekalan (Wright, 2011; Murti, 2011) Berdasarkan Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No.20/KKI/KEP/IX/2006 tentang standar Pendidikan Dokter di Indonesia, maka sejak tahun 2007, Senat Fakultas Kedokteran UNS menetapkan bahwa kurikulum di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UNS didasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan pendekatan SPICES dan model pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (PBL) yang kegiatannya meliputi diskusi tutorial, skills lab, field lab, kuliah pakar, workshop dan praktikum penunjang (FK UNS, 2014). Menurut Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor: /UN27/PP/2012 BAB V Pasal 8 maka pokok dasar dari KBK yang dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran UNS meliputi prinsip-prinsip metode ilmiah, ilmu biomedik, ilmu kedokteran klinik, ilmu humaniora,
9
ilmu kedokteran komunitas dan ilmu kedokteran keluarga yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter. Menurut Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor: /UN27/PP/2012 BAB X Pasal 13 tentang dasar penilaian dan Pasal 16 tentang tata cara penilaian, hasil belajar harus dinilai berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan pencapaian kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter. Penilaian dilakukan sebagai pembandingan tingkat penguasaan kompetensi antar mahasiswa, diperlukan tingkatan (grade) dan tingkatan tersebut merupakan nilai mahasiswa untuk suatu topik blok/ Ketrampilan Klinik/ Laboratorium Lapangan atau Bagian di tahap profesi dokter. Ujian Blok, Ketrampilan Klinik dan Laboratorium Lapangan pada tahap sarjana kedokteran dan ujian Bagian pada tahap profesi dokter berdasarkan sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP). Blok sendiri merupakan gabungan dari berbagai komponen, yaitu: 1) diskusi tutorial, 2) praktikum, dan 3) kuliah yang terintegrasi dan satu Blok berbobot 4 Satuan Kredit Semester (FK UNS, 2014). Nilai suatu topik blok/ Ketrampilan Klinik/ Laboratorium Lapangan dan Bagian di tahap profesi dokter serta skripsi diperoleh dari hasil konversi skor dengan ketentuan sebagai berikut :
10
Tabel 2.1 Tata Cara Penilaian di FK UNS Rentang Nilai (Skala 5)
Rentang Skor (Skala 100)
Nilai
Bobot
Arti
80-100
A
4
Sangat Baik
70-79
B
3
Baik
60-69
C
2
Cukup
40-59
D
1
Kurang
0-39
E
0
Gagal
Sumber: Peraturan Rektor UNS Nomor: /UN27/PP/2012 Batas kelulusan Ujian Blok, Keterampilan Klinis, Laboratorium Lapangan dan Ujian Bagian pada tahap profesi dokter sesuai Peraturan Rektor UNS Nomor: /UN27/PP/2012 Pasal 15 adalah 70 atau minimal B (baik). Pasal selanjutnya yaitu Pasal 17 dari Peraturan Rektor UNS Nomor: /UN27/PP/2012 mengatur bahwa mahasiswa yang belum lulus wajib diberikan kesempatan untuk melakukan ujian ulang satu kali. Mahasiswa yang tidak lulus pada ujian ulang tersebut dapat menempuh remedial berupa semester padat dan atau semester pendek. 2.
Kegiatan Belajar mengajar Kegiatan belajar mengajar di laksanakan selama 4 minggu. Kegiatan belajar untuk mahasiswa terdiri dari kuliah, diskusi tutorial, diskusi mandiri, konsultasi pakar, praktikum, skill lab dan field lab. (Widjojo et.al, 2013)
11
Kegiatan belajar mengajar terdiri dari : a.
Diskusi tutorial Kegiatan utama proses belajar dengan metode Problem Based Learning adalah tutorial. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing dibimbing oleh seorang tutor. Pada saat tutorial, mahasiswa harus mampu menjelaskan tujuan belajar dari setiap unit belajar dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi serta sepakat bagai mana menggunakan metode yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. (Widjojo et.al, 2013)
b. Belajar mandiri Metoda pembelajaran belajar mandiri adalah metoda yang lebih memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk menetapkan metoda belajarnya sendiri, dengan waktunya sendiri, dengan gaya dan style-nya sendiri maupun seting tempat belajarnya. Untuk itu mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam belajar, baik dalam berdiskusi, mencari informasi dari pusat maupun konsultasi ke pakar. Belajar mandiri akan menumbuhkembangkan sikap mau dan mampu belajar sepanjang hayat yang merupakan kemampuan dasar yang penting dalam perkembangan karir mahasiswa di kemudian hari. (Widjojo et.al, 2013)
12
c.
Konsultasi pakar Merupakan kegiatan mahasiswa untuk berkonsultasi dengan pakar tentang masalah-masalah yang mahasiswa hadapi atau mahasiswa ingin mengetahui (yang muncul dalam diskusi). Adapun teknis pelaksanaanya ( jumlah mahasiswa, tempat, dan waktu) ditentukan sendiri oleh mahasiswa dengan pakar yang bersangkutan. (Widjojo et.al, 2013)
d. Skills lab Disebut juga praktikum keterampilan klinis, merupakan suatu kegiatan di laboratorium dimana mahasiswa diajarkan beberapa keterampilan klinik. Kegiatan ini betujuan untuk menunjang pencapaian kompetensi klinis. (FK UNS, 2014). Skills Lab merupakan tempat untuk melatih keterampilan klinis dengan simulasi menggunakan alat atau model sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan tantangan pada pelayanan kesehatan dan pendidikan sekaligus. (Widjojo et.al, 2013) e.
Field lab Field
lab
(laboratorium
lapangan)
merupakan
bentuk
pembelajaran untuk melatih keterampilan di bidang kedokteran komunitas yang dilakukan secara langsung di lapangan (Puskesmas). Pemberian ketrampilan di bidang kesehatan masyarakat dimaksudkan untuk membentuk dokter lulusan FK UNS yang utuh, yang tidak hanya unggul di sisi konsep-konsep kesehatan ataupun dalam bidang klinis, tetapi juga terampil dalam melakukan pelayanan kesehatan masyarakat.
13
Pelaksanaannya berpedoman pada modul dan panduan field lab. Modul merupakan alat penunjang untuk mahasiswa maupun instruktur lapangan/pembimbing dari Puskesmas untuk menyamakan persepsi kompetensi yang harus didapatkan. Sedangkan panduan Field lab mengatur pelaksanaan teknis di Puskesmas maupun di Fakultas. (Widjojo et.al, 2013) f.
Kuliah Kuliah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), mempunyai arti “pelajaran yang diberikan” atau “ceramah”. Namun pada umumnya kata “kuliah” dikaitkan dengan perguruan tinggi atau pendidikan tinggi yang sering diartikan sebagai proses belajar atau proses pembelajaran. Yang di maksud kuliah adalah kuliah yang berisi materi yang seharusnya dikuasai mahasiswa ( sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam blok ), akan tetapi tidak bisa tercakup dalam skenario yang didiskusikan, dalam praktikum, maupun dalam kegiatan skill lab dan field lab. Kuliah diberikan sesuai jadwal, bertujuan untuk memberikan dasar pemahaman atau konsep tertentu atau bersifat sebagai pengayaan ilmu bagi masyarakat. Kuliah disampaikan oleh pakar bidang ilmu yang terkait dan relevan. (Widjojo et.al, 2013). Kuliah yang dilaksanakan dalam pembelajaran model PBL di Prodi Kedokteran FK UNS ada 4 jenis, yaitu :
14
1.
Kuliah pengantar Kuliah ini diberikan saat mahasiswa pertama kali memasuki blok atau sebelum tutorial skenario I. Pada kuliah pengantar mahasiswa dijelaskan materi umum blok yang bersangkutan. Materi yang diterangkan pada mahasiswa adalah : a)
Tujuan umum blok
b)
Ruang lingkup blok
c)
Skema umum blok
d) Tata tertib, pelaksanaan dan penilaian dalam blok e)
Referensi yang dapat menjadi pegangan mahasiswa dalam blok yang bersangkutan.
2.
Kuliah penunjang Kuliah penunjang adalah kuliah materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam blok, akan tetapi belum tercakup dalam skenario diskusi tutorial, dalam praktikum, maupun dalam kegiatan skills lab dan field lab. Learning objective dapat dicapai hanya dengan perkuliahan saja. Penentuan materi apa yang akan diberikan dalam kuliah dilakukan oleh tim penyusun blok dan berkoordinasi dengan lab / bagian yang bersangkutan.
3.
Kuliah / diskusi panel Merupakan diskusi seluruh materi yang dipelajari dalam blok oleh team pengelola blok yang mewakili bidang bidang terkait,
15
kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbuka, minimal dihadiri 3 orang panelis. 4.
Kursus Pembelajaran yang dilakukan dalam suatu satuan waktu, tidak sesuai dengan tema dan learning objective blok dan tidak bisa diselenggarakan dalam bentuk diskusi tutorial, skills lab, ataupun field lab. Bentuk dirancang oleh pengelola kursus. Pada akhir kursus diharap terbentuk produk yang disesuaikan dengan ilmu yang dipelajari. ( FK UNS, 2014)
g.
praktikum Praktikum adalah kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap muka antara dosen, asisten, dan mahasiswa yang menekankan pada aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif, dengan menggunakan peralatan di laboratorium yang terjadwal (UNBRAW, 2011). praktikum
bertujuan
untuk
memberikan
ketrampilan
laboratorium dan atau menunjang pemahaman materi dalam Blok. Kegiatan praktikum disesuaikan kebutuhan tiap-tiap unit belajar dari masing-masing cabang ilmu terkait yang memerlukan pemahaman lebih jauh. (Widjojo et.al, 2013). Pembelajaran di laboratorium memiliki beberapa kegunaan, antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Mengajarkan materi teori yang tidak bisa diajarkan di tempat lain.
16
2.
Menyajikan dan menjelaskan bahan ajar.
3.
Menumbuhkembangkan kemampuan psikomotorik
4.
Meningkatkan kemampuan dalam mengikuti petunjuk.
5.
Membiasakan
mahasiswa
dengan
peralatan/instrument
dan
perlengkapan praktikum. 6.
Membiasakan mahasiswa merancang dan mengkonstruksi peralatan percobaan
7.
Pembelajaran di laboratorium
8.
Meningkatkan keahlian / ketrampilan pengamatan
9.
Meningkatkan keahlian / ketrampilan dalam mengumpulkan dan interpretasi data.
10. Meningkatkan kemampuan menjelaskan hasil percobaan 11. Meningkatkan kemampuan menulis secara koheren dan argumentasi yang bagus dan terarah 12. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri 13. Mendorong kemandirian berfikir 14. Merangsang pemikiran yang mendalam mengenai interpretasi percobaan 15. Meningkatkan keahlian mahasiswa dalam pemecahan masalah dengan vaiabel berjumlah besar dan banyak keungkinan cara pemecahanya. 16. Mendorong inisiatif, semangat berusaha, dan pemberdayaan akal
17
17. Meningkatkan tanggungjawab dan keandalan personal untuk melakukan percobaan 18. Menanamkan kemampuan mengukur secara tepat dan seksama 19. Menumbuh kembangkan kepercayaan / keyakinan pada kemampuan diri 20. Menumbuhkembangkan kecerdikan / keahlian 21. Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teori 22. Menanamkan kemampuan merancang percobaan dan menafsirkan data yang diperoleh. 23. Melatih penulisan laporan teknik 24. Memuaskan keingintahuan peserta didik 25. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan pemahaman tentang metologi ilmiah / rekayasa melalui penyelidikan eksperimental ( Rahayuningsih dan Dwiyanto, 2005) 3.
Praktikum Anatomi Anatomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur tubuh manusia (Human Anatomy). Sebetulnya Anatomi bukan berasal dariBahasa Indonesia asli, melainkan berasal dari Greek, anatome. Anatome dibentuk dari kata ana artinya ke atas dan tome, artinya memotong, yang mempunyai arti sama dengan Bahasa Latin, dissection. Dissection dibentuk dari kata dis, artinya berkeping-keping dan secare, artinya memotong, yang keduanya kemudian saling disepadankan.
18
Dari kata-kata tersebut asal kata Anatomi berasal. Ilmu Anatomi pada mulanya dianggap berasal dari orang-orang Mesir kuno yang telah mengenal anatomi melalui pembalseman jenazah. Akan tetapi anatomi sebagai ilmu pengetahuan baru dikenal kira-kira empat atau lima abad sebelum masehi. Berdasarakan etimologi, istilah anatomi mengambil dari banyak referensi. Sampai menjelang akhir abad ke-19, diperkirakan telah terkumpul sekitar 50.000 istilah anatomi yang dipakai untuk sekitar 5.000 struktur tubuh manusia. Pada tahun 1955 pertemuan ahli anatomi di Paris menyepakati bahwa bahasa resmi anatomi yang dipakai adalah Bahasa Latin. (Hadiwidjaja, 2006; Hadiwidjaja, 2011; Snell, 2006). Anatomi bersama-sama dengan fisiologi, biokimia dan farmakologi merupakan kelompok mata kuliah dasar di suatu Fakultas Kedokteran (basic medical sciences), yang akan mendasari mata kuliah klinik. Tidak ada satupun mata kuliah klinik yang tidak didasari oleh anatomi. Anatomi yang merupakan satu pilar utama dalam Pendidikan Kedokteran mempunyai korelasi horizontal maupun vertikal dengan mata kuliah lainnya (Hadiwidjaja, 2006; Turney, 2007). Dalam pembelajaran anatomi dengan sistem KBK secara problem based learning, anatomi dipisah dan diberikan sesuai blok yang sedang ditempuh. Anatomi terbagi dalam Blok Muskuloskeletal, Sistem Saraf, Respirasi, Reproduksi, Urogenitalia, Gastrointestinal, Kardiovaskuler, THT, dan Traumatologi. Praktikum Anatomi pertama kali didapat dipertengahan
19
semester 3 dan berakhir dipertengahan semester 6. (Tim Penyusun Anatomi, 2014). Pada sistem pembelajaran konvensional, mahasiswa melakukan identifikasi struktur anatomi pada cadaver dengan cara dissection dibimbing oleh asisten laboratorium saat melaksanakan praktikum. Sedangkan pada sistem pembelajaran Problem-Based Learning selama praktikum mahasiswa tidak melakukan diseksi tetapi hanya melakukan observasi dan melihat struktur anatomi yang telah di dissection sebelumnya. Tidak hanya itu waktu yang dialokasikan untuk praktikum lebih lama jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran Problem-Based Learning (Baker et al., 2013). Saat kegiatan praktikum, mahasiswa dibagi menjadi empat shift yang dilaksanakan selama 100 menit untuk setiap shiftnya. Satu shift terbagi menjadi 5 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 11 sampai 12 mahasiswa. Dalam pelaksanaan praktikum, mahasiswa juga diberikan modul anatomi yang berisi Learning Objective, identifikasi struktur dengan gambar, dan referensi setiap bloknya (Tim KBK FK UNS, 2014; Tim Penyusun Anatomi, 2014). Selama ini setelah selesai melaksanakan praktikum, mahasiswa diwajibkan mengikuti ujian responsi yang terdiri dari 25 soal identifikasi preparat dan klinis. Metode pengerjaannya dengan sistem rolling atau mahasiswa berpindah dari satu soal ke soal yang lain setelah satu menit mengerjakan soal. (Cho dan Hwang, 2013).Nilai anatomi terbentang mulai dari
20
0 sampai 100 dengan kriterian ketuntasan minimal 70. Nilai praktikum berbobot senilai 20% dari nilai akhir blok (Tim KBK FK UNS, 2014). 4. Asistensi a. Definisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) asistensi adalah layanan bimbingan. Asistensi merupakan terjemahan istilah assist yang secara harfiah berarti membantu. Maka dari itu asistensi dan bimbingan berarti sama. Walgito (1989) menyatakan bahwa asistensi atau bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Sedangkan menurut Topping (2008) asistensi atau peer assisted learning (PAL) dapat didefinisikan sebagai proses perolehan ilmu dan ketrampilan melalui bantuan dan dukungan aktif dari rekan yang cocok atau sama derajatnya. Proses ini melibatkan orang-orang dari kelompok sosial yang sama dan bukan merupakan tenaga pendidik profesional. Orang-orang tersebut saling membantu satu sama lain untuk mempelajari pengetahuan atau ketrampilan yang ada (Topping,2008 ; dahlan dan aaijaz,2011). Topping dan Ehly (2001) menjelaskan peer assisted learning mempunyai ciri-ciri antara lain :
21
1. Penolong (helper) membantu yang lain untuk belajar dan juga mempelajari untu dirinya sendiri 2. Asistensi melengkapi dari sistem mengajar profesional 3. Bantuan diutamakan agar semua anggota mendapat hasil dari satu atau beberapa bidang 4. Bantuan tersedia untuk semua anggota dengan dasar kesempatan yang sama 5. Bantuan diatur secara hati-hati dan diawasi oleh pengajar profesional dengan pandangan yang luas tentang perannya. Topping dan ehly (2001) juga menjelaskan pada dasarnya peer assisted learning dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu : 1. Peer tutoring Peer tutoring bisa dikenali dengan adanya pembagian peran dalam asistensi tersebut yaitu seperti namanya ada helper yang bertugas sebagai tutor dan pesertanya yang dapat disebut tutee. Peer tutoring lebih berfokus pada isi kurikulum pembelajaran di mana pesertanya atau para tutee akan mendapatkan pelatihan dari tutor untuk mendapatkan pelatihan secara spesifik atau umum atau keduannya. 2. Peer modeling Pada jenis asistensi ini helper akan berperan sebagai imitator atau sebagai orang yang akan memberikan contoh kepada pesertanya. Peer modeling lebih mengarahkan pesertanya untuk mengidentifikasi
22
atau meniru imitator daripada menerima materi seperti yang ada pada peer tutoring. Peer modeling di nilai lebih efektif pada peserta yang dominan pada sisi visualnya dibandingkan pada peserta yang dominan pada sisi verbal. 3. Peer monitoring Peer monitoring merupakan kombinasi dari unsur pengamatan atau observasi dan pengecekan atau checking antar anggotanya. Dalam peer monitoring tidak ada peran helper ataupun tutor yang memberikan bantuan namun anggota peer monitoring ini akan saling mengawasi dan menilai pembelajaran peserta lain. 4. Peer assessment Peer assessment adalah suatu sistem di mana peserta dapat menilai hasil pekerjaan, produk atau outcome pembelajaran dari peserta lain. Sistem ini memberikan manfaat bagi pesertanya agar dapat menilai apa yang benar dan seharusnya dilakukan. Peer assessment ini juga mendukung terjadinya penilaian diri sendiri atau self assessment bagi pesertanya. Kebanyakan asistensi menggunakan orang yang lebih tua sebagai penolong (helper) atau tutor untuk membantu para pembelajar (learning) yang lebih muda namun derajatnya tetap sama. Hal ini yang membedakan dengan sistem pengajaran antara murid dan guru sehingga memiliki keuntungan dan kekurangan yang berbeda (topping,2008). Asistensi
23
dilaporkan dapat memfasilitasi pembelajaran yang biasanya tidak terjadi pada proses belajar biasa yang dikarenakan lebih dekatnya hubungan antara tutor dan pembelajar (secomb,2008). Sistem asistensi sendiri meningkatkan pemahaman dari tutor sendiri sehingga membantu meningkatkan rasa percaya dirinya (santee dan garavalia,2006). Weyrich et al. (2009) membuktikan bahwa peer assisted learning memberikan efektivitas yang sama bila dibandingkan staf pengajar yang berpengalaman meskipun tutor dalam asistensi bukan merupakan tenaga pengajar profesional. Seruggs and mastropieri tahun 1998 dalam topping dan ehly (2001) membuktikan bahwa asistensi memberikan keuntungan bagi murid yang mengikutinya jika dalam pelaksanaannya selalu diikuti dan diawasi dengan benar. Henning et al. (2012) juga menyatakan bahwa asistensi telah direkomendasikan sebagai strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pelajar dan juga sekaligus instrukturnya. Topping dan ehly (2001) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas dari proses pelaksanaan asistensi yaitu : 1.
Organization and engagement Organization and engagement adalah faktor bagaimana asistensi diatur dan di organisasikan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ada. Hal tersebut terdiri dari berapa banak waktu yang diberikan untuk
24
mencapai tujuan dan kemauan peserta asistensi dan helper dalam mencapai tujuan. 2.
Cognitive conflict Asistensi sebagai salah satu bentuk proses pembelajaran dapat memberikan pengertian baru kepada pesertanya tentang hal yang dipelajari dalam asistensi. Hal ini menyebabkan muculnya konflik kognitif dalam bagaimana peserta menerapkan pengertian baru yang didapatkan dalam asistensi. Proses konflik kognitif menentukan apakah asistensi dapat memberikan manfaat kepada pesertanya.
3.
Scaffolding and error management Helper selain memberikan pengetahuan baru kepada pesertanya tapi juga bertugas dalam mengawasi proses pembelajaran pesertanya. Helper memberikan masukan dan memberi koreksi pada kesalahan yang mungkin dilakukan peserta dalam asistensi. Proses konflik kognitif menentukan apakah asistensi dapat memberikan manfaat kepada pesertanya.
4.
Communication Asistensi sangat membutuhkan peran komunikasi yang baik dalam pelaksanaanya. Komunikasi yang baik dapat menumbuhkan kesetaraan posisi yang sangat ditekankan dalam asistensi. Mendengar, menjelaskan,
bertanya,
menyimpulkan,
memperkirakan
dan
25
berhipotesis merupakan kemampuan kominikasi yang diperlukan dalam asistensi dalam menunjang keberhasilan asistensi tersebut. 5.
Affect Komponen afektif juga memiliki peran yang sangat kuat dalam keberhasilan asistensi. Motivasi dan enthusiasm yang tinggi dapat meningkatkantingkat percaya diri baik peserta dan helper. Sedangkan tingkat kepercayaan yang tinggi kepada helper dapat menghilangkan dan memperbaiki ketidakpedulian dan misconception peserta asistensi. Komponen afektif yang berpengaruh dalam asistensi adalah motivasi, akuntabilitas, modeling, ownership, dan pengungkapan diri.
b. Tujuan dan fungsi asistensi 1. Tujuan Asistensi (bimbingan) Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan afisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal ( Ahmadi dan Supriyono, 2008) Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008) tujuan bimbingan sendiri adalah : a) Mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, dan perhatian
26
terhadap semua pelajaran, serta aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. b) Mempunyai motif yang tinggi untuk belajar c) Mempunyai keterampilan atau tekhnik belajar yang efektif, seperti keterampilan
membaca
buku,
mencatat
pelajaran,
dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian d) Mempunyai keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, contohnya membuat jadwal belajar, mengerjakan tugastugas sekolah, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi temtang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas e) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ijian. 2. Fungsi Asistensi (bimbingan) Menurut yusuf dan nurihsan (2008) asistensi ( bimbingan memiliki beberapa fungsi antara lain : a) Pemahaman, yaitu membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. b) Preventif, yaitu membantu siswa untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang terjadi dan berupaya mencegahnya, supaya masalah tidak dialami oleh siswa c) Pengembangan, yaitu berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa
27
d) Perbaikan, Yaitu berupaya memberikan bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah yaitu dalam segala aspek e) Penyaluran,
yaitu
membantu
individu
memilih
kegiatan
ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. f) Adaptasi,
yaitu
membantu
pelaksanaan
pendidikan
untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa. g) Penyesuaiaan, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktiif terhadap program pendidikan peraturan sekolah, atau norma agama. c. Asistensi di FK UNS Kuliah adalah metode pembelajaran yang paling sering digunakan. Kuliah yang dilaksanakan sebagai pengantar praktikum di FK UNS disebut dengan asistensi yang bertujuan memberi pembekalan bagi para mahasiswa sebelum memulai praktikum. Asistensi merupakan bagian kegiatan yang dilaksanakan oleh laboratorium dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang diberikan setiap bloknya (FK UNS, 2014). Asistensi dan kuliah merupakan metode pembelajaran yang diikuti lebih dari seratus mahasiswa dalam satu ruangan. Kuliah menjelaskan
28
mengenai teori dan ilmu anatomi di blok tersebut. Sedangkan asistensi menjelaskan tentang teknis praktikum yang akan ditempuh. Asistensi anatomi diselenggarakan oleh laboratorium anatomi dan difasilitasi oleh asisten anatomi mengenai penyampaian materi yang berhubungan dengan praktikum anatomi yang ada pada kurikulum pendidikan kedokteran FK UNS Surakarta. 5. Penilaian hasil belajar laboratorium anatomi Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari proses belajar-mengajar. Sama halnya dengan pembelajaran anatomi, penilaian ini penting untuk menguji seberapa besar kemampuan mahasiswa. Penilaian hasil belajar anatomi dengan sistem pembelajaran Problem-Based Learning ada beberapa metode ujian yang digunakan untuk mengukur penilaian hasil belajar mahasiswa seperti written exam (yang meliputi multiple choice question, essays dan short answer), patient management problems dan objectivestructured practical examination (Chakravarty et al., 2005; Silburn, 2015). Di Laboratorium Anatomi FK UNS penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua: pretest yang dilakukan setelah asistensi dan post test atau yang lebih dikenal dengan responsi. Metode ujian untuk pretest digunakan writing exam dalam bentuk essays, sedangkan responsi tidak menggunakan ketiga metode ujian di atas tetapi merupakan modifikasi dari metode multiple choice question ditambah dengan metode identifikasi struktur anatomi pada preparat (Tim Penyusun Anatomi, 2014). Metode identifikasi dilakukan dengan cara
29
preparat diberi tanda dan mahasiswa mengidentifikasi struktur anatomi yang ditunjuk atau dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan struktur yang ditunjuk (Baker et al., 2013). Modifikasinya berupa proses pengerjaan ujian dimana ujian dilaksanakan dengan sistem rolling (mahasiswa berpindah dari satu soal ke soal yang lain setelah satu menit mengerjakan soal). Multiple choise question digunakan untuk jenis soal anatomi klinis untuk komponen sistem pembelajaran
Problem-Based Learning yang pada dasarnya
menggunakan pendekatan klinis (Tim Penyusun Anatomi, 2014; Cho and Hwang, 2013). 6. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah prilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak di tuju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk prilaku kompetensi spesifik, actual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu (Andayani, 2015). Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan
30
apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Penyusunan tujuan pembelajaran nantinya menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif (Andayani, 2015). Keberhasilan pembelajaran sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal ( berasal dari dalam peserta didik ) meliputi kecerdasan, kemampuan, bakat, motivasi, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal ( berasal dari luar peserta didik ) meliputi lingkungan alam, sosial-ekonomi, pendidik, metode pembelajaran, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Faktor-faktor ini bisa menjadi penghambat maupun penunjang keberhasilan pembelajaran ( Hamalik, 2008). Harapan yang ingin dicapai dalam belajar adalah terjadinya peningkatan (perubahan) kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Ranah kognitif berkaitan dengan prilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu : 1. Pengetahuan, meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang sudah dipelajari dan tersimpan dalam ingatannya. 2. Pemahaman, meliputi kemampuan manangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari.
31
3. Penerapan, meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. 4. Analisis, meliputi kemampuan marinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5. Sintesis, meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur ataqu system baru. 6. Evaluasi, meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan penanggung jawabannya berdasarkan kriteria tertentu (Winkel, 1999; Dimyati dan Modjiono 1999) b. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Terdiri dari 5 jenis prilaku yang diklasifikasikan, yaitu : 1. Penerimaan, yakni kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut. 2. Pemberian respon, yaitu kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap suatu fenomena atau stimuli 3. Penilaian atau penentuan sikap, yaitu kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
32
4. Organisasi, yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan di antara nilai-nilai. 5. Karakterisasi, yaitu kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang (Bloom, 2003) c. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengam kemampuan yang bersifat manual dan motoric. Dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Persepsi, kemampuan memilah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang. 2. Kesiapan melakukan pekerjaan, kemampuan menempatkan diri dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3. Gerakan terbimbing, kemampuan mengikuti gerakan sesuai contoh. 4. Gerakan terbiasa, kemampuan melakukan gerakan secara lancer karena sdah terbiasa sebelumnya. 5. Penyesuaian pola gerakan, kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. 6. Kreatifitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak gerik yang baru atas daras prakarsa dan inisiatif sendiri ( Winkel, 1999; Fleishman dan Quaintance, 1984)
33
7. Tujuan pembelajaran praktikum Anatomi Ada pun tujuan pembelajaran untuk setiap topik materi adalah : a.
Tujuan pembelajaran materi muskuloskeletal. 1. mahasiswa dapat menyebutkan nama setiap otot manusia, pada soal nomor 2 dan 3 2. mahasiswa dapat menjelaskan susunan otot yang melekat pada struktur tulang, pada soal nomor 8 dan 15 3. mahasiswa dapat menjelaskan penamaan otot, pada soal nomor 5 dan 10 4. mahasiswa dapat mengidentivikasi otot-otot dengan melihat region, insersionya, pada soal nomor 6 dan 13 5. mahasiswa dapat menjelaskan gerakan atau kerja dari masing-masing otot, pada soal nomor 1, 4 dan 11 6. mahasiswa dapat menyebutkan inervasi dari otot, pada soal nomor 7 dan 12 7. mahasiswa dapat menjelaskan kelainan-kelainan muskoloskeletal, pada soal nomor 9 dan 14
b.
Tujuan pembelajaran materi Respirasi 1. mahasiswa dapat menjelaskan struktur dan topografi trachea, pada soal nomor 3, 5, dan 11 2. mahasiswa dapat menjelaskan struktur dan fungsi pulmo beserta vaskularisasi dan inervasinya, pada soal nomor 2, 6, 8, dan 13
34
3. mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme respirasi serta otot yang berperan di dalamnya, pada soal nomor 1, 9, dan 15 4. mahasiswa dapat menjelaskan struktur cavum thoraxcis dan batasbatasnya, pada soal nomor 7 dan 12 5. mahasiswa dapat menjelaskan bagian dari phren beserta vaskularisasi dan inervasinya, pada soal nomor 4, 10, dan 14 c.
Tujuan pembelajaran materi sistem saraf 1. mahasiswa dapat menjelaskan lapisan meninges, pada soal nomor 1 dan 6 2. mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur utama medulla spinalis, pada soal nomor 3 dan 9 3. mahasiswa dapat menjelaskan vaskularisasi otak, pada soal 3 dan 13 4. mahasiswa dapat menjelaskan tentang LCS, pada soal nomor 2 dan 8 5. mahasiswa dapat menjelaskan dan mengidentifikasi cerebrum, cerebellum, truncus cerebri, pada soal nomor 10, 11 dan 15 6. mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan mengidentifikasi nervi craniales, pada soal nomor 4 dan 12 7. mahasiswa dapat menjelaskan dan mengidentifikasi plexus nervi spinales utama dan percabangannya, pada soal nomor 7 dan 14
35
B. Kerangka Pemikiran
Kecerdasan, Bakat, Kemampuan
Peer tutoring Peer assessment
Kegiatan Pembelajaran lain ( kuliah, Tutorial)
Peer monitoring Peer modeling
Sosial-ekonomi, budaya, lingkungan, dan situasi belajar
Asistensi / peer assisted learning (PAL)
Pencapaian Tujuan Pembelajaran Laboratorium
pretest
Praktikum
= yang diteliti = yang tidak diteliti
Gambar 2.1 kerangka pemikiran
1. Organization and engagement 2. Cognitive conflict 3. Scaffolding and error management 4. Communication
Responsi
36
C. Hipotesis Terdapat hubungan antara Asistensi Anatomi dengan pencapaian Tujuan Pembelajaran pratikum anatomi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.