BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1
Hakikat Kemampuan
2.1.1.1 Definisi Kemampuan Kemampuan merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan (Chaplin dalam Maryana, 2012: 15). Sedangkan menurut Spencer bahwa kemampuan merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi. Menurut Ahmat Sudrajat (dalam Maryana, 2012: 15) antara kemampuan dan kata kecakapan memiliki hubungan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Arifin, 2009: 5) memberikan pengertian bahwa kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam kondisi yang telah ditentukan. Kemampuan pada hakekatnya adalah suatu kekuatan untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi tujuan tertentu. Kemampuan dapat didefinisikan sebagai “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Berdasarkan hakekat dan beberapa definisi kemampuan di atas, maka yang dimaksud dengan kemampuan pada penelitian ini adalah kesanggupan, kecakapan
7
siswa kelas I SDN 85 Kelurahan Dulalowo, Kota Tengah Kota Gorontalo dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan dua bilangan. 2.1.1.2 Faktor-Faktor Kemampuan Robbins dalam Restiyani (2012: 11) mengemukakan bahwa kemampuan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu: 1) Kemampuan intelektual (intellectual ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, dan 2) Kemampuan fisik (physical ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. 2.1.2
Bangun Datar Bangun datar merupakan salah satu pokok bahasan yang sangat penting baik
dalam mempelajari geometri, maupun penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Roji dalam Rosliana (2011: 24) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Bangun datar juga dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Hambali dalam Rosliana, 2011: 25). Bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang dipelajari di Sekolah Dasar. Beberapa pengertian bangun datar seperti yang dikemukakan oleh Windayana dalam Mulyani (2011: 15-16) sebagai berikut. a. Unsur lain dalam geometri yang tidak dapat dijelaskan menggunakan katakata sederhana atau kalimat sederhana seperti hanya titik dan garis.
b. Ide atau gagasan abstrak yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang memikirkannya. c. Permukaan yang rata, meluas ke segala arah dengan tidak terbatas dan memiliki tebal. Berdasarkan pengertian bangun datar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud bangun datar pada penelitian ini adalah suatu bangun dua dimensi yang hanya terdiri dari panjang dan lebar dalam suatu garis. Adapun jenis-jenis bangun datar berdasarkan sifat-sifatnya dapat dibedakan sebagai berikut. (Rosliana, 2011: 25-26) 1) Persegi (Square) Persegi mempunyai empat titik sudut dan empat sisi yang sama panjang. Pertemuan setiap dua sisinya saling tegak lurus.
Gambar 2.1 Bentuk bangun Persegi 2) Segitiga (Triangle) Segitiga adalah bangun datar yang memiliki tiga sisi dan tiga titik sudut. Berikut adalah bentuk bangun segitiga:
Gambar 2.3 Bentuk bangun segitiga 3) Lingkaran (Circle) Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak rapat atau memiliki jarak yang sama dari titik pusat.
2.1.3
Media Pembelajaran Kartu Bentuk bangun Datar
2.1.3.1 Definisi Media Pembelajaran Kata media berasal dari bentuk jamak kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne dalam dahar (2011: 114) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran. Sukayati dan Suharjana (2009: 6) mengemukakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya
pembelajaran. Menurut Hamalik (2004: 86) media pendidikan adalah cara atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Latuheru dalam Adil (2010: 23) mengemukakan bahwa “sesuatu dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila media tersebut digunakan untuk menyampaikan atau menyalurkan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan atau pembelajaran. Hernawan dalam Febiyanti (2012: 5) mengemukakan bahwa media pembelajaran sebagai sarana komunikasi, baik dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk perangkat kelasnya. Hernawan menambahkan bahwa media adalah segaia sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya pada diri siswa. Dari definisi media pembelajaran di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud media pembelajaran pada penelitian ini alat yang digunakan untuk memudahkan guru menyampaikan pesan atau informasi berupa ilnu pengetahuan kepada siswanya baik berupa cetakan, model, alat peraga, maupun berupa media visual. 2.1.3.2 Kartu Bentuk Bangun Datar Sebagai Alat Peraga Kartu bentuk bangun datar adalah kartu yang dibuat dari kertas karton yang berwarna menjadi bentuk bangun datar sederhana. Banyak siswa yang memiliki spatial ability yang kurang maksimal sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar geometri. dengan menggunakan kartu bentuk bangun datar sebagai media
maka siswa dapat memahami sifat-sifat berbagai bangun datar, seperti segitiga dan segi empat (DPSMP, 2012: 16). . Dengan menggunakan kartu ini siswa dapat mengelompokkan bangun datar sederhana dengan mudah. Media sederhana berupa kartu bentuk bangun datar yang dibuat bukan berperan sekedar ‘alat peraga’ tetapi juga sebagai alat manipulatif yang memungkinkan peserta didik berpikir, berbuat, dan bekerja sama. Fakta ini didukung oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa prinsip pembelajaran yang efektif antara lain (DPSMP. 2012: 21): a. Melibatkan siswa secara aktif, b. Belajar itu berkembang dari yang konkrit ke abstrak, c. Menggunakan pengetahuan sebelumnya, d. Mengomunikasikan gagasan merupakan bagian dari pembelajaran, e. Menggunakan alat manipulatif, dan f. Belajar berarti mengalami. Oleh sebab itu penggunaan kartu bentuk bangun datar sebagai media pembelajaran cocok dengan pembelajaran di kelas I semester 2 pada materi bangun datar sederhana. 2.1.4
Kajian Penelitian yang Relevan Mulyani (2011) pada penelitiannya yang berjudul meningkatkan hasil belajar
matematika pada konsep bangun datar menggunakan alat peraga kertas warna di sekolah dasar Nilai siklus I rata-rata 65,20 dan nilai rata-rata siklus II 91,20. Aktivitas belajar siswa pada pada siklus I sampai siklus II umumnya aktif dan minat siswa
terhadap alat peraga semakin antusias. Siswa mendapat bimbingan dan pengarahan dari peneliti. Kesimpulan dari hasil analisis dan refleksi pada setiap siklus dengan menggunakan alat peraga kertas warna dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menarik minat siswa terhadap penggunaaan alat peraga, serta menumbuhkan kedisiplinan dan tanggung jawab siswa. Untuk para guru dan peneliti lain hendaknya mempergunakan alat peraga harus sesuai dan tepat sebagai alat bantu dalam penyampaian materi dan melakukan penelitian tindakan kelas karena telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Jamwar (2010) pada penelitiannya yang berjudul upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang bangun datar sederhana melalui pendekatan kontekstual mengemukakan bahwa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai dari siklus I nilai rata-rata 60,74 dan siklus II nilai rata-rata 83,44, hal tersebut menunjukan bahwa nilai hasil belajar matematika sudah mencapai KKM yaitu 65. Selain itu sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada umumnya menunjukkan positif. Rosliana (2011) pada penelitiannya yang berjudul upaya meningkatkan kemampuan kreativitas matematik siswa melalui metode bermain pada pokok bahasan bangun datar mengemukakan bahwa Peningkatkan kemampuan kreativitas matematik siswa dapat dilihat dari skor rata-rata hasil tes siklus, dimana ada peningkatan yang signifikan dari rata-rata skor tersebut. Jadi dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode bermain pada pokok bahasan bangun datar di kelas 2 dapat meningkatkan kemampuan kreativitas matematik siswa. Adapun rencana penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa khususnya pada materi bangun datar dengan menggunakan kartu bentuk bangun datar sebagai media pembelajaran. Jika dibandingkan antara setiap penelitian di atas, maka dapat dilihat kesamaan dan perbedaan pada setiap penelitian yang dilakukan. Persamaan dan perbedaan tersebut sebagai berikut. 1) Persamaan penelitian: penelitian yang dilakukan semua peneliti pada materi yang sama yaitu bangun datar. 2) Perbedaan penelitian: metode penelitian yang dilakukan oleh setiap peneliti berbeda antara satu dengan yang lain. Jawmar misalnya menggunakan pendekatan kontekstual dan Rosliana menggunakan metode bermain. Mulyani menggunakan media berupa alat peraga yang dibuat dengan kertas berwarna. Sementara peneliti hampir mirip dengan media Mulyani yakni dengan menggunakan kartu bentuk bangun datar yang dibuat dari kertas karton berwarna. 2.2 Hipotesis Tindakan Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah ”Jika digunakan kartu bentuk bangun datar sebagai media pembelajaran di kelas, maka kemampuan mengelompokkan bangun datar sederhana pada siswa kelas I SDN 85 Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo akan meningkat”.
2.3 Indikator Kinerja Untuk hasil belajar minimal 75% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan mampu mengelompokkan bangun datar sederhana dengan menggunakan media kartu bilangan dan juga hasil observasi kegiatan guru dan siswa mencapai 85%, maka pembelajaran dapat dikatakan berhasil dan ideal pelaksanaannya.