BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Teoretis
2.1.1. Percaya Diri Dalam usaha meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, maka setiap komponen sekolah terutama siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dengan adanya percaya diri tersebut maka siswa dapat mengemukakan pendapat dan gagasan – gagasanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendapat atau gagasan – gagasanya dapat secara langsung maupun tidak langsung di sampaikan oleh siswa pada proses belajar mengajar melalui pertanyaan – pertanyan atau jawaban atas pertanyaan yang di ajukan oleh guru, sedangkan secara tidak langsung siswa dapat mengemukakan gagasan – gagasan dan pendapatnya melalui tulisan – tulisan atau karya tulis yang dibuatnya. Rasa percaya diri siswa dalam proses belajar mengajar sangat membantu guru dalam pengembangan prilaku dan sikap siswa kearah yang lebih baik, selain itu kemampuanya dalam memahami pelajaran akan dapat di tingkatkan sehingga tujuan yang di tetapkan oleh sekolah dapat dicapai. Ubadillah( 2002 : 2)“rasa percaya diri atau “pede “ merupakan kualitas personal yang di butuhkan dengan merasa pede berarti sudah memulai perjalanan hidup yang berlandaskan pada keunggulan diri, arah kiblat yang sudah di tentukan, fakus hidup dan kemudian membuat orang merasa punya hak untuk mendapatkan apa yang di inginkanya”. Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri merupakan kualitas kognif, afektif dan psikomotor yang dimiliki oleh seseorang yang dapat melaksankan aktivitas
hidupnya. Rasa percaya diri yang baik akan mengakibatkan seseorang dapat
mengembangka sikap dan perilakunya dalam berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkunya demikian halnya siswa,dengan adanya rasa percaya diri yang tinggi, maka siswa dapat mengembangkan perilaku dan sikapnya dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah. Lebih lanjut Ubaydillah (2002: 3) “mengemukakan bahwa: di dalam diri manusia sebenarnya sudah diciptakan kompas (patokan) yang dapat membedakan antara percaya diri negatif dan pede yang benar-benar di butuhkan, yaitu: (1) perasaan ( emotion ), (2) hati dan (3) akal”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat di tingkatkan dengan menggunakan perasaan, hati dan akal. Perasaan merupakan perangkat internal yang dapat digunakan untuk membedakan hal – hal yang baik dan buruk. Dengan memiliki perasaan tinggi maka membuat orang langsung bisa merasakan mana pede yang buruk meskipun tidak kelihatan. Sementara itu hati berfungsi untuk memaknai kebenaraa yang hakiki, bukan kebenaran karena adanya kepentingan yang hendak di capai, tetapi kebenaran yang berlandaskan fakta. Sedangkan akal berfungsi untuk menalar antara materi yang tepat dan yang tidak tepat dengan adanya akal akan di peroleh pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri .Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa ketiga kompas tersebut merupakan anugrah ( kemampuan potensial yang di berikan pada manusia ) yang di berikan kepada manusia agar bisa bekerja dengan baik, ketiga kompas internal tersebut dapat bekerja secara proporsional ( saling mendukung melengkapi ) dalam usaha pencapaian cita – cita hidup manusia. 2.1.2
Faktor – Faktor Mempengaruhi Pembentukan Percaya Diri
Percaya diri pada siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara internal maupun
eksternal. Secara internal rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh kebiasaan,
prinsip hidup,keinginan dan minat. Sedangkan secara ekternal rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh keluarga, lingkungn sosial pergaulan, dan teknologi. Gunawan (2003: 1) “secara internal percaya diri dapat di pengaruhi oleh: kebiasaan, kekuatan, dan komitmen.kebiasaan merupakan kegiatan yang di lakukan seseorang untuk mencerdaskan pikiran, perasaan, dan hati. Kekuatan pribadi yang bisa di bangun dengan menggunakan dua jurus yaitu menyerang dan mempertahankan”. Untuk mempertebal rasa percaya diri, jurus menyerang harus digunakan
untuk melawan kecendengaan internal yang menawarkan
godaan untuk menyimpang sementara, jurus mempertahankan di gunakan untuk memperkuat pertahanan dari serangan luar.sedangkan komitmen digunakan untuk merealisasikan gagasan ke tindakan secara sirkulatif bisa mempertebal rasa percaya diri. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kemukakan, kekuatan dan komitmen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam meningkatkan rasa percaya dirinya. Kebiasaan yang baik akan dapat mempengaruhi rasa percaya diri individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Demikian pula halnya dengan kekuatan (kemampuan) baik secara fisik maupun rohani akan dapat mengembambangkan pola pikir dalam bertindak. Sedangka komitmen merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyempurnakan rasa percaya diri yang dimilikinya. Lebih lanjut Gunawan (2003:1) mengemukakan bahwa :“komitmen berasal dari bahasa inggris yaitu commitment yang berarti athing to which one is committed; a pledge or a promise. Dalam arti luas dapat diartikan sebagai : (1) janji kepada diri sendiri maupun kepada orang lain untuk tetap setia melakukan sesutu yang telah di putuskan, dan (2) berbicara dan bertindak serta bertingkah
laku sedemikian rupa sehingga medorong seseorang untuk berbuat sesuatu sesuai dengan janji yang diikrarkanya. Dari batasan tersebut, komitmen memerlukan pengorbanan dan pengabdian
merupakan perwujudan dari hati dan taat kepada janji dan setia terhadap
keputusan yang ditetapkan bersama. Komitmen dapat mendorong seseorang unuk menepati janji yang di ikrarkanya”. Secara eksternal rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, yaitu orang tua dan saudara – saudara.dalam kehidupan seorang individu keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhannya.Secara mental keluarga membentuk individu menjadi orang yang patuh dan tidak patuh, berani atau tidak berani,dan lain sebagainya. Tyas (2005 :1) “bahwa keluarga dalam kehidupan anak – anak selaku generasi muda, memegang peranan yang sangat penting. Kewibawaan dan keteladanan orang tua dalam keluarga, sangat menentukan dalam pembentukan nilai – nilai agama, moral, sosial, dan disiplin diri. Dengan adanya disiplin diri ini, terbentuklah dalam diri anak suatu kata hati. Kata hati inilah yang dapat membuat seorang anak mengambil keputusan yang baik bagi dirinya maupun untuk orang lain”. Hal tersebut terjadi karena orang tersebut sangat yakin dan percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya sehingga tidak ada rasa takut untuk berkompetisi dengan orang lain dalam melaksanakan pekerjaan. Orang akan lebih mudah melihat dan mengenal bawa orang lain yang memiliki ide – ide atau fikiran yang berharga adalah ancaman bagi orang yang tidak merasa aman, dan yang tidak ada kepercayaan trhadap dirinya sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam sebuah keluarga di perlukan orang tua yang dapat mendidik dan membina individu dalam usaha penciptaan manusia yang mempunyai budi pekerti yang baik, sehingga rasa percaya diri akan lahir dengan sendirinya.Gunawan
(2003:2) “bahwa peranan orang tua dalam meningkatkan percaya diri adalah: Pertama, adanya komuniksi antara orang tua dan anak yang dilakukan secara terus menerus (Konsisten). Ke dua, kewibawaan, keteladanan dalam diri orang tua. Ke tiga kemampuan orang tua untuk menghayati dunia anak. Ke empat, kontrol orang tua terhadap anak aat meningkatkan nilai – nilai moralnya, yang berbentuk mengingatkan, menegur, menasehati, oa bersama atau berdialog. Kelima pujian dan penghargaan dari orang tua yang di sampaikan kepada anaknya dengan tulus hati”. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kehidupan dan suasana keluarga yang harmonis sangat menopang kehidupan anak. Melatih tanggung jawap, melatih percaya diri sendiri, mengungkapkan keadaan yang tidak menyenangkan dengan penuh kasih adalah faktor – faktor yang banyak menentukan dalam pengembangan rasa percaya diri anak dalam berhubungan dan bergaul dengan lingkungannya. 2.1.3 Pentingnya Rasa percaya Diri bagi Siswa Rasa percaya diri merupakan kualitas individu yang sangat mempengaruhi perkembangan dan peningkatan taraf hidupnya dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Rasa percaya diri dapat ditingkatkan melalui usaha – usaha persuasif baik yang di lakukan oleh individu itu sendiri maupun oleh orang lain. Kegiatan peningkatan rasa pecaya diri tidak lepas dari keinginan dan kemauan untuk maju. Dengan adanya kemauan tersebut, maka seseorang akan melakukan perbaikan dan meningkatkan rasa percaya dirinya, terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kacamata A.J Geard ( 2010 : 156 ) penyakit percaya diri yang salah satunya rasa minder memang menjadi salah satu hal yang wajib ada dalam diri manusia. Manusia tidak bisa lepas darinya. Minder akan terus mengikuti kemanapun kita pergi. Ketika penyakit tersebut merasuk kedalam diri seseorang, ia akan menafikan
keberadaanya tersebut, ia akan mengatakan tidak mampu dan tidak pantas
dan tidak
memiliki kekuatan ampuh untuk tampil didepan banyak orang. Dalam Republika (2003:2) terdapat beberapa kiat membangun rasa percaya diri , yaitu ; “(1) berani menerima tanggung jawap (2) mengembangkan nilai – nilai positif (3) membaca potensi diri (4) berani mengambil resiko (5) menolak saran negatif, dan (6) mengikuti saran positif.” Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa seorang siswa harus berani menerima tanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan yang di lakukanya. Selain itu seorang siswa dapat mengembankan nilai – nilai positif dalam kehidupanya sehingga individu tersebut dapat dihargai dan diterima oleh orang lain dalam komunikasinya. Dalam mengembangkan nilai – nilai positif yang dianutnya, maka seorang siswa dapat membaca potensi yang dimiliknya.dengan mengetahui potensi tersebut, seorng siswa akan berani menanggung resiko terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukanya. Peningkatan rasa percaya diri siswa dapat dikembangkan melalui penerimaan terhadap saran – saran positif maupun penolakan saaran- saran negatif. Saran – saran negatif dan positif adalah saran yang di sampaikan oleh orang lain ketika siswa sedang beradaptasi dengan lingkunganya. Oleh sebab itu kemampuan menerima saran akan mengkibatkan seorang siswa dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Lebih lanjut Irpan (2005 : 1) kurang percaya diri dapat diatasi dengan cara – cara seperti: (1) mencari sebab – sebab rendah diri, (2) mengatasi kelemahan, (3) mengembangkan bakat dan kemampuan, (4) membebaskan diri dari pendapat ang lain, (5) mencoba melakukan pekerjaan yang sukar, (6) tidak mencita – citakan sesuatu yang menglebihi kemampuan, dan (7) tidak mengambil moto dan prinsif hidup yang salah. Sedangkan Hankin ( 2005: 138-140 ) mengemukakan 3 langka dalam
meningkatkan rasa percaya diri, yaitu : “(1) buatlah komitmen, (2) hilangkan bahasa fasif, dan (3) kelola perasan yang menyakitkan”. Pendapat tersebut mengindikasikan adanya kemampuan seseorang untuk mengintropeksi dan menilai diri sendiri dalam usaha peningkatan rasa percaya diri. Kemampuan menilai diri sendiri yang mencakup penilai terhadap penyebab rendah diri, kelemahan yang dimiliki, kemandirian, mencoba melakukan pekerjaan yang suit,becita – cita sesuai kemampuan dan berprinsip yang baik akan meningkatkan rasa percaya individu siswa melaksanakan aktivitas – aktivitasnya. Selain itu, rasa percaya diri siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan oleh guru melalui pemberian reward maupun motivasi. Reward dapat di berikan kepada siswa yang dapat menjawap pertanyaan – pertanyaan yang di ajukan. Reward dapat pula di berikan kepada siswa yang mempunyai prestasi dalam bidang pelajaran maupun dalam bidang – bidang lainya, khususnya dalam pembelajaran di sekolah. Motivasi diberikan kepada siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa yang mengalami masalah dan proses pembelajaran diberikan perhatian tertentu tanpa menimbulkan kesan yang negatip pada siswa yang lainya. Dengan adanya pemberian reward dan motivasi, rasa percaya diri siswa akan meningkat dan dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Berdasarkan seluruh uraian tersebut, maka dapat di kemukakan bahwa untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa di
SMA N I Kota Gorontalo di lakukan dengan melakukan
pendekatan – pendekatan persuasif baik melalui keluarga, pemberian motivasi dan penghargaan.
2.2 Tinjauan tentang Motivasi Belajar bagi Siswa 2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar Seseorang melakukan suatu usaha demi mencapai prestasi yang baik itu di dapat dengan adanya motivasi dari dalam diri siswa yaitu kemauan yang kuat, yang mendorong hingga kita bisa lebih giat bergerak mencapai apa yang hendak di capai. Nazhar (2004:62) mengatakan bahwa: “Motivasi belajar di pandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dengan adanya motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran dan insentif. Keadaan jiwa inilah yang mengaktifkan, menggerkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar”. Mempertegas pendapat Wahjosumidjo (1994: 402) bahwa: “Motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Denagan demikian inti dari motivasi belajar bagi siswa merupakan suatu kondisi yang bertalian erat dengan suatu tujuan dadri kegiatan belajar. Dengan kata lain bahwa adanya usaha yang tekun dan terutama di dasari oleh motivasi, maka seorang siswa akan belajar dengan aktif guna mendapatkan hasil atau prestasi yang baik. 2.2.2 Fungsi Motivasi Belajar bagi Siswa Sardiman, (1987: 85) ada tiga fungsi motivasi yakni:
“(1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan digerakkan, (2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang hendak di kerjakan sesuai dengan rumusan tujuanya, (3) menyeleksi perbuatan, yang menentukan perbuatan- perbuatan apa yang hendak dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan apa yang tidak bermanfaat bgi tujuan tersebut”. Di samping itu, ada juga fungsi- fungsi lain dari motivasi belajar Nursito (2001: 13) yaitu :“Sebagai mendorong usaha dan mencapai prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama di dasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu aan melahirkan motivasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya”. Memperhatikan kedua pendapat maka dapat di pahami fungsi motivasi belajar sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasihasil belajar, karena dapat mendorong, menentukan dan menyeleksi segala perbuatan belajar yang dilakukpan oleh siswa. Para ahli psikologi umumnya menekankan motivasi sebagai ciri kepribadian yang agak stabil dan tidak mudah berubah (trait )atau lebih memandangnya sebagai keadaan mental/ internal sesaat yang dapat berubah- ubah (state). Contoh ciri kepribadian yang stabil ialah kecenderungan seorang untuk selalu menaruh perhatian besar kepada makanan yang disajikan. Kedua jenis motivas ini tidak lepas dari yang satu dengan yang lain, karena ciri tertentu dalam hal motivasi terbentuk berdasarkan sejumlah pengalaman sesaat yang terulang
kembali secara konsisten. Misalnya, anak- anak sejak kecil didorong- dorong oleh orang tua dan guru mereka untuk bertannya- tanya tentang lingkungan hidupnya, untuk mencapai sukses disekolah dan untuk membaca- baca dan memperluas cakrawala mental, akan mengembangkan suatu kegemaran untuk belajar hal- hal yang baru.; kegemaran itu akan menjadi milik pribadi dan cenderung akan bertahan seumur hidup. Ciri kepribadian dalam hal bermotivasi untuk menunjukan variasi intra individual yang besar, apalagi kalau ditinjau variasi interindividual. Misalnya orang A selalu tergerak secara kuat dalam usahanya dalam mencapai sukses maksimal dalam mencapai kemampuan yang dimilikinya (achievement motivation), tetapi tidak begitu bergerak untuk membina hubungan akrab dengan orang lain (affiliation motivation ) mengasai orang lain untuk menggantungkan diri pada pendapat orang lain. Pada orang B dan C gambaranya kerap berbeda sekali, pembahasan motivasi dalam buku- buku psikologi meliputi unsur seperti dorongan naluri, keinginan, penapsiran, kepercayaan diri, harapan, mint dan keyakinan. Di antara unsur- unsur itu ada yang bersifat internal dan mental; adapula yang bersifat eksternal atau berasal dri luar subjek.semua itu dengan satu atau lain cara dapat ikut menimbulkan atau mempertahankan motivasi, namun besar kecil peranannya tidak harus sama. 2.2.3 Faktor- Faktor Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Hal ini senada dengan pendapat Jamaludin (2002 :79) mengataka bahwa :” komponen utama yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah: (a) cita – cita dan aspirasi siswa (b) faktor kemampuan (c) faktor minat (d) faktor kesehatan mental (e) faktor orang tua (f) faktor guru sebagai pendidik dan (g) fator lingkungan”.
Kesehatan mental akan mempengaruhi motivasi belajar, oleh karena kesehatan mental berhubungan dengan ketenangan hidup ketentraman jiwa, kebahagiaan batin. Tercapinya tujuan yang dimaksud tidak hanya tergantung pada faktor – faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi,politik,adat kebiasaan dan sebagainya tetapi tergantung pada cara hidup dan dengan kata lain tergantung pada kesehatan mentalnya, karena kesehatan mental itulah yang menentukan cara dan sikap seseorang dalam menghadapi faktor – faktor itu”. Inti dari pendapat adalah apabila seseorang dalam hidupnya, sehat mental maka dia bebas untuk mengembangkan fotensinya yng ada pada dirinya, atau dia dapat membangkitkan motivasi secara sempurna. Kesehatan mental yang dimiliki para siswa akan memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, serta mereka akan bebas menentukan tujuan – tujuan yang harus di capai. Orang tua merupakan pendidik yang utama dan pertama yang menanamkan pada diri anak. Khususnya dalam pemberian motivasi orang tua sangat berpengaruh karena ada kecenderungan pada diri anak untuk mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tuanya jika dibandingkan dengan apa yang dikatakan oleh orang lain. Dengan demikian bahwa orang tua bertugas untuk memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Guru sebagai pendidik berperan dalam menyusun desain pembelajaran, dan menerapkanya dalam proses belajar mengajar. Sebagai pendidik dalam membelajarkan siswa, guru harus dapat menciptakan suasan yang baik agar siswa dapat termotivasi dan belajar secara aktif dalam proses belajar guna mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Kemampuan guru dalam mengelola kelas seperti kemampuan dalam menanamkan kepada siswa disiplin kelas yang kondusif.
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatn. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi motivasi belajar siswa, sebab diluar rumah siswa akan berkecipung dengan masyrakat yang mempunyai keadaan yang berbeda- beda.
2.2.4 Usaha Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa Sebagai guru harus mengetahui bagaimna cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang diajarkan. Disini diperlukan kecakapan guru untuk menumbuhkan motivasi pada diri siswa dengan jalan membangkitkan minat, perhatian serta persepsi pada diri siswa. Sejalan dengan hal tersebut di atas Sardiman (1986: 92) bahwa, “ Ada 11 bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar siswa yaitu : (a) dengan memberi angka (b) memberikan hadia (c) saingan atau kompetisi (d) egoinvolment (e) memberi ulangan (f) mengetahui hasil (g) memberi pujian (h) meberikan hukuman (i) hasrat untuk belajar (j) minat (k) tujuan yang diakui”. Kesebelas hal-hal yang dikemukakan merupakan rangkaian usaha untuk membangkitkan perhatian serta mendorong siswa untuk melakukan sesuatu sehingga mempunyai kemauan yang kuat dalam belajar untuk lebih jelasnya mengenai keseblasan usaha- usaha guru guna membangkitkan motivasi belar siswa ini, akan di uraikan hal- hal, secara singkat seperti berikut ini : Sardiman (1986: 92) dimana angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru utuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa yang biasanya dikejar adalah nilai ulangan atau nilai – nilai pada raport
angkanya baik-baik. Angka – angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa yang bekerja atau belajar hanya ingin mengejar naik kelas saja.Ia menunjukan motivasi yang dimilikinya. Kurang bermakna dan tidak memiliki arti bagi dirinya, bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik namun demikian itu semua harus di ingat oleh guru bahwa pencapaian angka – angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh
karena itu langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaiman cara
memberikan angka – angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang di ajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya. Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, walaupun tidak selalu demikian. Karena hadia untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadia yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.Saingan atau kompotesi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan didalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. Menumbuhkan kesabaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu untuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan keras bisa jadi karena
menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebangaan dalam diri, begitu juga untuk siswa.Para siswa akan belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Dalam hal ini guru harus juga terbuka maksudnya, kalau akan ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalu terjadi kemajuan, untuk mendorong siswa untuk lebih giat belajar.semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. Apabila ada siswa yang sukses menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karen itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. Hukuman merupakan reinforcement yang negatif tetapi klau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip- prinsip pemberian hukuman. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan dengan kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar. Berarti pada anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. Prasetya Irawan (2001: 60) mengatakan bahwa :Motivasi sangat erat hubunganya dengan unsur minat. Motivasi mucul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat, motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan dengan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat di bangkitkan dengan cara sebagai berikut : (1) Membangkitkan adanya suatu
kebutuhan (2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau (3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik (4) Menggunakan berbagai macam bentuk belajar”. Pendapat tersebut
juga diperkuat pernyataan dari Ariel Djalil (2000: 27)
mengatakan: “Minat kaitan erat dengan motivasi, dimana secara sederhana minat dapat diartikan sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat seseorang biasanya tercermin dari perhatian dan kebiasaan atau hobi. Minat seseorang dapat terpusat hal yang dirasakan memberikan kepuasan batiniah atau karena bermula dari tuntutan. Minat dapat pula mencakupi banyak hal. Setiap orang memiliki minat yang berbeda dengan orang lain dalam jenis dan keadaanya ada orang banyak berminat pada olah raga tertentu atau kesenian tertentu. Adapula beberapa orang memiliki minat pada sesuatu dengan kadar yang berpariasi. Minat juga terkait pada kebutuhan. Seseorang yang sedang memiliki kebutuhan rasa aman biasanya ia punya minat besar pada olah raga bela diri atau pada barang- barang yang secara psikologis dapat menjamin rasa aman. Dengan dimikian minat bertalian dengan motivasi kebutuhan untuk belajar dari siswa”. Bentuk – bentuk motivasi sebagaimana diuraikan, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa di manfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacammacam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan kondisi rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna,sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subyek belajar. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dapat berguna dan
menguntungkan, sebab akan timbul gairah untuk terus belajar. Didalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar sangat dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dan melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam- macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang – kadang tepat, dan kadang – kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati- hati dalam menumbuhkan motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembanga belajar siswa. 2.2.5 Ciri- Ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Menurut Maslow dan Rogers (Dimiyati dan Mudjiono,1994:173) menegaskan bahwa :” Pentingnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik dari setiap siswa untuk mengaktualisasi diri dengan ciri- ciri: (a) berkemampuan mengamati sesuatu realitis secara efisien, apa adanya, dan terbatas dari subjektivitas. (b) dapat menerima diri sendiri, orang lain, secara sewajarnya. (c) berperilaku spontan, sederhana, dan wajar. (d) terpusat pada masalah atau tugasnya. (e) memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi. (f) memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayan. (g) dapat menghargai dengan penuh rasa hormat dan penuh gairah.(h) dapat mengalami pengalaman puncak, seperti terwujud dalam kreativitas, penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan persahabatan. (i) memiliki rasa keterikatan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi. (j) dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar.(k) memiliki watak terbuka dan bebas prasangka. (l) memiliki standar kesusilaan tinggi. (m) memiliki rasa humor terpelajar. (n) memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan,
seperti dalam pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup tertentu. (o) memiliki otonomi tinggi”. Untuk jelasnya ciri- ciri umum siswa yang memiliki motivasi dalam kegiatan akan di uraikan secara singkat seperti berikut: Siswa yang memiliki motivasi dalam kegiatan belajar, memandang obyek yang telah dipelajarinya sesuai apa adanya, tanpa adanya rekayasa secara subyektifitas dalam dirinya. Dengan adanya kepemilikan
pengetahuan sebagai produk
kegiatan belajar dapat mengembangkan kreativitas dalam diri secara optimal. Salah satu wujud nyata dan kongkrit dari hasil belajar, adalah akan muncul rasa menerima dirinya sendiri, dan sadar akan menerima kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Selain itu, dalam setiap pergaulan dengan orang juga cenderung untuk berperilaku rendah diri dan menerima sesuai apa adanya. Ciri lain yang muncul dari seorang siswa yang memiliki motivasi dalam kegiatan belajar adalah kecenderungan untuk berperilaku spontan, responsif terhadap berbagai hal yang dapat mengembangkan dirinya. Baginya sikap seperti ini merupakan rangkaian dari aktivitas belajar untuk mengembangkan diri. Tetapi walaupun demikian, sikap spontan dan responsif ini tetap berada pada hal- hal yang sederhana dan wajar, dan bukan untuk menunjukan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki. Salah satu sasaran utama dari adanya motivasi belajar kemampuan dari siswa dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Indikasi umum dari hal ini, yakni mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang dalam mata pelajaran tertentu diberikan oleh guru, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Perilaku kemandirian siswa ditunjukan dengan tidak selalu mengharapkan bantuan dan ulur tangan dari orang lain dalam mengerjakan tugas yang menjadi beban tanggung jawapnya. Bagi siswa seperti ini berprinsif bahwa kemandirian dalam menyelesaikan suatu
tugas adalah suatu hal yang mutlak. Oleh karena itu seorang guru harus menghargai segalah jerih payah dan usaha dari siswa dalam mengerjakan tugas, tanpa memandang berapapun hasil yng diperolehnya, karena hasil tersebut merupakan refleksi asli dari kemampuan yang dimiliki siswa. Indikasi dari siswa yang memilki ciri seperti ini, adalah ia mampu mendisiplinkan diri secara aktif, bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dan bukan atas paksaan dari orang. Penghormatan berlebihan, pemberian status, popularitas dianggap kurang penting dibandingkan dengan perkembangan diri. Menurut Buchari (1989:47) bahwa :“Aktivitas yang ditunjukan oleh orang yang mempunyai motivasi dalam kegiatan belajar umumnya mengarah pada hal- hal yang bersifat positif. Bentuk- bentuk kegiatan yang sering dilakukan biasanya bernuansa pengembangan kreativitas diri, kegiatan intelektual, atau mungkin kegiatan yang bersifat sosial seperti menjalin persahabatan yang baik dengan teman- teman sepergaulanya. Akumulasi dari aktivitas yang bersifat positif ini melahirkan suatu pengalaman yang berharga bagi dirinya sendiri”. Siswa yang memiliki motivasi belajar menyadari sepenuhnya bahwa dirinya tidak mungkin berhasil dengan sendiri tanpa bantuan dan uluran tangan dari orang. Oleh karena itu bila rasa kesetiakawanan terhadap orang lain sering tertanam dalam dirinya, sehingga tidak jarang disenangi oleh semua orang yang bergaul bersamanya. Hubungan pribadi yang ditunjukan dalam pergaulan sehari senantiasa tetap sesuai dengan segala norma- norma yang berlaku. Baginya norma atau ajaran agama cenderung dijadikan pegangan dan segala bertindak dan berbuat. Siswa seperti ini meyakini dengan sepenuh hati, bahwa sekecil apapun perbuatan yang baik maupun akan tetap dipertanggung jawapkan di hadapan Allah SWT. Dalam segala bertindak dan berbuat serta dalam memutuskan sesuatu, umumnya dilakukan secara cermat,
hati- hati dan dianalisi secara teliti dan rasional, bukan dengan gegabah dan tergesa- gesa. Prinsif yang dipegang dalam segala aktivitas adalah menghindari atau memperkecil resiko sebagi akibat tindakan atau perbuatanya sendiri.dengan demikian terbebas dari adanya prasangka yang negatif dari orang lain. Standar kesusilaan yang dipegang oleh siswa yang memiliki ciri- ciri bermotivasi dalam belajar adalah segala ajaran agama yang dianutnya. Oleh karena itu, biasanya bahwa mereka taat untuk melaksanakan ibadah kepada Allh SWT. Mereka menyadari dengan sepenuhnya hati bahwa apa yang telah dirasakan dan dimilikinya selama hidup, merupakan rahmat dari Allah SWT. Dan sebagai bentuk rasa sukur atas nikmat yang telah dilimpahkan pada dirinya, menjadikan ajaran agama sebagai patokan dan standar yang hakiki, untuk mengukur dan membedakan antara perbuatan dan tindakan yang benar dengan salah. Salah satu bentuk ekspresi dari siswa yang memiliki ciri bermotivasi dalam kegiatan belajar adalah selalu melakukan humor- humor tetap dalam batas- batas tertentu dan terkendali serta menggunakan akal atau bersifat rasionalitas. Sisi lain dari siswa yang mempunyai motivasi adalah bukan saja ditunjukan pada prestasi akademik, tetapi juga biasanya memiliki kreativitas dalam bidang vokasional seperti kesenian, atau keterampilan lain, sebagai bentuk dan wujud dari adanya imajinasi yang dimiliki. Siswa yang bermotivasi dalam belajar biasanya akan mengarahkan segala tenaga, waktu dan kemampuanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkanya itu. Ia tidak akan senang melihat sesuatu tugas yang tidak terselesaikan dengan baik, apalagi terbengkalai. Karena kesungguhan yang demikian, tidak jarang orang yang mempunyai motivasi keberhasilan yang tinggi dituduh sebagai orang yang suka menyendiri, dan memiliki otonomi yang tinggi dituduh sebagai orang yang dalam bertindak dan berbuat.
Motivasi mengaktualisasi diri tersebut berjalan sesuai dengan kemampuan tiap siswa. Upaya memaksakan kebutuhan aktualisasi diri tersebut tentu saja tidak mudah, tetapi memerlukan suatu ketekunan, perhatian dan keuletan dari parasiswa. Setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan aktualisasi diri. Ciri kecenderungan aktualisasi diri tersebut yakni : (a) berakar dari sifat bawaan, (b) perilaku bermotivasi mencapai perkembangan diri optimal, (c) pengaktualisasian diri juga
bertindak sebagai
evaluasi pengalaman”. Pendapat Tersebut mengidikasikan bahwa siswa yang memilki pengalaman positif, dapat berkembang secara optimal kegiatan belajarnya. Pandangan positif yang datang dari orang lain, akan memperkuat aktualisasi diri. Memperkuat pernyataan tersebut, maka siswa yang mempunyai kecendurungan beraktualisasi diri penuh memiliki ciri- ciri seperti yang ditegaskan oleh Uzer Usman dan Setiowati ( 2000: 120) yaitu,” (a) terbuka terhadap segala pengalaman hidup. (b) menjalani kehidupan secara berkepribaian, ia tidak terpaku pada masa lampau, atau masa yang akan datang. (c) percaya pada diri sendiri. (d) memliki rasa kebebasan. (e) memliki kreativitas.” Berdasarkan ciri- ciri tersebut dikemukakan sangat sederhana dan praktis, namun bila dikembagkan dengan baik pada setiap diri siswa, maka akan mendewasakan proses berpikir dan bertindak mereka, baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
2.3 HIPOTESIS Adapun hipotesis penelitian Korelasional ini adalah “terdapat hubungan antara rasa percaya diri dengan motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri I Kota Gorontalo” ?