BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teoritis
2.1.1 Tinjauan Umun Tentang Personal Hygiene 2.1.1.1 Pengertian Personal Hygiene “Hygiene merupakan suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut itu barada” (Yuliarsih,2002). “Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata personal yang artinya perseorangan dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya” (Isro’in & Andarmoyo, 2012). “Personal hygiene atau kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Dampak psikososial yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial” (dalam Ananggadipa, 2012). Personal hygiene adalah usaha seseorang untuk menjaga kebersihan (dalam Yahya, 2013) meliputi: 1. Kebersihan badan, termasuk kulit, tangan, kuku, rambut, telinga, gigi, dan hidung. 2. Kebersihan pakaian, termasuk pakaian harian. 3. Penampilan pribadi dan sehat. 4. Sikap yang baik, hormat dan ramah.
2.1.1.2 Macam- macam personal hygiene 1. Kebersihan Kulit Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam higiene perorangan. Kulit sebagai organ terberat dalam tubuh memiliki
11
12
peranan yang sangat sentral dalam menjaga keutuhan badan. Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh dibawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme kedalam tubuh. Untuk diperlukan perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit. 2. Kebersihan kaki, tangan dan kuku. Kaki, tangan, dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam praktik higiene seseorang, karena semuanya rentan terhadap berbagai macam infeksi. Perawatan kaki, tangan, dan kuku secara wajar sangat penting bagi manusia dalam usia berapapun dan kapanpun. Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah usang, dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi, dan infeksi pada kulit. Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat
13
berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari kaki dipotong lurus. 3. Kebersihan gigi dan mulut Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan. Di dalam mulut terdapat gigi dan lidah yang merupakan organ tambahan dalam mulut dan memainkan peranan penting dalam pencenaan awal dengan menghancurkan partikel-partikel makanan dan mencampurnya dengan liur/saliva. Mengingat pentingnya peranan mulut dan organ tambahan didalamnya, maka menjaga higiene mulut merupakan aspek yang sangat penting dalam perawatan. Menggosok gigi, lidah tidak cukup untuk mencapai kesehatan mulut. Dibutuhkan pemeriksaan dan intervensi yang teliti bagi yang tidak mampu mencapai kesehatan mulut. “Lansia umumnya mempunyai permasalahan dalam kesehatan giginya. Lansia umunya tidak memiliki gigi, dan gigi yang masih tersisa umumnya memiliki penyakit atau telah busuk” (Isro’in & Andarmoyo, 2012). 4. Kebersihan Rambut Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambut. Rambut adalah mahkota tubuh, sehingga penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Sepanjang hidup, perubahan dalam perkembangan, distribusi, dan kondisi rambut dapat mempengaruhi higiene yang dibutuhkan seseorang.
14
2.1.1.3 Tujuan Perawatan Personal Hygiene 1.
Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2.
Memelihara kebersihan diri seseorang
3.
Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
4.
Pencegahan penyakit
5.
Meningkatkan percaya diri seseorang
6.
Menciptakan keindahan
2.1.1.4 Manfaat Perawatan Personal Hygiene Ada beberapa manfaat perawatan personal hygiene antara lain: 1. Perawatan Kulit Memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, dapat mempertahankan Rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera dalam keseharian. 2.
Mandi Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, membuat individu merasa lebih rileks dan segar serta meningkatkan citra diri individu.
3. Perawatan Rambut Memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, untuk mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan dapat berpartisipasi dalam melakukan perawatan rambut.
15
2.1.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
1.
2.
3.
4.
5.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene (Isro’in & Andarmoyo, 2012) antara lain: Citra Tubuh Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat mempengaruhi dalam paraktik higiene seseorang. Ketika seseorang yang tampak berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli dengan higiene dirinya maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya higiene untuk kesehatan, selain itu juga dibutuhkan kepekaan untuk melihat kenapa hal ini bisa terjadi, apakah memang kurang/ketidaktahuan seseorang akan personal hygiene atau ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan praktik higiene dirinya, hal ini bisa dilihat dari partisipasi seseorang dalam higiene harian. Praktik Sosial Manusia merupakan makhluk sosial dan karenanya berada dalam kelompok sosial. Kondisi ini akan memungkinkan seseoarang untuk berhubungan, berinteraksi dan bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Personal hygiene atau kebersihan diri sesorang sangat mempengaruhi praktik sosial seseorang. Selama masa anak-anak, kebiasaan keluarga mempengaruhi praktik higiene, misalnya mandi, waktu mandi dan jenis higiene mulut. Pada masa remaja, higiene pribadi dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Remaja wanita misalnya, mulai tertarik dengan penampilan pribadi dam mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia akan tarjadi beberapa perubahan dalam praktik higiene karena perubahan dalam kondisi fisiknya. Status Sosial Ekonomi Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik higiene perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan higiene perorangan rendah pula. Pengetahuan Dan Motivasi Pengetahuan tentang higiene akan mempengaruhi praktik higiene seseorang. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam pelaksanaan higiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Budaya Kepercayaan budaya dan nilai pribadi akan mempengaruhi perawatan hygiene seseorang. Berbagai budaya memiliki praktik higiene yang berbeda. Di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu. Bebarapa budaya memungkinkan juga menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting.
16
2.1.1.6 Dampak personal hygiene Dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene adalah: 1. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak Terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah munculnya rambut pada kuku, gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak Psikososial “Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah Gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial” (Isro’in & Andarmoyo, 2012).
2.1.2
Tinjauan Umum Tentang Lansia ( usia lanjut)
2.1.2.1 Pengertian Lansia ( usia lanjut) Lansia adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokkan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih. Umur kronologis (kalender) manusia dapat digolongkan dalam berbagai masa, yakni masa anak, remaja, dan dewasa. Menurut Bustan (2007) “masa dewasa dapat dibagi atas dewasa muda (18-30 tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun), dan masa lansia (lebih 60 tahun)”. Menurut WHO (1989) dikatakan “lansia tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan
17
secara biologis, sosial dan ekonomi dan dikatakan lansia dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa” (dalam Lapasu, 2013). Menurut Yatim (2004) dalam Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang lansia yaitu: 1. Hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan. 2. Upaya pemberdayaan lansia. 3. Upaya peningkatan kesejahteraan lansia yang potensial dan tidak potensial. 4. Pelayanan terhadap lansia. 5. Perlindungan sosial. 6. Bantuan sosial. 7. Koordinasi. 8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi. 9. Ketentuan peralihan. 2.1.2.2 Klasifikasi Lansia Menurut Depkes RI 2003 (dalam Lapasu, 2013) ada lima klasifikasi pada lansia yaitu sebagai berikut: 1. Pralansia (prasenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Lansia, yaitu orang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia resiko tinggi, yaitu orang yang berusia 70 tahun atau lebih/ dengan masalah kesehatan. 4. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. 5. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengelompokkan lansia atas empat kelompok (Kuswardani, 2009) meliputi: a) Usia pertengahan (middle age) yakni kelompok usia 45 sampai 59 tahun, b) Usia lanjut (Elderly) yakni antara 60-74 tahun, c) Usia lanjut tua (Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun d) Usia sangat tua (Very Old) yaitu usia diatas 90 tahun.
2.1.2.3 Tipe Lansia (usia lanjut) Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Maryam,dkk. 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut:
18
1. Tipe Arif Bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. 2. Tipe Mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. 3. Tipe Tidak Puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. 4. Tipe Pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. 5. Tipe Bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
2.1.2.4 Tugas Perkembangan Lansia Pada setiap tahap kehidupan manusia memiliki tugas perkembangan tertentu, demikian halnya pada lansia. Lansia diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan, menurunnya kesehatan secara bertahap. “Pada dasarnya tugas perkembangan lansia itu adalah menentukan siapakah dirinya dan bagaimana mereka mengatasi dan menjalani setiap perubahan yang terjadi sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik serta menjalani hidup dengan rasa penuh bahagia” (Zakaria, 2009). Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyusuaikan diri terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada lansia ia akan tetap
19
melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Adapun tugas perkembangan lansia (Maryam,dkk. 2008) antara lain: Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun. Mempersiakan diri untuk pensiun. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya. Mempersiapkan kehidupan baru. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
2.1.2.5 Proses Penuaan Proses menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Pada masa ini sedikit demi sedikit seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial, dimana perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya termasuk kesehatannya (Praktikwo,dkk. 2006). Ada beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan dalam mempelajari lansia, antara lain: 1. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun. 2. “Tidak satu teori pun mampu menjelaskan penuaan secara universal. Meskipun penuaan merupakan proses yng universal, tidak seorang pun mengetahui penyebabnya atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda ini” (Pudjiastuti & Utomo. 2002).
20
Menjadi tua tidak dapat di cegah. Pada sensus 1990 dinyatakan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia berjumlah 11.551.693 orang dan umumnya didominasi oleh wanita. Pada tahun 2000 harapan hidup di Indonesia untuk pria 63,3 tahun dan wanita 67,2 tahun. Diperkirakan tahun 2005-2010 jumlah penduduk lansia akan meningkat mencapai 19 juta atau 8,5 persen dari jumlah penduduk. Sedangkan harapan hidup juga meningkat pada tahun 2005 dengan usia 64,9 tahun untuk wanita dan 68,8 tahun untuk pria. (Sudiarto & Jokosetio. 2003).
2.1.2.6 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia (Bustan. 2007) yaitu: 1. Perubahan Fisik-Biologis/Jasmani a. Kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan stamina menurun. b. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil, hipotrofis, terutama di bagian dada dan lengan. c. Kulit mengerut dan menjadi keriput. Garis-garis pada wajah di kening dan sudut mata. d. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang. e. Gigi mulai rontok f. Perubahan pada mata: pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat, lingkaran putih pada kornea dan lensa mata menjadi keruh (katarak). g. Pendengaran, daya cium dan perasa mulut menurun. h. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi kaku dan sulit bernapas. 2. Perubahan Mental-Emosional/Jiwa a. Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi. b. Sering pelupa/pikun; sering sangat mengganggu dalam pergaulan dengan lupa nama orang. c. Emosi mudah berubah, sering marah-marah, rasa harga diri mudah tersinggung.
21
3. Perubahan Psikologis “Perubahan psikologis pada lansia meliputi penurunan daya, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan” (Maryam,dkk. 2008).
2.1.2.7 Keluhan Dan Kondisi Yang Terjadi Pada Lansia Dari sudut kesehatan, lansia memang menghadapi banyak masalah kesehatan akibat kemunduran fungsi organ-organ tubuh (Yatim,dkk. 2004) seperti: 1. Gangguan penglihatan 2. pusing tujuh keliling (Vertigo) 3. Gangguan pendengaran 4. Badan letih 5. Sakit kepala 6. Sulit menelan 7. Nafsu makan tidak ada/berkurang (anorhexia) 8. Tekanan darah turun (hipotensi) 9. Perubahan pada hidung dan mulut 10.Perubahan pada postur tubuh dan penampilan tubuh 2.1.3
Tinjauan Umum Tentang Panti Werdha
2.1.3.1 Pengertian Panti Sosial Tresna Werdha Panti sosial tresna werdha atau panti jompo dapat diartikan sebagai rumah atau tempat tinggal bagi orang yang sudah tua. Panti sosial tresna werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lansia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. “Panti sosial tresna werdha/panti sosial lansia sebagai lembaga pelayanan sosial lansia berbasis panti yang dimiliki pemerintah maupun swasta
22
dan memiliki berbagai sumber daya yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lansia yang terus meningkat” (dalam Najjah, 2009). Beberapa keuntungan tinggal di dalam Panti werdha antara lain: 1. Terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman seusia yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. 2. Kesempatan yang besar untuk dapat diterima secara temporer oleh teman seusia daripada orang yang lebih muda, 3. Menghilangkan kesepian karena orang-orang yang berbeda dalam panti dapat dijadikan teman. 4. Ada kesempatan untuk berprestasi berdasarkan prestasi dimasa lalu kesempatan ini tidak mungkin terjadi dalam kelompok orang-orang muda.
23
2.2. Kerangka Berfikir 2.2.1 Kerangka Teori
Personal Hygiene
Kebersihan Kulit
Kebersihan Kuku
Kebersihan Gigi
Lansia
Panti sosial tresna werdha
Ilomata
Beringin
Sumber : (Isro’in & Andarmoyo, 2012).
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Kebersihan Rambut
24
2.3 Kerangka Konsep
Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Personal Hygiene (Kebersihan kulit, Kebersihan kuku, Kebersihan gigi, Kebersihan rambut) pada Lansia Panti Sosial Tresna Werdha Beringin
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian Ketangan: : yang diteliti
2.4
Hipotesis
2.4.1 Hipotesis Penelitian Ada perbedaan personal hygiene pada lansia di Panti sosial tresna werdha Ilomata dan Beringin Provinsi Gorontalo.