BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1.
Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Anthony Robbins dalam Al-Tabany (2014: 17) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengalaman) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: 1) Menciptakan hubungan, 2) Sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan 3) Sesuatu (pengetahuan) yang baru. Belajar bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Gagne dalam Susanto (2013: 2) mendefinisikan belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Gagne selanjutnya dalam teori yang disebut The domains of learning, menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu: Keterampilan motoris (Motoris skill), informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, sikap (attitude). 10 Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Menurut Suyono (2014:9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (Experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (Knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, kemudian siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan. Hamalik dalam Susanto (2012:45) juga menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar dengan demikian bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar di sebabkan oleh pengalaman atau latihan.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Slavin dalam Al-Tabany (2014: 18) mendefinisikan bahwa belajar adalah “Lerning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger or pain). However, humans do so mush learning from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked” “learning takes place in many ways, sometimes it is intentional, as when students acquire information presented in a classroom or when they look something up in encyclopedia. Sometimes it is unintentional, as in the case of the child’s reaction to the needle. All sorts of learning are going on all the time.” Definisi dari slavin tersebut mengenai pengertian belajar dapat diartikan bahwa Belajar secara umum dapat dipahami sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan, perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Proses belajar itu sendiri terjadi melalui banyak cara, baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu serta menunjuk pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud
yaitu
perubahan
perilaku
tetap
berupa
pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Pengalaman dalam belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan sebagai sumber belajarnya. b. Prinsip-Prinsip Belajar Guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Aktifitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran diarahkan pada upaya peningkatan potensi siswa secara
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
komprehensip, sehingga pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies dalam Anurrahman (2009: 113) mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar menurut lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) . 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajara, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk memperlajari sendiri, maka murid lebih termotivasi untuk belajar, dan dia akan belajar dan mengingat lebih baik. c. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran Anurrahman (2009: 114) menyatakan ada beberapa prinsip belajar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran diantaranya, yaitu: 1) Prinsip perhatian dan motivasi Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
diperlukan adanya motivasi. Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat 2) Prinsip transfer dan retensi Berkenaan dengan proses transfer dan retensi yang memiliki beberapa prinsip, guru hendaknya lebih cermat dalam mengemas suatu pembelajaran karena dengan bahan ajar yang bermakna, latihanlaithan yang dilaksanakan akan memungkinkan retensi lebih baik bagi siswa. 3) Prinsip keaktifan Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar diatandai oleh adanya ketertiban secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan. 4) Prinsip keterlibatan langsung Keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar, mengamati dan mengikuti, akan tetapi terlibat langsung di dalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengamati dan melakukan proses belajar sendiri.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
5) Prinsip pengulangan Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, menanggapi dan sebagainya. 6) Prinsip tantangan Deporter dalam Anurrahman (2009: 125) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, ramah, dan mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Tantangan di sini diharapkan dapat membuat siswa mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu kegiatan belajar dalam suatu kegiatan pembelajaran yang berlangsung. 7) Prinsip balikan dan penguatan Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu Low Of Effect. Hukum belajar ini menyatakan bahwa siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
8) Prinsip perbedaan individu Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut untuk memahami karakteristik siswa dengan baik. Pengenalan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan oleh setiap guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat menyentuh kepentingan siswa, minat-minat mereka, kemampuan serta berbagai karakteristik lain yang terdapat pada siswa. d. Pengertian Pembelajaran Arifin
(2013:
10)
mendefinisikan
kata
pembelajaran
lebih
menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan sosial, sedangkan kata pengajar lebih cenderung pada kegiatan mengajar guru di kelas. Kata pembelajaran dengan demikian memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari pada kata pengajaran. Pembelajaran dalam arti luas adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yaitu bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar
dan
lingkungan
untuk
menciptakan
suatu
kondisi
yang
memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Hamruni (2012: 48-54) menyatakan bahwa pembelajaran harus diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehudpan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, meliputi kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural. Makna belajar bukan hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah materi pelajaran, tetapi agar anak memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat. Hakikat dan makna pembelajaran ditandai oleh beberapa ciri berikut ini. 1) Pembelajaran adalah proses berpikir Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi pada kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (Self regulated). Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, tapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah pembelajaran berpikir memandang bahwa mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. (Hamruni, 2012: 28)
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
2) Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri atas dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisai dalam kemampuan-kemampuan tertentu. 3) Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Manusia akan dihadapkan pada berbagai rintangan, manakala rintangan sudah dilaluinya, maka manusia akan dihadapkan pada tujuan atau masalah baru, untuk mencapai tujuan baru itu manusia akan dihadapkan pada rintangan baru pula, yang kadang-kadang rintangan baru itu semakin berat. (Hamruni, 2012:52) 2.
Efektivitas Pembelajaran Vygotsky dalam Al-Tabany (2014: 21) berpendapat bahwa belajar adalah proses sosial konstruksi yang berhubungan dengan bahasa dan interaksi sosial. Soesmosasmito (1988) dalam Al-Tabany (2014: 22) memaparkan persyaratan suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif. Keefektifan pembelajaran dapat tercapai jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap kegiatan belajar mengajar.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa. c. Ketetapan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan, dan d. Mengembangkan
suasana
belajar
yang
akrab
dan
positif,
mengembangakan struktur kelas yang mendukung butir (b), tanpa mengabaikan butir (d). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan dengan melewati berbagai pengalaman melaui sebuah proses kegiatan yang dinamakan dengan pembelajaran. Peran guru dalam proses belajar sebagai instruktur yang memberikan arahan kepada peserta didik dalam proses belajar, sekaligus guru juga harus dapat mengoptimalkan perannya
baik
sebagai fasilitator maupun motivator. Pembelajaran yang baik akan menciptakan hubungan komunikasi yang baik, komunikasi guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang lain dan siswa dengan lingkungan belajarnya. 3.
Hakikat IPA dan Pengajarannya Trianto (2010: 136) menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan baigan dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris science, kata science berasal dari kata dalam bahasa latin science yang berarti saya tahu. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang sedang diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Menurut Prihanto.dkk dalam Trianto (2010: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produkproduk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi keudahan bagi kehidupan. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Menurut Susanto (2013: 166) ilmu pengetahuan alam, sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termausk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini salah satunya yaitu masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini belum sepenuhnya dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. a. Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi dan fisika. Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (2006) dimaksudkan untuk: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Menurut Prihanto dalam Trianto (2010: 142) menyatakan sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu: 1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap. 2) Menanamkan sikap hidup ilmiah. 3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan. 4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya. 5) Menggunkan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. b. Tugas Utama Guru dalam Pembelajaran IPA di SD Pada umumnya, tugas-tugas guru sekolah dasar, baik yang mengajar IPA atau sains maupun pelajaran yang lainnya adalah sama. Ditinjau dari pengertian guru menurut Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik, baik pada jenjeng pendidikan usia dini, jalur
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendididkan menengah, serta di perguruan tinggi. Tugas seorang guru sebagaimana yang telah di kemukakan dalam undang-undang guru tersebut sejalan dengan definisi guru yang dikemukakan oleh Hasbulloh dalam Susanto (2013:178-179), Guru adalah orang yang berfungsi sebagai pembimbing untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan. Seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus diemban serta harus diwujudkannya dalam kehidupan seharihari sehingga guru dapat menjadi teladan untuk murid-muridnya. Oleh karena itu, guru diminta untuk memenuhi beberapa kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya
dan tanggung jawabnya dengan optimal dan
professional. Ada dua unsur pokok dalam kecakapan atau kompetensi mengajar harus dimiliki guru, yaitu: 1) Menguasai bidang pengetahuan; dan 2) Menguasai keterampilan pedagogis atau kepiawaian dalam menagajar. Dari
pemaparan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
dengan
pembelajaran IPA diharapkan dapat menumbuhkan Sikap-sikap ilmuan baik bagi guru maupun bagi peserta didik dalam hal ini siswa. Sikap Ilmuan yang dimaksud yaitu: sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
4.
Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Arifin (2013:12) mendefinisikan kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi belajar (achievement) memiliki beberapa fungsi utama, antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap peserta didik. Mulyasa (2014: 189-190) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar. Makmun dalam Mulyasa
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
(2014:189) menjelaskan ciri-ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat intensional, positif, dan efektif. Prestasi belajar dapat ditingkatkan dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Prestasi belajar jika dilihat dari beberapa fungsi di atas, maka betapa pentingnya kita sebagai seorang guru mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian prestasi belajar dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang didapat atau dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar yang dinyatakan dengan berubahnya pengetahuan, tingkah laku, dan keterampilan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. b. Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa,yaitu: 1) Faktor Internal
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: a) Faktor Intelegensi kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berfikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. b) Faktor minat kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu, ketika seorang siswa memiliki minat yang tinggi maka siswa akan mantap untuk mempelajari atau menekuni bidang tertentu. c) Faktor keadaan fisik dan psikis keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani keadaan alat-alat indera dan sebagainya. (Mulyasa, 2014:190) 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat di bagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1) Faktor Guru Guru sebagai tenaga pendidik miliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengelola, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
2) Faktor Keluarga Lingkungan keluarga turut mempengaruhi prestasi siswa, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi fakta yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. 3) Faktor sumber-sumber belajar Sumber-sumber belajar itu dapat berupa media atau alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. (Mulyasa, 2014: 191-195) 5.
Pengertian Model Pembelajaran Sebelum
membahas tentang model pembelajaran Snowball throwing
terlebih dahulu kita harus memahami apa itu model pembelajaran. Soekamto dalam
Al-Tabany
(2014:24)
mengemukakan
maksud
dari
model
pembelajaran, yaitu: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”, dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Ciri-ciri model pembelajaran tersebut ialah: a) Rasional
teoritis
logis
yang
disusun
oleh
para
pencipta
atau
pengembangnya, b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (Al-Tabany, 2014:24). 6.
Model Pemelajaran Snowball Throwing Model pembelajaran snowball throwing ini merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru dalam proses kegiatan belajarnya hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya menertibkan jalannya pembelajaran. Keaktifan siswa akan terlihat dalam proses pembelajaran snowball throwing ini, dimana siswa akan berlatih memberikan arahan kepada teman sendiri atau sebagai tutor sebaya. Menurut Suprijono (2013: 128) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan materi, 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temannya, 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, 5. Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta ke peserta didik yang lain selama kurang lebih 15 menit. 6. Setelah peserta didik mendapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 7. Evaluasi 8. Penutup.(Suprijono, 2013:128)
Sebelum menerapkan model pembelajaran snowball throwing, sebaiknya mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran ini, seperti
yang dikutip dari (http://idtesis.com/model-pembelajaran-
snowball-throwing/) yang diakses pada hari Minggu, 13 Desember 2015. Kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran snowball throwing diantaranya sebagai berikut: 1) Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing adalah a) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
b) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain. c) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu pertanyaan soal yang dibuat temannya. d) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktik. f) Pembelajaran menjadi lebih efektif. g) Ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. 2) Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing adalah a) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang
tidak
sedikit
untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran. c) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. d) Memerlukan waktu yang panjang. e) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar. f) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Model pembelajaran snowball throwing ini akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman konsep siswa. Pembelajaran akan memiliki suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, hal ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses belajar sehingga pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi dapat meningkat. Selain model pembelajaran sendiri, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa, salah satunya motivasi belajar siswa. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelejaran ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemapuan belajar dalam memperoleh pengetahuannya secara optimal. 7.
Motivasi a. Pengertian Motivasi Menurut Hanafiah, N (2012:26) motivasi belajar merupakan kekuatan (Power motivation), daya pendorong (Driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Victory H. Vroom, dalam Majid (2013: 317-318) melalui bukunya yang berjudul Work And Motivation menjelaskan suatu teori yang disebutnya sebagai teori harapan. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai dan dipikirkan oleh seseorang,
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
kemudian seseorang itu akan melakukan tindakan yang mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu,
maka
jalan
akan
terlihat
terbuka
untuk
memperolehnya, dan yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Teori dari Vroom (1964) dalam Majid (2013:318) tentang Cognitive Theory of Motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: 1) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas, 2) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu ), 3) Valensi, yaitu respons terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. b. Fungsi Motivasi 1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik. 2) Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik. 3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
4) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna (Hanafiah, N, 2012: 26) c. Jenis Motivasi 1) Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (Self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. 2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah (Reward), kompetisi sehat antar peserta didik, hukuman (Funishment),dan sebagainya.(Hanafiah, N, 2012: 26) d. Prinsip Motivasi Berikut merupakan beberapa prinsip yang ada di dalam motivasi. 1) Peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan internal dan eksternal peserta didik itu sendiri. 2) Pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalaman belajar yang baru akan menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik. 3) Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai pujian dari pada hukuman. 4) Motivasi intrinsik peserta didik dalam belajar akan lebih baik dari pada motivasi ekstrinsik, meskipun keduannya saling menguatkan.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
5) Motivasi belajar peserta didik yang satu dapat merambat kepada peserta didik yang lain. 6) Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika diesertai dengan tujuan yang jelas. 7) Motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan implementasi keberagaman metode. 8) Bahan
ajar
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
belajar
akan
menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik. 9) Motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestasi belajar peserta didik. 10) Gangguan emosi siswa dapat menghambat terhadap motivasi dan mengurangi prestasi belajar siswa. 11) Tinggi-rendahnya motivasi belajar berpengaruh terhadap tinggirendahnya gairah belajar peserta didik. 12) Motivasi yang besar akan berpengaruh terhadap terjadinya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. (Hanafiah, N, 2012:27)
e. Cara Membangkitkan Motivasi Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar. Guru juga menjadi salah satu faktor pendukung bagi seorang siswa dalam mencapai keberhasilannya. Menurut Nanang (2012:28) ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar menurut, yaitu:
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
1) Peserta didik memperoleh pemahaman (comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran. 2) Peserta didik memperoleh kesadaran diri (Self Consciousness) terhadap pembelajaran. 3) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match. 4) Memberi sentuhan lembut (Soft touch) 5) Memberikan hadiah (Reword) 6) Memberikan pujian dan penghormatan 7) Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya 8) Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat 9) Belajar menggunakan multi media 10) Belajar menggunakan multi metode 11) Guru yang kompeten dan humoris 12) Suasana lingkungan sekolah yang sehat.
Munandar (1992) dalam Uno (2009: 21) mengungkapkan ciri-ciri indikator motivasi peserta didik, diantaranya sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi. 4) Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
5) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya). 6) Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah. 7) Senang dan rajin belajar, penuh semangat, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya tersebut). 8) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. 9) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan kuat yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu hal yang ada dalam pikirannya. Keberhasilan siswa dapat dicapai dengan menumbuhkan kembangkan motivasi yang ada di dalam dirinya siswa tersebut. Guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa hendaknya selalu berfikir inovatif dan kreatif dalam mengemas kegiatan belajar mengajar, sehingga motivasi belajar siswa dalam belajarnya dapat meningkat. B. Hasil Penelitian yang Relevan Pada hasil penelitian di bawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dari beberapa sumber yang terkait dengan penelitian yang dilaksanakan Hasil penelitian yang dimaksud yaitu hasil penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
Penelitian yang dilakukan oleh Pramella.dkk (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Motivasi Belajar Terhadap Pemahaman Konsep IPA”. Merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang dilaksanakan di sekolah dasar-sekolah dasar kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Data yang dikummpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis meliputi data pemahaman konsep IPA siswa dan data motivasi belajar siswa. Data pemahaman konsep IPA dikumpulkan dengan menggunakan instrument tes essay (uraian), sedangkan untuk data motivasi belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan instrument non tes (kuisioner). Hasil analisis data menunjukan dengan berdasarkan hasil analisis deskriptif rata-rata skor pemahaman konsep kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran snowball throwing termasuk dalam kategori sangat tinggi ketika dibandingkan dengan
pemahaman konsep kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Siswa yang mengikuti model pembelajaran snowball throwing juga memiliki motivasi belajar lebih tinggi jika dibandingakan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa dimana pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran snowball throwing secara keseluruhan berbeda dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, Selain itu terdapat adanya pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA pada siswa. Pemahaman konsep IPA siswa yang mengikuti pembelajaran snowball throwing
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
dapat dibuktikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Sandi, dkk (2014) dengan judul penelitiana “ Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPA Dengan Kovariabel Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV SD”. Penelitian di lakukan di SD Gugus X. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri dari dua jenis meliputi data hasil belajar IPA dan kemampuan berpikir kreatif, untuk mengukur hasil belajar IPA siswa digunakan tes dengan bentuk pilihan ganda, Sedangkan data kemampuan berpikir kreatif dikumpulkan juga dengan menggunkan tes uraian. Hasil analisis data yang didapat melalui uji ANAVA terdapat variabel terikat hasil belajar IPA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan . Penerapan model pembelajaran snowball throwing dengan model pembelajaran konvensional, dengan F hitung = 11,71 lebih besar daripada F tabel (F hitung = 11,71 F(0,05) = 1,71). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa rata-rata nilai hasil belajar IPA siswa kelas IV SD No.2 Kaliuntu yang dibelajarkan dengan model pembelajaran snowball throwing lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata nilai hasil belajar IPA siswa IV SD No.3 Kaliuntu yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran
konvensional.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
model
pembelajaran snowball throwing lebih unggul untuk meningkatkan hasil belajar IPA dibandingkan model pembelajaran konvensional. Keunggulan model pembelajaran snowball throwing dibandingkan model konvensional ini,
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
diakibatkan model snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif, yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Dari hasil uji ANACOVA terdapat masing-masing variabel terikat hasil belajar IPA dengan kovariabel kemampuan berpikir kreatif, menunjukkan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran snowball throwing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 4,25 lebih besar daripada F tabel = (F hitung = 16,560 F(0,005)(1:37) = 4,11.
Dengan kata lain untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sekaligus hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus X Kelurahan Kaliuntu pada pembelajaran IPA (pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan) penerapan model pembelajaran snowball throwing lebih unggul dibanding model pembelajaran konvensional. Data menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan model pembelajaran snowball throwing memenuhi tuntutan IPA yang diharapkan yaitu, IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. Hal ini dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran snowball throwing merupakan model pembelajaran dengan pendekatan
yang
komprensif.
Implementasi
snowball
throwing
selain
memfasilitasi siswa untuk belajar konsep IPA, juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep melalui pengalaman langsung. Penelitian yang dikemukakan oleh Safa’udin (2015) dengan judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Kooperatif Tipe Snowball Throwing Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa”, hasil penelitian ini juga ikut mendukung dilaksanakannya penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
snowball throwing. Hasil analisis data disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan langsung memberikan efek yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Hasil ini sesuai dengan hipotesis, dimungkinkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terdapat unsur permainan yang menyebabkan kegiatan pembelajaran akan lebih menarik perhatian, sehingga siswa nyaman dalam pembelajaran tersebut. Hasil tersebut dikuatkan dengan melihat hasil uji hipotesis pertama yang didapat bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran PBL sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Prestasi belajar matematika siswa yang diberikan model pembelejaran PBL dan kooperatif tipe snowball throwing lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran langsung. Penelitian yang terkait dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Haryani (2015), Dkk, dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Struktur Bumi”.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data siklus I dan siklus II, dapat diketahui terjadi peningkatan hasil belajar tentang struktur bumi pada siswa kelas V SDN Ngadiroyo, Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri melaui
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada setiap siklusnya. Peningkatan tersebut terbukti dari hasil nilai rata-rata pratindakan 62,75 dengan ketuntasan klasikal 43,75%, siklus I nilai rata-rata 71 dengan ketuntasan klasikal 62,5%, dan pada siklus II nilai rata-rata 77,9 dengan ketuntasan klasikal 93,75%. Penelitian yang kelima yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi. dkk (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Model Snowball Throwing Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPA”.
Penelitian juga apat
dijadikan salah satu referensi yang mendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan multimedia interaktif cenderung tinggi. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa metode tes, sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah statistik inferensia (uji t). Data hasil penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa dari implementasi model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA pada siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, dilanjuktan dengan uji hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t sampel independent (tidak berkolerasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria H0 ditolak jika t hitung > t tabel dan H0 diterima
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
jika t hitung < t tabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji t, diperoleh t hitung adalah 10,645, sedangkan t tabel dengan db= 75 dan taraf signifikan 5% adalah 1,665. Hal ini berarti t hitung > t table sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran snowball throwing berbantu multimedia interaktif dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 2 Singaraja. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian tersebut bahawa model pembelajaran snowball throwing berbantu multimedia interaktif dipandang perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA. Penggunaan model pembelajaran snowball throwing berbantu multimedia interaktif pada pembelajaran IPA akan memberikan akses kepada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya dan mengembangkan pengetahuannya. Pembelajaran yang bermakna akan memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Implikasi dari pembelajaran yang bermakna adalah mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari beberapa penelitian yang ada dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif untuk dilaksanakan guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar khususnya untuk mata pelajaran IPA. Penggunaan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
model pembelajaran yang tepat oleh guru dapat mendorong tumbuhnya rasa senang
siswa
terhadap
pelajaran,
sekaligus
dapat
menumbuhkan
dan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai prestasi belajar yang lebih baik, setelah kita ketahui bahwa ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. C. Kerangka Berpikir Guru merupakan salah satu komponen dalam dunia pendidikan, yang berperan penting dalam pembentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran yang dilaksanakan. Guru sudah seharunya lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara optimal dan dapat meningkatkan prestasi hasil belajarnya. Guru perlu menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak sehingga pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu alternatrif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IPA.
Model Pembelajaran Snowball Throwing
merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran Snowball Throwing ini diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif. Siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajarannya. Keterlibatan tersebut diharapkan akan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
menumbuhkan motivasi dan ketrampilan proses siswa sekaligus memberikan pengalaman secara langsung, sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa secara maksimal. Penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing ini diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA yang terkesan rumit, dan kurangnya motivasi belajar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta prestasi belajar IPA yang belum maksimal. Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian yang akan dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Rumusan Masalah
Mengelola Data
Kesimpulan
Observasi
Pengumpulan Data
- Prestasi Belajar Siswa - Motivasi Belajar Siswa
Rencana Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing pada mata pelajaran IPA
Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan, Hipotesis pada penelitian eksperimen ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Ha :
Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap prestasi belajar dan motivasi belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran alamiah (non snowball throwing) pada siswa kelas IV SD Negeri Ajibarang Kulon dalam mata pelajaran IPA.
Ho :
Tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing
terhadap
prestasi
belajar
dan
motivasi
belajar
siswa
dibandingkan dengan model pembelajaran alamiah (non snowball throwing) pada siswa kelas IV SD Negeri Ajibarang Kulon dalam mata pelajaran IPA.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Laila Prasti Sekarani, FKIP, UMP, 2016