BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Model Pembelajaran Snowball Throwing
2.1.1
Pengertian Snowball Throwing Menurut Ras Eko 2011 model Snowball Throwing merupakan salah satu
model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti „bola salju‟ dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang di gulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama kelompok. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juaga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas. Dalam model Snowball Throwing, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi atau kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan
1
lingkungan pergaulan. Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelomok untuk menapatkan tugas dari guru kemudian masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. 2.1.2
Langkah-langkah Snowball Throwing
Menurut Suprijono 2009 langkah-langkah model Snowball Throwing adalah: 1.
Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan kompotensi dasar yang ingin dicapai.
2.
Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4.
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5.
Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa kesiswa yang lain selama 5 menit
6.
Setelah siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbetuk bola tersebut secara bergantian
7.
Guru memberikan kesimpulan
2
8.
Evaluasi
9.
Penutup Untuk melaksanakan model pembelajaran dengan menggunakan Snowball Throwing, pendidik perlu melakukan beberapa persiapan/langkah yang harus dilakukan adalah: 1)
Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan minimal 25 pertanyaan singkat, lebih banyak lebih baik.
2)
Guru menyiapkan bola kecil ( bisa bola karet atau bola kain ), yang akan digunakan sebagai alat lempar
3)
Guru menerankan cara bermain Snowball Throwing kepada siswa Aturan atau cara bermain Snowball Throwing adalah sebagai berikut:
a.
Guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu siswa
b.
Siswa yang mendapatkan bola melemparkannya kesiswa yang lain, boleh secara acak atau secara sengaja
c.
Siswa mendapatkan bola dari temannya kembali ke siswa lainnya
d.
Siswa ketiiga/ siswa terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan oleh guru
e.
Guru memulai dengan melemparkan bola kepada siswa secara acak
f.
Siswa melemparkannya kembali kearah siswa yang lain, sesuai dengan peraturan yang telah dijelaskan sebelumnya
g.
Siswa terakhir yang menerima bola harus menjawab pertanyaan nomor satu.
3
h.
Guru membenarkan jika jawaban salah, menegaskan apabila kurang pas
i.
dan menerankan/ membahas soal yang baru saja dijawab
2.1.3 Kelebihan
dan
Kekurangan
Model
Pembelajaran
Snowball
Throwing 1. Kelebihan Model Snowball Throwing Model Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan yang semuanya melibatkan dan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran. Kelebihan dari model Snowball Throwing adalah: 1) Suasana pembelajaran menjadi menyenagkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain. 2) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain. 3) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu yang dibuat temannya seperti apa. 4) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. 5) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek. 6) Pembelajaran menjadi lebih efektif. 7) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. 2. Kelemahan /Kekurangan Model Snowball Throwing
4
Disamping terdapat kelebihan tentu saja model Snowball Throwing juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari model ini adalah : 1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan. 2) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pembelajaran. 3) Tidak ada kuis individu maupun pengahargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok 4) Memerlukan waktu yang panjang 5) Siswa yang nakal cenderung untuk berbuat onar 6) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh siswa. Kelemahan dalam penggunaan model ini dapat ditutupi dengan cara : a. Guru menerankan terlebih b. dahulu materi yang akan didemonstrasikan secara singkat dan jelas disertai dengan aplikasinya. c. Mengoptimalisasi waktu dengan cara member batasan dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan.
5
d. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi. e. Memisahkan group siswa yang dianggap sering dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang berbeda. f. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok. 2.2
Hakikat Membaca Teks Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Karena dengan membaca seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang tersebut mampu memperluas daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Membaca merupakan salah satu kunci utama untuk memasuki istana ilmu, berperan sebagai landasan yang mantap serta kegiatan yang menyajikan sumber-sumber bahan yang tak pernah kering bagi berbagai aktifitas ekpresif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari. 2.2.1 Pengertian Membaca Teks Beberapa pakar memberikan batasan pengertian membaca antara lain : (1) Anderson ; membaca adalah melafalkan lambing-lambang bahasa tulis, (2) A.S. Broto; membaca adalah mengucapkan lambing bunyi, (3) Henry Guntur Tarigan; membaca adalah proses pemerolehan pesan yang
6
disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan, (4) Poerwodarminto; membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Lebih lanjut Klein ( dalam Rahim, 2008 : 3 ) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup:” (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses yang dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/ atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya secara strategis dan interaktif. 2.2.2 Tujuan Membaca Teks Membaca hendaknya
mempunyai tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Menurut Blanton dan Irwin (dalam Rahim 2008:11) bahwa tujuan membaca mencakup (1) kesenangan (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya
7
tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan sesuatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, (9) menjawab pertanyaan-petanyaan spesifik. 2.2.3 Manfaat Membaca Teks Rahim ( 2008 : 1 ) Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan siswa yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan siswa yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Menurut Ismail 2010
kegiatan membaca mendatangkan berbagai
manfaat, antara lain: 1.
Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2.
Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan.
3.
Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.
8
4.
Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.
5.
Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.
6.
Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.
7.
Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
8.
Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi.
2.2.4 Jenis-jenis Membaca Teks Menurut Kusmana (2010 :75–86) jenis-jenis membaca dapat dilakukan berdasarkan aktivitas yang harus dilakukan oleh pembaca. Oleh karena itu, jenis-jenis membaca sering dilakukan pembaca adalah membaca nyaring, membaca pemahaman yang terdiri atas membaca intensif dan membaca ektensif, membaca cepat (skimming) dan membaca sekilas (scanning). Dalam Standar Isi Permendiknas no 22/2006 ( Kusmana 2010-75) sebagai dasar bagi pembuat pembuatan kurikulum sekolah, kompetensikompetensi dasar membaca yang harus dimilki peserta didik adalah membaca pemahaman membaca intensif, membaca ektensif, membaca memindai, dan membaca cepat. A. Membaca Pemahaman
9
Menurut Rubin (dalam Somadayo 2011:7) membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Pendapat ini memandang bahwa dalam membaca pemahaman, secara simultan terjadi konsentrasi dua arah dalam melakukan aktivitas membaca, pembaca secara aktif merespon dengan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis. Untuk itu, pembaca dituntut untuk mengungkapkan makna yang terkandung didalam teks, yakni makna yang ingin disampaikan oleh penulis. B. Membaca Intensif Menurut Kusmana ( dalam dictionary of Reading 2010 : 79 ) disebut bahwa membaca intensif merupakan kegiaatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca seseorang hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bacaan yang ada. Membaca intensif merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengasa kemampuan membaca secara kritis. Selanjutnya menurut Suyatno ( dalam Kusmana 2010:79) tujuan membaca intensif yaitu agar siswa dapat memahami bacaan secara intensif, tanpa bersuara, dan tuntas. Oleh karena itu, latihan membaca intensif dapat menumbuhkan dan mengasah kemampuan siswa membaca kritis, pemahaman pembaca pun akan semakin berhasil. Pemahaman erat hubungannya dengan kecepatan membaca. Dalam membaca intensif pembaca memahami bacaan tanpa bersuara, berkomat-komit, dan sebagainya.
10
Membaca intensif sering disebut juga membaca mendalam. Pembaca harus membaca dengan sungguh-sungguh untuk mengunduh informasi dari bacaan. Dalam membaca intensif seseorang akan mengkritisi atau mengkaji bacaan menggunakan pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi yang dibaca. Membaca intensif terdiri atas membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi terbagi lagi ke dalam: (a) membaca teliti (close reading), (b) pembaca pehaman (understanding reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for ideas). Membaca bahasa terbagi dalam lagi ke dalam (a) membaca bahasa dan (b) membaca sastra. Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang sering di lakukan pelajar dalam mendapatkan informasi. Oleh karena itu, kegiatan membaca intensif perlu dibelajarkan kepada siswa. C. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif adalah kegiatan memahami beberapa bacaan dengan cepat. Membaca ekstensif sering juga di namakan membaca secara luas. Objektifnya meliputi sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu sesingkat mungkin. Tujuannya memahami isi penting dari bacaan yang berhubungan dengan cepat dan efisien. Menurut Kusmana (dalam dictionary of reading 2010:81) dinyatakan bahwa smembaca ekstensif merupakan kegiatan membca yang dilakukan secara lebih luas. Pembaca memiliki kebebasan dan keleluasaan dalam memilih, baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang di bacanya.
11
Membaca ekstensif sangat besar manfaatnya dalam mendapatkan berbagai pengalaman dan informasi yang sangat luas. Membaca ekstensif adalah membaca yang dilakukan secara luas, implikasinya antara lain: Pertama, bahan-bahan bacaan, baik jenis atau teks maupun ragamnya luas dan beraneka. Dengan demikian, dalam pembelajaran membaca ekstensif menuntut siswa banyak memiliki keleluasaan dalam melakukan pilihan terhadap bahan bacaan. Meskipun demikian yang harus diperhatikan guru adalah faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Kedua, waktu yang dipergunakan untuk membaca ekstensif pada umumnya singkat. Pada membaca ekstenif pemahaman sepintas saja sudah dianggap memadai, karena dalam membaca ekstensif tuntutan dan tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang penting dari beberapa bahan bacaan dengan menggunakan waktu relatif sebentar. Membaca ektensif terdiri atas membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading). Membaca ektensif lebih ditujukan untuk membaca secara komprehensif dengan cakupan bahan bacaan yang lebih luas. Jenis membaca itu dipergunakan untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya dari beragam bacaan dengan cepat. Membaca ektensif bukan untuk kepentingan pendalaman informasi, melainkan untuk perluasaan informasi. Membaca ekstensif tersebut merupakan kegiatan membaca pemahaman, sehingga pada saat membaca memerlukan kesungguhan, kecermatan, dan
12
kemampuan
menggambungkan
beberapa
gagasan
yang
berhubungan.
Kemampuan membaca ekstensif sangat berguna bagi peserta didik yang sedang menggali dan mencari informasi. Oleh karena itu, kemampuan membaca ekstensif itu dapat dilatihkan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dapat ditempuh sebagaimana yang diungkapkan Suyatno (dalam Kusmana 2010: 82), yaitu sebagai berikut: a)
Guru memberikan penjelasan tentang tehnik pembelajaran membaca ekstensif
b)
bacaan yang bertopik sama, namun antara siswa yang satu dengan Guru memberikan artikel kepada siswa masing-masing dua buah yang lain berbeda sumber data (ada yang dari Koran, majalah, buku teks, dan lain-lain).
c)
Dalam waktu tertentu bacaan secara bergilir saling dipertukarkan.
d)
siswa menyampaikan uraian inti dari masing-masing bacaan yang mereka baca.
e)
Siswa lain member tanggapan mengenai penjelasan temannya.
f)
Guru memberi refleksi kegiatan hari itu. Membaca ekstensif dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi
dari sumber beragam. Setiap sumber yang menyajikan bacaan, biasanya memiliki keunikan sendiri-sendiri dalam menyajikan informasi, ada yang memberi penekanan pada keberadaan fakta, namun ada juga yang mengutamakan sifat fakta.
13
D. Membaca Memindai (Scanning) dan sekilas (Skimming) Kompetensi dasar membaca yang tergolong ke dalam jenis membaca cepat adalah scanning atau membaca memindai. Kegiatam membaca memindai dilakukan seseorang terhadap bacaan secara sepintas, sehingga jenis membaca tersebut sering pula dinamakan membaca sepintas. Jenis membaca yang hampir sasma dengan membaca memindai adalah Skimming
atau
membaca sekilas. Membaca sekilas merupakan strategi membaca yang dilakukan hanya untuk mendapatkan informasi penting dari bacaan. Dari tujuannya, membaca sekilas juga dapat di golongkan ke dalam membaca ekstensif. Membaca memindai merupakan jenis membaca cepat yang dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi yang diperlukan saja dengan tidak membaca bagian lainnya. Kegiatan membaca memindai biasanya dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi yang diperlukan atau sedang di cari, misalnya di lakukan terhadap buku telepon, ensiklopedia, atau kamus. Membaca memindai biasanya dilakukan seorang pembaca untuk (1) mencari makna kata dalam sebuah kamus atau ensiklopedia; (2) mecari nomor telpon seseorang; (3) mencari entri pada indeks buku; (4) mencari angkaangka statistik yang diperlukan; (5) mencari acara dan siaran televisi; (6) mencari informasi tentang daftar perjalanan; (7) mencari makna kata kontekstual. Membaca sekilas merupakan kegiatan membaca yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi-informasi penting dalam sebuah
14
bacaan secara cepat. Biasanya kegiatan membaca dilakukan sesorang yang memilki sedikit waktu namun perlu mendapatkan informasi yang penting. Kegiatan membaca sekilas yang dilakukan seseoarang untuk mendapat bagian-bagian penting dari suatu bacaan, misalnya ingin mengetahui isi buku secara menyeluruh dengan cepat ingin mengetahui berita yang tersaji dari sebuah koran. Membaca sekilas sering dilakukan seseorang dengan kegiatan seharihari. Membaca sekilas merupakan teknik membaca cepat yang tidak sekedar menyapu isi halaman, malainkan suatu keterampilan membaca dengan dilakukan secara sistematis dan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang efesien. Membaca sekilas dilakukan dengan tujuan (1) memdapatkan makna topik bacaan; (2) memperoleh informasi dari bagian penting yang diperlukan dengan tidak membacanya secara utuh; (3) mengetahui pendapat seseorang; (4) mengetahui ide pokok dan organisasi tulisan; (5) mengulas kembali bacaan yang pernah di baca sebelumnya. Membaca memindai dan membaca sekilas biasanya selalu berlangsung secara beriringan. Seseorang yang membaca surat kabar, maka ia melakukan membaca memindai dan sekilas secara bersamaan, sehingga beberapa surat kabar dalam beberapa menit dapat dibacanya. Seseorang yang memerlukan informasi sebagai pengambilan keputusan, ia melakukan membaca memindai daftar isi buku kemudian membaca sekilas bagian isi buku yang dipilih. Pembaca mencari informasi dengan cepat untuk mendapatkan bahan-bahan
15
yang menjadi bahan pertimbangan untuk membuat keputusan yang tepat, seperti surat-surat usulan dan laporan proyek. Kegiatan membaca memindai dan sekilas dilakukan seseorang untuk tujuan efisiensi dan efektivitas baca. Membaca memindai dilakukan untuk memilah bagian yang tidak diperlukan atau untuk mengarahkan pada informasi yang diperlukan. Membaca memindai dapat menghindari kegiatan membaca bacaan-bacaan yang sedang tidak diperlukan saat itu. Membaca memindai
merupakan
bentuk
pemercepatan
membaca
dengan
cara
mengerucutkan tujuan baca pada bagian-bagian yang diperlukan. Membaca memindai merupakan petunjuk arah bagi para pembaca agar tidak salah sasaran bacaan. Sementara itu, kegiatan membaca sekilas dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi dalam waktu singkat. Misalnya, kegiatan membaca sekilas sebuah buku dalam rangka mendapatkan jawaban atau mendapatkan informasi yang diperlukan secara singkat dan cepat. Dalam waktu singkat, pembaca dapat menjelajahi halaman-halaman buku dalam waktu singkat. Membaca sekilas dapat menghindari membaca bagian-bagian yang tidak diperlukan. Untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam membaca buku, maka kita dapat memadukan membaca memindai dan membaca sekilas. Dengan memadukan kekiatan membaca itu maka kiat akan dapat memaksimalkan penguasaan informasi dari bacaan secara singkat. Langkahlangkah yang ditempuh adalah (1) membaca memindai daftar isi buku; (2)
16
membaca sekilas bagian awal buku; (3) membaca sekilas bagian buku hasil memindai dari bacaan yang diperlukan; (4) membaca sekilas untuk menangkap isi bacaan. Dengan langkah seperti itu, kegiatan membaca memindai digambungkan dengan membaca sekilas akan mendapatkan informasi secara efektif dan efesien. E. Membaca Cepat Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi secara cepat. Membaca cepat merupakan keterampilan membaca yang mengutamakan kemampuan pikiran dalam menafsirkan lambang-lambang tertulis. Pembaca mengandalkan pikiran untuk menangkap makna sebuah bacaan. Membaca cepat merupakan kemampuan yang memerlukan latihan. Orang yang ingin menjadi pembaca cepat harus berlatih secara terus menerus, sehingga membaca cepat akan menjadi miliknya. 2.3 Kajian Yang Relevan 1) Satini, NIM 151 411 475 (2013) dalam penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Model Snowball Throwing di kelas II SDN I Telaga Biru kecamatan Popayato. Kabupaten Pohuwato”. Dalam penelitian ini mengambil model yang sama. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah tercapai peningkatan kemampuan membaca siswa melalui model Snowball Throwing sebesar 88 % dengan indikator variabel kesiapan siswa, kemampuan membaca dan ketepatan dalam model. Pada siklus pertama dari dua kali pertemuan teknik model Snowball
17
Throwing dengan membaca nyaring dengan membahas materi suku kata terjadi peningkatan 55%, pada siklus kedua menggunakan model Snowball Throwing dengan materi suku kata dengan membaca kartu dengan bergambar dan terjadi peningkatan 67% serta pada siklus ketiga mencapi 88% dengan membahas menyusun kalimat dan melengkapi kalimat sederhana. Dengan demikian indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 96% dari 25 orang siswa kelas II SDN I Telaga Biru dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca nyring melalui model Snowball Throwing dapat teratasi. Di samping itu hipotesis tidakan yang telah dirumuskan yakni, jika dalam pembelajran bahasa Indonesia menggunakan model Snowball Throwing, maka kemampuan membaca siswa dapat meningkat. 2) Rusni S. Aliwu. 2010. Penerapan Metode Struktur Analitik Sintesis Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I SDN II Hepuhulawa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan Penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) dapat meninkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SDN 2 Hepuhulawa? Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan melalui metode Struktur Analitik Sintetis penelitian ini menggunakan ini menggunakan metode penelitian Tindakan kelas ( PTK ). Dan teknik yang digunakan unutuk menganalisis data ini penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
18
Untuk observasi awal hasil yang diperoleh melalui penelitian tindakan kelas yakni pada siswa memperoleh nilain 65 keatas sebanyak 9 orang (43%) dengan rata-rata kelas 57 dan daya serap 57%, atau tujuan pembelajaran belum terlaksana. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 keatas sebanyak 14 orang (67%) dengan rata-rata kelas 68 dan daya serap 68% atau tujuan pembelajaran belum terlaksana telah mencapai indicator yang telah ditetapkan. Siklus II siswa yang memperoleh nilai 65 keatas sebanyak 19 orang (90%) dengan rata-rata kelas 88 dan daya serap 88% atau telah mencapai indicator yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil diatas dapatlah disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode struktur analiti sintetik kemampuan siswa membaca permulaan dapat meningkat sesuai indikator kinerja yang ditetapkan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dikatakan berhasil.
19