BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Istilah “Model” sering kali digunakan dalam pembelajaran, jika pembelajaran yang dilakukan didalam kelas didukung dengan adanya penggunaan model yang inovatif dan kreatif maka akan dapat membantu siswa didalam menerima materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga, peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan hasil belajar yang diperolehpun dapat meningkat. Menurut Trianto (2009) suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Pola urutan yang mengambarkan tahap-tahap model pembelajaran memiliki komponen yang sama dengan model yang lainya seperti dimana, pada tahap awal model pembelajaran diupayakan untuk dapat menarik perhatian siswa dengan cara memberikan motivasi. Pada kegiatan akhir dilakukan proses merangkum pelajaran yang dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Menurut Agus Suprijono (2009) model pembelajaran merupakan perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat tergambar jelas dari kegiatan guru ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas, didalam menerapkan model pembelajaran terdapat adanya suatu strategi, metode, dan pendekatan yang digunakan agar tercapainya tujuan yang diinginkan. Menurut Arends dalam Agus Suprijono, (2009:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajar,
tahap-tahap
pembelajaran,
pengelolaan kelas.
6
lingkungan
pembelajaran
dan
7
Berdasarkan ketiga pengertian model pembelajaran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu teknik atau pola yang dirancang secara sistematis yang tergambar dari kegiatan awal, inti dan akhir agar apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.
2.1.1.1 Pengertian Model Examples Non Examples Menurut Buehl 1996 dalam Warsono (2012:101) examples non examples adalah cara yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep dengan menggunakan media gambar yang relevan dengan materi ajar. Cara
yang
digunakan bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dalam memahami materi yang terdiri dari examples dari suatu konsep materi yang ada. Sedangkan non example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Menurut Suyatno (2009:73) examples non examples merupakan model pembelajaran yang disajikan dengan mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar tersebut ditempel atau ditayangkan menggunakan komputer, OHP atau Proyektor (LCD). Dari gambar yang ada guru memberikan petunjuk kepada siswa untuk mencermati sajian gambar yang diberikan/ditayangkan, kemudian setelah itu siswa diskusi kelompok untuk membahas tentang sajian gambar, kemudian peresentasi hasil kelompok, bimbingan, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. Menurut Widowati (2011) “examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh dari gambar yang relevan dengan kompetensi dasar”. Penggunaan media gambar yang disusun dan dirancang oleh guru bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menganalisis gambar, sehingga dari hasil analisis yang dibuat akan menghasilkan deskripsi singkat dari materi yang ada. Penggunaan model examples non examples lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Berdasarkan ketiga pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa model examples non examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan media gambar yang relevan dengan materi ajar untuk di analisis
8
oleh siswa. Analisis ini menekankan kepada kemampuan siswa untuk menganalisis sebuah konsep dari contoh materi dan bukan contoh dari materi melalui gambar, dari hasil analisis tersebut siswa akan dapat membuat deskripsi singkat tentang materi pelajaran.
2.1.1.2 Kelebihan Model Examples Non Examples a) Menurut Buelh (Depdiknas, 2007:219) kelebihan model examples non examples adalah: 1) Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks 2) Siswa terlibat dalam suatu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman examples non examples 3) Siswa diberi suatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples. b) Sofyan Adi Kusuma (2011) kelebihan model examples non examples adalah: 1) Siswa dapat memahami materi dengan jelas dengan menampilkan contoh-contoh dengan lebih kongkrit dengan visualisasi gambar 2) Siswa akan lebih berpikir kritis terhadap suatu pokok permasalahan yang dihadapi. 3) Siswa terlibat langsung dalam kegiatan untuk menemukan suatu konsep secara langsung dari hasil analisis siswa. 4) Siswa lebih keritis dalam menganalisis gambar dan siswa dapat diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya didepan kelas. Berdasarkan kedua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, dengan menggunakan model example non examples dapat membantu siswa dalam
9
menemukan sebuah konsep yang ada pada pelajaran yang disajikan dengan bantuan media gambar. Tidak hanya itu siswa juga akan merasa lebih terarahkan untuk berpikir kritis terhadap suatu pokok permasalahan yang disajikan dengan bantuan gambar sehingga permasalahan tersebut akan mendapatkan suatu solusi yang tepat. 2.1.1.3 Kekurangan Model Examples Non Examples Kekurangan model examples non examples menurut Vhiendintya (2010) sebagai berikut: 1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar 2) Memakan waktu yang lama Untuk mengatasi kelemahan yang ada perlu dilakukan beberapa hal diantaranya: guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam penerapan model examples non examples, mengalokasikan waktu seefektif mungkin dan memperhatikan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya model pembelajaran examples non examples. 2.1.1.4 Langkah-Langkah Model Examples Non Examples a) Langkah-langkah model examples non examples menurut Herdian (2009) adalah sebagai berikut: 1) Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi 2) Sajikan gambar atau di tempel menggunakan OHP atau Proyektor 3) Dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian 4) Diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi 5) Presentasi hasil kelompok 6) Bimbingan penyimpulan 7) Evaluasi 8) Refleksi b) Menurut Joyce dan Weil (1986) menjelaskan bahwa seorang guru dalam melaksanakan pengajaran dengan menggunakan model exampels non examples harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut ini:
10
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pelajaran 2) Guru menempelkan gambar didepan 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar 4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisi gambar tersebut dicatat pada kertas 5) Tiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya 6) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan kedua penjelasan langkah-langkah diatas dapat disimpulkan bahwa poin (1) yaitu mempersiapkan gambar-gambar yang akan ditempelkan atau ditayangkan, ini merupakan kegiatan awal. Poin (2) guru menempelkan atau menayangkan gambar-gambar yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan dalam penyajian informasi setelah guru mengadakan apersepsi dan menjelaskan prosedur pembelajaran. Poin (3) guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar-gambar yang sudah ditempelkan atau ditayangkan. Poin (4) hasil diskusi dari analisa gambar-gambar yang dilakukan melalui diskusi kelompok dicatat pada kertas yang sudah disipkan oleh guru. Poin (5) setiap kelompok membacakan hasil diskusi secara bergantian dan kelompok yang lain menanggapi. Poin (6) guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai melalui komentar dari hasil diskusi siswa. Poin (7) yang merupakan bagian akhir dari langkah tersebut yaitu menyimpulkan apa yang dipelajari dan refleksi kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
2.1.2 Pengertian Belajar Belajar merupakan hal penting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu, oleh karena itu hendaknya setiap orang mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan yang dinamis dalam persaingan belajar, dimana didalamnya termasuk belajar memahami diri sendiri, serta perubahan dan perkembangan globalisasi.
11
Menurut Gagne dalam Mudjiono (2009:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang didalamnya terdapat kapabilitas sehingga dari belajar tersebut orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah “proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan yang dilakukan bisa terjadi secara sadar, berkesinambungan, dan sementara. Pengertian belajar menurut Fudyartanto dalam Baharuddin (2008:13) mengartikan belajar adalah “suatu kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu”. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupalan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya, sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Morgan (2009) menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Belajar adalah perubahan tingkah laku b) Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan. c) Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Berdasarkan keempat definisi diatas dapat disumpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi dan pengalaman secara langsung ataupun tidak langsung yang dilakukan manusia untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif ataupun memperoleh nilai dari kegiatan yang dilakukan sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bemakna.
12
2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang dipeoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sehingga lebih baik dari pada sebelumnya. Sudjana (2005:3) “Hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif, efektif dan pisikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar”. Menurut Sunarto (2006:6) hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh atau dicapai oleh siswa pada bidang studi tertentu dengan menggunakan tes atau evaluasi sebagai alat pengukur keterampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:5): Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil atau nilai yang dicapai atau dimiliki siswa dari suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan selama mengalami aktivitas belajar.
2.1.2.2 Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2010:56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktorfaktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kedua faktor yang ada sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan
menurut
Sadiman
(2007:39-47),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor
13
ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah fisiologis dan psikologis yang terdiri dari motivasi, minat, kebiasaan dan cara belajar, sedang faktor eksternal adalah lingkungan dan instrumental yang terdiri dari lingkungan keluarga (suasana rumah dan keadaan ekonomi), sekolah (metode mengajar dan alat peraga yang digunakan) dan masyarakat (teman bergaul). Keduanya dapat diminimalisir apabila guru dalam hal ini selaku pendidik mampu dan mau berusaha mengorganisir atau mengelola proses belajar mengajar yang tidak hanya di lakukan di dalam kelas saja.
2.1.3 Hakikat Pembelajaran IPA 2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA/SMU) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta. Webste’s: New Collegiate Dictionary 1981 dalam Adi Winanto & Deasy Khristina (2012:1) menyatakan “natural science is knowledge concerned with
14
the physical world and its phenomena”, yang artinya IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Menurut Sri Wahyu Widyaningsih (2012), IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Beberapa definisi IPA menurut pendapat beberapa ahli, yaitu: a) Carin dalam Sri Wahyu Widyaningsih (2012), science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya
secara
umum
terbatas
pada
gejala-gejala
alam.
Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. b) Sund dalam Sri Wahyu Widyaningsih (2012) mendefinisikan science sebagai berikut: 1) Scientific attitudes (sikap ilmiah), yaitu kepercayaan/keyakinan, nilainilai, gagasan/pendapat, objektif. 2) Scientific methods (metode ilmiah), yaitu cara-cara khusus dalam menyelidiki/memecahkan masalah. 3) Scientific products (produk ilmiah), berupa fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. c) Subiyanto dalam Sri Wahyu Widyaningsih (2012), IPA adalah suatu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat diartikan sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mempelajari peristiwa-peristiwa alam secara sistematis. Dalam IPA terkandung metode ilmiah, sikap ilmiah dan produk
15
ilmiah. IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan belajar dan praktik. Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains.
2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (BSNP, 2006): 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. Maksud dari tujuan tersebut adalah agar siswa dapat memiliki pengetahuan untuk mempelajari gejala alam, beberapa jenis perangai lingkungan yang dapat ditemukan melalui pengamatan, hal itu dilakukan agar siswa tidak buta akan pengetahuan dasar mengenai IPA.
16
2.1.3.3 Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,
merencanakan
eksperimen
untuk
menjawab
pertanyaan,
mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya, memberikan pengalaman pada peserta didik untuk belajar menguji suatu pernyataan yang didapat dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari, sehingga dari hasil pengujian tersebut mereka dapat memperoleh jawaban sementara dari pengamatan yang dilakukan.
17
Adanya jawaban sementara yang dibuat dapat membantu peserta didik untuk berpikir logis terhadap suatu bentuk peristiwa alam yang terjadi karena pembelajaran IPA itu dapat membantu menjawab berbagai masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam yang terjadi.
2.2
Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian tindakan terdahulu dilakukan oleh Albertina Marlay (2011),
yang berjudul “Penerapan model examples non examples untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Madyopuro 5 Kota Malang” Tujuan dari hasil penelitian ini adalah agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan model examples non examples. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa setelah diterapkan model examples non examples, hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Fikri, Dzaki Fahmil
(2012), dengan judul “Penerapan pembelajaran
kooperatif model examples non examples untuk meningkatkan hasil belajar IPS Geografi siswa kelas VII MTS Miftahul Ulum Dampit Kabupaten Malang pada materi Hidrosfer”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar IPS Geografi siswa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat tentang konsep yang dipelajari sehingga siswa menjadi lebih mendalami materi dan hasil belajar siswapun meningkat kususnya pada materi Hidrosfer. Marbun Yen 308331088 (2011), dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Pada Materi Perairan Darat Di Kelas X SMA Negeri 1 Pangururan”. Tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar Geografi pada materi perairan darat. Dari hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
proses
belajar
mengajar
dengan
menggunakan model examples non examples dapat memberikan pemahaman
18
yang nyata pada siswa, sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan, yaitu mengarahkan siswa belajar tuntas dapat tercapai. Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti di atas maka dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3
Kerangka Pikir Berdasarkan kondisi awal siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Tlogo
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 bahwa hasil belajar IPA masih banyak yang belum memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 62. Hasil belajar mata pelajaran IPA rendah diakibatkan karena guru dalam mengajar menggunakan model konvensional yaitu ceramah. Umumnya siswa cenderung cepat bosan dan jenuh mendengarkan penjelasan guru, sehingga berdampak kepada hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model exampeles non examples dalam dua siklus. Pada siklus I dan siklus II guru melakukan tindakan dengan cara membagi kelompok belajar yang setiap kelompoknya masing-masing beranggotakan tiga orang dan media pembelajaran yang digunakan berupa gambar yang relevan dengan materi ajar. Model examples non examples digunakan karena dapat memudahkan siswa dalam memahami materi ajar sehingga hasil belajar akan meningkat. Kondisi akhir hasil belajar siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meningkat setelah menerapkan model examples non examples. Peningkatan hasil belajar ini ditandai dengan hasil observasi dan nilai evaluasi pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan antara sikus pertama dengan sikus kedua.
19
2.4
Hipotesis Penelitian Sugiyono (2011:159) mengemukakan bahwa “Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Hipotesis dari penelitian ini adalah pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.