BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Bahan Ajar 2.1.1
Pengertian Bahan Ajar Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran adalah tersedianya
bahan pembelajaran. Menurut Ibrahim ( 2013: 244) bahan ajar adalah seperangkat bahan yang disusun secara sistematis untuk kebutuhan pembelajaran yang bersumber dari bahan cetak , alat bantu visual, audio, video, multimedia dan aniasi serta computer dan jaringan. Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis,sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011:16). Bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Ibrahim, 2013: 245). Pembuatan bahan ajar yang menarik dan inovatif adalah hal yang sangat penting dan merupakan tuntunan bagi setiap pendidik. Hal ini mengingat pekerjaan membuat bahan ajar memiliki konstribusi yang sangat besar bagi keberhasilan proses pembelajaran yang kita laksanakan (Prastowo, 2011:23).
14
15
Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. 2.1.2
Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Pembuatan Bahan Ajar Menurut Prastowo (2011:26-27)
tujuan pembuatan bahan ajar ada 4 hal
pokok yang melingkupinya yaitu: 1. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu yaitu membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. 2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik 3. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar ini akan memberikan kemudahan kepada peserta didik maupun guru dalam proses belajar mengajar. 4. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Dengan adanya bahan ajar yang dibuat oleh guru yang di kemas secara menarik akan membuat peserta didik lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
16
Menurut Prastowo (2011:24-25) fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain: (a) menghemat waktu pendidik dalam mengajar, (b) mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator, (c) meningkatkan proses pembelajaran agar menjadi lebih efektif dan interaktif, (d) sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya di ajarkan kepada peserta didik, (e) sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. 2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain yaitu: (a) peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain, (b) peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki, (c) peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing, (d) peserta didik dapat belajar sesuai urutan yang menjadi pilihannya sendiri, (e) membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri, (f) sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai. Menurut Prastowo (2011:27-28) manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain: 1. Kegunaan bagi pendidik yaitu: (a) pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, (b) bahan ajar dapat di ajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik guna
17
keperluan kenaikan pangkat, (c) menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan. 2. Kegunaan bagi peserta didik yaitu: (a) kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (b) peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik, (c) dan peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya. Sesuai dengan tujuan, fungsi dan manfaat bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar sangat berguna bagi pendidik maupun peserta didik. Karena dengan adanya bahan guru dapat mengefisiensikan waktu dalam memberikan penjelasan, dapat memaksimalkan keterampilan peserta didik . 2.1.3 Unsur – Unsur Bahan Ajar Menurut Prastowo (2011:28) untuk mampu membuat bahan ajar yang baik, kita harus memahami unsur-unsur tersebut. Setidaknya ada enam komponen yang perlu kita ketahui berkaitan dengan unsur-unsur tersebut, diantaranya sebagai berikut: 1. Petunjuk belajar Komponen pertama ini meliputi petunjuk bagi pendidik maupun peserta didik. Didalamnya dijelaskan tentang bagaimana pendidik sebaiknya mengajarkan materi kepada peserta didik. 2. Kompetensi yang akan dicapai Komponen kedua ini adalah kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. Sebagai pendidik, kita harus menjelaskan dan mencantumkan dalam bahan ajar yang kita
18
susun tersebut dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasai peserta didik. 3. Informasi pendukung Informasi
pendukung merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat
melengkapi bahan ajar , sehingga peserta didik akan semakin mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan dipeoleh. 4. Latihan- latihan Komponen keempat ini merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar. 5. Petunjuk kerja atau lembar kerja Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa lembar kertas yang berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas atau kegiatan tertentu yang harus dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan praktik dan sebagainya. 6. Evaluasi Dalam komponen evaluasi terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik untuk mengukur seberapa jauh penguasaan kompetensi yang berhasil mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur bahan ajar yaitu: (1) petunjuk belajar, (2) kompetensi yang akan dicapai, (3) informasi pendukung,(4) latihan-latihan, (5) petunjuk kerja atau lembar kerja, (6) evaluasi.
19
2.1.4 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar Menurut Belawati (2007:2.3) guru harus memiliki pengetahuan tentang beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar, diantaranya sebagai berikut: 1. Kecermatan isi Kecermatan isi adalah validitas / kesahihan isi atau kebenaran isi secara keilmuan, keselarasan dan kebenaran isi berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa. Validitas isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemuktahiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang dulakukan dalam bidang ilmu tersebut. 2. Ketepatan cakupan Ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. 3. Ketercernaan bahan ajar Bahan ajar menggunakan media apapun harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi. Dalam hal ini, artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh siswa dengan mudah. Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar yaitu: (1) pemaparan yang logis, (2) penyajian materi yang runtut, (3) adanya contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman, (4) adanya alat bantu yang memudahkan, (5) format bahan ajar yang tertib dan konsisten, (6) adanya penjelasan tentang relevansi dan mannfaat bahan ajar.
20
4. Penggunaan bahasa Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting. Beberapa hal terkait penggunaan bahasa yang berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar yaitu pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif dan penyusunan paragraf yang bermakna. 5. Perwajahan / pengemasan Perwajahan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam suatu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia. Perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari siswa secara mandiri (sendiri atau dengan teman-teman sekelompok). Alat bantu belajar ini pada dasarnya diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih memahami isi bahan ajar, mengingat dan menguasai isi bahan ajar tersebut. 6. Ilustrasi Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat antara lain membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan. Selain itu ilustrasi digunakan untuk memberi variasi
bahan ajar sehingga bahan ajar
menjadi menarik, memotivasi, komunikatif, membantu retensi dan pemahaman siswa terhadap isi pesan. 7. Kelengkapan komponen Kelengkapan komponen mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang
21
strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar kepada siswa serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh siswa untuk mengukur kemampuannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar yaitu : (1) kecermatan isi, (2) ketepatan cakupan, (3) ketercernaan bahan ajar, (4) penggunaan bahasa, (5) ilustrasi, (6) perwajahan/ pengemasan, (7) kelengkapan komponen bahan ajar. 2.2.5 Prosedur Pengembangan bahan Ajar Menurut Belawati (2007 : 2.23) pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara
sistematik
berdasarkan
langkag-langkah
yang
saling
terkait
untuk
menghasilkan bahan ajar yang saling bermanfaat. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru dalam pengembangan bahan ajar yaitu: 1. Analisis Pada tahap ini , mencoba mengenali siswa dengan perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang ilmu atau mata pelajaran yang sudah dimiliki siswa. Mengenali siswa dari segi demografis (jumlah, usia, gender, dan lain-lain), motivasi dalam belajar, , gaya belajar atau faktor yang berpengaruh terhadap proses belajarnya, pengetahuan awal tentang isi pelajaran serta akses siswa terhadap beragam sumber dan alat yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan ajar yang akan dikembangkan. 2. Perancangan Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan, yaitu: (1) perumusan tujuan pembelajaran. Penulisan tujuan
22
pembelajaran menggunakan kata kerja yang operasional. Tujuan pembelajaran yang baik akan memandu dalam memilih topik pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran, memilih media dan metode pembelajaran serta mengembangkan alat evaluasi hasil belajar, (2) pemilihan topik mata pelajaran. Acuan utama pemilihan topik mata pelajaran adalah kurikulum dan analisis intruksional yang telah dimiliki. Selanjutnya menggunakan berbagai buku dan sumber belajar, serta melakukan penelusuran pustaka, (3) pemilihan media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar merupakan alat dan cara untuk memfasilitasi, mempermudah proses belajar siswa, serta membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa anda. (4) pemilihan strategi pembelajaran. Tahap pemilihan strategi merupakan tahap
menyusun urutan pembelajaran
dan
merancang aktivitas belajar siswa. 3. Pengembangan Pada proses pengembangan dapat dimulai dengan menulis apa yang dapat ditulis, kembangkan bahan ajar sesuai dengan karakteristik siswa
sehingga dapat
memberikan pengalaman belajar kepada siswa, sebagaimana seorang guru dapat memberikan
pengalaman
melaui
interaksinya
dengan
siswa.
Dalam
pengembangan bahan ajar juga perlu diperhatikan ragam media, sumber belajar, aktivitas
umpan balik, ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta
pengemasan bahan ajar agar diperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi siswa.
23
4. Evaluasi dan revisi Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadi bahan ajar yang lebih berkualitas. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa langkah dalam pengembangan bahan ajar yaitu : (1) analisis, (2) perancangan, (3) pengembangan, (4) evaluasi dan revisi. 2.2 Modul Pembelajaran 2.2.1
Pengertian modul Menurut Walter Dick dan Lou Cary (dalam Wena, 2013:231) modul diartikan
sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak. Mengajar terpandu yang memiliki satu tema terpadu, menyajikan kepada siswa keterangan- keterangan yang diperlukan untuk menguasai dan menilai
pengetahuan dan keterampilan yang ditentukan.
Pengertian modul menurut Dick & Carey (dalam Wena, 2013:213) ditinjau dari wujud fisik berupa bahan pembelajaran cetak, fungsinya sebagai media belajar mandiri, dan isinya berupa unit materi pembelajaran. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (dalam Prastowo,2011: 104) modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari guru atau dosen pembimbing, meliputi perencanaan, tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk penilai, serta pengukuran keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pelajaran.
24
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia, agar dapat belajar mandiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. 2.2.2
Tujuan Penggunaan Modul Menurut Prastowo( 2011:108) tujuan penggunaan modul sebagai bahan ajar
sebagai berikut: 1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal karena dengan bahasa yang menarik dapat menarik minat baca siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lancer. 2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera peserta didik dan pendidik 3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi peserta didik 4. Memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya dan dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. 2.2.3. Langkah-langkah Pengembangan Modul Menurut Prastowo (2011: 132) ada Sembilan aspek yang harus diperhatikan pada saat mengembangkan modul, yaitu: 1. Membantu pembaca untuk menemukan cara mempelajari modul 2. Menjelaskan hal-hal yang perlu pembaca persiapkan sebelum mempelajari modul 3. Menjelaskan hal-hal yang diharapkan dari pembaca setelah selesai mempelajari modul 4. Memberi pengantar tentang cara pembaca menghadapi atau mempelajari modul
25
5. Menyajikan materi sejelas mungkin, sehingga pembaca dapat mengaitkan materi yang dipelajari dari modul dengan apa-apa yang sudah mereka ketahui 6. Memberi dukungan kepada pembaca agar berani mencoba segala langkah yang dibutuhkan untuk memahami materi modul 7. Melibatkan pembaca dalam latihan serta kegiatan yang akan membuat mereka berinteraksi dengan materi yang sedang dipelajari 8. Memberikan umpan balik pada latihan dan kegiatan yang dilakukan pembaca 9. Membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang sudah dipelajari dari modul. Menurut
Rowntree (dalam Prastowo, 2011: 133-163) ada empat tahapan
dalam pengembangan modul yang hebat, yaitu: 1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran Sebagai langkah pendahuluan dalam tahapan pengembangan materi belajar, termasuk pengembangan modul adalah melakukan identifikasi terhadap tujuan pembelajaran. Dalam hal ini usaha untuk mencermati secara mendalam tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam modul yang dikembangkan sangatlah dibutuhkan. 2. Memformulasikan garis besar materi Dalam menentukan materi, kita harus menyesuaikan dengan target pembaca (contohnya umur dan tingkat pendidikan), tingkah laku pembaca yang diharapkan akan dikuasai setelah mempelajari modul, serta kondisi tingkh laku dan tingkat kemampuan yang diharapkan akan dicapai.
26
3. Menuliskan materi Pada tahap menulis materi ada empat hal penting yang harus kita perhatikan, yaitu: a. Menentukan materi yang akan ditulis Untuk memulai menulis modul, ada tiga pertanyaan yang harus dijawab guna menentukan keluasan dan kedalaman materi yang ditulis, yaitu: Apa yang harus diketahui peserta didik setelah selesai membaca materi, apa yang sebaiknya diketahui peserta didik setelah selesai membaca materi, apakah ada manfaat jika peserta didik selesai membaca materi. b. Menentukan gaya penulisan Untuk kaidah gaya penulisan yang dianggap mampu membantu penyampaian pesan kepada peserta didik secara efektif yaitu: tuliskan katakata seolah kita berbicara secara langsung dengan pembaca, menggunakan kata ganti orang pertama, berbicara langsung dengan pembaca, menulis mengenai orang, benda dan fakta; menggunakan kalimat aktif dan subjek personal, menggunakan kata kerja, menggunakan kalimat yang singkat, menggunakan paragraph yang singkat, melakukan dramatisasi dan melakukan ilustrasi, contoh atau kasus. c. Menentukan banyaknya kata yang digunakan Jumlah kata ditentukan oleh kompleksitas materi. Materi yang kompleks membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarinya. Maka dari itu, untuk materi yang kompleks, kata-kata yang digunakan dapat kurang dari 50 kata per menit.
27
d. Menentukan format dan tata letak Untuk membuat modul inovatif, ada empat alternative tampilan yang bisa menjadi pilihan yaitu dengan menggunakan list dengan memakai list yang berupa nomor, menggunakan box dengan memasukkan materi penting ke dalam kotak sebagai penekanan, menebalkan kata-kata penting, menggunakan tulisan yang dicetak miring atau ditulis terbalik atau menggunakan huruf dengan jenis ukuran yang berbeda. Selain tampilan modul, format modul juga menjadi hal yang harus benar-benar dipertimbangkan.hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan format modul yaitu frekuensi dan konsistensi serta kemudahan kepada pembaca. Format modul yaitu: judul, kata pengantar, daftar isi, latar belakang, deskripsi singkat, standar kompetensi, peta konsep, manfaat, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan modul, kompetensi dasar, materi pokok, uraian materi, heading, ringkasan, latihan atau tugas, tes mandiri, post test, tindak lanjut, harapan, glosarium, daftar pustaka serta kunci jawaban. 4. Menentukan format dan tata letak Aspek yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan modul adalah tata letak. Hal yang mempengaruhi tata letak yaitu: ukuran halaman dan format modul, kolom dan margin, serta penempatan tabel, gambar dan diagram. 2.3 Tinjauan Model Pembelajaran Creative Problem Solving 2.3.1 Pengertian model Creative Problem Solving Menurut Mitchel dan Kowalik (1999:4) Creative problem soving berasal dari kata creative, problem, dan solving. Creative artinya banyak ide baru dan unik dalam mengkreasi solusi serta mempunyai nilai dan relevan; problem artinya suatu situasi
28
yang memberikan tantangan, kesempatan yang saling berkaitan; sementara solving artinya merencanakan suatu cara untuk menjawab atau menemukan jawaban dari suatu problem. Secara harfiah, CPS dapat diarikan sebagai kemampuan
dalam
merencanakan suatu cara /ide yang baru dan unik guna menjawab sebuah problem yang sedang dihadapi. Creative Problem Solving lebih menekankan pada pentingnya penemuan berbagai alternatif ide dan gagasan untuk mencari berbagai kemungkinan tindakan pada setiap langkah dari proses pemecahan masalah yang digunakan. Masalah yang sama seringkali diselesaikan dengan solusi yang berbeda karena situasi yang semakin dinamis. Hal ini membutuhkan kreativitas dalam menemukan solusi pemecahan masalah yang tepat, kunci utama dalam kreativitas adalah kemampuan dalam menggali ide-ide,
metode lain, ataupun pendekatan alternatif untuk mencapai
pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Karen (2000:62) menyebutkan bahwa model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan kreativitas. Ketika siswa dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Menurut Ratner (dalam Ristontowi, 2012:442) ada beberapa trik kunci dalam proses CPS yang dapat dilakukan, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) menghadirkan banyak ide, (3) menyelidiki dan mengidentifikasi beragam alternatif solusi, (4) memahami secara jelas, sehingga tidak membuat asumsi yang salah, (5) brainstor-
29
ming secara berkelompok, (6) mereview tujuan, (7) mencoba mengkosongkan pikiran sesaat, (8) mengambil tindakan, (9) mengevaluasi hasil dari tindakan. Menurut Pepkin (2000: 66) Langkah-langkah model pembelajaran Creative Problem Solving dengan menggunakan prosedur gabungan yang dikembangkan oleh Van Oech dan Osborn, yaitu: 1. Klasifikasi masalah Pada proses ini, harus dipastikan bahwa seluruh siswa memahami apa solusi dari masalah yang sedang dicari. Dalam hal ini termasuk menelaah kriteria kesuksesan dalam proses penyelesaian masalah. 2. Brainstorming Pada proses ini, siswa menyusun ide sebanyak-banyaknya yang mungkin. Penyusunan ide ini guna mendukung pembenaran yang diyakini , sehingga diperoleh solusi yang terbaik. 3. Evaluasi dan pemilihan Pada proses ini, siswa mengevaluasi, memodifikasi dan mengeliminasi setiap ide sebagai produk dari brainstrorming, untuk mengambil satu keputusan (pilihan). 4. Implementasi Mengembangkan rencana untuk mengimplementasikan pihan yang diambil pada saat proses evaluasi dan pemilihan. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Creative Problem Solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas. Langkah-langkah model pembelajaran Creative Problem Solving yaitu: (1) klasifikasi
30
masalah, (2) brainstorming( pengungkapan pendapat), (3) evaluasi dan pemilihan, (4) implementasi. 2.3.2 Indikator Model Creative Problem Solving Menurut Pepkin (2000: 63) dalam pembelajaran matematika ada beberapa indikator mengukur model CPS yaitu: 1. Siswa mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah. Maksudnya adalah siswa dapat membuat langkah-langkah proses pemecahan masalah dengan memperkirakan keadaan konteks sosial. 2. Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah. Maksudnya siswa dapat menemukan langkah-langkah pengerjaan melalui beberapa strategi pemecahan masalah. 3. Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. Artinya setelah membuat beberapa kemungkinan-kemungkinan solusi maka siswa dapat menyeleksi strategi-strategi yang dianggap mudah dan efektif. 4. Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal. Artinya siswa dapat memilih dari kemungkinan pengerjaan solusi yang paling mudah dan efektif dalam pemecahan masalah. 5. Siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasi strategi pemecehan masalah. Dari strategi yang didapatkan, siswa mampu mengembangkan menjadi suatu jawaban
31
6. Siswa mampu mengartikulasi bagaimana CPS dapat digunakan dalam berbagai bidang dan situasi. Maksudnya adalah siswa dapat menggunakan model CPS pada pokok bahasan matematika yang lainnya bahkan mata pelajaran lain. Siswa dalam setiap proses pembelajaran menggunakan prosedur dari metode CPS. 2.3.3. Tinjauan Pendekatan Saintifik 2.3.3.1. Pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Imas (2014:141) Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013. Proses pembelajaran ini dapat disamakan dengan suatu proses ilmiah karena didalamnya terdapat tahapan-tahapan terutama dalam kegiatan inti. Pendekatan saintifik dapat di sebut juga sebagai bentuk pengembangan sikap baik religi maupun sosial, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan materi pelajaran. Dalam pendekatan ini peserta didik tidak lagi dijadikan sebagai objek pembelajaran, tetapi dijadikan subjek pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator saja. Guru tidak perlu menjelaskan semua tentang apa yang ada dalam materi. 2.3.3.2.Langkah-langkah Pendekatan Saintifik Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan. Pendekatan
ilmiah
pembelajaran disajikan berikut ini. 1. Mengamati Dalam proses mengamati peserta didik diharapkan dapat menyaksikan tentang apa yang disajikan guru. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan
32
proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang dan mudah pelaksanaannya. 2. Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Setelah peserta didik mengamati, kemudian peserta didik merumuskan pertanyaan atas apa yang telah di tampilkan guru, apabila sudah ada pertanyaan-pertanyaan pada peserta didik diharapkan dengan pertanyaan itu nantinya akan membuat peserta didik lebih memperhatikan materi dan mampu mencari sendiri jawaban dari pertanyaannya itu. 3. Menalar Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi
atau
pembelajaran asosiatif 4. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba.
Peserta
didik
harus
memiliki
keterampilan
proses
untuk
mengembangkan pengetahuan serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
33
5. Mengomunikasikan Dalam proses ini peserta didik di harapkan mampu mengkomunikasikan dengan kelompok lain tentang informasi apa yang sudah di olah dalam kelompoknya. Disinilah inti dari saintifik yaitu peserta didik diharapkan untuk saling bertukar informasi dengan kelompok lain. Sehingga akan tercipta kondisi peserta didik yang aktif, dan menjadikan peserta didik menjadi subjek belajar. 2.3.4
Modul Bermuatan Creative Problem Solving Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul bermuatan
creative problem solving pada materi aritmetika sosial. Pengembangan modul ini menggunakan langkah-langkah dalam model pengembangan ADDIE dengan langkah-langkah meliputi: (1) Analysis (Analisis), (2) Desain (Perancangan), (3) Development (Pengembangan), (4) Implementation (Implementasi), (5) Evaluation (Evaluasi). Pengembangan modul bermuatan Creative Problem Solving ini dikembangkan berdasarkan langkah-langkah atau sintaks dari Creative Problem Solving. Adapun langkah-langkah creative problem solving menurut Pepkin (2000:64) yaitu klarifikasi masalah, pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi, dan implementasi. Berikut akan dipaparkan spesifikasi dari modul bermuatan creative problem solving : 1. Judul Judul modul yang akan dibuat lebih spesifik. Pada tahap merancang judul dilihat berdasarkan kompetensi dasar, indikator yang ingin dicapai, materi pokok, dan didasarkan oleh suatu pendekatan yang digunakan.
34
2. Kata pengantar Kata pengantar berisi ucapan terima kasih atas terselesaikannya modul, alasan penulisan modul secara singkat dan manfaat yang bisa diperoleh dengan mempelajari modul. 3. Daftar Isi Daftar isi menginformasikan tentang topik-topik yang ditampilkan dalam modul sesuai urutan tampilan dan nomor halaman. Sehingga mempermudah pembaca untuk mencari materi yang dicari. 4. Latar belakang Bagian ini berisi alasan dan dasar pertimbangan penyusunan modul. Sehingga pembaca memahami alasan pentingnya mempelajari modul bermuatan Creative Problem Solving. 5. Deskripsi singkat Deskripsi singkat memuat penjelasan singkat tentang materi-materi apa saja yang akan dibahas dalam modul. Dalam modul bermuatan Creative Problem Solving ini akan mempelajari materi tentang aritmetika sosial. 6. Manfaat modul Manfaat modul disajikan agar siswa dapat mengetahui manfaat dari mempelajari modul bermuatan Creative Problem Solving. 7. Materi Prasyarat Materi Prasyarat disajikan agar siswa mengetahui tentang materi yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari modul. Materi prasyarat harus
35
dikuasai siswa, untuk mempermudah siswa dalam mempelajari dan mengerjakan soal pada modul. 8. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran memuat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah mempelajari modul. Tujuan pembelajaran membantu siswa untuk memberitahu siswa apa yang menjadi target atau tujuan dipelajari modul. 9. Petunjuk penggunaan modul Petunjuk
penggunaan
modul
ini
disajikan
untuk
mempermudah
siswa
menggunakan modul dalam proses pembelajaran. Dalam modul ini petunjuk belajarnya terbagi menjadi petunjuk belajar bagi guru dan siswa 10. Kompetensi yang akan dicapai Pada kompetensi yang akan dicapai ini berisikan kompetensi inti, kompetensi dasar, pengalaman belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran materi aritmetika sosial, dan indikator pencapaian kompetensi yanng mencakup keseluruhan materi aritmetika sosial. 11. Peta konsep Peta konsep memberikan informasi penting tentang hubungan antar topik, sehingga siswa lebih mudah melihat ruang lingkup materi aritmetika sosial. 12. Kegiatan belajar Pada modul bermuatan Creative Problem Solving dengan materi aritmetika sosial ini terdiri dari 4 kegiatan belajar. Pada setiap kegiatan belajar terdiri dari kegiatan melatih kemampuan berpikir kreatif siswa baik secara individu maupun berkelompok. Kegiatan pembelajaran tersebut yaitu:
36
a. Kegiatan Be Creative Kegiatan be creative adalah kegiatan belajar yang dikerjakan siswa secara individu. Pada kegiatan ini siswa diharapkan dapat mengungkapkan pendapatnya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa diberikan ruang bagi siswa untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah-langkah dalam Creative Problem Solving. b. Forum diskusi Pada kegiatan forum diskusi ini, siswa secara berkelompok menyelesaikan masalah dengan saling mengungkapkan pendapat masing-masing siswa. hal tersebut dapat melatih sikap saling menghargai dan bekerja sama pada siswa. siswa bersama kelompoknya menyelesaikan masalah dengan mengikuti langkah Creative Problem Solving untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, yang mana tahapan-tahapan pembelajaran pada setiap masalah menggunakan tahapan model creative problem solving, seperti: a. Klarifikasi masalah Siswa secara berkelompok mengklarifikasi masalah yang diperoleh setelah guru menjelaskan materi pelajaran. Siswa diharapkan dapat mengetahui solusi yang diharapkan dalam pembelajaran tersebut. Dalam tahap ini, masingmasing kelompok mengajukan pemecahan masalah dari masalah mereka.
37
b. Pengungkapan gagasan Siswa masing-masing kelompok mengungkapkan pendapat sebanyakbanyaknya dengan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran tersebut. c. Evaluasi dan seleksi Setelah dibuat daftar strategi atau gagasan, siswa bersama guru mengevaluasi dan menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan masalah sehingga menghasilkan strategi yang optimal. d. Implementasi Dalam tahap ini, siswa bersama kelompoknya memutuskan strategi pemecahan masalah dan melaksanakan strategi yang dipilih dalam memecahkan permasalahan sesuai dengan pendapat yang dajukan. 13. Latihan Mandiri Latihan mandiri diberikan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih memahami materi per sub bab, sehingga siswa lebih memahami materi. 14. Rangkuman Rangkuman pada modul bermuatan Creative Problem Solving ini
berisi
ringkasan materi dalam satu kegiatan belajar. Siswa yang mengisi rangkuman tersebut, lalu didiskusikan bersama siswa lain dan guru. 15. Tes formatif
38
Tes formatif terdiri dari beberapa soal yang terdiri dari beberapa materi pada satu kegiatan belajar. Tes formatif dapat menambah referensi bagi siswa untuk melatih pemahaman dalam menguasai materi.
16. Soal Evaluasi Berisikan uji kompetensi yang mana semua materi digabung secara utuh untuk melihat secara keseluruhan apakah siswa selama proses pembelajaran sebelumya telah mencapai kompetensi yang diharapkan. 17. Tindak lanjut Pada bagian tindak lanjut
memberikan saran
untuk mengembangkan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Sedangkan bagi yang belum mencapai belajar tuntas, disarankan untuk mengulangi bagian yang masih dirasa sulit. 18. Harapan Harapan berisi sejumlah saran dan pengharapan bagi siswa agar lebih meningkatkan kompetensinya, tidak sekadar dari modul semata. 19. Daftar pustaka Daftar pustaka berisi referensi yang digunakan sebagai bahan rujukan
yang
digunakan untuk menyusun modul. 20. Kunci jawaban Kunci jawaban memuat jawaban-jawaban dari latihan mandiri dan tes formatif yang diberikan. Modul bermuatan Creative Problem Solving merupakan salah satu alternatif pembelajaran untuk menuntut siswa belajar memecahkan masalah sehingga dapat
39
meningkatkan keterampilan proses dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dari pembelajaran Creative Problem Solving juga diharapkan dapat menghasilkan fase berfikir divergen yang menghasilkan banyak ide (fakta, definisi masalah, ide-ide, criteria evaluasi, strategi implementasi) dan fase konvergen yang banyak memberikan ide-ide yang diseleksi untuk dieksplorasi. 2.4 Uraian Materi Aritmetika Sosial 1. Nilai suatu barang Nilai suatu barang terdiri dari: a. Nilai keseluruhan = banyak unit x nilai per unit
b. Nilai per unit =
c. Nilai sebagian = banyak sebagian unit x nilai per unit 2. Hubungan harga beli, harga jual, untung dan rugi Harga beli adalah harga yang diperoleh pedagang dari produsen. Harga jual adalah harga yang ditentukan oleh pedagang kepada konsumen. a. Untung diperoleh bila harga jual lebih besar daripada harga beli Untung = harga jual - harga beli
Persentase untung =
100%
b. Rugi terjadi bila harga beli lebih besar dari harga jual Rugi = harga beli – harga jual Persentase rugi =
100%
6. Rabat atau potongan harga Rabat adalah potongan harga yang diberikan oleh pedagang kepada konsumen. Rabat disebut juga dengan diskon.
40
a. Rabat = harga semula – harga yang dibayar b. Persentase rabat =
100%
4 . Bruto, tara dan neto Bruto adalah berat kotor. Tara adalah berat kemasan. Sedangkan neto adalah berat bersih . Hubungan antara ketiganya yaitu: Bruto = Neto + Tara Tara = Bruto - Neto 5.
Bunga tabungan Besar bunga bank dinyatakan dalam %. Bunga bank ditetapkan untuk jangka
waktu 1 tahun. Misalkan, modal adalah M. Bunga adalah b% Bunga 1 tahun = b% x M Bunga t bulan =
2.5
x b% x M
Kaitan Modul Matematika Bermuatan Creative Problem Solving dengan Materi Aritmetika Sosial Banyak dimensi kehidupan kita sehari-hari berhubungan dengan ilmu
matematika. Oleh karna itu, belajar matematika akan lebih bermakna bila siswa diberi kesempatan seluas-luasnya beraktivitas matematis. Ini berarti pembelajaran matematika diharapkan berorientasi kepada siswa dengan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan matematikanya. Menurut Prastowo (2011:17) bahan ajar merupakan segala bahan
(baik
informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
41
pembelajaran
dengan
tujuan
perencanaan
dan
penelaahan
implementasi
pembelajaran. Menurut Prastowo (2011:106) modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka agar dapat belajar mandiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Karen (2000:63) menyebutkan bahwa model creative problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas. Dalam mempelajari materi aritmetika sosial diperlukan kemampuan berpikir kritis dengan kreatif. materi aritmetika sosial membutuhkan penalaran dalam menganalisis suatu soal. Soal-soal dalam materi aritmetika sosial erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah. Kebanyakan siswa mengalami krisis percaya diri dalam menyelesaikan soal. Karna terbiasa dengan anggapan bahwa cara yang dikerjakan guru adalah satu-satunya jalan yang bisa dilakukan. Dengan adanya modul matematika yang bermuatan creative problem solving dimana siswa diberi kesempatan unruk mengklasifikasi masalah, di dalam kelompok dapat mengungkapkan pendapatnya tentang alternatif penyelesaian, lalu mengimplementasikan cara yang paling tepat sehingga kemampuan berpikir dan kreatifnya dapat terasah. Dengan demikian, modul matematika bermuatan Creative Problem Solving adalah suatu bahan ajar yang disusun secara sistematis dan sesuai dengan langkah model pembelajaran Creative Problem Solving untuk melatih siswa mengembangkan
42
keterampilan pemecahan masalah dan mengembangkan ide serta kreativitasnya masing-masing. 2.6 Tinjauan Keefektifan Modul Keefektifan modul dapat dilihat pada kriteria keefektifan menurut Nieeven. Menurut Nieveen (1999:125) suatu media dikatakan efektif jika memenuhi indikator rata-rata skor pengerjaan tes hasil belajar siswa yang diperoleh mencapai kriteria ketuntasan minimum dan adanya respon positif siswa yang ditunjukkan melalui angket yang diberikan. 2.7. Tinjauan Hasil Belajar 2.7.1. Hasil Belajar Menurut Kunandar (2014:62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Kemudian menurut Sudjana dalam Kunandar (2014:62) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Aunurrahman (2009:37), hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas umumnya disertai perubahan tingkah laku. Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, tergantung dari tujuan pengajarannya. Ada lima hasil belajar menurut Gagne dalam Aunurrahman (2009:47) yaitu :
43
1. Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah. 2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat, berpikir. 3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan katakata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. 4. Keterampilan
motorik,
yaitu
kemampuan
untuk
melaksanakan
dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasi kanhasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. 2.7.2. Penilaian Hasil Belajar Menurut Kunandar (2014:65) penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan
44
hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingakat memuaskan. Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informative. Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Kunandar (2014:35) menyebutkan penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan dengan apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Konpetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Menurut Kunandar (2014:42) dalam melakukan penilaian autentik, selain memperhatikan aspek kompetensi sikap (afektif), kompetensi pengetahuan (kognitif), dan kompetensi keterampilan (psikomotor) serta variasi instrument atau alat tes yang digunakan juga haru smemperhatikan input, proses, dan output peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik juga harus dilakukan pada awal pembelajaran (penilaian input), selama pembelajaran (penilaian proses), dan setelah pembelajaran (penilaian output). Penilaian input adalah penilaian yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilakukan. Penilaian input bertujuan untuk mengetahui kemampuan
45
awal peserta didik terhadap materi yang akan dipelajari. Penilaian input biasanya dilakukan melalui pre tes. Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses bertujuan untuk mengecek tingkat pencapaian kompetensi peserta didik ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hasil penilaian proses bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Teknik penilaiannya bisa dilakukan dengan memberikan soal latihan, pengamatan waktu diskusi kelompok, pekerjaan rumah (PR), mengerjakan lembar kerja (LK) dan berbagai teknik lainnya yang relevan. Penilaian output adalah penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian output bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dari peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Hasil penilaian output dibandingkan dengan KKM yang telah ditentukan sebelumnya dan dianalisis berapa peserta didik yang tuntas (melampaui KKM) serta berapa peserta didik yang belum tuntas (dibawah KKM). 2.7.3. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar Ruang lingkup penilaian hasil belajar meliputi penilaian kompetensi sikap, penilaian kompetensi pengetahuan, dan penilaian kompetensi keterampilan. a. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Sikap Menurut Kunandar (2014:104) penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik. Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berfikir, yaitu : 1. Kemampuan Menerima
46
Menurut Kunandar (2014:109) kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
2. Kemampuan Merespon Kunandar (2014:110) menjelaskan bahwa kemapuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. 3. Kemampuan Menilai Kemampuan menilai menurut Kunandar (2014:110) adalah kemampuan memberikan nilai atau penghargaan terhadap suaatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. 4. Kemampuan Mengatur atau Mengorganisasikan Kunandar (2014:111) mengatakan bahwa kemampuan mengatur atau mengorganisasikan artinya kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. 5. Kemampuan Berkarakter Kunandar (2014:112) menjelaskan bahwa kemampuan berkarakter atau mengayati adalah kemampuan memadukan semua sistem nilai yang telah
47
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. b. Ruang Lingkup Penilaian Pengetahuan Kunandar (2014:165) mengatakan penilain kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaaan peserta didik. Kunandar (2014:168) mengatakan dalam ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, yaitu : 1. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat kembali (recall) atau menggali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. 2. Pemahaman (Comprehension) Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. 3. Penerapan (Application) Penerapan atau alpikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metodemetode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. 4. Analisis (Analysis)
48
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikkan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. 5. Sintesis (Syinthesis) Sintesis (syinthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. c. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Keterampilan Penilaian kompetensi keterampilan menurut Kunandar (2014:257) adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik. Menurut Kunandar (2014:259) dalam ranah keterampilan itu terdapat lima jenjang berpikir, yaitu : 1. Imitasi Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatian sebelumnya. 2. Manipulasi Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. 3. Presisi
49
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatn-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. 4. Artikulasi Kemampuan pada tingakat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. 5. Naturalisasi Kemampuan tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. 2.8.
Tinjauan Tentang Persepsi Persepsi menurut Walgito (2010:100) merupakan proses yang terjadi di dalam
diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan disekitarnya. Persepsi menurut Davidof (Walgito, 2010:100) merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
proses
pengamatan
yang
dilakukan
oleh
individu
dalam
mengorganisasikan dan menafsirkan objek (rangsangan atau stimulus) yang telah diperoleh dan diterima melalui panca inderanya kemudian diproses ke dalam otak, selanjutnya diinterpretasikan oleh masing-masing individu. Objek yang dimaksud
50
dalam penelitian ini adalah penggunaan modul bermuatan Creative Problem Solving dalam pembelajaran pokok bahasan aritmetika sosial. Proses tersebut berawal dari pengamatan secara langsung yang diadakan oleh setiap individu, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar dan sebagainya kemudian dikeluarkan berupa tindakan sesuai dengan apa yang diamati. Persepsi terhadap pembelajaran dapat dikatakan baik jika siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Setiap individu akan mengartikan atau menggambarkan suatu objek dengan cara yang berbeda-beda. Persepsi mempunyai yang subyektif karena bergantung dari kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu sehingga sangat dimungkinkan suatu objek atau peristiwa yang sama akan ditafsirkan berbeda antara satu individu dengan individu yang lain.