BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer dan Agustina,2010:11). Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang jumlah pemakainya cukup besar, yaitu sekitar 50% dari seluruh penduduk Indonesia. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa ibu oleh suku Jawa,terutama yang tinggal di propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya terdiri atas berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut berdampak pada variasi penggunaan bahasa oleh masyarakat. Seperti halnya di Jawa Timur yang merupakan sub etnik Jawa. Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar suku jawa, namun bahasa Jawa di wilayah Jawa Timur memiliki beberapa dialek yang berbeda. Di daerah Mataraman (eks-Karesidenan Madiun dan Kediri) bahasa Jawa yang dituturkan hampir sama dengan bahasa Jawa Tengah (dialek Surakarta dan Yogyakarta) dan di daerah pesisir utara bagaian barat (Tuban dan Bojonegoro), dialek bahasa Jawa yang dituturkan mirip dengan yang dituturkan di daerah Blora, Rembang Jawa Tengah. Dialek Bahasa Jawa di bagian tengah dan timur dikenal dengan Bahasa Jawa Timuran, yang dianggap bukan bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa
1
2
Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan bahasa layaknya bahasa Jawa baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar. Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Dialek Surabaya dikenal dengan Boso Suroboyoan dan dialek bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan dialek Surabaya. Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Mataraman (Ngawi sampai Kediri), bahasa dialek malang termasuk bahasa kasar dengan intonasi yang relatif tinggi. Selain dialek Mataraman, Surabaya, Malangan, Panoragan ada juga bahasa Madura yang dituturkan oleh suku Madura dan di daerah Tapal Kuda meliputi Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember dan sebagian Lumajang, masyarakat menuturkan dalam dua bahasa : bahasa Jawa dan bahasa Madura. Suku Osing di Banyuwangi menuturkan bahasa Osing, bahasa Tengger merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh suku Tengger, dianggap lebih dekat dengan bahasa Jawa Kuna. Serta ada juga suku Samin yang tinggal di sebagian pedalaman Kabupaten Bojonegoro. Munculnya perbedaan unsur-unsur kebahasaan dalam suatu bahasa, sehingga secara serentak dalam satu waktu melainkan dalam fase perkembangan yang cukup panjang yang dialami oleh penutur bahasa itu sendiri. Pembentukan dialek/subdialek dalam suatu bahasa berkaitan pula dengan sejarah yang dialami oleh penutur bahasa itu sendiri. Dialektologi dan sejarah memiliki hubungan yang sangat erat, dalam arti saling mengisi
3
satu sama lain (Mahsun,1995:21). Sebagai disiplin ilmu yang mengkaji perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang berkaitan dengan faktor geografis, yang salah satu aspek kajiannya adalah pemetaan perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di antara daerah-daerah pengamatan dalam penelitian, maka dialektologi dalam kajiannya membutuhkan pengetahuan yang berkaitan dengan bidang ilmu geografi dalam hal ini berkaitan
dengan
pemetaan.
Pemetaan
sebagaimana
disinggung
sebelumnya sangat penting dalam menampilkan gejala kebahasaan. Artinya,
pemetaan
dan
kajian
geografi
dialek
merupakan
satu
kesatuan,antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Ayatrohaedi (dalam Mahsun,1995:21) berpandangan bahwa peta bahasa atau peta dialek merupakan alat bantu untuk menggambarkan kenyataan yang terdapat dalam dialek-dialek, baik itu persamaan maupun perbedaan di antara dialek-dialek tersebut. Bahasa Jawa, seperti halnya bahasa pada umumnya juga memiliki variasi-variasi, baik variasi internal maupun eksternal. Variasi internal dalam bahasa Jawa, misal bidang fonologi, tampak pada adanya pengubahan bunyi karena tuturan,perubahan ragam sebagai contoh, dalam bahasa di Jawa Timur dialek Jawa Mataraman (bahasa yang digunakan masyarakat Jawa Surakarta sampai daerah Jawa Timur Kediri) yang ada pada daerah Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri ditemukan perubahan bunyi [putih] [putIh]dan [puteh] selain itu ada juga [muleh], [mﬤleh]. Pada dasarnya perubahan bunyi yang terjadi di antara dialek-
4
dialek/subdialek atau bahasa-bahasa turunan dalam merefleksikan bunyibunyi
yang
terdapat
pada
prabahasa
atau
protobahasa
yang
mengakibatkan terjadinya perbedaan dialek/subdialek ataupun bahasa yang teratur dan ada yang tidak teratur. Perubahan
bunyi
yang
muncul
secara
teratur
disebut
korespondensi, sedangkan perubahan bunyi secara sporadis disebut variasi. Adanya pemetaan kondisi kebahasaan di daerah kecamatan Puncu kabupaten Kediri tersebut diharapkan diperoleh gambaran deskriptif linguistik di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri, khususnya dalam kajian dialektologi . Penelitian Bahasa Jawa dialek Mataraman menarik untuk dikaji karena secara geografis daerah Puncu berdekatan dengan daerah Malang serta beberapa penduduknya berasal dari lain. Adanya beberapa penduduk yang berasal dari daerah lain pasti membawa dialek dari daerah asalnya . Hal ini membawa konsekuensi bercampurnya beberapa kosa kata. Penelitian ini menarik untuk dilakukan mengingat adanya variasi kebahasaan.
Penelitian tentang geografi dialek pernah dilakukan oleh
Zulaeha (2000) tentang pemakaian bahasa Jawa di Kabupaten Semarang yang menemukan adanya variasi bunyi [U] dan [ ]ﬤyang merupakan alofon fonem /u/ dalam konsep „ getah‟ pada kata tlutuh terdapat variasi [tlutUh] dan [tlutﬤh]. Variasai bunyi [tlutUh] > [U] cenderung dituturkan oleh pegawai yang berpendidikan tinggi berusia tua maupun muda. Sebaliknya, variasi bunyi [tlutﬤh] > [ ]ﬤcenderung dituturkan oleh
5
pegawai atau non pegawai berpendidikan rendah berusia tua maupun tua di titik pengamatan kota. Di titik pengamatan desa, variasi bunyi [ ]ﬤjuga dituturkan oleh non pegawai yang berpendidikan tinggi berusia tua maupun muda. Penuturan itu terjadi karena penutur non-pegawai yang berpendidikan tinggi berusia tua dalam kehidupan sehari-hari bekerja sebagai
petani
yang
memiliki
ladang
sendiri. Ladang tersebut
dikerjakannya dengan dibantu oleh para buruh tani. Karena itu, dialek atau isiolek yang dituturkan mencerminkan lingkungannya dengan tujuan tuturannya dapat dipahami dan diterima oleh lingkungannya. Berdasarkan data-data di atas penelitian ini akan memberikan gambaran tentang perubahaan yang terdapat dalam bahasa-bahasa yang berkerabat atau dialek-dialek suatu bahasa. Penulis tertarik untuk menyusun laporan pemetaan bahasa
yang berjudul “ Pemetaan
penelitian mengenai Bahasa Jawa Dialek
Mataraman Di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur”. Didasarkan atas berbagai variasi dalam penggunaan vokal dan konsonan. 1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai perbedaan unsurunsur kebahasaan dalam dialektologi mencakup
bidang dalam kajian
linguistik, yaitu fonologi. Bahasa yang dipilih adalah bahasa Jawa Mataraman ragam ngoko karena ragam ngoko merupakan ragam bahasa yang dipakai
luas dalam pergaulan sehari-hari secara umum oleh
masyarakat Jawa.
6
1.3 Batasan Masalah Dalam
penelitian
tentang
Pemetaan
Bahasa
Jawa
dialek
Mataraman di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur dibatasi pada perubahan atau variasi fonem (vokal dan konsonan) karena pada daerah pengamatan ini variasi kebahasaan yang ditemukan terdapat pada tataran fonologi dari segi variasim fonem. 1.4 Rumusan masalah Rumusan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana peta fonologi dalam bahasa Jawa dialek Mataraman di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur dalam penggunaan vokal dan konsonan ? 2) Bagaimana peta persebaran penggunaan vokal beserta konsonan di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur ? 1.5 Tujuan penelitian Tujuan penelitian
yang ingin dicapai sebagai berikut. Tujuan
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. 1) Tujuan Umum Mendeskripsikan peta fonologi dalam bahasa Jawa dialek Mataraman dalam hal penggunaan vokal dan konsonan.
7
2) Tujuan Khusus Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mendeskripsikan peta fonologi dalam bahasa Jawa dialek Mataraman dalam hal penggunaan vokal dan konsonan di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur; b. Mendeskripsikan peta persebaran penggunaan vokal beserta konsonan di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur . 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mengacu pada apa yang diberikan penelitian kepada bidang ilmu tertentu, instansi, masyarakat, dan semua pihak yang terlibat dalam ilmu-ilmu terapan yang terkait (Arikunto, 2005: 55). Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis. 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumbangan untuk pengembangan keilmuan di bidang dialektologi sinkronis. 2) Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Pembaca Dapat membuka wawasan pembaca tentang dialektologi sinkronis..
8
b. Manfaat bagi Peneliti Lain Sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya khususnya di bidang dialektologi sinkronis. 1.7 Penegasan Istilah 1) Fonologi Fonologi sebagai bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa (Verhaar,1984:36). 2) Fonetik Fonetik adalah kajian bunyi bahasa yang yang dilihat dari bunyi bahasa yang dihasilkan oleh perangkat alat ucap manusia (artikulator dan artikulasi) (Suhardi,2013:27). 3) Fonemik Fonemik adalah kajian bunyi bahasa yang berkaitan dengan satu bunyi bahasa yang dilambangkan oleh fonem atau satu lambang bunyi bahasa. Kajian fonemik juga dapat dikatakan sebagai kajian yang berkaitan
dengan
lambang-lambang
bunyi
bahasa
(abjad)
(Suhardi,2013:27) 4) Vokal Bunyi bersuara yang dalam pembentukannya, udara melalui faring dan mulut tanpa halangan (lidah,gigi maupun bibir) (Suhardi,2013:80). 5) Konsonan Konsonan kebalikan dari vokal, yaitu udara melalui faring mendapat halangan (lidah,bibir, dan gigi) (Suhardi,2013:80).
9
6) Dialektologi Sebuah cabang dari kajian linguistik yang timbul antara lain karena dampak kemajuan kajian linguistik komparatif atau linguistik linguistik diakronis serta dialektologi dikenal dengan nama geografi dialek atau geoulinguistik (Zulaeha,2009:2) 7) Peta Bahasa Merupakan alat bantu untuk menggambarkan kenyataan yang terdapat dalam dialek-dialek itu persamaan atau perbedaan diantara dialekdialek tersebut (Mahsun,1995:8).