1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakti yang mengakibatkan angka kesakian yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiitas dan angka kematian atau mortalitas. Dijelaskan lebih lanjut bahwa penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Pada tahun 2000 diperkirakan dari 693 juta kasus di antara lain adalah hipertensi dan akan meningkat pada tahun 2025 menjadi 1,15 milyar (Nugraheni, 2004). Penyebab penyakit hipertensi secara umum diantaranya aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, sistem saraf simpatis, obesitas, tekanan psikologis, stres dan ketegangan bisa menyebabkan hipertensi (Marzuku, 2009). Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000).
2
Penelitian berskala nasional dilakukan perhimpunan hipertensi Indonesia pada tahun 2002 di Jawa,Sumatra,Kalimantan,Sulawesi dan Bali. Dari 3080 subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik dokter, didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan 37,32% pasien tanpa pengobatan antihipertensi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%. Survei Pernefri dilakukan dengan tujuan menilai proteinuria dan hipertensi sebagai faktor resiko penyakit ginjal kronik(PGK) pada populasi di 4 daerah percontohan Bali,Jakarta,Surabaya dan Yogya dan mendapatkan prevalensi hipertensi umur 18 tahun keatas sebesar 19,4%. Dari data tersebut 26,9% dikategorikan hipertensi stadium II menurut JNC 7. Walaupun angka prevalensi hipertensi secara pasti belum diketahui,data tersebut merefleksikan besarnya masalah hipertensi di Indonesia (Prodjosudjadi, 2008). Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Namun sebaliknya, tingkat kontrol tekanan darah secara umum masih rendah (Bakri, 2008). Pada pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi, ada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Studi-studi klinis menunjukkan bahwa kontrol terhadap hipertensi sistolik ini bisa menurunkan mortalitas global, mortalitas kardiovaskular, stroke, dan kejadian gagal jantung (Chobanian skk, 2003). Studi-studi random juga menunjukkan bahwa terapi hipertensi bermanfaat menurunkan mortalitas dan morbiditas (Mulrow dkk, 1994) Anastasia (2011) Dewasa ini banyak orang yang hidupnya dilanda stress dan membawa dampak dengan
munculnya penyakit yang terkait dengan stress
3
diantaranya adalah tekanan darah tinggi. Upaya untuk mengurangi kejadian hipertensi dengan biaya murah, mudah dilakukan yaitu dengan tertawa dan membentuk pola fikir positif. Tertawa merupakan cara yang paling baik dan paling ekonomis dalam melawan stres. Tertawa akan merelakskan otot-otot yang tegang,
melebarkan
pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Tertawa juga berperan dalam menurunkan kadar hormon stres epineprine dan kortisol. Dijelaskan oleh Tarigan (2009) tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang dinamis. Tertawa merupakan bentuk meditasi yang paling mudah dan bisa membuat relaks dalam waktu singkat. Tertawa merupakan olahraga terbaik bagi otot-otot wajah. Tertawa bisa mengencangkan otot wajah dan meningkatkan ekspresi wajah. Saat tertawa wajah memerah karena peningkatan suplai darah di dalam tubuh, yang sekaligus akan menutrisi kulit wajah dan membuat kulit lebih bersinar. Tertawa menjadikan lebih gembira dan menarik. Tertawa akan menekan kelenjar air mata. Hal ini melembabkan mata dan membuat mata lebih bersinar, juga melatih otot-otot perut serta membantu mengencangkan otot-otot perut. Hasil percobaan Berk (2009) telah menunjukkan, mengikuti sesi tertawa selama 10 menit terbukti bisa menurunkan tekanan darah sebanyak 10-20 mm tekanan. Tertawa bisa meningkatkan jumlah endorphin, penghilang rasa sakit alami, di dalam tubuh. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Klub Senam Sasana Sumbersari Kelurahan Sumbersari Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang”. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi tersebut.
4
B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di klub senam sasana sumbersari wilayah kerja puskesmas dinoyo malang? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Tujuan Umum Mengetahui
pengaruh
pemberian
terapi
tertawa
terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Klub Senam Sasana Sumbersari Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang. 2. Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi karakteristik responden.
b.
Mengidentifikasi tekanan darah sebelum pemberian terapi tertawa pada Penderita Hipertensi.
c.
Mengidentifikasi tekanan darah setelah pemberian terapi tertawa pada Penderita Hipertensi.
d.
Membandingkan pengaruh sebelum dan sesudah terapi tertawa terhadap tekanan darah pada Penderita Hipertensi.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Klien Sebagai tambahan pengetahuan, pengalaman dan pengembangan ilmu bagi klien dan keluarga terutama dalam menerapkan penggunaan terapi tertawa guna memberikan kenyamanan bagi penderita hipertensi.
5
2. Bagi Peneliti Sebagai masukkan dan tolak ukur bagi peneliti selanjutnya dengan variabel yang lebih luas. 3. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi keperawatan atau Rumah Sakit sebagai edukator khususnya pada klien hipertensi dalam upaya pemberian terapis. E. Keaslian Penelitian 1. Nugraheni (2004) meneliti tentang pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada usia lanjut”. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah pengaruh yang dihasilkan dari terapi tertawa.. Pada penelitian ini hanya meneliti pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tekanan darah dan Subyek penelitian adalah penderita Hipertensi di Klub Senam Sasana Sumbersari Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang.