BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi semua kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial sudah pasti tidak dapat hidup sendiri dan tidak akan pernah lepas dari kebutuhan akan pasangan hidup. Dalam kehidupan bermasyarakat baik manusia sebagai individu, aktor, komunitas maupun organisasi sosial menjalin interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama1. Interaksi sosial yang terjalin menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan melalui proses pertukaran makna, simbol, bahasa dan perilaku/tindakan sosial individu. Pemaknaan dalam interaksi sosial tidak terlepas dari pemahaman, interpretasi/penafsiran yang mendalam dari individu tersebut, sehingga terbentuklah relasi sosial dalam kehidupannya2. Hubungan sosial atau relasi sosial saling mempengaruhi dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong atau terdapat kesamaan dalam pencapaian tujuan, ketertarikan pada hal yang sama (Hobby), atau sebagai bentuk solidaritas antarindividu3. Dalam berinteraksi kaum homoseksual (gay) membangun relasi sosial antarsesama homoseksual sehingga terbentuklah suatu komunitas berdasarkan 1
Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 54. Ibid, hal. 55. 3 Pengertian relasi sosial. Chapter II. Pdf. Diunduh pada tanggal 08 Oktober 2014 jam 14:36 WIB.
2
1
kesamaan visi, dan atas dasar tergeraknya hati nurani dalam menyetarakan HAM (Hak Asasi Manusia) bagi kaum yang termajinalkan. Fenomena homoseksual (Gay) bukanlah hal yang baru, seiring berjalannya waktu homoseksual mulai menjadi permasalahan/fenomena yang menarik untuk diteliti, menjadi pokok pembicaraan (Trending topic), dan pemberitaan di seluruh penjuru dunia. Dampaknya, relasi sosial homoseksual yang awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh kaum homoseksual (gay) mulai secara terang-terangan (overt) mengungkap diri (identitas diri) dan pasangan mereka diranah publik. Kemunculan istilah gay pertama kali pada awal tahun 1869 dan mulai eksis di kotakota besar. Hal ini didorong oleh faktor globalisasi yang muncul seperti media massa dan majalah gay Barat yang diimpor ke Indonesia. Majalah dan media massa tersebut mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dan menyadari akan keberadaan kaum homoseksual (gay). Media massa mempunyai peran yang sangat penting dalam mempermudah akses-akses maupun informasi tentang kaum homoseksual (gay), baik gaya hidupnya (life style), komunitasnya (Community), web-web atau situs resmi kaum homoseksual, dan informasi secara tertulis seperti buku, koran, novel, komik bahkan film yang semakin menjamur di kehidupan masyarakat. Sehingga menggeser nilai-nilai atau norma-norma yang selama ini dianut oleh masyarakat positivisme maupun masyarakat fungsionalisme. Semenjak diakui/disahkannya Hak Asasi Manusia (HAM) yang menjamin hak-hak mendasar manusia baik sebagai individu yang bebas maupun sebagai warna negara seperti hak untuk hidup, hak untuk bebas dari siksaan dan sebagainya, maka keberadaan kaum gay mulai diterima dan diakui. Bahkan dibeberapa negara sudah melegalkan pernikahan sesama jenis (homoseksual) baik pasangan lesbian maupun
2
gay seperti USA, Inggris, Belanda, Skandinavia, dan Denmark4. Baru-baru ini pun di Amerika Serikat sudah melegalkan pernikahan sesama jenis dan menjamin hak-hak serta kebebasan mereka dalam mengaktualisasikan diri. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang konservatif terhadap budaya-budaya yang menyimpang “tabuh” atau keluar dari nilai dan norma yang dianggap baik oleh masyarakat. Majemuknya masyarakat Indonesia bukan hanya karena letak geografisnya, pertukaran kebudayaan/kontak dengan budaya luar (asimilasi, akulturasi) melainkan juga karena munculnya kelompok-kelompok sosial/komunitas baru dalam masyarakat. Baik kelompok sosial dalam ruang lingkup agama, sosial, budaya maupun solidaritas seperti komunitas Homoseksual (gay). Komunitas homoseksual atau dikenal dengan istilah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) sudah tersebar diseluruh wilayah Indonesia sebagai bentuk upaya penyetaraan Hak Asasi Manusia, media untuk mengaktualisasikan diri, pemberdayaan kaum homoseksual, perlindungan untuk kaum homoseksual terhadap aksi bully (tekanan/siksaan) yang diterima dilingkungan sosialnya dan pengakuan dari masyarakat. Dalam melindungi hak-hak serta keadilan bagi kaum homoseksual (gay) terbentuklah komunitas/kelompok sosial yang terlembaga dan terorganisir secara hukum. Besarnya angka individu gay dan makin gencarnya kampanye tentang hakhak kaum gay secara sosiologis tentunya dapat menggeser nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Itu artinya dengan keberadaan komunitas homoseksual yang tergolong tinggi membuat komunitas ini berusaha sedikit demi sedikit melakukan pengungkapan diri terhadap komunitas dan pasangan mereka5.
4
Puspitosari,Hesti dan Sugeng Pujileksono. 2005. Waria dan Tekanan Sosial. Malang : UMM Press. Hal. 33. 5 Skripsi Berjudul ”Pola Komunikasi Antar Pribadi Kaum Homoseksual Terhadap Komunitasnya Di Kota Serang”. Oleh: Ilham Akbar. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pdf. Diakses pada tanggal 19 Juli 2014 pkl 14:37 WIB.
3
Penelitian Glenn I. Roisman, Ph. D menunjukkan bahwa hubungan asmara antara pasangan homoseksual (gay atau lesbi) ternyata memiliki kesamaan dengan pasangan heteroseksual (pria-wanita) dalam hal keterikatan dan komitmen. Untuk sampai pada kesimpulannya, para ahli melakukan riset dengan cara membandingkan hubungan 30 pasangan gay, 30 pasangan lesbian, 50 pasangan bertunangan dan 40 pasangan menikah (heteroseksual) yang telah matang. Hasil dari analisis memperlihatkan bahwa mereka yang terlibat hubungan homoseksual mengaku sama puasnya dan sama terikatnya dengan mereka yang heteroseksual dalam jurnal Developmental Psychology6. Proses pengungkapan diri terhadap komunitas dan pasangan homoseksual dalam kehidupan masyarakat melalui hubungan interaksional/interaksi-simbolis yang menekankan kemampuan individu untuk berinteraksi dan menggunakan simbolsimbol, serta mendefinisikan sesuatu dengan cara mereka sendiri dan bertindak sesuai dengan situasi yang mereka buat. Dalam artian, kaum homoseksual tidak sembarangan mengungkap jati diri dan pasangan mereka diranah publik, pemaknaan kaum homoseksual disesuaikan dengan relationship (hubungan/relasi) yang mereka jalin, baik dilingkungan lingkungan kerja, keluarga, sekolah/pendidikan, tempat tinggal dan menyesuaikan tindakan apa yang akan dilakukan agar mereka diterima oleh masyarakat. Terkait fenomena di atas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian agar dapat memahami secara mendalam, dapat menjelaskan/mendeskripsikan fenomena tersebut secara faktual, mengungkap dan melihat lebih jauh lagi tentang komunitas kaum gay (homoseksual) terkait dengan relasi sosial homoseksual dan pemaknaannya serta untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai apa yang 6
Http///: Seputar IGAMA/ikatan gay malang _www.igama.or.id.htm. Diakses pada tanggal September 2014 pukul 11:37 WIB
09
4
sedang terjadi dalam subyek penelitian. Maka, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pemaknaan Kaum Gay Tentang Relasi sosial Homoseksual”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut : bagaimana pemaknaan kaum gay tentang relasi sosial homoseksual? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pemaknaan kaum gay tentang relasi sosial homoseksual. 1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk kalangan akedemisi pada khususnya, dan untuk masyarakat pada umumnya, adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teoritis a. Dapat
mengembangkan kajian
sosiologi serta
dapat
menganalisis
dan
mengaplikasikan teori sosiologi modern khususnya teori interaksionis simbolis dalam perspektif manusia dan makna. b. Dapat dimanfaatkan bagi penelitian lainnya sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian yang bertemakan sama dengan penelitian ini.
5
2. Praktis a. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi komunitas Ikatan Gaya Arema (IGAMA) Malang dalam memaknai, meneguhkan dan memperkuat partisipasi masyarakat marginal terutama kaum gay dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. b. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada pihak-pihak terkait khususnya pemerintah kota Malang untuk
memperhatikan
hak-hak,
keadilan dan
kemanusiaan serta potensi dari sebuah komunitas/kelompok sosial yang ada di masyarakat. c. Penelitian ini memberikan manfaat bagi masyarakat kota Malang dalam menambah informasi pemaknaan kaum gay tentang relasi sosial homoseksual. 1.5 Definisi Konsep Definisi konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari sudut penelitian “suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat kelompok fakta atau gejala itu”. Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan, dan kelompok7. Dengan demikian disimpulkan bahwa konsep merupakan definisi dari apa yang perlu kita analisis dan memberikan pengambaran terhadap apa yang akan kita lakukan untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas dari istilah judul. Penulis akan memberikan penjelasan definisi konseptual terhadap variabel-variabel yang terdapat dalam judul penelitian berikut : 1.5.1 Makna Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang
7
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga. Hlm. 17.
6
dimiliki. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi8. Makna bukanlah emanasi make-up sesuatu yang bersifat intrinsik, juga makna bukan muncul dari elemen-elemen psikologis antarorang. Makna sesuatu bagi seseorang muncul dari bagaimana cara orang lain memaknai hal tersebut. Jadi, dalam perspektif ini, makna merupakan produk sosial yang terbentuk melalui aktivitas-aktivitas orang berinteraksi. Individu dalam hal ini tidaklah pasif, tetapi dapat mempengaruhi individu lain. Bahkan kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, perilaku bersifat dinamis, selalu terjadi refleksivitas diri dan negosiasi berbagai karakter yang ada pada masing-masing individu9. Makna berkaitan dengan bagaimana aktor menentukan aspek apa yang penting dari kehidupan sosialnya. Makna mempunyai dua macam tipe, yaitu makna subjektif dan makna objektif. Makna subjektif merupakan konstruksi realitas tempat seseorang mendefinisikan komponen realitas tertentu yang bermakna baginya. Makna objektif adalah seperangkat makna yang ada dan hidup dalam kerangka budaya secara keseluruhan dipahami bersama lebih dari idiosinkratik (Alfred Schutz)10. Konsep tindakan sosial (social action) dari Weber bahwa hidup manusia dan segala tindak-tanduknya sesungguhnya ditandai suatu upaya
8
www.wikipedia-definismakna.com. Diakses pada jam 12:05 WIB. Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Jogjakarta : ArRuzz Media. Hal. 69. 10 Ibid, 149. 9
7
pencarian makna. Aksi atau tindakan didefinisikan sebagai semua tingkah laku manusia bila dan sepanjang yang bersangkutan melakukannya berdasarkan makna subjektif yang diletakkan pada tindakan tersebut. Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan pada tindakan orang lain. Tindakan sosial itu juga dapat berupa tindakan yang menginternal dan bermakna, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang menurutnya menguntungkan11. Jadi, pada dasarnya pemaknaan merupakan suatu proses interpretasi atau pemahaman individu terhadap setiap tindakan sosial yang dilakukannnya dalam berinteraksi
dengan
individu
lainnya,
kelompok
sosial/komunitas,
lingkungan maupun masyarakat. 1.5.2 Relasi sosial Relasi sosial merupakan hubungan antar manusia, dimana relasi tersebut menentukan struktur masyarakat. Hubungan antara individu satu dengan individu yang lain dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Hubungan sosial atau relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan 11
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 82-85.
8
didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Relasi sosial merupakan proses mempengaruhi diantara dua orang atau lebih. Relasi sosial dalam masyarakat juga terdiri dari berbagai macam bentuk yaitu sebagai berikut: 1. Relasi atau hubungan sosial assosiatif adalah proses yang berbentuk kerja sama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi serta proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok, misalnya kerja sama, kerukunan, asimilasi, akulturasi, persaudaraan, kekerabatan, dan lainnya. 2. Relasi atau hubungan sosial dissosiatif adalah proses yang berbentuk oposisi. Misalnya persaingan, pertentangan, perselisihan dan lainnya12.
Jadi, relasi sosial homoseksual merupakan suatu proses ketertarikan, keterikatan, dan kebersamaan antara individu dengan individu lainnya dalam membangun hubungan jangka panjang, memiliki orientasi seksual yang sama. Orientasi seksual digambarkan sebagai objek impuls seksual seseorang: heteroseksual (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis kelamin sama) atau biseksual (kedua jenis kelamin)13. Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antar pribadi yang berjenis kelamin sama serta orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai homoseksual. 1.5.3 Homoseksual ( Gay ) Homoseksual merupakan istilah yang diciptakan pada tahun 1869 oleh bidang ilmu psikiatri di Eropa, untuk mengacu pada suatu fenomena yang berkonotasi klinis. Pengertian homoseksual tersebut pada awalnya dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Pengertian homoseksual kemudian terbagi dalam dua istilah yaitu Gay dan Lesbi. Hawkin pada tahun 1997 menuliskan bahwa istilah Gay atau Lesbi dimaksudkan sebagai 12
Pengertian relasi sosial. Chapter II. Pdf. Diunduh pada tanggal 08 Oktober 2014 jam 14:36 WIB. http///:-Jurnal-Pdf-Pengertian Homoseksual By psychologymania.htm. Diakses pada tanggal 12 September 2014 pkl 13:55 WIB. 13
9
kombinasi
antara
identitas diri sendiri dan
identitas
sosial
yang
mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki perasaan menjadi dari kelompok sosial yang memiliki label yang sama. Istilah gay biasanya mengacu pada jenis kelamin laki-laki dan istilah lesbian mengacu pada jenis kelamin perempuan14. Homoseksual adalah perasaan tertarik, kasih sayang dan hubungan emosional atau secara erotis terhadap orang yang berjenis kelamin sama, dengan/tanpa hubungan fisik. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseksual digunakan untuk hubungan intim atau hubungan seksual diantara
orang-orang
berjenis
kelamin
yang
sama,
sehingga
mengidentifikasikan diri mereka sebagai gay atau lesbian. Gay adalah istilah laki-laki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki-laki atau disebut juga laki-laki yang mencintai laki-laki secara fisik, seksual, emosional, ataupun secara spiritual. Secara psikologis, gay adalah seorang laki-laki yang penuh kasih. Mereka juga rata-rata mempedulikan penampilan, dan sangat memperhatikan apa-apa saja yang terjadi pada pasangannya15. 1.5.4 Komunitas Menurt George Jr. (1955) yang melakukan studi tentang komunitas dalam psikologi rural, komunitas adalah hal yang dibangun dengan fisik atau lokasi geografi (physical or geographical location) dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (needs).16. Pada definisi lainnya, Florida mendefinisikan komunitas adalah individu atau orang-orang yang mempunyai kesamaan karakteristik seperti
14
http///:-Chapter II.Gaya Hidup.Pdf. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2014 jam 13:36 WIB. Hlm. 11. Ibid, 14. 16 http///:-Bab 2_Pengertian Komunitas. Pdf . Diunduh pada tanggal 26 Desember 2013 Jam 18:30 WIB. Hal. 7. 15
10
kesamaan geografi, kultur, ras, agama, atau keadaan sosial ekonomi yang setara. Komunitas dapat didefinisikan dari lokasi, ras etnik, pekerjaan, hobi, ketertarikan pada suatu masalah-masalah atau hal lain yang mempunyai kesamaan. Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa komunitas adalah sekelompok orang yang tinggal bersama sebagai unit sosial yang mempunyai ketertarikan antara satu dan yang lain17. Dalam sosiologi komunitas lebih dikenal dengan istilah community (masyarakat setempat) yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil yang hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingankepentingan hidup yang mendasar (basic needs). Dapat disimpulkan bahwa komunitas atau masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial, dasardasarnya adalah lokalitas dan perasaan komuniti (community sentiment) seperti: seperasaan (solidaritas yang kuat), sepenanggungan, dan saling memerlukan18. Dalam istilah lainnya komunitas disebut juga sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong19. Adapun persyaratan agar himpunan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, antara lain :
17
Ibid, 8-10. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Hal. 132-134. 19 R.M. MacIver dan Charles H. Page : Society, an Introductory Analysis (London:Macmillan & Co. Ltd, 1961), hlm. 213. 18
11
a. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. b. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya. c. Ada suatu suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar anggota bertambah erat, dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. e. Bersistem dan berproses. Hawley mendefinisikan komunitas sebagai struktur hubunganhubungan melalui masyarakat yang terlokalisasikan menghasilkan kebutuhan sehari-hari. Komunitas dipandang sebagai sebuah struktur yang secara fungsional terdeferensiasikan ke dalam strata, terdiri dari unit-unit komunal terhubungkan yang membentuk fungsi-fungsi yang berkontribusi bagi kelangsungan masyarakat dan adaptasinya terhadap lingkungan. Saling ketergantungan (interdependensi) fungsional dipandang sebagai kekuatan integratif dan basis bagi kohesi sosial dalam komunitas. Komunitas sebagai sistem yang terstruktur secara sistematis berhubungan unit-unit sosial yang membentuk
fungsi-fungsi saling tergantung
yang diperlukan untuk
memelihara kehidupan manusia dalam sebuah lingkungan teritori geografis tertentu20. 1.6 Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu pekerjaan. Metode penelitian mempunyai peran penting dalam pengumpulan
20
Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Jogjakarta : ArRuzz Media. Hal. 35-36.
12
data, merumuskan masalah, analisis dan interpretasi data. Adapun metode penelitian yang digunakan meliputi : 1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Proses pengumpulan data khususnya data tentang anggota-anggota komunitas Gay dan pasangannya. Peneliti berusaha untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, perilaku/tindakan sosial, serta proses interaksi kaum homoseksual. Peneliti juga berusaha untuk mendekripsikan, memaknai dan memahami kata-kata, kalimat, gambar, mimik (ekspresi muka), gerak tubuh, replika dari komunitas kaum homoseksual. Fenomena kaum homoseksual menghendaki adanya pemaknaan dan pendeskripsian data. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut peneliti sendiri. Metode penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi wajar (natural setting) dan mengutamakan penghayatan (verstehen)21. Dalam artian peneliti berusaha memahami fenomena yang dirasakan subjek penelitian (informan). Taylor dan Bogdan mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang telah diteliti22. Penelitian kualitatif sangat terkait dengan makna-makna yang terkandung dalam proses sosial, yang hanya dapat dipahami sesuai konteks budayanya. Makna-makna muncul ketika ditemukan berbagai simbol, artefak, perilaku, sikap, ataupun bahasa-bahasa nonverbal yang ada disekitar subjek (informan). Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam, meringkas berbagai situasi, atau berbagai
21
Usman, Husaini dan Akbar, Setiady Purnomo. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 78. 22 Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2008. Metode penelitian Sosial, Berbagi Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana. Hal. 236.
13
fenomena sosial/realitas sosial yang terjadi di lokasi penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, ataupun tanda dalam fenomena tersebut. Adapun alasan peneliti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian ini karena bermaksud untuk menggambarkan, menjelaskan, dan mendeskripsikan realitas sosial yang ada di masyarakat khususnya tentang komunitas homoseksual (Gay). 1.6.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berkedudukan di Jalan Simpang Sulfat Selatan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing. Alasan dipilihnya lokasi ini karena di sinilah anggota-anggota komunitas IGAMA berkumpul dan melakukan kegiatan-kegiatan komunitasnya. Selain itu, peneliti juga menyesuaikan lokasi penelitian dengan kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan oleh kaum Gay, seperti tempat nongkrong (tempat yang paling sering mereka datangi untuk berkumpul atau bertukar pikiran), kegiatan-kegiatan diskusi, kegiatan amal dan kegiatan-kegiatan lainnya. 1.6.3 Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data langsung yang diperoleh dari sumber data utama yang didapat langsung dari lapangan. Dalam hal ini yang dijadikan sebagai sumber data primer adalah anggota komunitas IGAMA (Ikatan Gaya Arema Malang) yang dalam hal ini ikut ambil bagian dalam proses pemaknaan relasi sosial homoseksual dan berinteraksi langsung baik dengan sesama kaum homoseksual (Gay) maupun dengan linkungan sekitarnya dalam bentuk hasil observasi
langsung
dan
wawancara
secara
mendalam
berdasarkan
permasalahan (fokus penelitian) yang dihadapi dilapangan .
14
b. Data Sekunder Sumber data sekunder ini diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen, hasil laporan, buku, literatur, Internet, Koran, majalah dan lain-lain yang menunjang dalam penulisan skripsi ini. 1.6.4 Subjek Penelitian Teknik penentuan subjek/informan menggunakan prosedur bola salju (snow ball sampling). Snow ball sampling adalah prosedur “rantai rujukan atau juga prosedur networking. Dalam prosedur ini, informan yang pertama kali bertemu dengan peneliti (key informan) adalah penting untuk menggunakan jaringan sosial informan pertama untuk merujuk peneliti kepada orang lain/orang-orang kunci (key person) yang berpotensi berpartisipasi atau berkontribusi memberi informasi secara mendalam kepada peneliti23. Prosedur snow ball sampling sering digunakan untuk mencari dan merekrut “informan tersembunyi”, yaitu kelompok yang tidak mudah diakses peneliti melalui strategi pengambilan informan lainnya. Metode ini digunakan untuk memperluas subjek penelitian. Pada dasarnya kuantitas subjek (informan) bukanlah hal utama sehingga peneliti juga mempertimbangkan/melakukan pemilihan informan lebih didasari pada kualitas informasi yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan di saat menggunakan prosedur snow ball sampling, yaitu : apabila informan dengan karakter tertentu sulit ditemukan, informan yang ditemui bersedia merujuk peneliti ke informan lain, memungkinkan perkembangan mata rantai rujukan sampai pada snow ball yang memadai sebagai informan penelitian yang dibutuhkan peneliti. Namun, peneliti akan memverivikasi kelayakan setiap informan, untuk memastikan informasi yang diberikan adalah 23
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 108.
15
informasi yang akurat dan karena informan benar-benar memahami masalah-masalah penelitian yang diperlukan peneliti. Dalam hal ini, peneliti menelusuri informan dari contact person (kontak personal) yang tertera di alamat web-site resmi komunitas IGAMA (Ikatan Gaya Arema Malang). Setelah melakukan percakapan/komunikasi melalui telepon, peneliti bertemu dengan informan pertama (key informant) yaitu ketua komunitas IGAMA, kemudian informan pertama merujuk peneliti kepada beberapa anggota komunitas (anggota yang memiliki pasangan) yang lebih memahami tema dari penelitian agar terpenuhinya informasi dan data yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Alasan peneliti memilih ketua komunitas IGAMA sebagai informan pertama (key informant) adalah karena ketua komunitas inilah yang sering bertemu dengan anggota-anggotanya dan mengorganisir kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh komunitas tersebut. 1.6.5 Teknik Pengumpulan Data Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Informasi yang dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan hipotesis disebut data. Dalam penelitian kualitatif , data dapat diartikan sebagai fakta atau informasi yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informan, pelaku),
aktivitas,
dan
tempat
yang
menjadi
subjek
penelitian.
Dalam
mempermudahkan peneliti memperoleh data, maka peneliti melakukan upaya pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati secara langsung subjek penelitian, tempat penelitian, kondisi, situasi maupun perilaku dari masyarakat. Menurut Kartini Kartono observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial
16
dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan24. Observasi dilakukan tanpa menggunakan guide observasi, peneliti harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek25. Dengan kata lain peneliti datang ditempat subjek yang akan diamati, peneliti melakukan pengamatan terlibat (observasi partisipatif), peneliti melibatkan diri pada kegiatan atau aktivitas subjek penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan/aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi diri selaku peneliti. Observasi penelitian
dilakukan
oleh
peneliti
agar
lebih
mudah
memahami,
mendeskripsikan/ menggambarkan, mengeksplorasi subjek penelitian, peneliti dapat secara langsung mengamati segala tindakan-tindakan/perilaku dari subjek penelitian ataupun situasi dan tempat penelitian. Observasi Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, yaitu komunitas Ikatan Gaya Arema (IGAMA) di Jalan Simpang Sulfat Selatan Kecamatan Blimbing. Peneliti mencari dan mengeksplorasi informasi kemudian mencocokkannya dengan tema penelitian dari berbagai kegiatan komunitas IGAMA maupun kegiatan informan, kejadian ketika observasi sedang berlangsung, dan temuan di lapangan. b. Wawancara (interview) Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam, metode wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana 24 25
Kartono, Kartini. 1986. Pengantar Metodologi Riset Sosial.Bandung : Alumni. Hal.116. Ibid, hlm. 118-120.
17
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan wawancara26. Metode wawancara secara mendalam (indepth interview) sengaja dipilih oleh peneliti agar mendapatkan data secara terperinci dari informan, baik secara lisan maupun tindakan/ perilaku informan saat melakukan wawancara sehingga peneliti dapat mendeskripsikan secara mendalam makna dari fenomena/objek dari kajian penelitian tersebut. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan aktivitas pencatatan/merekam kejadian yang dianggap menarik/penting untuk dijadikan sebagai bahan analisa data, dalam hal ini data yang dimaksud merupakan data yang bersifat mendukung latar belakang tujuan penelitian. Baik dokumentasi dalam bentuk gambar, catatan, data yang tersimpan di website, dan lain-lain. 1.6.6 Teknik Analisa Data Analisa data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata yang menggambarkan dan menjelaskan permasalahan secara terperinci dan bukan rangkaian angka. Teknik analisa data merupakan cara untuk mengelolah data yang diperoleh dari lapangan sehingga hasil analisis data merupakan jawaban dari permasalahan yang timbul atau permasalahan yang ada. Proses penelitian kualitatif akan melibatkan data verbal yang banyak, yang harus ditranskripkan, objek-objek, situasi, ataupun peristiwa dengan aktor yang sama atau bahkan sama sekali berbeda. Biasanya data atau informasi yang diterima oleh peneliti belum siap untuk dianalisis sebab masih dalam bentuk kasar. Seperti catatan
26
Ibid, hlm. 111-113.
18
lapangan yang masih dalam coretan-coretan yang sulit dibaca orang lain, rekaman yang belum ditranskrip (dibuat dalam naskah verbatim), foto-foto yang belum dicetak, atau belum dikelompokkan. Kesemua itu perlu ditata, diedit, diperbaiki, kemudian dicetak ulang. Jumlah data yang banyak itu perlu diperkecil dan dikelompokkan dalam kategori yang ada. Mengingat proses analisisnya tidak langsung dilakukan pada data tersebut, maka perlu dilakukan proses penyimpanan dan data tersebut dapat dikonstruksikan dengan baik sesuai dengan tema yang sedang dianalisis oleh peneliti. Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari empat jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis27. Dengan begitu, analisis ini merupakan sebuah proses yang berulang dan berlanjut secara terus-menerus dan saling menyusul. a. Pengumpulan Data Pengumpulan data bukan hanya dari hasil wawancara/kata-kata informan (subjek penelitian). Akan tetapi data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil pengamatan, deskripsi wawancara, catatan harian/pribadi, jurnal, web site komunitas, otobiografi, kliping, data di server dan flashdisk, simbol-simbol yang melekat dan dimiliki, dan banyak hal lainnya sebagai hasil kerja dan pengamatan dari pancaindra. Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal. Proses pengumpulan data harus melibatkan sisi aktor (informan/subjek penelitian), aktivitas, 27
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Hal. 148.
19
latar, atau konteks terjadi peristiwa/kejadian pada saat penelitian. Adapun proses pengambilan data dilakukan dengan cara partisipant observation (pengamatan terlibat), yaitu dengan cara peneliti melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan komunitas kaum gay (IGAMA), sejauh tidak mengganggu aktivitas keseharian komunitas tersebut tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan (informan) dan tidak menyembunyikan diri (pencitraan diri) selama proses penelitian sedang berlangsung. Dengan harapan peneliti dapat menemukan makna di balik fenomena yang disaksikan, baik tentang perilaku, ucapan, ataupun simbol-simbol yang ada dalam proses interaksi sosial kaum homoseksual (interaksionis simbolis). b. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi28. Reduksi data dilakukan secara terus-menerus selama penelitian dilakukan. Tahapan reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihanpilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-pilihan analitis. Dengan begitu, proses reduksi data dimaksudkan untuk lebih menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak
28
Ibid, Hal.150.
20
diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi. c. Penyajian Data Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis29. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisinya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut. Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait langsung dengan proses analisis data model interaktif. Dengan begitu, kedua proses ini pun berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun. Sekumpulan informasi yang tersusun memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, peneliti dapat melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas permasalahn yang didapat dari penyajian-penyajian data tersebut. b. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian, karena merupakan kesimpulan/hasil akhir dari penelitian. Proses penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang ada sehingga dapat ditemukan penarikan arti data yang telah ditampilkan.
29
Ibid, hal.151.
21
Penarikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian pemaknaan kaum gay tentang relasi sosial homoseksual, analisis data merupakan upaya yang berlanjut, berulang-ulang dan terus menerus. Masalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul
dan
senantiasa
merupakan
bagian
dari
lapangan
(subjek
penelitian/informan). Namun, proses verifikasi hasil temuan ini dapat berlangsung singkat dan dilakukan peneliti tersendiri, yaitu dengan mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan melakukan cek silang (cross check) dengan temuan lainnya. 1.6.7 Validitas Menurut Bailey, validitas mengandung dua bagian, pertama yaitu bahwa instrumen pengukuran adalah mengukur secara aktual konsep dalam pertanyaan, dan bukan beberapa konsep lain. Kedua yaitu bahwa konsep dapat diukur secara akurat oleh sebab itu instrument pengukur dikatakan valid atau sahih apabila dapat mengukur apa yang diteliti secara tepat30. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainya. Denzin (1978) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber metode, penyidik dan teori31. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat 30 31
dicapai dengan jalan
Ulber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika aditama. Hal. 244 Lexy J. Moleong.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. H. 330
22
membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara,
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Trianggulasi dengan metode, terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Teknik trianggulasi dengan teori berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih teori. Trianggulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Sehingga dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode dan teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan: 1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan. 2. Mengeceknya dengan berbagai sumber. 3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Penelitian
ini
menggunakan
sumber
yang
mana
peneliti
akan
melihat/mengamati pemaknaan kaum gay tentang relasi sosial homoseksual serta proses interaksi sosialnya (interaksi-simbolik) dengan pengamatan (observasi) dan hasil wawancara, apakah hasil wawancara sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan atau adanya kesesuaian antara hasil penelitian (data lapangan) dengan konsep atau tema penelitian (objek penelitian). Selain itu peneliti juga akan mengajukan pertanyaan kepada informan dengan kesesuaian pada kerangka konsep
23
yang telah dibuat. Disini peneliti akan membuat pertanyaan sesuai dengan aspekaspek yang berkaitan dengan judul penelitian, dan jawaban dari pertanyaan ini disesuaikan dengan kerangka konsep. Namun, tetap memperhatikan kebenaran yang ada pada informan tanpa mengubah proses dan data (hasil penelitian) yang ditemukan dilapangan. Dengan harapan, peneliti dapat menemukan makna dibalik fenomena yang disaksikan, baik tentang perilaku,ucapan, ataupun simbol-simbol yang ada di komunitas gay (subjek penelitian/informan).
24