BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan waktu kota-kota yang ada di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Begitu pula dengan Kota Palembang, ibu kota Sumatera Selatan yang merupakan kota terbesar kedua di Pulau Sumatera. Lokasi yang strategis termasuk dalam koridor ekonomi sumatera membuat kota ini terus berkembang pesat. Dilihat dari sejarahnya, sudah dari jaman Kerajaan Sriwijaya Kota Palembang menjadi pusat perdagangan karena kota ini dikelilingi oleh sungai-sungai sebagai jalur perdagangan. Saat ini dengan jumlah penduduk 1.455.284 jiwa berdasarkan hasil sensus 2010, serta terus miningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan kegiatan yang ada didalam kota tersebut semakin kompleks dan membutuhkan sarana atau fasilitas untuk mendukungnya. Saat ini Kota Palembang dapat dikatakan sebagai kota metropolitan dilihat dari kepadatan penduduknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana yang terus dilengkapi. Kota Palembang memiliki misi, salah satunya melanjutkan pembangunan Kota Palembang sebagai Kota Metropolitan yang bertaraf internasional, beradat dan sejahtera. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pun sudah merencanakan beberapa program untuk pengembangan kota Palembang. Disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang 2012-2032. Oleh karena itu untuk mewujudkan harapan tersebut pemerintah daerah semakin gencar membangun dan membuka investasi secara besar-besaran terutama dalam pembangunan
1
2
infrastruktur. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terdapat proyek-proyek pembangunan seperti pembangunan jalan, jembatan, pusat perbelanjaan, kompleks perkantoran, hotel berbintang dan restoran yang semakin menjamur di kota ini. Dikarenakan aktivitas penduduknya semakin kompleks dan perlunya infrastruktur untuk menunjang aktivitas tersebut membuat kenampakan fisik kota berubah. Pembangunan infrastruktur telah meyebabkan perubahan yang signifikan terhadap bentuk fisik Kota Palembang. Seperti yang diketahui bahwa telah menyebabkan perubahan terhadap bentuk fisik kota itu sendiri, kota semakin padat dengan adanya bangunan-bangunan yang berdiri serta pemekaran kota sampai ke arah pinggiran kota. Hal tersebut tentunya langsung dapat berdampak kepada kegiatan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Salah satu kawasan yang merupakan area perkembangan baru adalah kawasan di koridor jalan lingkar Soekarno-Hatta. Pertumbuhan daerah di dekat koridor jalan sangatlah terlihat jelas perubahannya, karena ditunjang dengan aksesibilitas yang baik, keberadaan jalurjalur transportasi utama kota sehingga memberikan kemudahan bagi penduduk dalam hal menjangkau pusat kegiatan atau fasilitas pelayanan. Disamping itu adanya jalan dapat meningkatkan interaksi antar kota dengan desa atau kota dengan kota lain di sekitarnya. Dengan adanya kemudahan ini lah koridor kota sebagai
daerah
pilihan
utama
bagi
penduduk
lokal
maupun
para
pendatang/investor yang mencari lahan kosong akibat semakin terbatasnya lahan kosong di tengah kota. Kawasan ini dulunya merupakan area kosong yang belum berkembang, pergerakan penduduk yang cenderung menuju ke pinggiran kota telah memberikan dampak perubahan-perubahan struktural bagi daerah pinggiran kota
3
itu sendiri. Dimulai dari status desa menjadi kota, berubahnya kegiatan ekonomi yang semulanya didominasi oleh kegiatan pertanian menjadi non-pertanian seperti perdagangan, jasa, industri dan lain sebagainya. Adanya jalan tersebut yang melalui kawasan ini, perkembangan kawasan ini terutama perubahan fisik menjadi sangat pesat. Dari segi dominasi kegiatan yang berada disepanjang kanan dan kiri jalan dimanfaatkan sebagai kegiatan perdangan/jasa. Banyak terdapat ruko-ruko, bengkel, kantor, dan lain lain. Adanya kegiatan perdagangan/jasa tersebut tentunya berpengaruh besar terhadap perkembangan fisik kawasan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Jalan Soekarno-Hatta membantu mengarahkan perkembangan Kota Palembang ke bagian barat dan juga untuk mengatasi kemacetan serta beban pusat kota. Dengan adanya Jalan Soekarno Hatta menyebabkan perubahan baik secara keruangan maupun kegiatan masyarakat yang berada di kawasan tersebut. Perubahan itu berkembang terus menerus karena meningkatnya aktivitas pemanfaatan ruang sebagai akibat pembangunan infrastruktur fisik oleh semua stakeholder. Berdasarkan latar belakang diatas maka disusunlah rumusan masalah mengenai “Bagaimana dampak infrastruktur jalan terhadap perkembangan fisik kota dan kegiatan perdagangan/jasa di Kawasan Koridor Jalan Lingkar Soekarno Hatta Kota Palembang?” Terkait dengan rumusan masalah, maka ada beberapa pertanyaan untuk memperdalam penelitiaan ini, yaitu :
4
1. Bagaimanakah pengaruh infrastruktur Jalan Soekarno-Hatta terhadap perkembangan karakteristik spasial disekitar? 2. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan perdagangan/jasa di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak infrastruktur jalan terhadap perkembangan fisik kawasan koridor Jalan Soekarno Hatta dan perkembangan kegiatan perdagangan/jasa di sepanjang jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut yang menjadi sasaran studi adalah 1. Menganalisis pengaruh Jalan Soekarno-Hatta terhadap perkembangan karakteristik spasial di kawasan penelitian. 2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan perdagangan/jasa di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta 1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini tentunya untuk memperkaya kajian penelitian mengenai perkembangan suatu kota khususnya perkembangan Kota Palembang. Berikut rincian manfaat yang diharapkan dari penelitian ini : 1. Sebagai bahan kajian bagi pembaca mengenai perkembangan suatu perkotaan akibat infrastruktur jalan. 2. Dapat dijadikan referensi atau informasi bagi pemerintah dalam mengambi suatu kebijakan terkait perkembangan kota
5
3. Sebagai kajian bagi penelitian berikutnya.
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perkembangan fisik kota sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan obyek, lokasi dan tujuan penelitian yang beragam. Pada bagian ini disajikan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian ini, agar terlihat persamaan dan perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian mengenai perkembangan fisik kota pernah dilakukan oleh Siti Nurkholisyah pada tahun 2005, penelitian dengan judul “Perkembangan Fisik Kota Kediri Dari Tahun 1996 Sampai Dengan Tahun 2003” penelitian ini mengunakan metode penelitian berupa kualitatif dengan teknik pengambilan data pengambilan sampel purposive. Dan penelitian ini telah menentukan sebelumnya bahwa faktor utama perkembangan fisik di Kota Kediri diakibatkan oleh aksesibilitas dan keberadaan jalan di kota tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang saya buat adalah menjadikan perubahan kenampakan fisik berupa penggunaan lahan sebagai variabel utama dalam penelitian dan mengunaakn teknik perbandingan peta urut waktu, sehinggan dapat melihat perkembangan fisiknya dari tahun ke tahun. Adapun perbedaan dengan penelitian saya adalah penelitian ini tidak membahas mengenai kegiatan yang mendominasi di kawasan penelitian. Penelitian lainnya yang juga membahas perkembangan fisik kota adalah penlitian yang dilakukan oleh Puryanto tahun 2003 yang berjudul “Pengaruh Pembangunan Jalan Arteri Citarum-Pedurungan Terhadap Perkembangan Keruangan BWK V Kota Semarang”. Dalam penelitian ini memeliki dua lingkup
6
spasial yaitu, lingkup mikro yaitu kawasan sekitar kanan dan kiri Jalan Arteri Citarum-Pedurung dan lingkup makro yang meliputi wilayah BWK V Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dan pendekatan komparatif, dimana pendekatan komparatif akan membandingkan perubahan tata guna lahan dan perkembangan fisik kota antara sebelum dan sesudah pembangunan jalan arteri. Berdasarkan hasil studi literatur yang didapat berikut tabel 1.1mengenai tujuan,metode dan hasil penelitian sebelumnya: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
NO
Nama Peneliti
Judul
1.
Nurkolisyah,Si
Perkembangan
ti (2005)
Fisik Kota Kediri
distribusi dari
pengambilan
perkembangan
Dari Tahun 1996
perkembangan
sampel
fisik Kota
Sampai Dengan
Kota Kediri
menggunakan
Kediri yaitu,
purposive
terjadi
sampling
penambahan
Tahun 2003.
Tujuan 1. Mengetahui
2. Mengetahui faktor-faktor
Metode Teknik
Hasil 1. Distribusi
yang
penggunaan
berpengaruh.
lahan
3. Mengetahui
2. Faktor penentu
kecenderungan
perkembangan
arah
fisik kota yaitu
perkembangan
aksesibilitas.
fisik Kota Kediri
3. Kecenderunga n arah perkembangan fisik dominasi ke arah tenggara.
7
2.
Susanti,Arkiya
Perkembangan
na (2008)
Morfologi
perkembangan
proporsional
perkembangan
KotaKawasan Solo
morfologi kota
random
morfologi kota
sampling dan
adalah linear dan sektoral
Baru Kabupaten
1. Mengkaji pola
2. Mengkaji faktor
Metode slovin
1. Pola
Sukoharjo Provinsi
paling
systematic
Jawa Tengah 1990-
berpengaruh
sampling
2006.
terhadap
perkembangan
perkembangan
paling kuat
morfologi kota.
terhadap
2. Faktor
perkembagan morfologi kota adalah karakteristik lahan.
8
3.
Puryanto
Pengaruh
1. Mengidentifikasi
Metode
(2003)
Pembangunan
perkembangan
analisis
perkembangan
Jalan Arteri
keruangan BWK
deskriptif
keruangan
Citarum-
V Kota Semarang dengan
BWK V Kota
Pedurungan
dengan
menggunakan
Semarang
Terhadap
menganalisa
data skunder
dengan
Perkembangan
perubahan
dan primer
menganalisa
Keruangan BWK V
keruangan anatar
perubahan
Kota Semarang
sebelum dan
keruangan
sesudah
1. Identifikasi
2. Menganalisa
pembangunan
besarnya
jalan
pengaruh
2. Menganalisa
pembangunan
besarnya
Jalan Arteri
pengaruh
Citarum-
pembangunan
Pedurung
jalan arteri
terhadap
terhadap
perkembangan
perkembangan
keruangan
keruangan BWK
BWK V Kota
V Kota Semarang
Semarang.
3. Mengidentifikasi
3. Mengidentifika
faktor-faktor
si faktor-faktor
utama penentu
utama penentu
perkembangan
perkembangan
jalan arteri
keruangan kawasan sekitar Jalan Arteri-Citarum
9
4. Wahyu
Pertambahan
1. Mengetahui
Metode
Dari 5 variabel
Kuncoro
Lahan Terbangun
pertambahan
analisis
pengaruh yang
(2009)
di Wilayah
lahan terbangun
deskriptif,
diteliti, yaitu
Aglomerasi
di APY bagian
interpretasi
kepadatan
Perkotaan
Kabupaten
peta dan
penduduk,
Yogyakarta
Sleman antara
wawancara
pertumbuhan
Sebagai Kabupaten
tahun 1990-2006
responden
penduduk,
Sleman Antara Tahun 1990-2006
2. Mempelajari
ketersediaan
faktor-faktor
fasilitas sosial dan
yang
ekonomi, jumlah
mempengaruhi
rumah tangga non
pertambahan
tani dan arak ke
lahan terbangun
pusat kota.
di wilayah APY bagian Kabupaten Sleman antara tahun 1990-2006
10
5. Rr. Liza
Perkembangan
1. Mengkaji
Interpretasi
1. Faktor
Khoirunnisa
Fisik Kecamatan
variasi
foto udara,
aksesibilitas
(2006)
Mlati Kabupaten
distribusi
survey
dan peraturan
Sleman Tahun
spasial
lapangan dan
pemerintah
1992-2000
perkembangan
wawancara
secara
fisik
dengan
signifikan
Kecamatan
responden.
mempengaruhi
Mlati
Untuk analisis
perkembangan
2. Mengkaji
data ,encakup
fisik
perubahan luas
analisis
Kecamatan
lahan pertanian
korelasi dan
Mlati
menjadi non
regresi
3.
2. Faktor
pertanian serta
aksesibilitas
pengaruhnya
merupakan
terhadap
faktor yang
perkembangan
paling
fisik
berpengaruh
Kecamatan
terhadap
Mlati
perkembangan
Mengkaji
fisik Kota
faktor-faktor
Mlati.
yang berpengaruh dalam perkembangan fisik Kecamatan Mlati.
11
1.6 Tinjauan Pustaka 1.6.1 Pengertian Evaluasi Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahankesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program. Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan (Yunus, 2000). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen lainnya, yaitu perencanaan 1.6.2 Pengertian Dampak
Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
12
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI ,2010) Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pembangunan infrastruktur berupa jalan, apa yang ditimbulakan dari keberadaan jalan di lingkungan sekitarnya, seperti yang dibahas dalam penelitian ini.
1.6.3 Studi Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahanya melalui pendekatan keruang, ekologi dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangaunan (Bintarto,1979). Dalam ilmu geografi terdapat 3 pendekatan utama, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan pendekatan kompleks wilayah. Penelitian dalam bidang geografi harus berorientasi pada salah satu atau gabungan dari ke tiga macam pendekatan geografi ini yang menekankan pada space sebagai variable;man-environment inter-relationship atau regional complex system agar fitrah geografi tidak menghilang. Pendekatan keruangan merupakan metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang
13
yang dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis (Yunus,2010). Hal ini dapat diartikan bahwa ruang menjadi variabel yang ditekankan. Pendekatan ekologi lebih mempelajari mengenai hubungan timbal balik atau interaksi antar suatu organisme itu sendiri dan juga dengan lingkungannya. Istilah organisme sendiri tidak terbatas pada tanaman dan tumbuhan saja, namun meliputi manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Memahami suatu wilayah yang memiliki perbedaan satu sama lainnya. Sementara itu suatu wilayah terbagi menjadi subwilayah yang memiliki elemenelemen wilayah yang berbeda-beda pula yang menjalin keterkaitan dan interaksi yang dapat disebut sebagai suatu wilayah sistem. Hal inilah yang disebut sebagai pendekatan kompleks wilayah yang menganggap wilayah bersangkutan sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen wilayah yang diyakini saling berkaitan satu sama lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kompleks wilayah yang merupakan kombinasi anatara analisa keruangan dan ekologi. Analisa keruangan digunakan untuk mengetahui sebaran keruangan dari perkembangan fisik kota yang diteliti. 1.6.4 Perkembangan Kota A. Pengertian Kota Pengertian kota sangat beragam, Menurut Bintarto (1983) kota adalah suatu jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis. Kota merupakan pusat kegiatan sosial, kegiatan perekonomian, pusat-pusat hunian. Secara fisik kota selalu berkembang, baik melaui perembesan wilayah perkotaan, maupun pemekaran kota. Wilayah
14
perkotaan adalah suatu kota dengan wilayah pengaruhnya. Seperti hubungan ketergantungan antara suatu wilayah perkotaan dengan kota-kota kecil atau desadesa dan sebaliknya. Wilayah kota adalah kota yang secara administratif berada di wilayah yang dibatasi oleh batas administratif yang berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Hadi Sabari Yunus (2005) menjelaskan definis kota dalam 6 (enam) tinjauan terhadap kota. Tinjauan kota menurut Hadi Sabari Yunus (2005) adalah (1) tinjauan dari segi Yuridis Administratif, (2) Segi Fisik lima Morfologis, (3) Jumlah Penduduk, (4) Kepadatan Penduduk, (5) Fungsi dalam suatu wilayah organik, dan (6) segi Sosial-kultural. Kota dalam tinjauan yuridis administratif menurut Sujarto dalam Yunus (2005) adalah suatu wilayah negara/suatu areal yang dibatasi oleh batas-batas administrasi tertentu, baik berupa garis yang bersifat maya/abstrak ataupun batas-batas fisikal (misalnya sungai, jalan raya, lembah, barisan pegunungan dan lain sebagainya) yang berada dalam wewenang suatu tingkat pemerintahan tertentu yang berhak dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangga di wilayah tersebut. Kenampakan kota ditinjau dari aspek morfologis adalah kenampakan fisikal kot, bentuk-bentuk maujud, tangible, yang mencerminkan dan ditandai adanya kenampakan internal sesuatu kota (Barlow dan Newton dalam Yunus, 2005). Smailes dalam Yunus (2005) mengemukakan 3 indikator yang dapat digunakan untuk mencermati morfologi kota, yaitu (1) indikator kekhasan penggunaan lahan, (2) indikator kekhasan bangunan dan fungsinya, (3) indikator kekhasan pola sirkulasi.
15
B. Perkembangan Kota Perkembangan kota adalah suatu proses perubahan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu berbeda akibat dari proses-proses kehidupan yang terjadi di dalam kota(Barlow dan Newton dalam Yunus, 2005). Perkembangan kota yang terus menerus tentunya akan membentuk suatu pola yang mengarah ke suatu tempat tertentu yang memiliki potensi untuk berkembang. Menurut Barlow dan Newton dalam Yunus (2005) salah satu cara melihat sebuah perkembagan kota ialah dilihat dari morfologi wilayah perkotannya.Secara teori ada 3 teknis perkembangan kota yaitu : 1. Perkembangan horizontal Cara perkembanganya mengarah ke luar, artinya daerah bertambah, sedangkan ketinggian dan kuantitas lahan terbangun tetap sama. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pinggir kota, dimana lahan masih lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke pusat kota. 2. Perkembangan vertikal Cara perkembanganya mengarah ke atas, artinya daerah pembangunan dan kuantitas lahan terbangun tetap sama, sedangkan ketingguan bangunanbangunan bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat-pusat perdagangan yang memiliki potensi ekonomi. 3. Perkembangan interstisial Cara perkembangannya di langsungkan ke dalam, artinya daerah dan ketinggian bangunan rata-rata sama, sedangkan kuantitas lahan bangunan bertambah. Perkembagan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota dan antara pusat dan pinggir kota yang kawasanya sudah divatasi dan hanya dapat dipindahkan.
16
Perkembangan kota memiliki ekspresi yang bervariasi. Ekspresi keruangan ini sebagian terjadi melalui proses-proses tertentu yang dipengaruhi faktor-faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik berkaitan dengan topografi struktur geologi, geomorfologi, perairan dan tanah. Faktor-faktor non-fisik antara lain kegiatan penduduk, urbanisasi, peningkatan kebutuhan akan ruang, perencanaan tata kota dan lain sebagainya. Peran aksesibilitas, prasarana transportasi, sarana transportasi mempunyai peran yang besar pula dalam membentuk variasi keruangan kenampakan kota. 1.6.5 Struktur Tata Ruang Kota Struktur tata ruang kota dapat membantu dalam memberi pernahaman tentang perkernbangan suatu kota. Ada 3 (tiga) teori struktur tata ruang kota yang berhubungan erat dengan perkembangan guna lahan kota dan perkembangan kota, yaitu (Bourne,1971). A. Teori
Konsentrik
(concentriczone
concept)
yang
dikemukakan
EW.Burkss. Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan yang berbeda pada kota membentuk suatu zona konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam 5 (lima) zona penggunaan lahan
17
Gambar 1.1 Teori Konsentris (sumber Bourne,1971 )
B. Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Dalam teori ini Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari bentuk guna lahan kota yang berupa suatu penjelasan dengan penggunaan lahan permukiman yang lebih memfokusan pada pusat kota dan sepanjang jalan transportasi. Dalam teorinya ini, Hoyt membagi wilayah kota dalam beberapa zona dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 1.2 Teori Sektor (sumber : Bourne,1971 )
C. Teori banyak pusat (multiple-nuclei concept) yang dikernukakan oleh Kenzie. Menurut Kenzie teori banyak pusat ini didasarkan pada pengamatan lingkungan sekitar yang sering terdapat suatu kesamaan pusat
18
dalam bentuk pola guna lahan kota daripada satu titik pusat yang dikemukakan pada teori sebelumnya. Dalarn teori ini pula Kenzie menerangkan bahwa kota meliputi pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian dan pusat lainnya. Teori banyak pusat ini selanjutnya dikembangkan oleh Harris dan Ullman yang kemudian membagi kawasan kota menjadi beberapa penggunaan lahan dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 1.3 : Teori Banyak Pusat (Sumber
: Bourne,1971 )
Menurut Yunus, tipe-tipe struktur tata ruang kota diatas merupakan tipe struktur ruang yang berdasarkan pendekatan ekologikal. Pendekatan ekologikal memandang manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai hubungan interrelasi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk penggunahn lahan yaitu merupakan proses bertempat tinggal, mengembangkan keturunan, dan tempat mencari makan (Yunus, 1999). Struktur tata ruang kota juga dapat dijelaskan berdasarkan pendekatan morfologikal, Beberapa sumber mengernukakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota. Ditekankan pada bentuk-bentuk- fisikal dari lingkungan kekotaan
19
dan hal ini dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal yang antara lain tercermin pada sistern jalan - jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian ataupun bukan (perdagangan/ industri) dan juga bangunan bangunan individual. Ada tujuh pola struktur tata ruang kota. yang didasarkan pada pendekatan morfologikal ini (Hudson dalam Yunus, 2003) yaitu: 1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru Kota dengan bentuk seperti ini terjadi bila kota utama dengan kota-kota kecil disekitarnya terjalin hubungan fungsional efektif dan efisien. 2. Bentuk stelar atau radial Kota dengan bentuk seperti ini memiliki lidah yang dibentuk pusat kegiatan kedua yang berfungsi memberi pelayanan pada areal perkotaan dan menjorok ke dalam, direncanakan sebagai jalur hijau dan berfungsi sebagai paru-paru kota, RTH dan tempat rekreasi. 3. Bentuk cincin Kota berkembang
di sepanjang jalan utama yang melingkar, bagian
tengah tetap sebagai daerah terbuka hijau. 4. Bentuk linier bermanik Pusat perkotaan yang lebih kecil tumbuh di kanan kiri pusat kota utamanya, perkotaan hanya terbatas di sepanjang jalan utama, sehingga pola umumnya linier, di pinggir jalan ditempati bangunan komersial dan di belakanganya permukiman penduduk. 5. Bentuk inti/kompak Perkembangan kotanya lebih didominasi oleh perkembangan vertikal, sehingga memungkinkan konsentrasi bangunan pada areal kecil 6. Bentuk memencar
20
Kota bentuk memancar dalam kesatuan morfologi besar dan kompak terdapat beberapa urban center dimana masing-masing pusat memiliki fungsi-fungsi khusus yang berbeda satu dengan yang lain. 7. Bentuk kota bawah tanah Bentuk kota bawah tanya memiliki struktur perkotaan yang dibangun di bawah permukaan bumi, sehingga kenampakannya tidak dapat diamati di permukaan bumi. Daerah atasnya berfungsi sebagai jalur hijau dan pertanian. Terdapat banyak indikator yang dapat mempengaruhi kenampakan fisik kota, pola jalan
atau
lay out of streets merupakan indikator yang paling
mempengaruhi. Menurut Northam dalam Yunus (2000) ada tiga sistem pola jalan, yaitu: 1.
Sistem pola jalan tidak teratur Sistem ini memiliki pola jalan yang tidak teratur baik itu lebar maupun arah jalannya. Tidak teraturannya sistem jalan ini terlihat pada pola jalan yang melingkar-lingkar, lebarnya bervariasi dengan memiliki cabang yang banyak. Hal ini mengakibatkan pola permukimannya yang tidak teratur pula. Pada umumnya kota-kota awal pertumbuhannya selalu ditandai oleh sistem jalan seperti ini, tetapi pada tahapan perkembangan selanjutnya akan mengikut perencanaan yang teratur. Sistem pola jalan seperti ini banyak terdapat di negara berkembang seperti Kota Jakarta.
2.
Sistem pola jalan radial konsentris Sistem ini memiliki pola jalan radial konsentris yang mana memiliki bagian pusat sebagai tempat kegiatan utama. Jalannya besar dan menjari dari titik pusat kota sehingga membentuk seperti jaring laba-laba. Kota
21
Paris merupakan salah satu contoh kota yang memiliki sistem pola jalan ini. 3.
Sistem pola jalan bersudut siku atau grid Sistem pola jalan seperti ini akan membentuk fisik kota menjadi blok-blok empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang pararel longitudinal dan transversal membentuk sudut siku-siku. Jalan utamanya membentang dari pintu gerbang utama kota sampai ke pusat kota, pengembangan kotanya tampak teratur karena polanya telah terbentuk. Sistem pola jalan seperti ini banyak terdapat di kota-kota Amerika.
1.6.6 Definisi Infrastruktur dan jalan Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat. Infrastruktur adalah alat atau utilitas yang disediakan oleh pihak swasta dan pemerintah yang berfungsi sebagai pendukung fusngsi-fungsi tertentu bagi kehidupan masyarakat. Menurut The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu : 1.
Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sector transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
2.
Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
22
3.
Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, control administrasi dan koordinasi.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrasturktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan seperti halnya infrastruktur jalan. Keterbatasan pembangunan infrastruktur jalan, menyebabkan melambatnya laju investasi dan perkembagan kota. Pasal 1 angka 4 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, memberikan definisi mengenai jalan yaitu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Pembangunan jaringan jalan ditujukan untuk mebentuk struktur ruang yang sesuai dengan rencana dan arah pengembangan wilayah. Sudah selayaknya dalam perencanaan pembangunan jaringan jalan di suatu wilayah harus
23
memperhatikan kondisi wilayah itu sendiri. Menurut Northam dalam Yunus (2000) pola jalan
atau
lay out of streets merupakan indikator yang paling
mempengaruhi struktur ruang kota. Sehingga pengembangan jariang jalan harus dilakukan secara terpadu dengan sektor-sektor lain dengan mengacu kepada rencana tata ruang, yang mana jaringan jalan tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan, tatepi juga berperan dalm perkembangn suatu wilayah. 1.6.7 Pengaruh Pembangunan Jalan Terhadap Perkembangan Kota dan Ekonomi. Pembangunan jalan yang semaik kompleks baik dalam maupun luar kota akan menimbulkan pusat-pusat kegiatan dan fungsi-fungsi perkotaan baru, yang menempati sepanjang jalur-jalur yang ada sehingga perluasan lahan terbangun paling banyak terjadi di kiri dan kanan jalur transportasi. Hal ini menyebabkan kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun di sekitar jalan tersebut. Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah proses transportasi yang menghubungkan pusat kota (CBD) dengan daerah bagian luarnya. Daerah yang dilalui transportasi akan mempunyai perkembangan fisik yang berbeda dengan daerah-daerah diantara jalur-jalur transportasi. Perkembangan zona yang ada pada sepanjang poros transportasi akan terlihat besar dibandingkan dengan daerah-daerah yang terletak diantaranya.