BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah
satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Risiko kegagalan (risk of failures) selalu ada pada setiap aktifitas pekerjaan dan saat kecelakaan
kerja
(work
accident)
terjadi,
seberapapun
kecilnya,
dapat
mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Secara historis peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah jaman kemerdekaan dan diberlakukannya Undang-undang Dasar 1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan keselamatan kerja yang pada saat itu berlaku yaitu Veiligheids Reglement telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970. Setiap kecelakaan pasti selalu ada penyebabnya, kelalaian perusahaan yang hanya memusatkan diri pada keuntungan merupakan penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja. Minimnya pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan, padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/ santunan untuk korban kecelakaan kerja lebih kecil dibandingkan keuntungan.
2
Depnakertrans jawa timur (2014) menyatakan bahwa dari data PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus kecelakaan kerja dan tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus. Pada tahun 2008 terjadi sebanyak 93.823 kasus, dengan jumlah pekerja yang sembuh 85.090 orang, sedangkan yang cacat total 44 orang. Menurut Runtu (2016) berdasarkan data Kementrian Kesehatan jumlah kasus kecelakaan kerja tertinggi tahun 2014 adalah Sulawesi Selatan, Riau, dan Bali, sedangkan jumlah pekerja yang sakit akibat kerja tertinggi tahun 2014 adalah Bali. Sektor konstruksi merupakan penyumbang kecelakaan tertinggi, yakni 31,9% dari total kecelakaan yang terjadi berjenis kasus antara lain jatuh dari ketinggian 26%, terbentur 12%, dan tertimpa alat 9%, maka semua proyek pembangunan konstruksi haruslah ditingkatkan pengawasannya, agar angka kecelakaan kerja di bidang konstruksi dapat diminimalkan. Pembangunan gedung-gedung berlantai seperti sarana penginapan sementara/ hotel akan terus berkembang seiring jaman dan teknologi karena jasa penginapan sementara/ hotel tersebut merupakan kontribusi besar bagi sektor pariwisata. Pada saat pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana-sarana seperti hotel ini pada khususnya yang melibatkan empat unsur dalam proses interaksinya antara lain: people, equipment, materials, environment (PEME) secara otomatis dapat mengundang terjadinya kecelakaan kerja pada proses pembangunan hotel tersebut, pembangunan sarana tersebut diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini juga merupakan bagian dari
3
perencanaan dan pengendalian proyek konstruksi. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat bekerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan, dan penyakit berkelanjutan akibat kerja. Tujuan manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah mengurangi risiko K3 yang berpotensi mengakibatkan kerugian baik dalam prihal finansial maupun citra dari perusahaan itu sendiri, mengetahui bagaimana kecelakaan terjadi juga berguna dalam arti mengidentifikasi jenis kegagalan atau kesalahan apa saja yang biasanya menyebabkan kecelakaan, sehingga tindakan dapat diambil untuk mengatasi kegagalan tersebut sebelum ada kesempatan untuk terjadi, oleh karena itu dengan berkurangnya risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) diharapkan dapat mengurangi dampak kecelakaan pada area kerja serta meningkatkan keuntungan organisasi dari sisi kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya sesuai ekspektasi. Tinggal di daerah dengan kemungkinan dan berbagai keragaman budaya, membuat Bali selalu menjanjikan pasar yang sangat menantang bagi industri perhotelan, sehingga tak sedikit dari para investor berupaya berinvestasi mencoba keuntungan di Bali pada sektor pariwisata pada umumnya dalam bentuk sarana penginapan tersebut. Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget merupakan salah satunya, proyek pembangunan hotel ini menyajikan fasilitas hotel bintang 3
4
berkonsep Jewels of Jambuluwuk dengan fasilitas premium berkapasitas 144 kamar di kawasan Pantai Petitenget berjarak hanya sekitar 15 km dari jantung kota Denpasar atau 30 menit perjalanan berkendara dari Bandara Ngurah Rai Bali. Wilayah tersebut dinilai memiliki tipikal dan sensasi keindahan sunset beserta gelombang air lautnya. PT. Archouse selaku pemilik dan pengembang Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget melalui proses seleksi telah resmi menunjuk PT. Wahyu Di Graha sebagai kontraktor utama pada proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget. Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget, merupakan proyek kompleks di kawasan dengan skala aktifitas cukup besar pada area lingkungan pariwisata yang sedang berkembang, dengan ketinggian 18 meter, 7 lantai dari permukaan existing, meliputi area Basement, semi- Basement, dan bangunan berlantai 4 serta area rooftop pool and event party dengan nilai kontrak Rp.60.698.000.000 dan target waktu pelaksanaan 900 (sembilan ratus) hari kerja. Pembangunan hotel ini melibatkan alat-alat berat seperti Excavator, Backhoe, Tower Crane, Crawler Crane, Concrete Mixer Truck. Area pekerjaan hotel ini terletak berhimpitan dengan fasilitas-fasilitas umum dan pribadi seperti restaurant Mirror Garden, villa-villa, dan area perumahan warga setempat.
5
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimana mengidentifikasi risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan proyek Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget? 2. Risiko-risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) apa saja yang termasuk kategori major risk yang terdapat pada proyek Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget? 3. Bagaimana strategi tindakan mitigasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam meminimalkan kecelakaan kerja yang tergolong kategori major risk terhadap sumber risiko pada proyek Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget?
1.3
Tujuan Penelitian Dari pemasalahan yang ada maka adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah : 1. Mengidentifikasi risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terjadi pada kegiatan proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget 2. Mengetahui risiko dominan (major risk) yang terjadi pada kegiatan proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget 3. Mendapatkan pemecahan/solusi dalam memberi penanganan risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terhadap risiko yang berkategori
6
dominan pada sumber-sumber risiko proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget
1.3
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari tujuan penelitian yaitu: 1. Memberikan informasi mengenai risiko-risiko dominan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang inheren pada proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget 2. Dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi atau perbandingan mengenai penyebab kecelakaan kerja dalam rangka meningkatkan pelaksanaan K3 pada proyek konstruksi 3. Dapat digunakan untuk mengurangi penyebab atau bahan reviewer K3 (Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja)
yang
terjadi
pada
proyek
pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget 4. Pihak perusahaan/Kontraktor dapat menerapkan manajemen risiko K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) untuk mengurangi kecelakaan kerja menuju "zero accident". 5. Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk menekan angka kecelakaan pada proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget
7
1.4
Batasan Masalah Lingkup dan batasan dari penelitian ini adalah: 1. Objek penelitian adalah proyek konstruksi pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget 2. Kegiatan yang ditinjau pada penelitian adalah kegiatan pelaksanaan proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget dari tahapan pekerjaan persiapan, struktur dan mekanika elektrikal (ME) 3. Responden adalah orang yang terlibat langsung dan berkompeten dengan kegiatan proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget khususnya pada bidang K3 yang berkaitan dengan kegiatan proyek pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget yaitu project manager, site manager, safety manager, safety supervisor, safety officer, dan pelaksana. 4. Analisis risiko yang dilakukan hanya terbatas pada tahap identifikasi risiko
(risk
identification),
penilaian
risiko
(risk
assesment),
pengendalian risiko (risk mitigation). Analisa tidak membahas risiko sisa (residual risk), biaya, mutu dan waktu pelaksanaan.