BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami
kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat pula dengan tingkat persaingan yang ketat. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan mengenai sistem dan informasi merupakan kekuatan yang sangat penting untuk membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan. Perusahaan-perusahaan kini menggunakan sistem sebagai salah satu jembatan untuk memudahkan dalam melakukan proses operasionalnya. Informasi yang di dapat harus berkualitas, akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga keputusan bisnis yang diambil tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem informasi yang diterapkan di masing-masing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan sistem informasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Bagi perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur, sistem informasi produksi yang efektif merupakan suatu keharusan dan tidak lepas dari persoalan persediaan bahan baku. Adanya sistem informasi yang memadai, dapat membantu akuntan internal untuk menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen.
1
Sistem informasi berguna bagi perusahaan untuk melakukan pencatatan bahan baku yang masuk dan keluar dari perusahaan, baik yang akan di proses maupun yang akan di distribusikan kepada pihak ketiga. Menurut Yogianto (1995) yang mengutip dari Jerry Fritz Gerald dan Warren D. Stalling (1981), pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut “ Suatu sistem adalah suatu jaringan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”. Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengolah minyak dan gas bumi. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 (tujuh) unit pengolahan yang ada di tanah air serta memiliki fasilitas terlengkap dengan 4 (empat) unit kilang utama yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, serta Kilang Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang merupakan pemasok terbesar untuk wilayah Jawa dan sekitarnya. Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Tujuan pembangunan kilang minyak di Cilacap adalah mengingat meningkatnya permintaan BBM bagi masyarakat di Pulau Jawa dan letak kilang Cilacap yang strategis secara geografi yaitu di sentral Pulau Jawa atau dekat dengan konsumen terpadat penduduknya di Indonesia. Bahan baku yang didapat oleh Refinery Unit IV Cilacap berasal dari 2 sumber yaitu crude domestic dan crude import. Proses bisnis Pertamina ada 2 (dua) yaitu hulu dan hilir.
2
Pada kegiatan sektor hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Sedangkan kegiatan pada sektor hilir meliputi bisnis pengolahan, pemasaran & niaga, serta bisnis LNG. Bisnis pemasaran & niaga mencakup aktivitas pendistribusian produk-produk hasil
minyak dan petrokimia yang
diproduksi oleh kilang Pertamina maupun yang diimpor, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri, serta didukung oleh sarana distribusi dan transportasi melalui darat dan laut. Arus minyak adalah suatu bentuk alur perjalanan minyak mulai dai pengeboran ke pengolahan hingga sampai dengan ke konsumen melalui Unit Pemasaran. Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah satu sektor hilir Pertamina yang menerima minyak mentah baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, kemudian mengolahnya menjadi produk BBM dan Non BBM lalu mendistribusikan kepada pihak ketiga dan/atau Inter Company. Proses bisnis tersebut tidak terlepas dari loss minyak mengingat sifat minyak yang bersifat liquid sehingga terdapat selisih antara perhitungan persediaan dengan actual receipt nya. Pada arus minyak tidak lepas dari losses yang dapat menggerus pendapatan atau keuntungan pada Pertamina terutama pada Refinery Unit. Semakin banyak angka losses maka jumlah minyak mentah yang di terima oleh Pertamina semakin berkurang dan produk yang dapat di hasilkan semakin sedikit. Dengan kata lain Pertamina tidak menerima jumlah minyak mentah sesuai dengan harga beli yang telah di sepakati oleh supplier.
3
Oleh karena itu Pertamina sangat menekan angka losses yang terjadi sehingga tidak menggerus keuntungan perusahaan dan dapat menekan impor minyak karena produksi yang di hasilkan kilang meningkat. Pertamina mencatat arus minyak yang masuk dan keluar menggunakan aplikasi Refinery Oil Accounting System (ROAS). PT Pertamina merupakan satu-satunya perusahan BUMN di Indonesia yang menggukana aplikasi ROAS sebagai suatu alat pengawasan pada arus minyak. Aplikasi ROAS akan mencatat transaksi arus minyak yaitu pada proses loading crude oil, surat permintaan penyaluran (SPP), instruksi permintaan penyaluran (IPP), dan proses discharge crude oil. Aplikasi ROAS merupakan sistem aplikasi yang berbasis web dengan tujuan untuk memudahkan user dalam memonitor pergerakan arus minyak dan mengawasi angka losses pada setiap pergerakan arus minyak. Proses discharge crude oil yang akan penulis bahas pada Tugas Akhir ini akan menghasilkan dokumen Certificate of Quantity Discharge (CQD) yang menggambarkan angka discharge loss pada suatu transaksi discharge crudei oil. Mekanisme proses discharge loss melalui ROAS dapat ditarik kesimpulan dan saran mengenai bagaimana pencatatan discharge loss dan apa kelemahan daripada aplikasi ROAS pada Refinery Unit IV dengan judul “MEKANISME PENCATATAN DISCHARGE LOSS ARUS MINYAK PADA PT PERTAMINA REFINERY UNIT IV CILACAP.”
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana pencatatan discharge loss pada PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap? b. Apa kelemahan dari sistem ROAS pada PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap?
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan tujuan dibuatnya tugas akhir ini adalah: 1. Mengetahui pencatatan atas discharge loss yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 2. Mengetahui kelemahan dari sistem ROAS yang digunakan oleh PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
5
1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang ingin dicapai penulis adalah : 1. Bagi penulis Menambah
pengetahuan
terkait
sistem
informasi
yang
digunakan oleh PT Pertamina yakni Refinery Oil Accounting System dan menambah pengetahuan mengenai permasalahan yang dialami oleh PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yaitu losses pada minyak. 2. Bagi Prodi Akuntansi Sebagai bahan referensi dan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian dengan judul yang sama. 3. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai penyelesaian dan penekanan angka losses. 4. Bagi Pembaca Sebagai tambahan pengetahuan bagi pihak luar mengenai proses bisnis dan kegiatan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai perusahaan yang mengolah minyak dan gas bumi satu-satunya di Indonesia.
6