BAB I PENDAHULUAN Pada penelitian rencana pembuatan snack Keripik “Pak Man”, Bab I akan menjelaskan mengenai lingkungan eksternal terkait peluang dan ancaman serta lingkungan internal terkait kekuatan dan kelemahan bisnis di industri snack sehingga bisnis ini menjadi relevan untuk dilakukan. Selain itu juga dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Snack di Indonesia khususnya snack dalam kemasan sangat digemari oleh semua kalangan mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Penjualan snack dalam kemasan di Indonesia sangat tinggi dikarenakan kebiasan masyarakat Indonesia mengkonsumsi snack dimanapun dan kapanpun. Hal ini menjadi peluang bagi produsen maupun distributor snack, dimana permintaan snack terus meningkat. Fakta tersebut didukung data market indicator Report 2014 Agriculture and Agri-Food Canada yang dapat dilihat melalui Tabel 1.1 pada halaman 2, penjualan makanan dalam kemasan di Indonesia secara total meningkat sebesar 12,7% dari tahun 2014-2015. Sedangkan untuk keripik termasuk dalam kategori snack manis dan gurih dengan peningkatan sebesar 12,47 % dan memiliki perkiraan tren yang terus meningkat hingga 2018.
1
Tabel 1.1 Penjualan Makanan Kemasan Agri-Food Retail di Indonesia* Kategori makanan 2014 2015 2016 2017 2018 Kemasan Makanan Bayi 3.008 3.351 3.717 4.118 4.558 Roti-rotian 3.952 4.360 4.794 5.269 5.792 Makanan Kaleng 632 739 859 995 1.149 Makanan olahan dingin 151 17 207 241 280 Gula-gula 2.211 2.454 2.714 2.996 3.309 Susu & Olahannya 3.024 3.368 3.736 4.139 4.588 Makanan Kering 10.272 11.890 13.241 14.944 16.803 Makanan Olahan dibekukan 750 877 1.019 1.181 1.363 Es Krim 422 500 588 690 810 Mie 2.780 3.162 3.580 4.041 4.544 Minyak 1.727 1.921 2.132 2.366 2.631 Pasta 27 21 35 40 46 Makanan Siap Saji 7 7 8 9 10 Saus & Pelengkap 1.336 1.505 1.695 1.910 2.152 Snack Batangan 15 18 20 23 26 Sup 6 7 8 9 11 Selai 115 129 144 161 179 Snack Manis dan Gurih 1.563 1.758 1.976 2.221 2.502 Minuman Panas 2.301 2.569 2.856 3.164 3.493 Minuman Soda 6.714 7.536 8.434 9.424 10.521 Total 29.415 33.152 37.230 41.732 46.737 * Dalam Jutaan Dollar
Sumber : Euromonitor, 2014 Industri snack tentu tak lepas dari pasokan bahan baku yang berasal dari hasilhasil perkebunan yang sangat melimpah di Indonesia. Wonosobo sebagai salah satu kota yang kaya akan hasil produk pertanian dan perkebunan turut serta dalam memasok bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi di industri snack. Melalui Tabel 1.2 pada halaman 3, dapat dilihat bahwa sektor pertanian menyumbang PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) terbesar, jumlah tersebut didominasi oleh hasil produk tanaman bahan makanan dan perkebunan. Secara spesifik produk pertanian dan perkebunan yang menjadi andalan adalah kentang dengan total luas lahan tanam 3.013 ha dengan produksi rata-rata dalam 10 tahun mencapai 49.481 ton/tahun, umbi-umbian
2
dengan luas lahan 6.828 ha dan total produksi rata-rata 135.099 ton, carica yang sekaligus sebagai buah khas Wonosobo dengan luas lahan 115,77 ha 4.631 ton dan jamur dengan produksi pertahunnya mencapai 125.547 ton (PemKab Wonosobo, 2014). Kekayaan hasil bumi tersebut yang menjadi alasan utama banyak UMKM di Wonosobo yang mengolah hasil produk pertanian dan perkebunan. Tabel 1.2 PDRB/Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo Lapangan Usaha PDRB ADH Berlaku 2009 2010 2011 Sektor Pertanian 883.489,58 918.463,99 947.303,33 a. Tanaman Bahan Makanan 632.216,04 654.879,73 668.435,74 b. Perkebunan 53.549,72 56.339,66 60.429,92 c. Peternakan 127.124,13 134.306,64 142.485,91 d. Kehutanan 55.199,96 57.054,67 59.468,09 e. Perikanan 15.399,73 15.883,29 16.483,67
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2015 Dari berbagai macam hasil sektor pertanian yang melimpah tersebut mayoritas UMKM di Wonosobo menjualnya dalam bentuk olahan keripik. Pada Tabel 1.3 adalah nama beberapa UMKM berdasarkan hasil survei penulis pada Maret 2015 yang mengolah hasil perkebunan menjadi keripik di Wonosobo : Tabel 1.3 Hasil Survei UMKM yang Memproduksi Keripik di Wonosobo No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama UMKM Ceria Stick UD Sono Kembang Berkah Fajar Sadina KPK Rahayu Oafindo
Nama Pemilik Bpk. Mufid Ibu Sayiddah Ibu Sunarni Ibu Afianti Bpk. Barmi Bpk. Chafid
Alamat Kadipaten-Selomerto, Wonosobo Sidodadi-Kertek, Wonosobo Limbangan-Selomerto,Wonosobo Jambusari-Kertek, Wonosobo Pledongan-Sukoharjo, Wonosobo Mlipak, Wonosobo
Sumber : Hasil Survei Penulis Berdasarkan hasil wawancara penulis pada bulan Maret 2015 kepada Ibu Afianti & Ibu Sayiddah sebagai pemilik UMKM Sadina & UD Sono
3
Kembang, UMKM di Wonosobo cenderung mengolah hasil tanaman dan perkebunan menjadi keripik karena beberapa alasan. Alasan utamanya antara lain karena mengolah menjadi keripik lebih mudah dari segi pengolahan, investasi yang murah karena bisa menggunakan alat produksi sederhana dan produk yang lebih tahan lama serta potensi penjualan yang bagus. Namun dengan peralatan yang sekarang, mereka masih kesulitan untuk memproduksi dalam skala yang lebih besar. Pada umumnya bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keripik adalah singkong dan diolah menjadi opak1. Opak juga merupakan makanan khas Wonosobo, namun carica dan jamur Dieng masih menjadi pilihan utama wisatawan sebagai oleh-oleh khas Wonosobo. Nilai jual produk ini juga cenderung murah yaitu Rp.12.000 per kilo. Disisi lain, talas merupakan hasil bumi yang melimpah di Wonosobo namun belum sama sekali dimanfaatkan sebagai produk olahan. Umumnya masyarakat hanya menggoreng atau merebusnya dan dijadikan konsumsi pribadi. Pada tahun 2011 berdasarkan survei dari Dinas Koperasi dan UMKM dapat dilihat melalui Tabel 1.4 pada halaman 5, UMKM di Kabupaten Wonosobo yang bergerak di sektor industri jumlahnya mencapai 14.429 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 14.517. Fakta tersebut menjadikan kota Wonosobo mendapat gelar baru sebagai kota seribu UMKM di Jawa Tengah (Purnomo, 2011). Berdasarkan hasil survei dari Dinas Koperasi dan UMKM 1 Opak Singkong adalah makanan cemilan dari Wonosobo. Pada awalnya daerah yang membuat opak singkong dari desa Kalibeber kec. Mojotengah dan sekarang sudah banyak Desa yang membuat opak tersebut. Opak Singkong rasanya gurih, terbuat dari singkong (ubi kayu)kukus, garam dan daun kucai
4
tersebut menyimpulkan fakta bahwa banyak kemasan produk UMKM belum memenuhi standar sehingga menurunkan kualitas produk, harga dan juga tingkat kompetitif produk dengan pesaing. Faktanya kemasan merupakan strategi pasar sangat penting agar bisa berkompetisi dengan produk pesaing (Purnomo, 2011). Berdasarkan survei dari LSM Usaha Mikro Yayasan Persadaku Merdeka Purwokerto Pada Mei 2011, menunjukkan hasil, dari 30 produk kemas unggulan hanya tiga produk yang benar-benar sesuai standar nasional. Tabel 1.4 Jumlah UMKM di Wonosobo Tahun 2011-2012 UMKM
1 2 3 4
UMKM berdasarkan sektor Perdagangan Industri Jasa/Aneka Usaha Pertanian Jumlah Jumlah UMKM dibina UMKM belum dibina Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Jumlah 2011
2012
12.362 14.429 2.423 26.705 55.919 14.984 40.935 173.480
13.139 14.517 2.845 26.691 57.192 15.996 41.196 176.445
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM dalam LKPJ Bupati Tahun 2012 Sebagaimana data BPS tahun 2010 mengemukakan sekitar 78% UMKM yang bergerak di sektor industri mengalami kesulitan usaha untuk memperoleh bahan baku, pemasaran dan permodalan. Melihat hasil survei Bank Dunia pada tahun 2010, hanya sekitar 17% dari penduduk Indonesia yang memperoleh pinjaman dari perbankan. Sedangkan mereka yang menggunakan akses dari lembaga pembiayaan formal (termasuk bank dan non bank), mencapai 20%, sekitar 40% penduduk menggunakan jasa keuangan informal (Tamzis, 2015). Disisi lain, belum semua perusahaan di Indonesia menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik, padahal
5
mereka memiliki kemampuan menjalankannya. Hal ini dapat dilihat dari anggota yang bergabung dalam CFCD (Corporate Forum for Community Development) baru sebanyak 253 perusahaan, padahal kalau melihat regulasinya semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia berkewajiban untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial (Suwandi, 2014). Industri makanan snack termasuk dalam jenis pasar persaingan sempurna, sehingga salah satu hambatan dalam bisnis ini adalah kompetitor, berdasarkan pengamatan penulis setidaknya terdapat tiga kompetitor yang memiliki konsep bisnis sejenis yang juga bergerak dibidang snack/makanan:
A. Pelaku Bisnis dengan Konsep Sejenis di Dalam Negeri Didalam negri sendiri berdasarkan pengamatan penulis, terdapat dua kompetitor yang memiliki konsep bisnis serupa yaitu East Bali Cashew. East Bali Cashew memiliki konsep bisnis memanfaatkan komoditi lokal yaitu kacang mete yang diolah dengan produksi berbasis pabrikasi namun dengan membedayakan masyarakat sekitar dalam setiap rantai nilai. Kedua adalah Istana Snack dengan memanfaatkan komoditi lokal Bogor yaitu kacang dan talas Bogor dengan sistem produksi kombinasi antara pabrikasi dan komunitas UMKM yang ada di Majalengka.
6
1. East Bali Cashew
Gambar 1.1 Founder, Produk & Suasana Kerja East Bali Cashew
Sumber : www.eastbalicashew.com Aaron Fishman yang berasal dari Amerika adalah pendiri dari East Bali Cashewa. Pada konsepnya Aaron mengembangkan bisnis ini dengan berbasis pada potensi alam yang ada dan juga komunitas di wilayah Timur Bali. Latar belakang dari bisnis ini adalah melihat fakta bahwa masyarakat di wilayah timur Bali yang menggantungkan hidupnya pada hasil kacang mete. Hampir 80% dari hasil panen diekspor secara mentah ke India & Vietnam dengan nilai produk yang rendah. Melihat potensi tersebut Aaron memiliki gagasan untuk memindahkan produksi ke Bali untuk memotong value chain. Pada tahun pertama mampu diproduksi 180 tons menghasilkan 130 pekerjaan dan memperkerjakan 90% perempuan.
7
2. Istana Snack
Gambar 1.2 Produk & Pemilik Istana Snack
Sumber : www.istanasnack.blogspot.com Gigin Mardiansyah adalah seorang lulusan Agribisnis IPB jurusan hortikultura. Ide bisnis dari istana adalah pemberdayaan masyarakat Bogor untuk mengolah hasil produk khas hasil bumi khas Bogor yaitu Kacang & Talas Bogor. Produk Istana Snack diposisikan sebagai produk oleh-oleh khas Bogor, produk tersebut diberi nama sesuai dengan nama objek wisata terkenal di Bogor yaitu Istana Kepresidenan Bogor. Proses produksi Istana Snack adalah gabungan produksi berbasis pabrikasi dan juga komunitas. Ketika kapasitas produksi Istana Snack tidak mampu memenuhi permintaan pasar (biasanyaa saat musim libur & hari raya) maka Istana Snack akan mendatangkan pasokan produk setengah jadi pada UMKM yang bekerjasama dengan Istana Snack. Berkat upaya pemberdayaan masyarakat serta hasil produk lokal terebut, Gigin memperoleh penghargaan dari kemenpora sebagai salah satu finalis Pemuda Andalan Nusantara tahun 2010.
8
B. Pelaku Bisnis dengan Konsep Sejenis di Luar Negeri : Level Ground Trading Level Grounding Trading adalah perusahaan keluarga yang berasal dari Columbia. Konsep bisnisnya adalah membangun petani binaan untuk menjamin kualitas dari bahan baku yang diproduksi serta membeli dengan harga yang layak. Konsep sosial yang ditawarkan pada petani dijadikan “headline” judul pada kemasan.
Gambar 1.3 Produk Level Ground Trading
Sumber : www.levelgroundtrading.com Selain itu hambatan kedua yang juga dibisnis ini adalah perang harga yang sangat kompetitif pada produk serupa dipasar yang sudah memiliki brand awareness yang kuat, seperti Kusuka kemasan 70g dengan harga per Agustus 2015 sebesar Rp. 5500 dan Qtela kemasan 75g dengan harga per Agustus 2015 sebesar Rp. 4500.
1.2 Lingkungan Internal Perusahaan Bisnis keripik adalah salah satu usaha yang cukup menjanjikan di pasar Indonesia, disamping karena sudah familier bagi masyarakat juga faktor
9
lainnya yaitu kreasi dan variasi pada bisnis keripik yang selalu bertambah setiap tahunnya (Virdhani, 2014). Produk yang familier tentu akan mudah diterima masyarakat, namun juga memiliki tantangan yang besar karena berbanding lurus dengan banyaknya persaing. Sibarani (2014), Sekertaris Jendral GAPMMI, mengatakan bahwa untuk dapat memenangkan persaingan dengan merek dalam dan luar negeri, industri makanan dan minuman nasional harus mempunyai spesifikasi dan keunikan tersendiri. Menurut Lukman (2013), Ketua GAPMMI, merek menjadi hal yang terpenting bagi industri makanan dan minuman, hal ini terbukti produk dengan merek-merek yang dikenal masyarakat dan mutunya terjaga cenderung memiliki nilai jual yang lebih baik. Dewasa ini banyak merek asing yang masuk Indonesia dan melakukan kerjasama dengan perusahaan lokal. Karena memiliki ekuitas merek yang kuat maka mereka lebih mudah dalam penetrasi pasar. Berdasarkan wawancara penulis dengan Gigin Mardiansya sebagai pemilik Istana Snack di Bogor pada Maret 2015, kelemahan dari konsep bisnis dengan memberdayakan komunitas UMKM dalam produksi adalah kesulitan dalam mengontrol jaminan tingkat higienis dari produk serta sulitnya standarisasi untuk kualitas produk secara menyeluruh.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan mengenai analisis lingkungan eksternal dan internal pada poin sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bisnis snack keripik talas dan
10
singkong “Pak Man” memiliki peluang untuk berkembang. Mengingat industri snack merupakan industri yang berada pada pasar persaingan sempurna sehingga menuntut Keripik “Pak Man” untuk memiliki diferensiasi dan keunikan pada produknya sehingga mampu bersaing. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, produk dari bisnis serupa hampir semua dihasilkan dari produksi pabrikasi. Faktanya masih sedikit bisnis yang berbasis pada komunitas padahal bisnis ini memiliki nilai investasi dan resiko pada tahap produksi yang rendah namun memiliki keuntungan serta dampak sosial yang tinggi. Untuk menyaingi kompetitor yang produksinya berbasis pabrikasi, Keripik “Pak Man” yang dirancang produksi berbasis pada komunitas harus mampu menyaingi kualitas dari produk pesaing yang berbasis pabrikasi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan perancangan rencana bisnis snack Keripik “Pak Man”.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama penilitian ini adalah untuk merancang rencana bisnis snack Keripik “Pak Man” yang mampu bersaing secara kualitas dengan kompetitor yang berbasis pabrikasi serta mampu memberikan manfaat bersama. Tujuan kedua untuk menyusun model bisnis di industri oleh-oleh dengan konsep produksi yang berbasis komunitas.
11
1.5 Manfaat Penelitian Hasil peneilitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan bisnis di bidang snack terutama keripik berbasis komunitas namun dengan konsep berbeda yaitu memanfaatkan komunitas sebagai bagian dari produksi dan juga yang mempertimbangkan dampak sosial bagi komunitas produsen.
1.6 Sistematika Penulisan Penulisan pada penilitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah latar belakang dengan konten berupa kondisi eksternal dan internal dari konsep bisnis snack Keripik “Pak Man”. BAB II berupa tinjauan pustaka yang menjelaskan teori mengenai rencana bisnis dari berbagai sumber serta penentuan rencana bisnis yang dipakai dalam penelitian, definsi konsep mengenai kemasan dan definisi konsep mengenai snack. BAB III menjelaskan metode penelitian yang terdiri dari jenis data yang digunakan, alasan yang mendasari digunakannya metode tersebut dan cara pengumpulan, waktu pengambilan data serta sampel sebagai unit analisis. Kemudian BAB IV akan menjabarkan mengenai hasil dari pengambilan data yang nantinya digunkan sebagai landasan untuk merumuskan strategi bisnis dan rencana bisnis snack Keripik “Pak Man” disertai uji kelayakan dari segi finansial dan non finansial. Terakhir, BAB V akan mendesripsikan mengenai plot waktu disertai dengan pengukuran performa.
12