BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah Saat ini manusia sangat membutuhkan informasi, dari kebutuhan tersebut
terdapat berbagai macam dan ragam kebutuhan manusia akan informasi tersebut. Mulai dari media cetak sampai media elektronik. Karena itu tidak salah jika dikatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, maka ia akan menguasai dunia. Banyak media yang diterbitkan serta menyajikan berita dan peristiwa yang memang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Dengan banyak media yang bermunculan maka masyarakat lebih selektif dalam memilih media mana yang akan mereka konsumsi, dan sangat tidak terlepas dari berita apa yang disajikan media tersebut. Perkembangan segala bentuk realitas informasi yang disampaikan media, semakin tahun semakin menunujukkan bahwa media mempunyai andil yang cukup besar untuk membentuk opini publik bahkan hingga tahap perubahan prilaku. Ini cukup menjadi bukti bahwasannya manusia merupakan makhluk yang haus akan segala bentuk informasi yang disajikan oleh media, tanpa terlebih dulu menyaring apakah sebenarnya manfaat dari penyajian informasi tersebut. Media cetak dianggap media yang mampu mendokumentasikan suatu peritiwa dan sifatnya tidak baku. Artinya kapan saja orang masih bisa membacanya karena tak hanya memuat narasi, media cetak juga memuat gambar berupa foto untuk memperkuat suatu berita.
Universitas Sumatera Utara
Media massa dalam kehidupan politik di alam modern memiliki posisi dan peranan yang sangat vital. Media bukan saja sebagai informasi politik, melainkan juga kerap menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan politik. Realitas demikian tampak jelas ketika terjadi pemilihan kepala daerah (dalam hal ini Walikota dan Wakil Walikota Medan). Salah satu berita yang diliput untuk diberitakan adalah mengenai berita yang berhubungan dengan kegiatan kampanye calon Walikota dan Wakil Walikota yang maju sebagai kandidat. Hal tersebut dilihat dari banyaknya informasi yang diberitakan pada berbagai media massa (televsi, radio, internet, dan surat kabar). Ada banyak peristiwa politik yang cukup menarik perhatian masyarakat, dan cara untuk mengetahui peristiwa-peristiwa adalah dari media massa itu sendiri. Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk budaya dan wacana politik. Sebagai salah satu pilar penting dalam demokrasi, strategi pemberitaan media massa ikut menentukan proses kampanye sebagai kekuatan politik untuk merebut hati rakyat. Sebuah berita tidak mungkin objektif dan tidak mungkin bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu. (Meadow,1980) Sebuah berita tidak mungkin menyajikan seluruh fakta sosial dalam halaman surat kabar yang terbatas dan terdapat proses seleksi terhadap fakta-fakta yang disajikan. Tidak semua peristiwa layak dijadikan berita. Dan berita politik memang dapat menjangkau segmen pembaca dari berbagai lapisan. Dikatakan demikian, karena ada dua faktor yang menyebabkannya. Pertama, saat ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari
Universitas Sumatera Utara
media massa. Yang terjadi malah para tokoh politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar kegiatan politiknya mendapat liputan dari media massa. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka, seperti rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik dengan para pendukungnya.(Ibnu Hamad, 2004:1). Saat ini tak lama lagi akan berlangsung pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan untuk periode 2010-2015 pada Juni 2010. Tetapi pemberitaan mengenai calon-calon kandidatnya sudah beredar luas di masyarakat kota Medan. Bahkan, papan-papan spanduk dan poster-poster calon kandidat sudah banyak beredar di sepanjang jalan kota Medan. Sejumlah nama pasangan calon yang disebut-sebut akan meramaikan Pilkadasung Walikota Medan dan Wakil Walikota Medan 2010, yakni Indra Sakti Harahap-Delyuzar, Maulana Pohan-Ahmad Arif, Sigit-Nurlisa, Rahudman-Eldin, Bahdin-Kasim Siyo, Sjahrial-Yahya, Ajib ShahBinsar Situmorang, Sofyan Tan-Nelly Armayanti, Joko Susilo-Amir Mirza, dan HM Arif-Supratikno. Peristiwa politik sangat menarik perhatian masyarakat. Namun pada kenyataannya, tidak semua surat kabar memuat berita atau kampanye politik secara profesional. Ini terlihat dengan adanya berita yang tidak memuat faktafakta yang lengkap dan juga tidak berimbang dalam liputan pemberitaan. Pada prinsipnya, sebuah media dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya dituntut untuk bersikap fair dan akurat. Pada berita atau artikel, unsur untuk menarik perhatian khalayak ramai adalah judul berita (headline).(Kusumaningrat, 2006)
Universitas Sumatera Utara
Disini penyusunan kata-kata yang komunikatif sangat berperan. Judul berita tersebut akan bersifat komunikatif apabila kalimatnya sederhana, menarik, tanpa kata-kata yang pleonastic atau mubazir dan tercetak dengan huruf yang menonjol. Suatu kewajiban moral bagi para penanggung jawab media di berbagai wilayah untuk menjadikan netralitas, sikap independen terhadap kontestan politik, sebagai suatu keutamaan yang harus terus diperjuangkan. Pengutamaan salah satu kandidat politik – apa pun dasarnya (kesamaan suku, agama, ras, tingkat ekonomi, dan lain-lain)-daripada yang lain adalalah mengingkari tugas dasar media untuk tampil sebagai pewarta informasi yang tak memihak siapapun. Dengan kata lain, media massa harus bersifat objektif, bukan subjektif. Sekali tugas ini dilanggar, dan media jatuh dalam favoritisme terhadap salah satu kandidat, media itu telah mudah dituding sebagai pengikut salah satu kandidat dan meruntuhkan kepercayaan masyarakat atas liputan-liputannya. Dengan kata lain, pers justru ikut dalam proses membodohi masyarakat dengan keberpihakannya tersebut. Oleh karena itu, pada umumnya surat kabar sangat berperan dalam pelaksanaan politik, dan pada khususnya kandidat calon-calon untuk pemilihan walikota itu sendiri. Liputan berita calon walikota yang diberitakan di harian Waspada dan Analisa itu menarik perhatian penulis didasari atas keingintahuan bagaimana sebenarnya liputan berita calon walikota Medan pada pemilihan walikota Kota Medan tahun 2010 dilihat dari perspektif isi pemberitaan pada Harian Waspada dan Analisa. Jelaslah bahwa surat kabar telah banyak digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu penulis dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
memfokuskan penelitian pada Harian Waspada dan Analisa, sebagai dua media yang berpengaruh di Kota Medan. Peneliti
ingin melihat apakah ada
keberpihakan kedua harian tersebut terhadap para kandidat calon walikota. Peneliti beranggapan bahwa kedua harian ini dapat mewakili harian lokal lainnya di Kota Medan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji bagaimana muatan isi berita kandidat calon walikota pada pemilihan walikota Kota Medan tahun 2010 ini di Harian Waspada dan Analisa, dengan judul : “Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada.”
I.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: “Bagaimanakah objektivitas isi pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada.”
I.3
Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar
penelitian lebih fokus, maka perlu dibuat pembatasan permasalahan sebagai berikut : 1.
Penelitian hanya dilakukan pada Harian Analisa dan Harian Waspada.
Universitas Sumatera Utara
2.
Penelitian hanya dilakukan pada jenis berita straight news yang memuat tentang pemberitaan pada masa Kampanye Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan, mulai tanggal 27 April-8 Mei 2010.
3.
Berita yang diteliti adalah pada isi berita, dan menghitung panjang sentimeter kolom berita.
I.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian - Tujuan Penelittian.
1. Untuk mengetahui objektivitas pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 pada Harian Waspada dan Harian Analisa. 2. Untuk mengetahui kecenderungan keberpihakan berita, bila berita dapat dinyatakan tidak objektif. - Manfaat Penelitian 1. Menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU terutama dalam bidang Jurnalistik. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang pikir penulis dalam melengkapi perbendaharaan penelitian mengenai analisis media. 3. Secara praktis, diharapkan penelitian ini menjadi suatu referensi bagi pengolaan berita kampanye di kedua harian tersebut.
I.5
Kerangka Teori Setiap penelitian sosial membutuhkan teori, karena salah satu unsure yang
paling besar peranannya dalam penelitian ialah (Singarimbun, 1995:37)
Universitas Sumatera Utara
Mengungkap teori yang digunakan berarti mengemukakan teori-teori yang relevan yang memang benar-benar digunakan untuk membantu menjelaskan atau menganalisis secara logis dan rasional fenomena social yang diteliti. Sebuah penelitian kualitatif memerlukan suatu teori dalam memahami dan menjelskan terjadinya fenomena social yang diteliti (Hamidi, 2005: 50) Teori yang dianggap relevan untuk membantu penelitian ini adalah : pendekatan-pendekatan mengenai isi media, kategori/jenis-jenis isi surat kabar,objektifitas berita, dan pemilu.
I.5.1
Pendekatan-pendekatan mengenai isi media
Dalam proses menetukan pembentukan berita (newsroom), newsroom dalam penelitian ini dianggap sebagai ruang hampa, yang bersikap netral dan seolah hanyalah sekedar media yang menyalurkan informasi semati. Informasi yang dimuat benar-benar bersifat pasti, artinya tidak kurang dan tidak pula berlebih. Proses pembentukan berita, sebaiknya adalah proses yang rumit dan memiliki banyak factor yang berpotensi untuk mempengaruhi. Pada dasarnya apa yang disajikan media adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J.Soemaker dan Stephen D.Reese, meringkas berbagai factor yang beragam kebijakan redaksi, yaitu meliputi sebagai berikut : 1. Faktor Individu Faktor ini berhubungan dengan latar belakang professional dari pengelola media, level individual melihat bagaimana pengaruhnya aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individual seperti: jenis kelamin, umur atau usia.
Universitas Sumatera Utara
2. Level Rutinitas Media (Media Routine) Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan kita. Sebagai mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media karenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita. 3. Level Organisasi Berhubungan
dengan
struktur
organisasi
yang
secara
hipotetik
mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bkan orang tunggak yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanyalah sebagian kecil daro organisasi media itu sendiri. 4. Level Ekstra Media Berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada diluar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasusu mempengaruhi pemberitan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan diluar media yaitu sumber berita dan berita sumber penghasilan media. 5. Level Ideologi Ideology disini diartikan
sebagai kerangaka berpikir atau kerangka
referensi tertentu yang dipakai oleh individu utnuk melihat realitas bagaimana mereka menghadapinya ini merupakan tataran yang secara lebih luas. Di sisni dengan mudah kita dapat mendeteksi pers mengikuti gagasan (ideology) dominan yang sedang berjalan atau diberlakukan oleh negara atau masyarakat atau berdasarkan arutan ideology sendiri, agama misalnya.
Universitas Sumatera Utara
I.5.2
Komunikasi dan Komunikasi Massa.
Tentunya banyak sekali defenisi dari komunikasi. Karena pada hakikatnya manusia yang hidup dimuka bumi ini pastilah melakukan komunikasi untuk menyampaikan tujuan ataupun pesannya kepada si penerima pesan. Percaya atau tidak sebenarnya kita mulai berkomunikasi ketika bangun tidur hingga ketika jam tidur kembali, itu artinya 70% dari waktu kita untuk berkomunikasi. Sejak jaman Romawi sampai abad 21 sekarang ini terdapat definisi yang berbeda satu dengan yang lain, hal ini disebabkan latar belakang dan sudut pandang para ahli yang berbeda-beda Awalnya komunikasi hanya dianggap sebagai suatu proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan dengan menggunakan bahsa sebagao penyalur. Bahasa yang dimaksud disini adalah pesan (message) yang disampaikan oleh seorang pembicara (komunikator) kepada si penerima (komunikan). Pesan sebenarnya terbagi atas dua aspek yaitu isi pesan ( the content of message), dan kedua lambing pesan (symbol). Kongkret nya isi pesan itu adalah pikiran atau persaan, sedangkan lambangnya adalah bahasa.(Effendy 2003:28). Menurut Harold Laswell (Effedy 1993:10) untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?”.
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa komunikasi
terdiri atas 5 unsur yaitu : a. Komunikator (Source, Sender, Communicator) b. Pesan (Message) c. Saluran (Channel)
Universitas Sumatera Utara
d. Komunikan (Receiver, Communicant) e. Efek (Effect) Sedangkan menurut Menurut Carl. I Hovland, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain, dimana seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi yang komunikatif (Effendy, 1998 : 13). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian atau pengiriman sesuatu dapat berupa lambang atau simbol dalam bentuk informasi, atau dengan kata lain komunikasi itu dapat dilakukan dengan menggunakan media atau tanpa media. Media yang digunakan secara umum dibagi dua yaitu menjadi media cetak dan media elektronik. Penggunaan media dalam komunikasi sebagai proses dalam penyampaian pesan kepada khalayak disebut dengan komunikasi massa. Seiring dengan pertumbuhan manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan akan informasi, komunikasi massa menempati urutan yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja., secara sederhana komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Komunikasi massa ini timbul akibat dari komunikasi interpersonal yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk tatap muka yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang kian membeludak. Pengiriman pesan yang biasanya dilakukan dalam bentuk interpersonal tidak dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cepat. Untuk itu diperlukan media sebagai jembatan bagi khalayak, artinya pesan yang disampaikan melaui suatu media dapat diterima banyak orang
Universitas Sumatera Utara
dan dalam waktu yang singkat pula, kegiatan semacam ini disebut dengan komunikasi massa. Freidshow (dalam Rachmad 1993 : 188) komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu dari beberapa individu atau sebagian khusus dari populasi. Menurut Devito dalam bukunya “Communicatian : An Introduction To The Study Of Communication”
komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak, yang luar biasa banyaknya. Sedangkan bentuknya yaitu ; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku (dalam Effendy 1990 :21) Jadi komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa yang ditujukan kepada khalayak besar dan heterogen. Oleh karena itu sifat dari komponen yang dimiliki komunikasi massa itu memiliki ciri khas sebagai berikut: A. Komunikasi massa berlangsung satu arah, yang memungkinkan tidak terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikator secara langsung. B. Komunikator pada komuniaksi massa bersifat melembaga (bersifat organisasi) C. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
D. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri ini merupakan kemampuan komunikasi massa untuk menumbuhkan pada pihak khalayak dalam menerima pesan yang disebarkan. E. Komunikasi bersifat heterogen, dan sebagai bentuk komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan melakukan sosial kontrol (Effendy 1990 : 22)
I.5.3
Kategori/Jenis-jenis Isi Surat Kabar
Istilah pers berasal dari istilah asing, namun diterima sebagai istilah bahasa Indonesia. Aslinya penulisan Press, yang berarti “percetakan” atatu “mesin cetak”. Mesin cetak inilah rupanya yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga orang mengatakan pers itu untuk maksud persuratkabaran. Dari gambaran tersebut dapat dipahami adanya dua pengertian umum dari pers. Pertama, secara semit pers dimaksudkan sebagai persuratkabaran. Kedua, secara umum, pers adalh sarana yang menyiarkan prodik jurnalistik. Pada zaman modern sekarang ini jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar atau majalah. Dan defenisi pers tidak hanya terbatas pada media ceta, namuan juga media massa jurnalistik. Menurut UU Pers No. 40 tahun 1999 pasal 1 ayat 1 diebrikan definisi pers sebagai: “Lembaga social dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliput, mencari, memperoleh, memiliki, meyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam betuk tulisan, suara, gambar suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dalam
Universitas Sumatera Utara
menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.” Pada dasarnya, produk jurnalistik atau isi surat kabar terdiri atas beberapa bagian, pertama adalah penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan kepada pembacanya. Dengan penyajian berita, masyarakat akan tahu segala perubahan yang terjadi dan itu sangat mereka butuhkan. Dari penyajian berita inilah komsumen pers akan memperoleh banyak informasi yang dapat menambah wawasan serta mencerdaskan pemikirannya. Bagian kedua adalah pandangan atau pendapat. Dalam istilah jurnalistik, pandangan atau pendapat ini disebut opini (opinion). Perusahaan penerbit pers, perlu menyajikan pendapat atau pandangan, baik opini masyarakat (public opinion), maupun opini redaksi (desk opinion). Opini adalah sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada system kehidupan
bermasyarakat
yang
merupakan
control
bagi
pelaksanaan
pemerintahan. Bagian ketiga adalah periklanan. Isi dari periklanan ini merupakan tempat perusahan
penerbitan
pers
untuk
menggali
keuntungan.
Dengan
iklan
dimmungkinkan perusahaan surat kabar mendapatkan penghasilan tambahan, selain itu dari menjual berita melalui langganan dan eceran. Bahkan manajemen penerbitan per situ bagus, iklan merupakan penghasilan utama bagi usahanya. Secara keseluruhan pers khususnya surat kabar bisa dilihat sebagai berikut : 1. Pemberitaan (News getter) a. Pengertian Berita (Perception news)
Universitas Sumatera Utara
b. Berita Langsung (Straight news) c. Penggalian Berita (Investigasitive news) d. Pengemabangan Berita (Depth news) e. Feature (Human interest news) 2. Pandangan atau pendapat (opinion) a. Pendapat masyarakat (Public opinion) Komentar Artikel Surat Pembaca b. Opini penerbit (Press opinion) Tajuk Rencana Pojok Karikatur c. Periklanan Iklan Dislay Iklan Baris Iklan Pariwara (advetorial)
I.5.4
Objektivitas Berita
Prinsip objektivitas memiliki yang tidak boleh dianggap remeh, terutama dalam kaitannya dengan kualitas informasi. Objektivitas adalah prinsip yang acapkali hyanya dihubungakan dengan isi. Objektivitas dihubungkan dengan surat kabar khususnya isi berita adalah melaporkan keadaan senyatanya dan apa adnaya tanpa dipengaruhi pendapat dan
Universitas Sumatera Utara
analisis lepas dariras perseorangan, tidak memihak, tidak miring sebelah, hanya berhubungan dengan objeknya (Junaidi, 1991: 182) Michael Bugeja (Ishwara, 2005: 41) memandang objektivitas yaitu melihat dunia seperti apa adanya, bukan bagaiman yang seperi diharapkan semestinta (objectivity is seeing the world it is, not how you wish it were). Objketivitas dalam pengertian sempit yaitu hanya melaporkan apa yang penting untuk dikatakan dan dilakukan dan kurang menghiraukan tentang sebab musababnya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa demi objektifitas, tidak perlu untuk memberi suatu penjelasan terhadap suatu masalah dan membiarkan pembaca untuk memecahkannya sendiri. Salah satu defenisi reportase objektif adalah wartawan bertindak sebagai penonton dari berita dalam mengumpulkan dan menyajikan fakta. Wartawan tidak terlibat dalam berita, artinya disini wartawan hanya sebagai pangamat yang netral. Berbagai komponen utama objektivitas berita yang ditampilkan oleh J.Westersrhal, komponene tersebut diciptakan secara khusus untuk kepentingan penilaian kadar netralisai dan keseimbangan pemberitaan. Penyajian laporan atau berita secar objektifitas mencakup nilai-nilai dan fakta, dimana fakta tersebut memiliki implikasi evaluatif (Mc.Quil,1987: 130). Adapun komponen utama objektifitas berita (menurut Westerthal, 1983), meliputi: 1. kefaktualan , yang terdiri atas : -
Kebenaran
-
Relevansi
2. Impartialis, yang terdiri atas :
Universitas Sumatera Utara
I.6
-
Kesinambungan
-
Netralitas
Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 2001:40). Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang akan dirumuskan terdiri dari kategorisasi objektivitas berita yang meliputi: 1. Kategori objektivitas berita berdasarkan faktualitas Kategori ini melihat dari sisi muatan isi berita yang terdiri dari kelengkapan elemen berita dan narasumber. Berdasarkan ini yang diteliti yaitu: a. Kebenaran, yang terdiri dari:
Fakta sosiologis (Kelengkapan 5W + 1 H)
Fakta Psikologis (Narasumber)
Cek dan ricek
b. Relevansi
Keaktualan
2. Kategori berita berdasarkan impartialitas Kategorisasi ini melihat objektivitas berita dari sikap wartawan terhadap suatu berita yang tertuang dalam bentuk tulisan. Berdasarkan yang diteliti adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Keseimbangan, yang meliputi:
Peliputan dua sisi (cover both side)
b. Netralitas Pencampuran fakta dan opini
Universitas Sumatera Utara