BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Membangun peternakan pada dasarnya sama halnya ketika kita membangun sumber daya manusia. Dengan hal demikian itu pula berarti peternakan adalah sebuah jalan untuk yang memiliki peran dan penentu yang sangat besar dalam menentukan keadaan bangsa. Masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat kualitas sumber daya manusia dan ditentukan dalam berbagai komsumsi pangan yang tidak lain adalah hasil dari peternakan. Semakin pesatnya pertumbuhan dan pembangunan peternakan yang terjadi di Indonesia sangat diharapkan kedepannya sub-sektor peternakan menjadi penentu dalam perekonomian bangsa khususnya bagi peternak yang turut andil dalam kemajuan pembangunan. Sebagai salah satu pelaku dalam pembangunan, peternak diharapkan memiliki keterampilan yang lebih dalam mengelola usaha peternakannya dan selama ini peternak diberdayakan melalui pendekatan kelompok seperti kerjasama antar kelompok. Dengan demikian perlu adanya sebuah organisasi yaitu kelompok tani-ternak sebagai wadah mengembangkan kelompoknya. Pemberdayaan kelompok tani-ternak khususnya kelompok tani sapi perah dapat berarti meningkatkan kemampuan dan kemandirian tersendiri bagi peternak untuk menciptakan suasana yang memungkinkan untuk berkembang. Menurut Syamsu (2010) peran kelompok tani sangat strategis sebagai wadah petani untuk melakukan hubungan kerjasama dengan menjalin kemitraan usaha dengan lembaga-
1
lembaga terkait dan sebagai media dalam proses transfer teknologi dan informasi. Dilain pihak, kelompok tani sebagai wadah antar kelompok dalam mengembangkan usahanya. Adapun jumlah kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Kelompok Tani Kabupaten Enrekang Tahun 2010 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Desa/ Kelurahan
Nama Kelompok Tani Ternak
Jumlah Tingkat Anggota Kemampuan (Orang) Baraka Wai Tuo 25 Lanjut Lebang Sipatuo 25 Madya Malalin Sapi Perah Tallang 25 Pemula Pinang Mabbaraka 20 Lanjut Pinang Mesa Bija 30 Madya Pinang Tunas Muda 20 Lanjut Pundilemo Cakra Mas 25 Pemula Juppandang Talaga Biru 25 Madya Lewaja Sipakaiyya 26 Lanjut Tanete Buntu Tambalang 25 Madya Sumber : Data Sekunder Dinas Peternakan & Perikanan Kabupaten Enrekang, 2010.
Luas HMT 4.5 6,9 16 5,5 5 5,5 5.5 8 5 6,5
Dari Tabel. 1 menunjukkan bahwa kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang terdapat cukup banyak dan terdapat di desa/kelurahan yang berbeda. Disisi lain jumlah anggota cukup banyak dengan tingkat kemampuan berbeda-beda setuju itu lanjut, madya ataupun pemula. Hal ini menunjukkan besarnya respon masyarakat untuk bergabung dalam kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang. Ada beberapa kelompok tani yang ada di Kabupaten Enrekang diantaranya Kelompok Mabbaraka, Mesa Bija, Tunas Muda, Sipakaiyya, Buntu Tambalang. Kelompok tani ini dikatakan cukup berhasil karena memiliki anggota yang sangat merespon positif hal-hal mengenai kegiatan kelompok tani. Selain itu kelima
2
kelompok tani tersebut tidak berjarak tempat terlalu jauh. Keberhasilan tentu didukung oleh keaktifan kelompok tani yang tentunya dari peran seorang pemimpin. Aktif tidaknya sebuah organisasi kelompok tani sangatlah dipengaruhi oleh kerjasama yang terdapat dalam kelompok tersebut untuk mengembangkan kegiatan ataupun kesadaran untuk meningkatkan produktivitas usaha taninya. Dengak aktifnya organisasi tentunya akan membantu kemudahan mengelola kelompok yang akan berimbas pada hasil terakhir yang akan dicapai dalam sebuah kelompok tani. Keaktifan dalam kelompok dapat dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani, tingkat keaktifan petani dalam kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani dalam mengelola lahan marjinal (Kustiari dkk, 2006). Selain itu, adanya dorongan kepada anggota satu sama lain dalam melakukan kegiatan. Kelompok tani ini dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok. Namun dalam sebuah organisasi kelompok tani sapi perah tidak jarang mengalami masa sulit dalam hal mencapai tujuan yang dicanangkan. Untuk memecahkan hal demikian itu dituntut sikap yang tegas dan cara penyelesaian yang tepat. Dalam keadaan seperti ini diharapkan kehadiran seseorang pemimpin. Diantara berbagai hal tersebut, Kelompok tani sapi perah merupakan salah satu bentuk organisasi yang membutuhkan keberadaan seorang pemimpin agar apa yang mereka ciptakan lebih terarah dan terkoordinir dengan kehadiran seorang pemimpin dalam kelompok tani sapi perah tersebut.
3
Pemimpin mempunyai peran penting dalam suatu kelompok karena memiliki kekuasaan untuk menggerakkan serta mengarahkan agar apa yang dijalankan berjalan secara efektif. Disisi lain, perilaku atau gaya pemimpin saling berhubungan dengan perilaku organisasi dalam hal ini kelompok tani sapi perah dan kepemimpinan yang efektif akan memainkan peranan dan kontribusi dalam kehidupan organisasi yang selalu berinteraksi dengan lingkungan yang selalu mengalami perubahan terus menerus. Perilaku pemimpin adalah teori kepemimpinan yang menjelaskan ciri-ciri perilaku seorang pemimpin dan ciri-ciri perilaku seorang bukan pemimpin (Waworuntu, 2003). Kehadiran seorang pemimpin dalam kelompok tani sapi perah akan mendorong percepatan dan lebih mempermudah pelaksanaan kegiatan penyuluhan bagi pemerintah serta akan menunjang keaktifan kinerja dari sebuah kelompok dalam hal ini kelompok tani sapi perah. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi Perilaku Pemimpin Terhadap Keaktifan Anggota Kelompok Tani Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana penilaian terhadap persepsi perilaku pemimpin anggota kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang ?
4
2. Bagaimana penilaian terhadap persepsi keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang ? 3. Apakah persepsi perilaku pemimpin berpegaruh signifikan terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui persepsi perilaku pemimpin anggota kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang. 2. Untuk mengetahui keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang. 3. Untuk Mengetahui pengaruh persepsi perilaku pemimpin terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi pemimpin dan anggota kelompok tani-ternak dalam mengetahui pengaruh serta hubungan antara persepsi perilaku pemimpin dalam keaktifan anggota kelompok tani sapi perah Kabupaten Enrekang. 2. Sebagai masukan untuk dapat mengembangkan pemahaman, penalaran, dan pengalaman yang berguna bagi pengembangan konsep perilaku pemimpin dalam organisasi.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.273/Kpts/OT.160/4/2007,
kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Secara
teoritis
pengembangan
kelompok
tani
dilaksanakan
dengan
menumbuhkan kesadaran para petani, dimana keberadaan kelompok tani tersbut dilakukan dari, oleh dan untuk petani. Pengembangan kelompok tani perlu dilaksanakan dengan nuansa partisipatif sehingga melihat prinsip kesetaraan, transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas serta kerja sama menjadi muatan-muatan baru dalam pemberdayaan petani. Dengan demikian, kelompok tani yang terbentuk atas dasar adanya kesamaan kepentingan diantara petani menjadikan kelompok tani tersebut dapat eksis dan mampu untuk melakukan akses kepada seluruh sumber daya seperti sumber daya alam, manusia, modal, informasi, serta sarana dan prasarana dalam mengembangakan usaha tani yang dilakukan (Syamsu, 2011). Kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria atau wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Setiana, 2005).
6
Menurut Mardikanto, (1993 : 188) Kelompok tani di artikan sebagai kumpulan orang-orang tani-ternak atau petani-peternak, yang terdiri atas pria dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda/pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak-tani. Keuntungan terbentuk kelompok tani ternak atau kelompok petani peternak adalah aktivitas bersama secara suka rela oleh kelompok petani peternak merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian, apabila diterapkan kepada masalah-masalah yang mendesak, yang pada saat itu dapat diatasi dengan bekerja sama kelompok (Mosher,1983) Peran Kelompok Tani (Poktan) sangat strategis sebagai wadah petani untuk melakukan hubungan atau kerjasama dengan menjalin kemitraan usaha dengan lembaga-lembaga terkait dan sebagai media dalam proses transfer teknologi dan informasi. Dilain pihak, secara internal kelompok tani sebagai wadah antar petani ataupun antar kelompok tani dalam mengembangkan usaha tani nya (Syamsu, 2011).. Keberhasilan
pembangunan
pertanian
khususnya
peternakan
sangat
ditentukan oleh kemampuan atau kapasitas sumber daya manusia peternakan khususnya peternak sebagai pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, peternak diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengelola usaha tani ternak. Selama ini mereka didekati melalui pendekatan kelompok untuk diberdayakan (Syamsu, 2011).
7
Selanjutnya di tambahkan oleh Sofyan (2011) dalam peraturan menteri pertanian nomor : 273/Kpts/Ot.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani adalah a) menghadiri pertemuan/musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani; b) menghadiri kegiatan kelompok tani dan mengikuti temu lapang; c) penyusunan program
pertanian desa/kelurahan; d) menginventarisir masalah –
masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh kelompok tani dan anggota untuk dibawa dalam pertemuan e) melakukan pencatatan mengenai keanggotaan dan kegiatan kelompok
tani
yang
tumbuh
dan
berkembang
di
wilayah
kerjanya;
f)
menumbuhkembangkan kemampuan manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan kelembagaan tani serta pelaku agribisnis lainnya; g) melaksanakan forum tingkat desa (musyawarah/rembung kontak tani, temu wicara serta koordinasi penyuluhan pertanian). Dengan
semakin
kuatnya
kinerja
kelompok,
sebenarnya
semakin
terintegrasinya semua sumber daya yang ingin dibangkitkan, semakin meningkatnya pemahaman dan pengetahuan para anggota/peternak, semakin dikenal dan menjadi lebih muda memperkenalkan ke wilayah yang lebih luas, semakin kuat untuk mempertahankan kelompok,serta semakin tingginya pengakuan pihak lain. Dimensidimensi yang harus dicapai dalam penguatan kelompok tani yaitu (Syamsu, 2011) : 1. Kelompok yang kuat dan lestari, selain mendapat pengakuan dari pihak lain, juga menjadi ‘agunan’ dalam mendapat bantuan/kredit dari donasi/kreditor dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam proses memperbesar skala usaha tani.
8
2. Kelompok
yang
merencanakan
mandi
setiap
dan
berkesinambungan,
langkah-langkah
yang
lebih
sudah
leluasa
untuk
diambil
untuk
mengkomunikasikan (dan memasarkan) hasil produksi setuju dalam partai kecil maupun partai besar setuju didalam pasar komunal maupun pasar local (kecamatan dan kota) 3. Kelompok yang solid dan rasa memiliki (sodalitas) memungkinkan untuk berbagi beban yang seharusnya dipikul sendiri menjadi terbantu karena adanya fungsi dan peran masing-masing anggota kelompok. Dalam hal itu setiap anggota dapat mengusahakan usaha tani dan ternak nya tetapi juga mendapat manfaat dari system pemasaran dan perdagangan yang dibebankan pada organisasi kelompok. 4. Kelompok yang mampu mengorganisasikan semua anggotanya diharapkan tidak hanya berhasil dalam menumbuhkan proses produksi dalam kenaikan hasil produksi tetapi juga terbuka untuk melakukan pemanfaatan sumber daya secara maksimal (produk utama maupun limbah) dan transformasi dari usaha primer (basis peternakan dan pertanian) ke usaha-usaha lain seperti industri rumahtangga, pengadaan input, pengangkutan dan lapangan kerja. 5. Kelompok yang mampu bersatu akan menimbulkan kesadaran tentang apa yang dimiliki (potensi di sekitar lingkungan) dan bagaimana menghitungnya, membangkitkannya
dan
memikirkan
tentang
bagaimana
seharusnya
sumberdaya ditumbuh-kembangkan dan bagaimana memulihkan sumberdaya yang semakin menipis / hilang.
9
2.2 Keaktifan Kelompok Tani Menurut Azizturindra (2009), Kelompok tani menurut tingkat keaktifannya di bagi menjadi tiga yaitu : 1. Petani Tradisonal adalah petani yang menjalankan usahataninya dengan pasrah belum memiliki pemahaman yang positif terhadap pembahruan. Ciriciri petani tradisional adalah berusaha bertani secara pasrah, dan terkesan seadanya, belum memiliki sifat positif untuk pemahaman dalam orientasi bertani 2. Petani Maju adalah petani yang memiliki sifat pembaharuan dan memiliki nilai-nilai positif untuk maju dan selalu berusaha untuk menerapkan teknologi yang baru dan berupaya menerapkan teknologi yang lebih maju 3. Petani Pemimpin adalah petani yang memiliki responsibility terhadap masyarakat, untuk maju bersama masyarakat membangun daerahnya dan daerah lain. Petani pemimpin merupakan petani maju yang telah memiliki rasa tangung jawab, sosial, administrasi dan memilki inisiatif kemasyarakatan. Meraka akan menjadi penggerak bagi sesama petani dan unsur pembangunan lain dan pembangunan di daerahnya. Keaktifan dalam kelompok dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani. Tingkat keaktifan petani dalam kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani dalam mengelola lahan marjinal (Kustiari dkk, 2006).
10
Indikator keaktifan kelompok tani dapat diukur dengan menggunakan lima jurus kemampuan kelompok tani yang meliputi (Efenly, 2006) : 1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) para anggotanya, dengan penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal, Indikator: a. Kemampuan merencanakan pemanfaatan SDA yang tersedia; b. Kemampuan merencanakan usaha kelompok guna mencapai skala usaha; c. Kemampuan merencanakan pelaksanaan rekomendasi teknologi; d. Kemampuan merencanakan pengadaan sarana produksi; e. Kemampuan merencanakan pengadaan atau pengembalian kredit; f. Kemampuan merencanakan pengolahan dan pemasaran hasil; g. Kemampuan merencanakan kegiatan dalam meningkatkan PSK; dan h. Kemampuan melakukan analisis usahatani. 2. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain, Indikator : a. Kemampuan memperoleh kemitraan usaha yang menguntungkan bagi usahatani kelompok; b. Mampu membuat perjanjian kerjasama dengan mitra usaha/pihak lain; c. Mampu memperoleh hak kelompok sesuai perjanjian dengan pihak lain; d. Kemampuan melaksanakan kewajiban kelompok sesuai perjanjian dengan pihak lain; e. Mampu saling memberi informasi dalam kerjasama dengan pihak lain;
11
f. Kemampuan menerapkan 5 tepat (kualitas, kuantitas, harga, waktu dan tempat) dalam kerjasama dengan pihak lain; dan g. Kemampuan mentaati peraturan/perundangan yang berlaku. 3. Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional, Indikator : a. Kemampuan memupuk modal, setuju dari tabungan anggota, penyisihan hasil usaha, simpan pinjam maupun pendapatan dari usaha kelompok; b. Kemampuan mengembangkan modal usaha di bidang produksi, pengolahan hasil dan atau pemasaran untuk mencapai skala ekonomi; c. Kemampuan memanfaatkan pendapatan secara produktif; d. Kemampuan mengadakan dan mengembangkan fasilitas atau sarana kerja; e. Kemampuan mendapatkan dan mengembalikan kredit dari Bank atau pihak lain. 4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antar kelompoktaninelayan dengan KUD, Indikator: a. Kemampuan mendorong anggotanya menjadi anggota koperasi/KUD; b. Kemampuan meningkatkan pengetahuan perkoperasian bagi anggota; c. Kemampuan memperjuangkan anggotanya menjadi pengurus koperasi; d. Kemampuan memanfaatkan pelayanan yang disediakan koperasi/KUD; e. Kemampuan meningkatkan kegiatan kelompok menjadi salah satu kegiatan utama koperasi/KUD;
12
f. Kemampuan menjadikan kelompok sebagai Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) atau Unit Usaha Otonom (UUO) koperasi/KUD; g. Kemampuan menjadikan koperasi/KUD sebagai penyedia sarana, pelaksana pengolahan atau pemasaran hasil; h. Kemampuan untuk menabung dan memperoleh pinjaman/kredit dari koperasi/KUD; dan i. Kemampuan untuk berperan serta memajukan koperasi/KUD. 5. Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerjasama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani para anggota kelompok, Indikator: a. Kemampuan secara teratur dan terus menerus mencari, menyampaikan, meneruskan dan memanfaatkan informasi; b. Kemampuan melaksanakan kerjasama antar anggota dalam pelaksanaan seluruh rencana kelompok; c. Kemampuan melakukan pencatatan dan evaluasi untuk peningkatan usahatani; d. Kemampuan meningkatkan kelestarian lingkungan; e. Kemampuan mengembangkan kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota kelompok; f. Tingkat produktivitas usahatani seluruh anggota kelompok (dibandingkan dengan
rata-rata
produktivitas
komoditas
sejenis
di
daerah
yang
bersangkutan);
13
g. Tingkat pendapatan usahatani seluruh anggota kelompok (dibandingkan dengan rata-rata daerah yang bersangkutan untuk satuan tertentu); dan h. Tingkat kesejahteraan petani seluruh anggota kelompok (komposisi jumlah keluarga prasejahtera, sejahtera I, II dan III dibandingkan dengan rata-rata daerah yang bersangkutan. 2.3 Kepemimpinan Pemimpin adalah suatu elite yang memiliki posisi komando pada puncak pranata utama dalam masyarakat, yang karena kedudukan institusional mereka yang utama, maka mereka mengambil keputusan-keputusan yang akibatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat (Permadi, 2006). Pemimpin adalah orang yang menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok agar kegiatan yang saling berkaitan dalam organisasi dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi (Robbins 2002 dalam Purnomo 2006) Adapun pengertian pemimpin menurut Drs. Moekiat (Permadi, 2006) : a. Seorang
pemimpin
adalah
seseorang
yang
membimbing
dan
mengarahkan/menjuruskan orang-orang lain. b. Seorang pemimpin adalah seseorang yang dapat menggerakkan orang-orang lain untuk mengikuti jejaknya.
14
c. Seorang pemimpin adalah seorang yang berhasil menimbulkan perasaan ikut serta, perasaan ikut bertanggung jawab, kepada orang-orang bawahannya, terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan di bawah pimpinanya. Pemimpin organisasi haruslah tahu tentang organisasinya, harus menguasai ilmu organisasi dan menguasai orang-orang dalam organisasinya. Paham ilmu organisasi dan tau tentang organisasinya tidaklah serta merta bisa menjadi pemimpin bila tidak menguasai orang-orang dalam organisasinya. Menguasai dalam arti orangorang organisasi tunduk, patuh dan menghormati serta mendukungnya. Bila orang dalam organisasinya hanya tunduk dan patuh tapi tidak menghormati dan mendukungnya maka ia hanya dianggap sebagai manager atau bos organisasi saja. (Soekarso dkk, 2010). Keberhasilan dan kesuksesan kerja suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusianya, pemimpin, dan bawahan sehingga pemahaman dan kemapuan dalam mengopersikan manajemen kerja merupakan suatu kebutuhan (Wibowo, 2009). Dalam organisasi pemimpin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai pemimpin formal, artinya pemimpin yang secara resmi diangkat dalam jabatan struktural organisasi, dan kekuasaannya bersumber dari organisasi berupa kekuasaan resmi/syah dan sebagai pemimpin informal, artinya pemimpin yang tidak resmi diangkat, tidak terlihat dalam struktural organisasi dan kekuasaannya bersumber dari pribadi misalnya berupa keahlian (Soekarso dkk, 2010).
15
Berbagai pendapat para ahli mendefinisikan pengertian kepemimpinan (leadership) dengan analisa dari sudut pandang yang berbeda, antara lain (Soekarso dkk, 2010) : 1. Ordway Tead (1935); Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. 2. Hrold Koontz & Cyrill O’Donnellc (1976); Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan. 3. Paul Hersey dan Kenneth H.Blanchard (1982); Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. 4. Gary Yulk; Kepemimpinan adalah proses mempengarui orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 5. John C. Maxwell (1967) Pemimpin adalah pengaruh. Kepemimpinan adalah suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan orang lain Jantung sebuah tim adalah pemimpin tim tersebut apa yang mengalir dan apa yang tidak mengalir keluar dari sang pemimpin menentukan apakah
16
tim tersebut akan bersatu, terus bersatu, dan sukses bertindak sebagai suatu kesatuan dan sampai seberapa jauh, tergantung pada kemampuan sang pemimpin melebur kepribadian dan keahlian yang berbeda menjadi tindakan yang menyatu. Sang pemimpin adalah sumber utama arahan, pemahaman, kearifan, optimisme, determinasi, dan energi tim (Tani, 2003) Selanjutnya Poli (2003) menambahkan bahwa Seseorang yang melihat tercapainya sesuatu tujuan dan peluang indah untuk mencapainya melampaui tugas yang dikerjakannya dapat menimbulkan kreativitas, produktivitas, mutu dan nilai dari pekerjaan yang dilakukannya. Maka tugas seorang pemimpin ialah mengartikulasikan sebuah misi yang menghasilkan makna yang mendalam pada pekerjaan yang dilakukan, dan memastikan bahwa misi organisasi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan para karyawan. Menurut Rofai (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk mengukur perilaku pemimpin ada 5 hal yang perlu dilihat yaitu 1. Kemampuan mengorganisir satuan organisasi yang ada Faktor kepemimpinan sering kali menentukan kualitas kerja para pegawai, karena pegawai berpendapat bahwa pimpinan adalah seseorang yang dapat mengatur dan menjalankan suatu pekerjaan dengan setuju. Pengaturan dan pemantauan terhadap tugas juga menentukan keberhasilan tugas tersebut. Jika pimpinan ikut terlibat dalam pengaturan dan pemantauan penyelesaian tugas, maka hasil kerja yang didapat akan lebih efektif dan efisien. Seorang
17
pimpinan sesetujunya memiliki sikap yang terbuka terhadap pendapat, saran, maupun ide yang dikemukakan pegawainya untuk menyelesaikan suatu tugas. 2. Kemampuan dalam memecahkan masalah Adanya perhatian terhadap permasalahan yang terjadi juga akan semakin meningkatkan kedekatan pimpinan dan pegawai, bentuk perhatian yang diberikan sesetujunya hanya bersifat memantau permasalahan saja, dan jika pegawai belum bisa menemukan jalan keluar yang tersetuju, pimpinan sesetujunya memberikan saran dan pendapatnya untuk mengatasi masalah yang timbul. Sesetujunya dalam menyelesaikan masalah yang ada para pegawai juga ikut dilibatkan, sehingga pimpinan tidak berkesan otoriter. 3. Kemampuan memotivasi dan membina bawahan Fungsi seorang pimpinan antara lain adalah sebagai penyemangat dan pendorong bawahan agar dapat bekerja dengan setuju. Selain itu, kerjasama yang solid antar anggota unit kerja juga harus terjalin dengan setuju. Oleh karena itu, Pimpinan perlu memotivasi pegawai agar jangan cepat puas terhadap hasil kerjanya selama ini. Salah satu cara yang mungkin dapat digunakan adalah dengan menghargai hasil kerja pegawai, setuju dengan pujian, maupun dengan kompensasi materi. 4. Keteladanan dalam menyelesaikan tugas Keterlibatan pimpinan dalam penyelesaian tugas sesetujunya hanya sebatas sebagai pemantau atau pengawas saja. Keterlibatan secara langsung dapat dilakukan ketika pegawai menemui jalan buntu dalam menghadapi masalah
18
penyelesaian tugas. Petunjuk dan pengarahan dalam penyelesaian suatu tugas perlu diberikan pada pegawai saat pimpinan membebankan pekerjaan tertentu pada pegawa.. Karena jika tidak, maka kemungkinan tugas tersebut akan terselesaikan dengan tidak efektif dan efisien. 5. Tanggung jawab yang dimiliki terhadap kinerja organisasi Adalah hal umum bahwa jika hasil kerja yang diberikan pegawai tidak sesuai dengan keinginan pimpinan biasanya pimpinan langsung menyalahkan pegawai yang menyelesaikan tugas tersebut. Sikap pimpinan yang seperti ini akan membuat pegawai merasa hasil kerjanya tidak dihargai, padahal letak keasalahan belum tentu sepenuhnya berada ditangan pegawai. Karena bisa saja pimpinan yang salah dalam memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai tugas. Jika prestasi kerja dan produktivitas pegawai menurun, sesetujunya pimpinan jangan langsung menyalahkan pegawai, tetapi pimpinan lebih
setuju
melakukan
evaluasi
mengenai
kinerja
pegawai
dan
kepemimpinannya, dan jika kepemimpinannyalah yang menyebabkan penurunan, maka ia harus mau untuk mengubah gaya kepemimpiannnya selama ini. Model kepemimpinan studi Likert dalam studinya mengidentifikasi dua variable, atau dua dimensi perilaku yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan yaitu (Soekarso dkk, 2010) : a) Perilaku gaya pemimpin terpusat pada pekerjaan (The Job Centered).
19
Sejauh mana seorang pemimpin menekan pada aspek teknis atau penyelesaian tugas pekerjaan. Ciri-ciri sebagai berikut : 1) Mengutamakan tercapainya tujuan 2) Mementingkan produksi yang tinggi 3) Mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal 4) Lebih banyak melakukan pengarahan 5) Melaksanakan tugas dengan melalui prosedur yang ketat 6) Penilaian terhadap pejabat semata-semata bedasarkan hasil kerja b) Perilaku gaya pemimpin terpusat pada pegawai (The Employee Centered). Sejauh mana seorang pemimpin memiliki menekan hubungan antar pribadi, termasuk didalamnya minat pemimpin untuk memperhatikan kesejahteraan bawahan dan menerima setuju adanya perbedaan individual diantara bawahannya. Ciri-ciri sebagai berikut : 1) Memperhatikan kebutuhan bawahan 2) Berusaha menciptakan suasana saling percaya 3) Berusaha menciptakan suasana saling menghargai 4) Simpati terhadap perasaan bawahan 5) Memiliki sikap bersahabat 6) Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain 7) Lebih mengutamakan pengarahan diri, disiplin diri, mengontol diri
20
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku apa yang dipunyai oleh pemimpin, yang membedakan dirinya dari non-pemimpin. Jika perilaku pemimpin dapat diidentifikasi, maka seseorang yang akan menjadi pemimpin dapat mempelajari perilaku tersebut supaya dia menjadi pemimpin yang efektif. Dari teori di atas terdapat fungsi pemimpin yang mencakup dua hal yaitu (Sehfudin, 2011) : 1) Fungsi yang berkaitan dengan tugas (task-related functions) fungsi ini berkaitan dengan pekerjaan, seperti mengarahkan bawahan atau mendorong bawahan agar dapat menyelesaikan tugasnya dengan setuju. 2) Fungsi yang berkaitan dengan kehidupan sosial (group maintenance atau social functions) fungsi ini berkaitan dengan persoalan hubungan antar manusia, seperti menjadi penengah, dan menjaga hubungan antar anggota. 2.4 Hubungan Perilaku Pemimpin dan Keaktifan Kelompok Tani Kelompok Tani adalah kumpulan orang-orang tani (Dewasa, wanita, pemuda) yang terikat secara informal atas dasar perasaan dalam kebutuhan bersama serta didalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Kontak tani oleh petani pemimpin yang atas dasar ketersediaan sendiri bekerjasama sehingga patner penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian bagi kelompok taninya dan masyarakat sekitarnya (Azisturindra, 2009) Menurut Kustiari (2006), Keaktifan dalam kelompok dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani. Kelompok tani merupakan tempat petani untuk berbagi pengalaman, menukarkan pengetahuan, saling mengungkapkan masalah dan menanggapi suatu masalah. Keaktifan petani
21
pada kelompok tani akan berpengaruh pada penambahan informasi-informasi yang bermanfaat bagi peningkatan kemampuan bertani di lahan marjinal. Keaktifan dalam kelompok tani dipengaruhi oleh pemimpin kelompok tani yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan dalam organisasi. Pemimpin kelompok tani dengan kata lain pengurus dalam kelompok memiliki peran sebagai coordinator, dimana mereka yang menjelaskan atau menunjukan hubungan antara berbagai pendapat dan saran, yang mencoba mempersatukan pendapat dan saran-saran atau mencoba mengkoordinir kegiatan anggota atau sub kelompok (Togatorop, 1986). Togatorop
(1986)
mengungkapkan
bahwa
dinamika
kelompok
tani
beroriantasi kepada peranan manusia (manusia sebagai pemimpin dan anggota kelompok) dalam bekerjasama menurut pola tertentu sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan kelompok. Peranan kontak tani sebagai pemimpin kelompok merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempertinggi tingkat dinamika kelompok yang dipimpinnya. Kemampuan kontak tani untuk melaksanakan perilaku kepemimpinannya sangat tergantung kepada ciri pribadi kontak tani itu sendiri. Kepemimpinan (leading) yaitu proses memerintah dan mempengaruhi agar kegiatan atau pekerjaan yang saling terkait itu dapat diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Antara lain yang akan dilakukan adalah memotivasi bawahan, memerintah mereka, menyeleksi saluran komunikasi yang efektif dan memecahkan konflik atau masalah yang timbul (Purnomo, 2006).
22
2.5 Kerangka Pikir Keaktifan dalam kelompok dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani. Keaktifan dalam kelompok tani dipengaruhi oleh pemimpin kelompok tani yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan dalam organisasi. Terdapat 5 kemampuan pemimpin yang diukur untuk melihat prilaku dalam menjalankan organisasi yaitu 1) kemampuan organisasi, 2) kemampuan dalam memecahkan masalh, 3) Kemampuan memotivasi dan membina bawahan, 4) keteladanan dalam menyelesaikan tugas dan 5) tanggung jawab terhadap kinerja (Rofai, 2006). Keaktifan kelompok tani dapat diukur melalui 6 indikator yaitu : 1) kehadiran dalam mengikuti pertemuan dan musyawarah, 2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, 3) penyusunan dan pelaksanaan program kerja, 4) mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, 5) kemampuan kelembagaan dan 6) mencari dan menyebarkan informasi (Kustiari, 2006). Terdapat pengaruh perilaku pemimpin terhadap keaktifan kelompok tani ( Purnomo, 2006). Gambar dibawah ini menjelaskan kerangka pemikiran pengaruh perilaku pemimpin terkadap keaktifan anggota kelompok tani.
Perilaku Pemimpin (X)
Keaktifan Kelompok Tani (Y)
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
23
2.6 Hipotesis Hipotesis penelitian ini berbunyi sebagai berikut : • H0: Perilaku pemimpin tidak berpengaruh nyata dan signifikan, terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang. • H1: Perilaku pemimpin berpengaruh nyata dan signifikan, terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang
24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang.
Adapun waktu dari
pelaksanaan penelitian ini yaitu pada tanggal 21 sampai 26 Mei 2012. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu eksplanasi dimana penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dalam hal ini mengetahui pengaruh antara perilaku pemimpin anggota kelompok tani dan keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini tersebar pada lima kelompok tani ternak di Kabupaten Enrekang yaitu Mabbaraka, Mesa Bija, Tunas Muda, Sipakaiyya, Buntu Tambalang sebanyak 121 peternak. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipergunakan sebagai sumber data yang
sebenarnya.
Berhubung
karena
populasi
cukup
besar
dibeberapa
Desa/Kelurahan, maka dilakukan pengambilan sampel. Untuk membentuk besarnya jumlah sampel yang akan diambil, digunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus slovin menurut Umar (2000), sebagai berikut : n=
N 1 + N (e) 2
25
Dimana : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Tingkat Kelonggaran (10%) Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: n=
121 1 + 121(0,1) 2
121
n=
1 + 121(0,01)
n=
121 1 + 1,21
n=
121 2,21
n = 57 orang Adapun teknik pengambilan sampel adalah Simple random sampling, yang diambil dari setiap kelompok tani sapi perah berdasarkan pembagian sebagai berikut : Tabel 2. Daftar Jumlah Responden Kelompok Tani Sapi Perah No
Kelompok Tani Sapi Perah
1
Mabbaraka
2
Mesa Bija
3
Tunas Muda
Perhitungan
20 x57 121 30 x57 121 20 x57 121
Jumlah Sampel 9 14 9
26
4
Sipakaiyya
5
Buntu Tambalang
26 x57 121 25 x57 121
Jumlah
13 12 57
Sumber Data : Hasil Olahan Data Primer, 2012. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara : a. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian di kabupaten Enrekang b. Wawancara yaitu metode pengmpulan data melalui interview dengan bantuan kusioner yang disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian 3.5 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan yaitu sebagai berikut : Data Kualitatif yaitu data yang berupa kalimat atau tanggapan yang diberikan oleh responden mengenai kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang yang terdiri dari perilaku pemimpin dan keaktifan kelompok tani sapi perah yang akan dikuantitatifkan dengan menggunakan skala pengukuran (likert) dengan membuat berdasarkan kategori menggunakan scoring/pembobotan : - Score dengan nilai = 4 kategori Setuju / aktif - Score dengan nilai = 3 kategori cukup Setuju/ cukup aktif - Score dengan nilai = 2 kategori kurang Setuju / kurang aktif - Score dengan nilai = 1 kategori tidak Setuju / tidak aktif.
27
Adapun Kisi-kisi/ variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 3. Variabel Penelitian Variabel Perilaku pemimpin
Sub Variabel Kemampuan organisasi Kemampuan dalam memecahkan Kemampuan memotivasi dan membina bawahan
Keteladanan dalam menyelesaikan tugas
Tanggung jawab terhadap kinerja
Keaktifan Kelompok Tani
Pertemuan dan musyawarah kelompok tani ternak Pelaksanaan kegiatan kelompok tani Rencana kerja/program kelompok tani Identifikasi dan rumusan masalah Kelembagaan kelompok tani
Indikator • Kemampuan menjalankan Roda Organisasi, • Pemantauan Perkembangan Organisasi.
• Kemampuan dalam Mendeteksi Masalah, • Kemampuan dalam Mengatasi Masalah • Kemampuan Mendorong anggota untuk menjalin Kerjasama, • Kemampuan Memotivasi untuk meningkatkan Prestasi Kerja • Kemampuan memotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja • Keterlibatan dalam menyelesaikan tugas • Keteladanan dengan memberi petunjuk menyelesaikan tugas • Ketiadaan Petunjuk dalam Penyerahan Tugas • Pemberian bimbingan dan pengawasan dalam Peningkatan Kinerja Organisasi, • Evaluasi terhadap Kinerja • Sikap Menyalahkan Pegawai • Menghadiri pertemuan kelompok tani • Menghadiri musyawarah kelompok tani • Menghadiri kegiatan kelompok tani • Mengikuti temu lapang • Membuat rencana kerja • Melaksanakan program kerja kelompok • • • •
Kemampuan mengidentifikasi masalah Kemampuan menyelesaikan masalah Kemampuan mengambil keputusan Kemampuan anggota kelompok tani bekerja sama dengan sesama anggota kelompok tani • Kerja sama dengan pihak lain (peneliti/ swasta) • Keterlibatan dalam kegiatan kelompok tani 28
Informasi dan inovasi
• Penerimaan informasi/inovasi • Kemampuan mencari informasi/inovasi • Kemampuan menyebarkan informasi/ inovasi
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : a. Data Primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan responden mengenai perilaku pemimpin, keaktifan kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang. b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan dan instansi-instansi terkait dalam penelitian ini. 3.6 Analisa Data Untuk mengukur pengaruh antara perilaku pemimpin (X) dan keaktifan Kelompok tani (Y) maka digunakan analisis regresi linear sederhana (Sugyono, 2003),
dengan menggunakan program SPSS 17 for windows sebagai berikut : Y = a + bX Dimana : Y
= Keaktifan Kelompok Tani
X
= Perilaku Pemimpin
a
= Kontanta
b
= Koefisien regresi
Untuk melihat hubungan antara keaktifan kelompok tani dengan perilaku pemimpin dilakukan dengan uji signifikan koefisien (Uji t).
29
-
Jika t hitung lebih besar ( > ) dari t tabel pada signifikan 5% berarti variabel bebas (X) yaitu perilaku pemimpin berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu keaktifan kelompok tani (Y).
-
Jika t hitung lebih kecil ( < ) dari t tabel pada signifikan 5% berarti variabel bebas (X) yaitu perilaku pemimpin tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu keaktifan kelompok tani (Y). Selain itu dilakukan uji keselerasan model regresi dengan menggunakan nilai
r2 semakin besar nilai tersebut maka model semakin setuju. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin setuju. Nilai r2 mempunyai karakteristik diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai r2 maksimal sebesar 1. Jika Nilai r2 sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika r2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X (perilaku pemimpin) dan Y (keaktifan kelompok tani). Untuk mengetahui penilaian setiap indikator pengukuran keaktifan kelompok tani sapi perah, Kabupaten Enrekang dilakukan berdasarkan interval kelas atau rentang kelas yaitu sebagai berikut : Perilaku Pemimpin Untuk mengetahui penilaian setiap sub variabel dan indikator pengukuran prilaku pemimpin kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dilakukan berdasarkan interval kelas atau rentang kelas. Pada sub variabel kemampuan organisasi terdiri dari 2 indikator sehingga pembagian interval kelas untuk sub variabel ini adalah sebagai berikut :
30
Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden (4) (2) (57) = 456 Nilai terendah = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden (1) (2) (57) = 114 Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas = 456 - 114 4 = 85,5 Dari nilai interval kelas atau rentang kelas tersebut dapat dibuat kategori keaktifan kelompok tani sebagai berikut : Setuju = 741,3 - 912,3 Cukup Setuju = 570,2 – 741,2 Kurang Setuju = 399,1 – 570,1 Tidak Setuju = 228,0 – 399,0 Untuk sub variabel Kemampuan dalam memecahkan permasalahan terdiri dari 2 indikator sehingga pembagian interval kelas untuk sub variabel ini adalah sebagai berikut : Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden (4) (2) (57) = 456 Nilai terendah = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden (1) (2) (57) = 114 Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas = 456 - 114 4 = 85,5
31
Dari nilai interval kelas atau rentang kelas tersebut dapat dibuat kategori keaktifan kelompok tani sebagai berikut : Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
= 370,8 – 456,3 = 285,2 – 370,7 = 199,6 – 285,1 = 114,0 – 199,5
Sedangkan untuk sub variabel Kemampuan memotivasi dan membina bawahan, Keteladanan dalam menyelesaikan tugas dan Tanggung jawab terhadap kinerja, masing-masing sub variabel terdiri dari 3 indikator. Dengan demikian pembagian interval kelas adalah : Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden (4) (3) (57) = 684 Nilai terendah = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden (1) (3) (57) = 171 Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas = 684 - 171 4 = 128,25 Dari nilai interval kelas atau rentang kelas tersebut dapat dibuat kategori penilaian terhadap perilaku ppemimpin kelompok tani sebagai berikut : Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
= 556,35 – 684,30 = 427,70 – 556,05 = 299,35 – 427,60 = 171,00 – 299,25
32
Dengan demikian variabel perilaku pemimpin kelompok tani terdiri dari 5 (lima) sub variabel dengan pengukuran sebanyak 13 ( tiga belas) indikator. Sehingga tingkat persetujuan anggota kelompok tani terhadap perilaku pemimpin kelopok tani dapat ditentukan dengan cara : Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden (4) (13) (57) = 2964 Nilai terendah = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden (1) (13) (57) = 741 Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas = 2964 - 741 4 = 556 Dari nilai interval kelas atau rentang kelas tersebut dapat dibuat kategori keaktifan kelompok tani sebagai berikut : Setuju = 2408,55 – 2964,30 Cukup Setuju = 1852,70 – 2408,45 Kurang Setuju = 1296,85 – 1852,60 Tidak Setuju = 741,00 – 1296,75 Keaktifan Kelompok Tani Untuk mengetahui penilaian setiap sub variabel dan indikator pengukuran keaktifan Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang berdasarkan interval kelas atau rentang kelas. Pada sub variabel pertemuan dan musyawarah kelompok tani ternak, Pelaksanaan
kegiatan kelompok tani dan Rencana kerja/program
33
kelompok tani
masing- masing sub variabel terdiri dari 2 indikator sehingga
pembagian interval kelasnya adalah sebagai berikut : Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden (4) (2) (57) = 456 Nilai terendah = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden (1) (2) (57) = 114 Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas = 456 - 114 4 = 85,5 Dari nilai interval kelas atau rentang kelas tersebut dapat dibuat kategori keaktifan kelompok tani sebagai berikut : Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Sedangkan
untuk
= 370,8 – 456,3 = 285,2 – 370,7 = 199,6 – 285,1 = 114,0 – 199,5 sub
variabel
Identifikasi
dan
rumusan
masalah,
Kelembagaan kelompok tani serta Informasi dan inovasi masing-masing terdiri dari 3 indikator, sehingga pembagian interval kelasnya adalah sebagai berikut : Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden (4) (3) (57) = 684 Nilai terendah = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden (1) (3) (57) = 171
34
Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas = 684 - 171 4 = 128,25 Dari nilai interval kelas atau rentang kelas tersebut dapat dibuat kategori keaktifan kelompok tani sebagai berikut : Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
= 556,35 – 684,30 = 427,70 – 556,05 = 299,35 – 427,60 = 171,00 – 299,25
Dengan demikian Variabel tingkat keaktifan kelompok tani terdiri dari 6 (enam) sub variabel dengan pengukuran sebanyak 15 (lima belas) indikator. Dengan demikian tingkat keaktifan kelompok tani dapat ditentukan dengan cara : Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden (4) (15) (57) = 3420 Nilai terendah = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden (1) (15) (57) = 855 Interval kelas = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas = 2964 - 741 4 = 641,25 Dari nilai interval kelas atau rentang kelas tersebut dapat dibuat kategori keaktifan kelompok tani sebagai berikut : Setuju = 2779,05 – 3420,25 Cukup Setuju = 2137,65 – 2778,95
35
Kurang Setuju = 1496,35 – 2137,55 Tidak Setuju = 855,00 – 1496,25 Untuk mengukur pengaruh antara perilaku pemimpin (X) dan keaktifan Kelompok tani (Y) maka digunakan analisis regresi linear sederhana (Sugyono, 2003),
sebagai berikut : Y = a + bX 3.7 Konsep Operasional a. Keaktifan kelompok tani sapi perah merupakan tingkat partisipasi anggota kelompok tani sapi perah dalam menghadiri dan melibatkan diri dalam setiap kegiatan maupun musyawarah yang dilakkan oleh kelompok tani ternak b. Perilaku pemimpin anggota kelompok tani sapi perah merupakan tindakan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. c. Kemampuan organisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani dalam memantau dan memberikan motivasi kepada anggotanya dalam melaksanakan kegiatan. d. Kemampuan dalam memecahkan masalah merupakan tindakan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi pada anggota kelompok tani ternak e. Kemampuan memotivasi dan membina bawahan merupakan tindakan yang dilakukan ketua kelompok tani untuk mendorong dan memberikan semangat pada anggotanya untuk bekerja sama dan meningkatkan prestasi kerja.
36
f. Keteladanan dalam menyelesaikan tugas merupakan tindakan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani dalam menyelesai tugasnya yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi anggota kelompok tani ternak. g. Tanggung jawab terhadap kinerja merupakan tindakan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani yang menunjukkan tanggung jawabnya dalam memberikan bimbingan, pengawasan dan evaluasi terhaadap kinerja anggota kelompok tani ternak h. Pertemuan dan musyawarah kelompok tani merupakan tingkat partisipasi dan keikutsertaan anggota kelompok tani dalam menghadiri pertemuan ataupun musyawarah yang diadakan oleh kelompok tani ternak. i. Pelaksanakan kegiatan kelompok tani adalah tingkat partisipasi dan keikutsertaan anggota kelompok tani
dalam menghadiri atau menjalankan kegiatan dan
mengikuti temu lapang. j. Rencana kerja/program kelompok tani
merupakan tingkat partisipasi dan
keikutsertaan anggota kelompok tani dalam pembuatan rencana kerja setuju untuk individu ataupun untuk kelompok tani ternak. k. Identifikasi dan perumusan masalah merupakan tingkat partisipasi dan keikutsertaan anggota kelompok tani dalam mengidentifikasi dan mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok tani. l. Kelembagaan kelompok tani adalah tingkat partisipasi dan keikutsertaan anggota kelompok tani dalam menjalin kerjasama, setuju dengan sesama anggota maupun dengan pihak lain (swasta/penilitian) dalam menjalankan usaha tani-ternak.
37
m. Informasi dan inovasi merupakan tingkat partisipasi dan keikutsertaan anggota kelompok tani dalam mencari dan menyebarkan informasi ataupun inovasi demi perkembangan kelompok tani.
38
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis a. Letak dan Batas-batas Desa Kabupaten Enrekang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Kabupaten Enrekang sekaligus berperan sebagai salah satu penyangga di mana dalam perkembangannya telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang sesuai dengan peran dan fungsinya. Kabupaten Enrekang mempunyai letak dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu - Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Tana Toraja - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidrap. b. Kondisi Geografis dan Topografi Luas wilayah Kabupaten Enrekang adalah 1.786,01 km2 atau sebesar 2,83 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Enrekang mempunyai penduduk 190.248 Jiwa dengan klasifikasi jumlah penduduk laki-laki : 95.662 dan jumlah penduduk perempuan : 94.548 yang terdiri dari 12 Kecamatan dan secara keseluruhan terbagi lagi dalam satuan wilayah yang lebih kecil yaitu terdiri dari 129 wilayah desa/kelurahan. Topografi yang bervariasi berupa pegunungan, bukit, lembah, dan sungai membuat daerah ini cukup indah dan sejuk. Enrekang berada
39
pada ketinggian 47 hingga 3.293 meter dari permukaan laut. Enrekang merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang tak memiliki wilayah laut. 4.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin untuk Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin untuk Kabuaten Enrekang. No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persen (%)
1
Laki-Laki
95.662
50.28
2
Perempuan
94.586
49.72
Total
190.248
100
Sumber :Data Sekunder yang telah diolah, 2012. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa komposisi penduduk di Kabupaten Enrekang sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki 95.662 jiwa dengan persentase 50.28%. Sementara penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 94.586 jiwa dengan persentase 49.72%. b. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin untuk Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 5.
40
Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin di Kabupaten Enrekang. No
Jenis Kelamin
Anak-anak 0-14 Thn
Dewasa 15-64 Thn
Lansia 65 Thn Keatas
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki-laki
35.270
54.520
5.872
95.662
50.28
2
Perempuan
32.832
54.695
7.059
94.586
49.72
190.248
100
Total Sumber :Data Sekunder yang telah diolah, 2012.
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang sebanyak 190.248 jiwa yang terdiri dari usia dewasa 15-64 tahun sebanyak 54.520 jiwa untuk jenis kelamin laki-laki, 54.695 jiwa untuk jenis kelamin perempuan, selanjutnya untuk usia anak-anak 0-14 tahun 35.270 jiwa untuk berjenis kelamin lakilaki, 32.832 jiwa berjenis kelamin perempuan. Sementara itu untuk usia lansia 65 tahun keatas berjumlah 5.872 jiwa untuk berjenis kelamin laki-laki dan 7.059 jiwa untuk bejenis kelamin perempuan. 4.3 Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Adapun Struktur Organisasi tiap Kecamatan dalam Kabupaten Enrekang sesuai Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan Dalam Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada bagan berikut ini :
41
Gambar 2. Struktur Organisasi Kecamatan Di dalam struktur organisasi tersebut di atas nampak bahwa : 1. Pimpinan SKPD adalah camat 2. Pembantu pimpinan adalah Sekretaris Camat yang dibantu oleh Kasubag Perencanaan dan Kasubag Keuangan 3. Pelaksana adalah Seksi dan kelompok jabatan struktural yang terdiri dari : 1. Seksi Pemerintahan 2. Seksi Pembangunan 3. Seksi Trantib 4. Seksi Umum 5. Seksi Kesejahteraan Sosial
42
BAB V KEADAAN UMUM RESPONDEN
5.1 Tingkat Umur Pertambahan usia seseorang akan menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan seseorang. Bertambahnya umur seseorang akan menunjukkan penurunan kemampuan manusia. Adapun tingkat umur responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkatan Umur Di Kabupaten Enrekang. No
Umur (Tahun)
Jumlah
Persentase (%)
1
29-40
16
28.07
2
41-52
22
38.60
3
53-64
19
33.33
Total
57
100
Sumber : Data Primer yang telah dioalah, 2012. Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa tingkatan umur terbesar dari responden yang bergabung sebagai anggota kelompok tani-sapi perah di Kabupaten Enrekang adalah umur 41-52 tahun dengan persentase 38.60 % disusul dengan umur 53-64 tahun dengan persentase 33.33 % dan yang terendah ada pada umur 29-40 tahun dengan persentase 28.07 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa responden yang bergabung dengan kelompok tani-sapi perah masih dalam umur produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasim dan Sirajuddin (2008), usia non produktif berada pada rentan umur 0-14 tahun, usia produktif 15-56 tahun dan usia lanjut 57 tahun keatas.
43
5.2 Tingkatan Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kreatifitas berfikir seseorang. Tingkat pendidikan responden akan berpengaruh pada kemajuan, kepercayaan diri, serta persepsi terhadap sesuatu. Keadaan reponden berdasarkan tingkatan pendidikan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel No
7.
Keadaan Responden Berdasarkan DiKabupaten Enrekang. Tingkat Pendidikan Jumlah
Tingkatan
Pendidikan
Persentase (%)
1
SD
13
22.81
2
SMP
15
26.31
3
SMA
26
45.61
4
S1
3
5.26
57
100
Total
Sumber : Data Primer yang telah dioalah, 2012. Tabel 7, menunjukkan bahwa keadaan umum respoden berdasarkan tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 26 responden atau 45.61 %, dan yang terendah yaitu responden dengan tingkat pendidikan S1. Melihat kondisi yang ada maka dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masih rendah, ini terlihat adanya responden hanya menempuh pendidikan tingkat SD sebanyak 13 responden dan SMP sebanyak 15 responden. Oleh karena itu perlunya upaya peningkatan melalui pendidikan non-formal untuk peningkatan keterampilan dan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sajogyo (1984) yang menyatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan non-formal seperti melalui kursus, aktif dalam mengikuti penyuluhan dari Dinas Peternakan atau pihak-
44
pihak yang terkait sehingga peternak mendapatkan inovasi baru dan informasiinformasi setuju mengenai teknologi, produksi, pemasaran dan lain-lain. 5.3 Pekerjaan Pekerjaan merupakan faktor yang paling mempengaruhi kehidupan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Ada atau tidaknya pekerjaan seseorang akan berimbas pada peningkatan pendapatan ataupun taraf hidup seseorang. Adapun keadaan responden dari tingkat pekerjaan menunjukkan bahwa keadaan reponden di Kabupaten Enrekang dilihat berdasarkan dari tingkat pendidikan yaitu semua responden memiliki pekerjaan yang sama sebagai petani sebanyak 57 0rang, itu berarti memiliki pesentase 100 %. Hal ini dikarenakan kondisi tempat tinggal responden yang padat akan sector pertanian.
45
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Perilaku Pemimpin Kelompok Tani Pemimpin adalah orang yang menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin adalah seorang yang berhasil menimbulkan perasaan ikut serta, perasaan ikut bertanggung jawab, kepada orang-orang bawahannya, terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan di bawah pimpinanya. Pengukuran perilaku pemimpin kelompok tani dapat dilihat berdasarkan kemampuannya untuk menjalankan roda organisasi dan memantau perkembangan organisasi. Selain itu dapat pula dilihat dari kemampuan dalam memecahkan masalah, kemampuan memotivasi dan membina bawahan serta keteladanan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab terhadap kinerja kelompok tani. Adapun kategori pendapat anggota kelompok tani terhadap masing-masing sub variabel perilaku pemimpin kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Penilaian Setiap Sub Variabel Perilaku Pemimpin Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang No Indikator 1 Kemampuan organisasi 2 Kemampuan dalam memecahkan Kemampuan memotivasi dan membina 3 bawahan 4 Keteladanan dalam menyelesaikan tugas 5 Tanggung jawab terhadap kinerja Total Sumber : Data Pimer yang Telah diolah, 2012
Skor 359 338
Kategori Tidak Setuju Cukup Setuju
412
Kurang Setuju
477 427 2013
Cukup Setuju Kurang Setuju Cukup Setuju
46
Tabel 8 menjelaskan bahwa nilai yang diperoleh untuk kemampuan organisasi yang diiliki oleh pemimpin Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang adalah 359 sehingga termasuk dalam kategori tidak Setuju, nilai sub variabel kemampuan dalam memecahkan masalah adalah 338 (cukup Setuju), nilai sub variabel kemampuan memotivasi dan membina bawahan adalah 412 (kurang setuju), keteladanan dalam menyelesaikan tugas 477 (cukup setuju) dan Tanggung jawab terhadap kinerja 427 (kurang setuju). Sehingga total dari penilaian anggota kelompok tani terhadap
perilaku
pemimpin kelompok tani adalah 2013 yang menunjukkan kategori cukup setuju. Kondisi ini berarti bahwa anggota kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang cukup setuju dengan prilaku pemimpin kelompok tani setuju dalam menjalankan roda organisasi, memecahkan masalah, memotivasi dan membina bawahan, menyelesaikan tugas ataupun tanggung jawab terhadap kinerja kelompok tani. Hal ini disebabkan karena kurangnya kedekatan antara pemimpin atau ketua kelompok tani terhadap anggotanya sehingga pemimpin tidak mengenal tentang kelompoknya dan para anggotanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekarso, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pemimpin organisasi haruslah tahu tentang organisasinya, harus menguasai ilmu organisasi dan menguasai orang-orang dalam organisasinya. Paham ilmu organisasi dan tau tentang organisasinya tidaklah serta merta bisa menjadi pemimpin bila tidak menguasai orang-orang dalam organisasinya. Menguasai dalam arti orangorang organisasi tunduk, patuh dan menghormati serta mendukungnya. Bila orang
47
dalam organisasinya hanya tunduk dan patuh tapi tidak menghormati dan mendukungnya maka ia hanya dianggap sebagai manager atau bos organisasi saja. Tabel 8, menjelaskan tentang kategori perilaku pemimpin kelompok tani berdasarkan skor dari masing-masing sub variabel. Sedangkan penilaian para anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang terhadap perilaku pemimpin kelompok tani dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Penilaian Anggota Kelompok Tani terhadap Perilaku Pemimpin Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang No 1 2 3 4
Kategori Responden (Orang) Setuju 15 Cukup Setuju 11 Kurang Setuju 24 Tidak Setuju 7 Total 57 Sumber : Data Pimer yang Telah diolah, 2012
Persentase (%) 26,32 19,30 42,11 12,28 100
Tabel 9, menunjukkan bahwa penilaian anggota Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang yaitu penilaian dengan kategori tertinggi ada pada kategori kurang setuju dengan 24 orang reponden dengan persentase 42,11%, sementara itu nilai terendah terdapat pada kategori tidak setuju terdapat 7 orang atau persentase 12,28%. Melihat hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa anggota kelompok tani sapi perah telah memberikan respon yang setuju dalam menilai perilaku pemimpin dalam kelompok tani. Maka dapat diartikan bahwa perilaku pemimpin kelompok tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang telah menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Hal ini sejalan dengan pendapat Kartini, (1994) dalam Sehfudin, (2011) menyatakan bahwa
fungsi
kepemimpinan
adalah
memandu,
menuntun,
membimbing,
48
membangun, atau memberi motivasi kerja, dan membuat jaringan komunikasi dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Perilaku pemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dan bagaimana caranya seseorang memimpin hingga dapat membawa kelompok kerja kearah keberhasilan yang maksimal. Anoraga, (2000) dalam Sehfudin, (2011) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain melalui komunikasi, setuju individual maupun kelompok, ke arah pencapaian tujuan.
6.2 Tingkat Keaktifan Kelompok Tani Keaktifan anggota dalam kelompok tani Sapi perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat dari tingkat kehadiran anggota dalam mengikuti pertemuan, pelaksanaan program kerja, penyelesaian permasalahan, kemampuan kelembagaan, serta partisipassi dalam mencari dan menyebarkan informasi/inovasi dalam kelompok tani. Tingkat pertemuan diukur dengan frekuensi anggota kelompok dalam menghadiri pertemuan dan musyawarah kerja kelompok tani. Pelaksanaan dalam kegiatan dapat diukur dari pelaksanaan kegiatan kelompok dan temu lapang dengan anggota kelompok. Sedangkan program kerja diukur melalui rencana kerja dan pelaksanaan program. Permasalahan dapat diukur dari identifikasi, penyelesaian, dan pengambilan keputusan. Kelembagaan dapat diukur melalui kerjasama annggota, kerjasama dengan yang lain, serta keterlibatan dalam kelompok. Sementara untuk program informasi/inovasi dapat diukur melalui menerima, mencari dan menyebarkan informasi dalam hal kelompok tani. Semakin sering anggota kelompok ikut
49
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok maka tingkat keaktifan kelompok tani akan semakin besar. Tingkat keaktifan anggota kelompok tani Sapi perah di Kabupaten Enrekang berdasarkan nilai dari masing-masing sub variabel dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Kategori Keaktifan Anggota Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang No 1 2 3 4 5 6
Indikator Skor Pertemuan dan Musyawarah Kelompok 409 Tani Pelaksanaan Kegiatan 414 Kelompok Tani Program Kerja Kelompok 403 Tani Identifikasi dan Rumusan 580 Masalah Kelembagaan Kelompok 551 Tani Informasi dan inovasi 497 Total 2854 Sumber : Data Primer yang Telah diolah, 2012
Kategori Aktif Aktif Aktif Aktif Cukup Aktif Cukup Aktif Aktif
Tabel 10, menjelaskan tentang skor yang diperoleh untuk setiap sub variabel. Diantara beberapa sub variable yang ada, skor tertinggi yaitu identifikasi dan rumusan masalah dengan skor 580 dan termasuk kategori aktif sementara untuk skor terendah yaitu indikator program kerja kelompok tani dengan skor 403 dalam kategori aktif. Sehingga skor total yang diperoleh dari keaktifan anggota kelompok tani Sapi perah di Kabupaten Enrekang adalah 2854. Nilai ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota kelompok tani termasuk dalam kategori aktif. Hal ini berarti bahwa anggota kelompok tani selalu berusaha untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas yang berkaitan dengan kelompok tani sapi perah, sehingga dapat disebut 50
sebagai petani maju. Hal ini sesuai dengan pendapat Azizturindra (2009), yang menyatakan bahwa Petani Maju adalah petani yang memiliki sifat pembaharuan dan memiliki nilai-nilai positif untuk maju dan selalu berusaha untuk menerapkan teknologi yang baru dan berupaya menerapkan teknologi yang lebih maju Tabel 10, menjelaskan tentang tingkat keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang berdasarkan kategori keaktifan anggota kelompok tani dari skor masing-masing sub variabel. Sedangkan tingkat keaktifan anggota kelompok tani Sapi perah di Kabupaten Enrekang untuk masing-masing individu dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Tingkat Keaktifan Anggota Kelompok Tani Sapi perah di Kabupaten Enrekang No 1 2 3 4
Kategori Responden (Orang) Aktif 40 Cukup Aktif 17 Kurang Aktif 0 Tidak Aktif 0 Total 57 Sumber : Data Primer yang Telah diolah, 2012.
Persentase (%) 70,18 29,82 0 0 100
Tabel 11, menunjukkan bahwa tingkat kektifan kelompok tani sapi perah tergolong aktif. Hal ini diliat dari 57 responden, terdapat 40 responden dengan persentase 70.18 % termasuk dalam kategori aktif sementara 17 orang atau 29,82% termasuk dala kategori cukup aktif. Melihat dari hasil yang tersebut maka dapat dikatakan bahwa anggota kelompok tani sapi perah di Kabbupaten Enrekang sangat antusias dalam berpartisipasi pada kegiatan kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Kustiari, (2006) bahwa Keaktifan dalam kelompok dilihat dari tingkat
51
kehadiran, keterlibatan dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani. Tingkat keaktifan petani dalam kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani dalam mengelola lahan marjinal. 6.3 Pengaruh Persepsi Perilaku Kelompok Tani
Pemimpin Terhadap Keaktifan Anggota
Untuk melihat mengenai pengaruh persepsi perilaku pemimpin terhadap keaktifan anggota kelompok tani Sapi Perah Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. pengaruh perilaku pemimpin terhadap keaktifan kelompok tani Pada gambar 2, terlihat bahwa pengaruh persepsi perilaku pemimpin terhadap keaktifan anggota kelompok tani bernilai positif artinya jika terjani peningkatan skor penilaian anggota kelompok tani terhadap perilaku pemimpin kelompok tani maka akan terjadi pula peningkatan skor keaktifan anggota kelompok tani. Dengan kata
52
lain bahwa jika terjadi perubahan perilaku pemimpin menjadi lebih setuju sesuai yang diharapkan oleh anggota, maka tingkat keaktifan anggota kelompok tani akan ikut meningkat. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan (leading) yaitu proses memerintah dan mempengaruhi agar kegiatan atau pekerjaan yang saling terkait itu dapat diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi termasuk dalam meningkatkan keaktifan anggotanya untuk ikut berpartisipasi disetiap kegiatan yang dilaksanakan, hal ini sesuai dengan pendapat Goodman dan Pennings dalam Purnomo (2006) yang menyatakan bahwa keaktifan dalam kelompok tani dipengaruhi oleh pemimpin kelompok tani yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan dalam organisasi. Keterampilan manajerial sangat mempengaruhi tercapainya efektivitas kerja pegawai Gaya kepemimpinan sangat bervariasi, tergantung pada situasi dimana pemimpin itu berada dan pada kepribadian pemimpin itu sendiri. Untuk mengetahui pengaruh persepsi perilaku pemimpin terhadap keaktifan anggota kelompok tani maka dilakukan analisis regresi linear sederhana, yaitu dengan melakukan regresi antara persepsi perilaku pemimpin (X) dengan keaktifan anggota kelompok tani (Y). Hasil analisis regresi antara persepsi perilaku pemimpin kelompok tani terhadap keaktifan anggota kelompok tani dapat dilihat pada tabel 12.
53
Tabel 12. Rekapitulasi Perhitungan Regresi Linear Sederhana Pengaruh Persepsi Perilaku Pemimpin terhadap Keaktifan Anggota Kelompok Tani Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang Variabel Penelitian
Koefisien Regresi
Standar Error
T Hitung
Constanta Perilaku Pemimpin (X)
42,414 0,217
1,036 0,028
40,934 7,661
Sig
Ket.
0,000 0,000 Signifikan
F Hitung = 58,686 F Tabel = 4,02 T Tabel = 2,00 Signifikan pada α = 0,05 Koefisien Korelasi (r) = 0,718 Koefisien Determinasi (R2)= 0,516 Sumber : Data Pimer yang Telah diolah, 2012 Berdasarkan hasil pada Tabel maka dapat dibentuk suatu persamaan regresi linear sebagai berikut : Y = 42,414 + 0,217X Dari persamaan regresi tersebut maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Hasil analisis regresi linear sederhana diperoleh dari nilai konstanta sebesar 42,414. Nilai tersebut bermakna bahwa jika tidak ada perubahan nilai dari variabel X, maka nilai variabel Y keaktifan kelompok tani adalah 42,414. Koefisien regresi sebesar 0,217 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu nilai pada variabel X perilaku kepemimpinan akan memberikan perubahan skor sebesar 0,217. Berdasarkan dari tabel 9 mengenai hasil data SPSS yang menunjukkan nilai t hitung 7,661, sedangkan t tabel 2,00. Melihat t hitung > dari pada t tabel maka dapat disimpulkan bahwa dia berpengaruh. Demikian pula dengan nilai F hitung (58,686) > dari F tabel (4,02). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi perilaku pemimpin berpengaruh secara signifikan berpengaruh signifikan akan tetapi pengaruh yang ditimbulkan masih lemah dengan keaktifan kelompok tani Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sehfudin, (2011) yang
54
menyatakan bahwa Jika t hitung > t tabel, maka hipotesa yang menyatakan ada pengaruh positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan (X1) terhadap kinerja karyawan adalah diterima. Selanjutnya diperoleh nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,718 menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif terhadap keaktifan kelompok tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang sedangkan nilai koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0,516. Nilai ini menunjukkan bahwa variasi naik turunnya tingkat keaktifan kelompok tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang dipengaruhi oleh faktor perilaku kepemimpinan sebesar 51,6 % sementara sisanya sebesar 49,8% dipengaruhi oleh faktor lain, artinya tidak seutuhnya keaktifan dipengaruhi oleh pemimpin.
55
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 1. Penilaian anggota kelompok tani memiliki skor total 2013 yang menunjukkan kategori cukup setuju terhadap perilaku pemimpin kelompok tani. 2. Tingkat keaktifan kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang memiliki skor total 2854. Nilai ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota kelompok tani termasuk dalam kategori aktif. 3. Perilaku pemimpin berpengaruh signifikan akan tetapi pengaruh yang ditimbulkan masih lemah dengan keaktifan kelompok tani sapi perah di kabupaten Enrekang. 7.2 Saran Berdasarkan kondisi yang didapatkan dilapangan bahwa penilaian anggota kelompok tani
masih kurang setuju dengan perilaku pemimpin kelompok tani
terutama kemampuan dalam memecahkan masalah dan kemampuan memberi motivasi dan membina bawahan. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan pelatihan dasar kepemimpinan guna meningkatkan kualitas para pemimpin kelompok tani untuk wilayah Kabupaten Enrekang.
56
DAFTAR PUSTAKA Azisturindra. 2009. Organisasi Kelompok Tani. http://azisturindra.wordpree.com. Diakses Pada Tanggal 5 Januari. Kasim, K dan Sirajuddin, N.2008. Peranan Usaha Wanita Peternak Itik Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Manisa Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap). Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Kustiari, Djoko Susanto, Sumardjo dan Ismail Pulungan. 2006. Faktor-Faktor Penentu Tingkat Kemampuan Petani Dalam Mengelola Lahan Marjinal (Kasus di Desa Karangmaja, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah). Jurnal Penyuluhan Vol. 2 No. 1. ISSN.1858-2664. Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Penerbit Sebelas Maret University Press, Surakarta. Mosher, A.T. 1983. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-syarat Pokok Penbangunan dan Modernisasi. CV. Yasaguna, Jakarta. Permadi, K. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Manajemen. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Poli, W.I.M. 2002. Kepemimpinan Stratejik : Pelajaran Dari Yunani Kuno hingga Bangladesh. Penerbit Identitas Universitas Hasanuddin, Makassar. Purnomo, 2006. Analisis Efektivitas Organisasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Sajogyo, P. 1984. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. CV. Rajawali, Jakarta. Sehfudin Arif, 2011. Pengaruh Gaya kepemimpinan, Komunikasi Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : (Studi Pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Semarang. Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Soekarso, Sosro, Putong, Hidayat, 2010. Teori Kepemimpinan. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
57
Sofyan, 2011. Analisi Partisipasi Kelompok Tani Ternak Dalam Kegiatan Penyuluhan Di Kevamatan Tompobulu, Kabupaten Maros (Skripsi). Makassar ; unhas Sugyono, 2003. Statistikan Untuk Penelitian. Alfabet, Bandung. Syamsu, Jasmal. 2011. Reposisi Paradigma Pengembangan Peternakan : Pemikiran, Gagasan, dan Pencerahan Publik. Penerbit Absolute Media, Yogyakarta. Tani, 2003. Get Real : Berdayakan Manager-Leader dalam Diri Anda. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Togatorop (1986). Hubungan Beberapa Ciri Pribadi dan Perilaku Kepemimpinan Kontak Tani. Suatu Kasus di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian Sei Pinyuh, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Umar. 2000. Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wawo Runtu, Bob. 2003. Determinan Kepemimpinan. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 7, No. 2, Desember 2003. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok. Wibowo, 2009. Manajemen Kerja. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
58
PENGARUH PERSEPSI PERILAKU PEMIMPIN TERHADAP KEAKTIFAN ANGGOTA KELOMPOK TANI-SAPI PERAH DI KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD FARID I31108310
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
59