BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Rendahnya kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya proses pembelajaran. Jika dianalisis secara makro penyebabnya bisa dari siswa, guru, sarana dan prasarana maupun model pembelajaran yang digunakan. Juga minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang kurang baik serta sarana dan prasarana
yang kurang memadai,
akan menyebabkan kurang berhasilnya
instruksional. Proses pembelajaran yang kurang berhasil dapat menyebabkan siswa kurang berminat untuk belajar. Minat siswa yang kurang ditunjukkan dari kurangnya aktivitas belajar, interaksi dalam proses pembelajaran dan persiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kenyataan ini tentu saja tidak terlalu mengejutkan karena hasil belajar anakanak Indonesia juga tergolong relatif rendah terutama pada mata pelajaran eksakta seperti matematika. Terbukti nilai matematika kelas IV SDN No. 154 Talang Aro Kec. Muara Bulian tahun pelajaran 2008/2009 yang mendapat nilai dibawah 6,5 kurang lebih 57,14 % atau sebanyak 8 anak dari 14 siswa kelas IV.
1
Rendahnya nilai matematika tersebut tentu saja tidak lepas dari peran guru sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam belajar. Sekolah sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana maupun prasarana pendidikan seperti perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat merupakan pekerjaan yang utama selain pekerjaan-pekerjaan yang lainnya. Kurikulum yang telah perbaharui menyarankan agar kegiatan pengajaran tidak hanya satu arah dari guru saja, melainkan dua arah, timbal balik antara guru dan murid. Dalam komunikasi dua arah guru harus aktif merencanakan, memilih, membimbing, dan menganalisa berbagai kegiatan yang dilakukan siswa, sebaliknya siswa diharapkan untuk aktif terlebih mental maupun emosional. Proses belajar yang harus dilakukan siswa untuk mendapatkan keterampilan, menemukan, mengelola, menggunakan, dan mengkomunikasikan hal-hal yang telah ditemukan merupakan hasil belajar yang diharapkan. Guru sebagai pendidik harus menguasai bermacammacam metode mengajar. Hal itu dimaksudkan agar para guru dapat melakukan pendekatan yang tepat untuk diterapkan pada tingkat perkembangan intelektual siswa. Sutrisman Murtadho dan Tambunan (1987 : 24) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang dapat membantu manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan serta dalam mengambil keputusan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membuat siswa memahami dan mengerti konsep dalam matematika SD adalah dengan objek langsung kepada anak. Anak dikenalkan kepada
2
suatu benda secara konkrit yang dihubungkan dengan konsep angka dan perhitungan. Objek langsung dalam matematika oleh Murtadho dan Tambunan (1987 : 25) terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Selain objek langsung dalam matematika juga terdapat objek tidak langsung yang terdiri dari perhatian, kemampuan menyelidiki, kemampuan pemecahan soal, disiplin diri dan apresiasi terhadap struktur matematika. Setiap objek langsung pengajaran matematika tersebut memiliki tingkat kesulitan yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka mengajarkan objek langsung dalam pengajaran matematika memerlukan strategi mengajar tersendiri yang sesuai dengan objek yang sedang dipelajari. Dengan demikian siswa akan memiliki keterampilan operasional dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Sementara di sisi lain kita tahu bahwa matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatik, dan abstrak (fakta, konsep dan prinsip). Karakteristik matematika inilah yang menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan menjadi momok (sesuatu yang menakutkan) bagi siswa. Oleh sebab itu pembelajaran matematika khususnya pada Sekolah Dasar membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari siswa, guru dan instansi pendidikan yang terkait. Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang menyenangkan, sehingga proses pembelajaran matematika dapat menjadi kegiatan yang diminati siswa. Di samping sebagai suatu pengetahuan dasar, matematika juga berfungsi sebagai alat hitung dan bahasa ilmu pengetahuan. Dalam pada itu penyusunan kurikulum matematika SD khususnya kelas IV perlu ditekankan pada operasi
3
perkalian dan pembagian. Dalam menyampaikan konsep perkalian dan pembagian, para guru banyak yang menggunakan cara konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk menghafal secara congak. Hal ini tentu saja selain mematikan kreatifitas anak juga menghilangkan unsur belajar bermakna. Menyampaikan materi dalam matematika memang sebaiknya berangkat dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak. Dalam kenyataannya sering kali terjadi anak usia SD mengalami kejenuhan dalam belajar matematika. Untuk itu satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah
dengan
memanfaatkan
media.
Media
pendidikan
sendiri
dalam
pemanfaatannya terkadang kebanyakan hanya untuk menghindari verbalisme belaka, atau hanya untuk selingan saja, sehingga sifat media yang digunakan hanya sebagai alat bantu dan para siswa hanya sebagai penonton dari media yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu, media pembelajaran yang akan digunakan sebaiknya bersifat sebagai alat bantu pengajaran dan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang baik, diharapkan dapat mencakup aspek visual, auditif dan motorik. Hal ini bertujuan agar memudahkan para siswa dalam belajar dan menanamkan konsep. Semakin banyak indera anak yang terlibat dalam proses belajar, maka akan semakin mudah anak belajar dan semakin bermakna. (Bobbi de Porter & Mike Hernaki, 2002 : 31). Oleh karena itu media pengajaran yang akan digunakan sebaiknya bersifat SAL (Student Active Learning) sehingga dalam proses pembelajaran siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Apalagi mengingat sifat materi pelajaran matematika yang bersifat deduktif yang pendekatannya secara
4
logis dan algoritmik, maka akan sangat bermanfaat jika menggunakan media yang menarik dan konkrit dalam pelaksanaan pembelajarannya. Salah satu media pembelajaran yang mungkin dapat dilaksanakan di SDN No. 154 Talang Aro adalah media yang menggunakan bahan yang sederhana seperti karton atau kertas bekas kardus dan ada disekitar sekolah, hal ini dikarenakan sekolah ini tidak dapat dijangkau oleh sarana prasana yang memungkinkan digunakan media yang lebih baik, misalnya media audio visual yang memerlukan listrik, apalagi letak sekolah yang jauh dari perkotaan, akrab dengan lingkungan perkebunan karet. Selanjutnya Crow & Crow dalam Slameto (1995 : 60) menyatakan bahwa “… kalaupun ada siswa yang memiliki minat secara alamiah, maka minat yang beragam itu diperoleh dari pengalamannya. Dengan demikian pada prinsipnya minat seseorang dapat ditumbuhkembangkan. Untuk menentukan besar kecilnya perhatian dan aktivitas yang dilakukan seseorang nampaknya memang ditentukan oleh minat seseorang. Matematika sebagai ilmu yang bersifat deduktif, aksiomatik, dan abstrak, maka dalam pembelajarannya sangat diperlukan latihan secara terus menerus. Hal ini tentu saja dapat dilakukan oleh siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap matematika. Minat akan lebih terpelihara kalau siswa terlibat dalam suatu aktivitas, dengan memberi kesempatan berbuat untuk memenuhi keingintahuan siswa dengan menjelajahi dan berperan aktif dengan lingkungan belajarnya. Pada banyak proses pembelajaran keterlibatan secara aktif siswa sangat sedikit, baik secara fisik maupun intelektual.
5
Minat terhadap mata pelajaran matematika sendiri secara umum sangat rendah bagi kebanyakan siswa. Hal ini selain disebabkan sifat pelajaran matematika yang membutuhkan perhatian dan partisipasi intelektual secara optimal, juga karena kebanyakan cara menyampaikan materi matematika kurang menarik minat siswa. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah “MENINGKATKAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA
MATERI
PENJUMLAHAN PECAHAN BIASA MENGGUNAKAN MEDIA KARTON LIPAT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI NO. 154 TALANG ARO KECAMATAN
MUARA
BULIAN
KAB.
BATANGHARI
TAHUN
PELAJARAN 2008-2009”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut ; BAGAIMANA
MENINGKATKAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA
MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN BIASA MENGGUNAKAN MEDIA KARTON LIPAT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI NO. 154 TALANG ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KAB. BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2008-2009? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui apakah mengajar dengan menggunakan media dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas IV SD Negeri No. 154 Talang Aro Kecamatan
6
Muara Bulian Kab. Batanghari tahun pelajaran 2008-2009 materi penjumlahan pecahan biasa. 2. Mengetahui apakah mengajar dengan menggunakan media karton lipat dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dari tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah. 1. Bagi siswa ; Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa, berkembang daya kreatifitas dan inovasinya. Dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. 2. Bagi guru ; Penelitian ini meningkatkan rasa percaya diri, dapat membangun pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, melatih kemandirian dalam menyusun program pembelajaran. 3. Bagi sekolah ; Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah untuk selalu mengadakan pembaharuan, memajukan program sekolah pada umumnya kearah yang lebih baik.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika a. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa bahan intruksional serta lingkungan belajar saling berinteraksi satu sama lain dalam usaha mencapai tujuan sistem tersebut. Gagne & Briggs (1978 : 3) mengemukakan bahwa pembelajaran juga dapat digambarkan sebagai usaha mencapai tujuan untuk mendorong orang lain dalam belajar. Guru menyajikan bermacam-macam informasi yang harus dipelajari oleh siswa, siswa diharapkan untuk dapat menerima dan mengolah informasi ini menjadi bentuk yang dapat disimpan di dalam ingatannya dan memakainya kembali atau memindahkannya ke dalam situasi lain apabila diperlukan. Kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah informasi tersebut sangat bervariasi, siswa tidak mungkin dapat menerima secara mempelajari semua informasi yang ada, dia akan menyeleksi sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya. Memori dikenal sebagai ingatan yang sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimuli, dan merupakan tempat penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia. Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien kalau hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan perilaku belajar biasanya terlihat dalam perubahan-perubahan kebiasaan, keterampilan, dan pengamatan, sikap dan
8
kemampuan yang biasanya disebut sebagai hasil belajar. Secara umum belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil dari proses belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan program pengajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya dalam program tersebut. Bloom, (1976 : 76) membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor. Untuk dapat belajar sesuatu diperlukannya kondisi yang mempengaruhi belajar, meliputi kondisi internal yang ada pada diri orang yang belajar. Kondisi internal ini sebagai karakteristik siswa yang merupakan diskripsi umum dari sifat-sifat siswa yang akan menerima pelajaran misalnya, usia, kelas, minat, profesi, kesehatan, motivasi, tingkat prestasi, kemampuan, status social ekonomi, atau kemampuan berbahasa asing. (Dick & Carey, 1985 : 95). Kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal ini dalam proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru. Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus agar siswa berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang telah pernah dipelajarinya. Menurut Assubel (1978 : 151-153) bila bahan yang dipelajari masa lalu menghambat bahan yang dipelajari sesudahnya disebut hambatan proaktif. Sedangkan bila bahan baru yang dipelajari menghambat ingatan kembali tentang apa
9
yang telah dipelajari di masa lalu disebut menjadi hambatan retroaktif. Tidak semua materi pelajaran dapat dipelajari dengan ingatan saja melainkan harus dengan percobaan atau dengan didemonstrasikan. Pengaitan antara informasi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa dengan informasi baru oleh Aussubel disebut advanced organizer. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang penekanannya pada belajar penemuan (discovery learning) yang artinya belajar untuk mencari dan menemukan konsep baru bagi siswa dan belajar bermakna (meaningful learning) yang artinya hasil belajar dapat diaplikasikan dan dikembangkan bagi siswa. Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah dipunyainya. Bila siswa telah dapat menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya maka dalam hal ini telah terjadi belajar bermakna. Bila siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru ini tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya, maka dalam hal ini telah terjadi belajar hafalan. Suatu konsep yang kompleks dalam ilmu pengetahuan khususnya matematika hanya difahami jika konsep-konsep yang lebih mendasar dan ikut dalam pembentukan konsep baru telah benar-benar dipahami. Gagne (1977 : 142), menyarankan penggunaan kumpulan pengetahuan (learning set) yang dapat mengurutkan pengajaran dengan tepat.
Kumpulan pengetahuan
ini
dapat
didefinisikan sebagai sub-sub konsep yang berhubungan dengan suatu tingkat konsep tertentu dalam hierarki konsep.
10
Gagne selanjutnya mengemukakan bahwa suatu program belajar terstruktur terdiri dari kumpulan pengetahuan yang terorganisasi secara hierarkis. Sebagai contoh bila diamati bagaimana seseorang mempelajari konsep matematika yang terkait dengan matematika, maka terlihat bahwa penguasaan pengetahuan yang berurutan tergantung pada penguasaan sebelumnya. Penguasaan sebelumnya dapat merupakan persyaratan sebelum pengetahuan lanjutnya dipelajari. Keberhasilan dalam mempelajari sesuatu banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara siswa mempelajari dan apa karakteristik materi atau bidang yang sedang dipelajari itu. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sebagian konsepnya bersifat abstrak meskipun beberapa konsep dalam isinya terdiri dari hal-hal yang konkrit serta sebagian materinya memerlukan pemahaman secara bermakna yang dapat diukur dengan seperangkat tes secara tertulis. Untuk itu dalam penelitian ini selanjutnya untuk mengukur hasil belajar matematika digunakan alat ukur berupa tes. b. Matematika SD Bagian inti matematika di SD mencakup aritmatika, pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian data (statistika). Penekanan matematika SD terletak pada penguasaan bilangan yang didalamnya termasuk berhitung. Karena sifatnya masih anak-anak, sebaiknya matematika di SD disampaikan dalam bentuk permainan atau nyanyian yang sebelumnya telah dikenal siswa, hal ini bertujuan agar anak merasa senang belajar matematika. Melalui permainan dan nyanyian siswa belajar dengan penuh kegembiraan dan penuh semangat, baru kemudian menumbuhkan kemampuan logika secara sederhana. Hal ini berarti bahwa dalam menyampaikan
11
materi matematika SD tidak cukup bagaimana menyampaikan materi kepada siswa dan bagaimana agar siswa dapat menyelesaikan soal, namun justru terletak pada bagaimana anak memiliki logika secara sederhana untuk menemukan sendiri cara penyelesaiannya dan sikap yang baik ketika belajar matematika. Sutrisman Murtadho dan Tambunan (1987 : 24) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang dapat membantu manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan serta dalam mengambil keputusan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membuat siswa memahami dan mengerti konsep dalam matematika SD adalah dengan objek langsung kepada anak. Anak dikenalkan benda secara konkrit yang dihubungkan dengan konsep angka dan perhitungan. Objek langsung dalam matematika terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Selain objek langsung dalam matematika juga terdapat objek tidak langsung yang terdiri dari mengalihkan perhatian, kemampuan menyelidiki, kemampuan pemecahan soal, disiplin diri, dan apresiasi terhadap struktur matematika. Setiap objek langsung pengajaran matematika tersebut memiliki tingkat kesulitan yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka mengajarkan objek langsung dalam pengajaran matematika memerlukan strategi mengajar tersendiri yang sesuai dengan objek yang sedang dipelajari siswa. Fakta matematika menurut Sutrisman Murtadho dan Tambunan (1987 : 26) diartikan sebagai ide abstrak yang memudahkan orang dapat mengklasifikasikan objek atau kejadian dan menentukan apakah objek atau kejadian itu adalah contoh dari ide abstrak itu. Konsep dapat dipelajari melalui definisi-definisi atau melalui pengamatan langsung. Dalam belajar konsep, siswa yang masih berada dalam tahap
12
operasi konkrit, biasanya perlu melihat dan memegang benda (objek) yang dinyatakan oleh konsep itu, sedangkan siswa dalam tahap operasi formal, mempelajari konsep melalui diskusi dan memperhatikannya dengan sungguhsungguh. Seseorang telah belajar konsep, jika seseorang itu telah mampu memisahkan contoh konsep dari bukan contoh konsep. Prinsip adalah hubungan dari satu atau lebih dari objek langsung pengajaran matematika yang berupa fakta, konsep, operasi atau prinsip yang lain. Prinsip dapat dipelajari melalui proses inkuiri ilmiah, penemuan yang dituntun, diskusi kelompok menggunakan strategi pemecahan masalah soal dan demonstrasi. Seorang siswa telah belajar prinsip, apabila siswa itu mampu menentukan konsep-konsep itu pada relasi yang benar satu dengan lainnya dan mampu menggunakan prinsip itu pada situasi tertentu. Operasi adalah keterampilan menggunakan fakta, konsep, dan prinsip yang dipelajari. Pemahaman fakta, konsep, dan prinsip sangat diperlukan untuk mendapatkan kemahiran keterampilan. Tetapi ada kalanya terlihat seorang siswa memiliki keterampilan yang baik, tetapi waktu diminta menyebut prinsip apa yang digunakan siswa tidak mampu menyebutnya. Operasi dapat dipelajari melalui demonstrasi dan berbagai jenis latihan dan praktikum, seperti lembaran kertas kerja, bekerja dipapan tulis, kegiatan kelompok dan permainan kelompok. Siswa telah dianggap menguasai operasi apabila mereka telah dapat mendemonstrasikan operasi itu secara tepat dan benar dalam penyelesaian berbagai jenis soal atau menggunakan operasi itu dalam berbagai situasi.
13
c. Hasil Belajar Matematika Nana Sudjana (1995: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar matematika terjadi proses berpikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut, inilah yang disebut hasil belajar. Gagne (1977 : 47-48) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Gagne dan Briggs (1978 : 49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah (1) keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan procedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir. (3) Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4) keterampilan
motorik
adalah
kemampuan
untuk
melaksanakan
dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
14
Bloom (1976 : 201-207) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikapsikap, minat, dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan criteria intern atau kelompok atau criteria ekstern ataupun yang ditetapkan lebih dahulu. Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seseorang siswa dalam mengikuti proses pengajaran matematika pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
15
Hasil belajar di atas sangat dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran disamping itu minat belajar juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Hasil belajar dapat diukur dari dimensi kemampuan belajar siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan siswa tersebut dapat dimaksimalkan dengan penggunaan media di atas. 2.1.2. Pengertian Media Atwi Suparman (1997 ; 177) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Arife S Sadiman et al. (1996 :5) mengemukakan bahwa media pendidikan terdiri dari software dan hardware. 1) Software atau perangkat lunak a) Orang (people) yakni orang-orang yang mempunyai keterampilan dan kemampuan tertentu di masyarakat. Misalnya : siswa, guru, kepala sekolah, tutor, petugas perpustakaan, tokok-tokoh masyarakat. b) Pesan (message) adalah ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima oleh siswa atau peserta latihan. Misalnya : materi-materi, latihan, bidang studi. c) Bahan (material) sering disebut perangkat lunak (software). Didalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan baik dengan bantuan alat penyaji maupun tanpa alat penyaji. Contoh : buku bacaan, modul, majalah, transparansi, film bingkai, audio.
16
2) Alat (device) biasa disebut hardware atau perangkat keras. a) Biasanya digunakan untuk menyajikan pesan. Contoh : proyektor film, video tape, radio, tv. b) Teknik yaitu prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan alat, bahan, orang, dan lingkungan untuk menyajikan pesan. Misalnya : teknik demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya jawab, pengajaran, terprogram, dan belajar sendiri. c) Lingkungan (setting) semua kondisi yang memungkinkan siswa belajar, misalnya gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, museum, kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan tempat-tempat lain yang disengaja dirancang untuk tujuan lain, tetapi kita manfaatkan untuk belajar siswa atau yang dirancang untuk tujuan lain tetapi dimanfaatkan untuk belajar siswa-siswa kita. Bahwa
dalam
menggunakan
media
pembelajaran
dianjurkan
untuk
merencanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan media pembelajaranpun berjalan secara efektif pula. Pembelajaran efektif dengan menggunakan media perlu direncanakan dengan baik agar : 1) menumbuhkan minat peserta didik, 2) menyampaikan materi baru, 3) melibatkan peserta didik secara aktif, 4) mengevaluasi tingkat pemahaman peserta didik, 5) menetapkan tindak lanjut. Hubungan dengan media pembelajaran selanjutnya Arief S Sadiman et al. (1996 : 16-84) menjelaskan kegunaan-kegunaan media pendidikan dalam proses
17
belajar mengajar, pertimbangan-pertimbangan dalam memilih media pembelajaran, criteria pemilihan serta model atau prosedur pemilihan media pembelajaran. 1) Kegunaan media pembelajaran Kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, antara lain : a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya (1) obyek yang teralu besar bisa digantikan dengan realita, gambar film bingkai, film atau model, (2) obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai atau gambar, (3) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high speed photography, (4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal, (5) konsep yang terlalu luas (missal gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain. (6) obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain. c) Dengan menggunakan model pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk (1) menumbuhkan kegairah belajar, (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan-kenyataan, (3) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
18
d) Dengan media dapat mengatasi keunikan siswa, lingkungan dan pengalaman yang berbeda sedangkan kurikulum dan materi pendidikan sama, karena media pendidikan memiliki kemampuan-kemampuan (1) memberikan perangsang yang sama, (2) mempersamakan pengalaman, (3) menimbulkan persepsi yang sama. 2) Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Beberapa dasar pertimbangan pemilihan media antara lain : a) bermaksud untuk mendemonstrasikan media itu, b) merasa sudah akrab dengan media itu, c) ingin memberikan penjelasan yang lebih konkrit, d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa. 3) Kriteria Pemilihan Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwasannya media merupakan komponen dari system instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu : 1) ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. 2) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya. 3) Adakah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media
19
yang bersangkutan untuk waktu lama. Artinya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. 4) Efektifitas biasanya dalam jangka waktu yang panjang. Hakekat dari pemilihan media ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai atau mengadaptasi media yang bersangkutan. 4) Prosedur Pemilihan Media Menurut Atwi Suparman (1997 : 180) dalam proses pemilihan media pengembang instruksional mungkin dapat mengidentifikasi beberapa media yang sesuai untuk tujuan instruksional tertentu. Langkah selanjutnya adalah memilih salah satu atau dua media diantaranya atas dasar berbagai pertimbangan sebagai berikut : a) Biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun pemeliharaan, b) Kesesuaian dengan metode instruksional, c) Kesesuaian dengan karakteristik siswa atau peserta didik, d) Pertimbangan praktis, meliputi (1) Kemudahan dipindahkan atau ditempatkan, (2) Kesesuaiannya dengan fasilitas yang ada di kelas. (3) Keamanan dalam penggunaannya. (4) Daya tahannya, (5) Kemudahan perbaikannya. e) Ketersediaan media tersebut berikut suku cadangnya di pasaran serta ketersediannya bagi siswa/peserta didik. Dalam melakukan proses analisis peserta didik yang menggunakan media pembelajaran agar pemanfaatan media pembelajaran tersebut efektif, harus ada arahan antara karakteristik peserta didik dengan metode, media, dan materi. Itulah perlunya analisis peserta didik. Sedangkan hal-hal yang perlu dianalisis dalam proses ini meliputi : 1) Karakteristik umum yang meliputi : usia, kelas, posisi, budaya, dan
20
sosial ekonomi seorang siswa, 2) Kompotensikompetensi khusus yang terkait, antara lain : kecakapan prerekuisit/kecakapan awal, sikap dan target kemampuan yang harus dicapai dalam suatu proses pembelajaran tertentu. 3) Gaya belajar, yang terdiri dari : tingkat kecemasan, bakat yang dimiliki peserta didik, tipe belajar apakah termasuk audio, visual atau audio-visual dan lain-lain aspek spectrum psikologik. Briggs (1977 : 184) mengemukakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran efektif yang menggunakan media pembelajaran yang terdiri dari : 1) Mengurutkan pengajaran terdiri : a) Pengurutan keterampilan intelektual. b) Pengurutan informasi verbal. c) Pengurutan strategi cognitive. d) Pengurutan sikapsikap khusus. e) Pengurutan keterampilan motorik. 2) Merencanakan kegiatankegiatan pengajaran. Briggs dan Wager dalam Atwi Suparman (1997 : 156-157) mengutarakan bahwa sebagian pelajaran hanya menggunakan beberapa di antara sembilan urutan kegiatan tersebut, tergantung pada karakteristik siswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan instruksional. Para ahli sepakat bahwa strategi instruksional berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan instruksional untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematik, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh para siswa secara efektif dan efisien. Didalam strategi instruksional terkandung empat pengertian sebagai berikut : 1) Urutan kegiatan instruksional, yaitu urutan kegiatan belajar dalam menyampaikan isi pelajaran kepada para siswa. 2) Metode instruksional, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien. 3)
21
Media instruksional, yaitu peralatan dan bahan instruksional yang digunakan pengajar dan para siswa dalam kegiatan instruksional. 4) Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu bentuk yang dipergunakan untuk proses penyampaian informasi dalam proses pembelajaran agar terjadi proses belajar pada diri seorang siswa. 2.1.3. Media Karton Media karton adalah pengantar atau penyalur pesan dalam pembelajaran dengan bahan berupa karton. Karton sejenis kertas yang berbentuk persegi panjang 60 cm x 85 cm. Menurut Oneng (1999 : 14-16) proses komuniksi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol. Media karton termasuk sarana yang dapat menampilkan pesan sesuai tujuan pembelajaran. Termasuk perangkat keras (hardware). Karton termasuk bagian dari media visual, dimana pada saat digunakan sebagai pengantar/penyalur pesan dapat dilihat. Unsur-unsur yang terdapat dalam media visual terdiri atas garis, bentuk, warna dan tekstur (Asryad 1997 :109-110). Keuntungan penggunaan media karton : 1. Dapat dibuat sendiri baik oleh guru maupun oleh siswa. 2. Biaya tidak mahal.
22
3. Praktis 4. Mudah dirancang sesuai materi. Sedangkan kekurangan media karton yaitu cepat rusak dalam waktu yang cukup lama. Penggunaan media karton untuk penanaman konsep, penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama terlampir. 2.1.3. Materi Penjumlahan Pecahan Biasa 2.1.3.1. Penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama (Siswa menjumlahkan pembilang, sedangkan penyebutnya ditulis
salah atunya
tida di
jumlahkan) Jawabannya
2.1.3.2. Penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama (Penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama ini penyebut harus disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut harus diganti dengan satu penyebut, sehingga dapat ditulis. Jawabannya
23
2.1.3.3. Penjumlahan tiga pecahan biasa berpenyebut tidak sama (Penjumlahan tiga pecahan biasa berpenyeut tidak sama kel penyebut hrus disamajkan terlebih dahulu dari tiga penyebut diganti dengan satu penyebut sehingga dapat ditulis Jawabannya
2.2. Kerangka Berpikir Penggunakan media menarik dan konkrit dalam pembelajaran diduga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Ketepatan pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran matematika akan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran matematika. Untuk itu penggunaan media pembelajaran akan membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dan membantu guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan media diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika. 2.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Jika pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian menggunakan media, maka hasil belajar siswa akan meningkat.
24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN No. 154 Talang Aro Kec. Muara Bulian tahun pelajaran 2008/2009. Adapun siswa yang menjadi objek penelitian sebanyak 14 orang. SD Negeri Nomor 154 / I Talang Aro tempat dilangsungkannya penelitian, adalah salah satu diantara sekolah dasar yang dikategorikan sebagai sekolah dasar (SD) terpencil di Kabupaten Batanghari. SD Negeri Nomor 154 / I Talang Aro, merupakan satu-satunya sekolah dan pusat aktivitas belajar mengajar, yang secara administratif berada dalam wilayah Pemerintahan Desa Aro Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari, dari pusat kota dan pemerintahan berjarak ± 45 km. Secara geografis jarak sekolah ke pusat kota dan pemerintahan memang tidak terlalu jauh, akan tetapi medan yang dilalui untuk sampai ke lokasi yang merupakan salah satu faktor yang menggolongkan SD tersebut sebagai SD terpencil disamping faktor-faktor lainnya. Untuk dapat mencapai lokasi sekolah tersebut, dari Kota Muara Bulian dapat menuju Desa Aro melalui Simpang Teratai Kelurahan Teratai, karena lokasi sekolah berada diseberang sungai Batanghari, maka untuk menyeberang harus melalui penyeberangan motor tempel yang ada di desa tetangga yaitu Desa Sungai Baung, setelah menyeberang perjalanan dilanjutkan dengan menempuh jalan tanah dengan melintasi bukit dan perkebunan sawit dan karet sejauh ± 30 km.
25
Jika kondisi cuaca terang dan tidak hujan, perjalanan dapat dilalui dengan sepeda motor atau sepeda, akan tetapi jika cuaca mendung dan hujan maka disitulah tantangannya sebagian guru yang bertugas mengajar di SD terpencil ini, harus rela berjalan kaki dan jika beruntung dapat menumpang dengan orang yang bersepeda motor yang kebetulan lewat. Sebagaimana kehidupan dipedesaan terpencil, maka lingkungan sekitar sekolah adalah kebun dan hutan yang belum digarap pemiliknya. Sebagai sekolah yang jauh dari kehidupan kota, tentu juga tidak banyak orang yang tinggal dan hidup didaerah ini. Sebagian besar bahkan semua penduduk yang tinggal dan menetap di Talang Aro adalah berprofesi sebagai petani kebun sawit dan kebun karet, ada yang hanya sebagai petani penggarap atau yang lebih dikenal sebagai petani upahan menyadap, memanen dan memelihara kebun sawit atau kebun karet. Jika dipersentasekan ± 60 % penduduknya adalah suku jawa, 30 % penduduk lokal (suku melayu jambi) dan sisanya 10 % penduduk campuran berbagai suku; batak, minang dan lainnya. 3.2. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas IV SDN No. 154 Talang Aro Kec. Muara Bulian tahun pelajaran 2008/2009 dalam menyelesaikan soal matematika materi penjumlahan pecahan biasa adalah variabel yang ingin dicapai melalui tiga siklus. Setiap siklus akan melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
26
3.3. Rencana Penelitian Penelitian tindakan kelas ini seperti yang telah diuraikan diatas, direncanakan terdiri 3 siklus, setiap siklus akan melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.. 1. Perencanaan (planning) a. Menyusun rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran dengan tanpa menggunakan media b. Menyiapkan alat bantu mengajar dan mengumpulkan data. c. Menyusun alat evaluasi. 2. Tindakan (acting) a. Guru melakukan apersepsi dengan metode tanya jawab tentang penjumlahan dengan tujuan : Mengingat kembali konsep penjumlahan. Agar siswa memahami materi dengan tepat. Pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan. Memusatkan perhatian pada situasi belajar b. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. c. Proses transformasi materi : Guru memeragakan penjumlahan pecahan biasa dengan media, siswa memperhatikan dan mengamati proses yang ada. Guru membimbing dan mengamati siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan biasa dengan memperhatikan media.
27
d. Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru menuliskan hasil kerjanya di papan tulis. Dengan bimbingan guru siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan dari materi yang sedang dipelajari. e. Guru memberikan test siklus 1. 3. Observasi a. Teknik pengumpulan data Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja siswa. Observer mengamati dan memberikan penilaian proses pembelajaran dari awal hingga akhir. b. Alat pengumpulan data Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk memperoleh data kuantitatif di akhir siklus I. Instrumen monitoring observasi guru di kelas.
Tabel 1. Tabel Observasi NO
NAMA SISWA
INDIKATOR PEMAHAMAN 1 2 3 4
SKOR
KETERANGAN
1 2 3 4 5 14
Indikator Pemahaman : 1. Kemampuan memanfaatkan media sebagai sarana belajar. 2. Kemampuan menjawab pertanyaan guru. 3. Kemampuan memecahkan soal latihan. 4. Kemampuan menyelesaikan tugas dirumah.
28
Keterangan: 80-100 70-79 60-69 50-59 0 >49
A=Sangat baik B=Baik C=Cukup D=kurang E=Sangat kurang
4. Refleksi Hasil refleksi merupakan landasan untuk menentukan tindakan pada siklus II, meliputi : Mengetahui kemampuan hasil belajar siswa. Mengetahui kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan
hasil
penelitian,
proses
pembelajaran
yang
dilakukan
diperkirakan sudah menunjukkan kemajuan, hal ini ditunjukkan denga meningkatnya nilai siswa dalam tiga siklus yaitu dengan data sebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal kegiatan Penelitian Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Pertemuan I
Matematika
29
Pertemuan II
Pertemuan III
3.4. Data dan Cara Pengumpulan Untuk memperoleh informasi yang valid dan reliabel dari pelaksanaan penelitian tindakan ini, maka perlu kelengkapan data, kualitas alat pengumpul data dan ketepatan alat analisanya. 1. Jenis data a. Data hasil belajar siswa. b. Data keaktifan siswa. 2. Cara pengumpulan data Cara pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : a. Melalui hasil tes. b. Hasil pengamatan dari peneliti. 3.5. Indikator Keberhasilan Tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari : 1. Nilai rata-rata kelas minimal 6,5. 2. Prosentase siswa yang memperoleh skor > 6,5 minimal 85 % dari 14 siswa yang ada. 3. Keaktifan belajar siswa meningkat.
30
3.6. Matriks metode penelitian Tabel 3. Jadwal kegiatan Penelitian Matriks Metode Penelitian Judul
: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Pecahan Biasa Menggunakan Media Karton Lipat Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri No. 154 Talang Aro Kecamatan Muara Bulian Kab. Batanghari Tahun Pelajaran 2008-2009
Nama Peneliti : ALMUTTAHIDIN No
Rumusan Masalah
1
Bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Pecahan Biasa Menggunakan Media Karton Lipat Pada Siswa Kelas IV SD Negeri No. 154 Talang Aro Kecamatan Muara Bulian Kab. Batanghari Tahun Pelajaran 20082009?
Variabel yang diamati Media Karton lipat
Hasil belajar
Devenisi Operasional Variabel Media karton lipat adalah alat pengantar atau penyalur pesan yang terbuat ari kertas karton untuk memudahkan menyampaikan materi pelajaran.
Instrumen
Test tertulis Observasi
Sumber Data Siswa kelas IV dengan jumlah 14 orang.
Cara Pengambilan data Kualitatif (Proses) Kuantitatif (Akhir siklus)
Analisis
Diambil dari daftar nilai hasil tes belajar dan daftar aktifitas belajar siswa.
Hasil belajar matematika adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya
3.2.6 Jadwal penelitian Pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat, perlu disusun agenda kegiatan sehingga penelitian dapat dilaksanakan secara sistematis dan terjadwal. Penelitian dilakukan selama 3 bulan (12 minggu) dengan jadwal sebagai berikut :
31
Tabel 4. Jadwal kegiatan Penelitian Waktu (Minggu ke) No
Rencana Kegiatan 1
1.
2
3
4
Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan Menyusun instrumen Menyusun LKS Menyusun strategi penelitian
2.
Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat Melakukan tindakan Siklus I Melakukan tindakan siklus II Melakukan tindakan siklus III
3.
Penyusunan laporan Menyusun konsep laporan mendiskusikan hasil penelitian Perbaikan laporan Penggandaan dan pengiriman hasil
32
1
2
3
4
1
2
3
4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER
: SEKOLAH DASAR : MATEMATIKA : II/I
A.
Standar Kompetensi Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
B.
Kompetensi Dasar - Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka. - Melakukan pembagian dua angka / bilangan dua angka. - Melakukan operasi hitung bilangan campuran.
C.
Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat mengingat pakta perkalian dengan berbagai cara mulai dari penjumlahan berulang. - Siswa dapat mengingat pakta pembagian dengan berbagai cara. - Siswa dapat menghitung cepat perkalian dan pembagian.
D.
Indikator - Mengingat pakta perkalian sampai 25 dengan berbagai cara. - Mengingat pakta pembagian sampai 25 dengan berbagai cara. - Menghitung secara cepat perkalian dan pembagian.
E.
Materi Pokok Perkalian dan pembagian.
F.
Metode Pembelajaran Demontrasi, latihan, ceramah, pemberian tugas, tanya jawab.
G. Alokasi Waktu 5 jam pelajaran H. Pengalaman Belajar Pertemuan 1 -1. Apersepsi/Motivasi a. Mendiskusikan permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan pengerjaan Perkalian dan pembagian. b. Melakukan tanya jawab untuk mengingatkan kembali pakta perkalian, dan penjumlahan berulang. 0. Kegiatan Inti a. Membahas masalah sehari-hari yang berhubungan dengan pengerjaan perkalian dan penjumlahan berulang. b. Secara berkelompok, siswa membuat soal pengerjaan beserta soalnya dikumpulkan untuk dinilai. Bila ada siswa yang belum mampu, guru perlu membahas beberapa soal di papan tulis. c. Menguji keterampilan siswa dengan menyelesaikan soal-soal latihan rutin kemudian dibahas bersama-sama. d. Menguji kemampuan siswa dengan menyelesaikan soal cerita bersama teman sebangkunya, kemudian beberapa siswa menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis untuk dibahas bersama-sama. 1. Penutup Melakukan permainan yang bertemakan perkalian dengan penjumalah berulang.
33
Pertemuan 2 1.
Apersepsi/Motivasi a. Guru Memberi Petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar b. Melakukan tanya jawab untuk menjelaskan kembali pakta perkalian, dan penjumlahan berulang. 2. Kegiatan Inti c. Membahas masalah sehari-hari yang berhubungan dengan pengerjaan perkalian dan penjumlahan berulang, dengan bantuan media gambar yang menunjukkan terjadinya proses perkalian dan penjumlahan berulang dengan konsep-konsepnya. d. Secara berkelompok, siswa membuat soal pengerjaan beserta soalnya dikumpulkan untuk dinilai. Bila ada siswa yang belum mampu, guru perlu membahas beberapa soal di papan tulis. e. Menguji keterampilan siswa dengan menyelesaikan soal-soal latihan rutin kemudian dibahas bersama-sama. f. Menguji kemampuan siswa dengan menyelesaikan soal cerita bersama teman sebangkunya, kemudian beberapa siswa menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis untuk dibahas bersama-sama. 3. Penutup Melakukan permainan yang bertemakan hitung campuran. Pertemuan 3 1.
Apersepsi/Motivasi a. Guru Memberi Petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar b. Melakukan tanya jawab untuk menjelaskan kembali pakta pembagian. 2. Kegiatan Inti a. Membahas masalah sehari-hari yang berhubungan dengan penerapan pembagian, dengan bantuan media gambar yang menunjukkan terjadinya proses perkalian dan penjumlahan berulang dengan konsep-konsepnya. b. Secara berkelompok, siswa membuat soal pengerjaan beserta soalnya dikumpulkan untuk dinilai. Bila ada siswa yang belum mampu, guru perlu membahas beberapa soal di papan tulis. c. Menguji keterampilan siswa dengan menyelesaikan soal-soal latihan rutin kemudian dibahas bersama-sama. d. Menguji kemampuan siswa dengan menyelesaikan soal cerita bersama teman sebangkunya, kemudian beberapa siswa menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis untuk dibahas bersama-sama. 3. Penutup Melakukan permainan yang bertemakan pembagian.
I.
Sumber/Bahan/Alat Buku Matematika II, halaman 41-45.
J.
Penilaian -1. Tes tertulis (paper and pen test). Aspek-aspek yang dinilai : a. Kemampuan membuat soal hitung perkalian dan penjumlahan berulang; b. Kemampuan menyelesaikan soal hitung perkalian dan penjumlahan berulang;
34
c. d. 0.
Kemampuan menyelesaikan soal-soal hitung perkalian dan penjumlahan berulang; Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung perkalian dan penjumlahan berulang.
Tes Kinerja (performance test), Aspek-aspek a. Kemampuan menyampaikan pendapat dalam diskusi; b. Keaktifan siswa dalam tanya jawab; c. Kemampuan bekerja sama dengan kelompok; d. Kemandirian dalam mengerjakan soal-soal latihan; e. Kemampuan bekerja sama secara berpasangan.
35
Tabel 5. Lembar Observasi Pembelajaran LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN BERMUTU MATA PELAJARAN/TOPIK KELAS/SEMESTER SEKOLAH NAMA PENGAJAR TAHAP/ASPEK
KEGIATAN AWAL Apersepsi dan motivasi
KEGIATAN INTI Materi Ajar
Pengelolaan sumber
: : : : INDIKATOR
1. Apa yang dilakukan guru untuk menggali pengetahuan awal atau memotivasi siswa? 2. Bagaimana respons siswa? Apakah siswa bertanya tentang sesuatu masalah terkait dengan apa yang disajikan guru pada kegiatan awal? 3. Apakah guru memberikan penjelasan umum tentang bahan ajar atau prosedur kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa? 4. Bagaimana keterkaitan antara pembelajaran dengan realita kehidupan, lingkungan dan pengetahuan lainnya? 5. Apakah guru terampil dalam memanfaatkan dan mampu memanipulasi media pembelajaran?
belajar/media 6. Bagaimana interaksi siswa dengan sumber belajar/media? 7. Apakah proses pembelajaran dilaksanakan dengan strategi yang sesuai secara lancer? 8. Apakah siswa dapat mengikuti alur kegiatan belajar? Strategi Pembelajaran
9. Bagaimana cara guru memberikan arahan yang mendorong siswa untuk bertanya, berpikir dan berkegiatan? 10. Apakah siswa aktif melakukan kegiatan fisik dan mental (berfikir)? Berapa banyak siswa yang aktif belajar?
36
HASIL OBSERVASI
KEGIATAN PENUTUP Penguatan/konsolidasi
Evaluasi
11. Bagaimana cara guru memberikan penguatan, dengan mereviu, merangkum atau menyimpulkan? 12. Apakah guru member tugas rumah untuk remidi atau penguatan? 13. Bagaimana cara guru melakukan evaluasi pembelajaran? 14. Bagaimana ketuntasan belajar siswa? Keterlaksanaan scenario pembelajaran (berdasarkan RPP):
Komentar Pengamat
Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh pengamat:
Lain-lain:
37
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Ronald H., 1987, Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran, (Edisi terjemahan oleh Yusuf Hadi Miarso, dkk), Jakarta : PT. Rajawali. Arief S. Sadiman, et. Al., 1996, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Arsyad Azhar, (1997 : 109-110) media Pembelajaran. Cipayung Ciputat. Gaung Persada (GP) Press. Atwi Suparman, 1997, Desain Intruksional, Jakarta : PAU PPAI Universitas Terbuka Ausubel, (1963 : 154). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka Ausubel, David. P., Joseph D. Novak and Helen Hanesian, 1978, Educational Psychology : A Cognitive View, New York : Holt, Renehart and Winston. Bloom, Benyamin S., 1976, Human Characteristic and School Learning, New York : MeGraw-Hill book Company Briggs, Leslie, J., 1977, Intructional Design, Principle and Aplication, NewYork : Mc. Graw-Hill Book Company De Porter, Bobbi and Hernarcki, Mike, 2002, Quantum Learning (Edisi Terjemahan Oleh Alwiyah Abdurrahman), Bandung : CV. Kaifa Dick dan Carey (1978 : 67-68). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dick, Walter, and Lou Carey, 1985, The Systematic Design Of Instruction, 3ed, Ed, Florida : Harper Collins Dimyati dan Mujiono (1994 : 6) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Proyek Penelitian dan Pengembangan mutu Tenaga Kerja Kependidikan Depdikbud. Gagne, Robert M. and Leslia J. Briggs, 1978, Principles of Instructional Design, 2nd New York : Holt Rinehart and Winstons Gagne, Robert M., 1977, The Conditions of Learning, New York : Holt, Renehart and Winston Gredler, Bell. (1986 : 288). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : universitas Terbuka Muhsetyo Gatot, dkk (2008 : 23). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka Muhsetyo, Gatot, dkk (2008 : 2.1) Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Munadi Yudhi (2008 : 64). Media Pembelajaran. Cipayung – Ciputat : Gaung Persada (GP) Press. Nana Sudjana, 1995, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Oemar Hamalik, 1994, Media Pendidikan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Maskuri, dkk, 2001, Pengembangan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Fisika IV Program Studi Kimia P. MIPA FKIP UNS Semester V tahun Ajaran 2000/2001 Menggunakan PowerPoint, Surakarta : UNS Press Oneng, (1999 : 14 – 16). Teori Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Purwanto. (2009 : 96). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
38
Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, Soejadi (1991 : 102). Pembelajaran matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Sutrisman Murtadho dan Tambunan, 1987, Pengajaran Matematika, Jakarta, Universitas Terbuka
39