BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Badminton Sebagai Olahraga Yang Paling Diminati Masyarakat Indonesia Di Indonesia, olahraga yang paling diminati masyarakat adalah sepakbola dan bulu tangkis. Dalam perkembangannya, bulu tangkis di Indonesia sudah menjadi semacam olahraga rakyat. Banyak juga prestasi yang sudah dihasilkan dari cabang olahraga ini. Indonesia pernah berprestasi di Kejuaraan Dunia, Piala Thomas dan Uber, Kejuaraan All-England, Piala Sudirman, serta pesta olahraga besar seperti Sea Games, Asian Games, dan bahkan Olimpiade. Banyak juga atlet-alet yang berprestasi dari era dulu yaitu Rudi Hartono, Susi Susanti, Liem Swie King, Alan Budikusuma hingga era sekarang yaitu Taufik Hidayat, Markis Kido dan Hendra Setyawan. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, bulu tangkis termasuk kedalam 3 besar olahraga yang paling diminati masyarakat mulai dari skala kelurahan hingga nasional. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya fasilitas olahraga bulu tangkis yang terdapat disetiap kelurahan di Indonesia. Tabel 1. 1 Tabel Persentase Kelurahan Yang Memiliki Fasilitas Olahraga Menurut Jenis Olahraga
Sumber: BPS R.I – Statistik Podes 2000-2008
1
1.1.2. Prestasi Bulu Tangkis Indonesia Jika melihat prestasi bulu tangkis Indonesia beberapa dekade yang lalu, Indonesia merupakan negara yang paling disegani di Asia bahkan dunia, berbeda jauh dengan prestasi bulu tangkis Indonesia sekarang. Prestasi bulu tangkis di Indonesia memang seperti ‘rollercoaster’. Kadang naik kadang turun, dan jika naik hanya untuk beberapa saat, lalu turun lagi. Jika dilihat dari prestasi di olimpiade sepanjang 20 tahun terakhir, sekarang prestasi bulu tangkis Indonesia sangat jatuh terlalu jauh. Dari olimpiade 1992, 1996, 2000, 2004, dan 2008 Indonesia setidaknya menyumbangkan satu medali emas dari cabang bulu tangkis. Tapi di olimpiade 2012 di london lalu Indonesia tidak mampu menyumbangkan emas, bahkan merebut perak dan perunggu saja juga tidak. Apa yang harus dilakukan PBSI adalah pembinaan pemain muda, lalu jaminan hari tua. Dua masalah ini menjadi faktor utama yang menyebabkan prestasi bulu tangkis di Indonesia tersendat, selain urusan gaji. Pembinaan pemain muda sangat penting dilakukan. Banyak sekali potensi-potensi yang ada dalam pemuda-pemudi Indonesia, dan itu harus dikembangkan. Untuk masalah ini perlahan PB PBSI sudah mengatasinya dengan adanya banyak pelatihan bulu tangkis di Indonesia, dan ada kejuaraan seperti Sirkuit Nasional, yang akan mengadu sesama atlet muda Indonesia yang berbakat. Tetapi ada satu masalah lagi, yaitu jaminan hari tua, yaitu jaminan yang akan diberikan kepada atlet saat pensiun nanti. Tidak sedikit atlet Indonesia yang berprestasi dulunya pas sekarang sudah pensiun tidak jelas jadi apa. Bahkan ada yang terlantar. Ini juga yang membuat tidak banyak kemauan yang ada dari diri anak-anak Indonesia untuk menjadi atlet. Adapun atlet-atlet bulu tangkis indonesia yang pernah mengukir sejarah perbulutangkisan di Indonesia tingkat internasional antara lain: 1. Rudi Hartono Kurniawan Prestasi: 8 kali juara All England, 7 diantaranya direbut secara berturut turut belum bisa terpecahkan. Thomas Cup dan World Cup yang terakhir dilakoninya pada 1980. 2. Liem Swie King Prestasi: Tiga kali gelar All England dan empat runner-up.
3. Alan Budikusuma 2
Prestasi: Mengharumkan nama Indonesia untuk pertama kalinya di ajang Olimpiade Barcelona 1992. 4. Haryanto Arbi Prestasi: dua kali gelar All England bisa diraihnya pada 1993, 1994. Juara Thomas Cup pernah dirasakan sebanyak 4 kali (1994, 1996, 1998, 2000), Juara Dunia 1994, 1995 dan beberapa open turnamen lainnya. 5. Taufik Hidayat Prestasi: emas Olimpiade Athena 2004, juara dunia tahun 2004 dan enam kali juara Indonesia Open. Namun akhir-akhir ini prestasi bulu tangkis Indonesia mulai menampakkan taringnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya para atlet Indonesia yang berada diposisi 100 besar BWF. Berikut merupakan peringkat dunia terbaru yang dirilis oleh BWF bulan Januari 2014. Dapat dilihat tercantum beberapa atlit indonesia yang cukup ramai menempati posisi 100 besar di Dunia: Single Putra 4. Tommy Sugiarto 8. Sony Dwi Kencoro 22. Dionysius Hayom Rumbaka 40. Alamsyah Yunus 62. Andre Kurniawan Tedjono 67. Simon Santoso 82. Riyanto Subagja 83. Wisnu Yuli Prasetyo Ganda Putra 1. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan 10. Angga Pratama/Ryan Agung Saputra 19. Markis Kido/Alvent Yulianto Chandra 24. Gideon Markus Fernaldimarkis Kido 42. Yonathan Suryatama Dasuki/Hendra Aprida Gunawan 45. Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana 51. Ricky Karanda Suwardi/Muhammad Ulinnuha 55. Berry Angriawan/Ricky Karanda Suwardi 3
61. Ronald Alexander/Selvanus Geh 78. Fran Kurniawan/Bona Septano 82. Berry Angriawan/Yohanes Rendy Sugiarto 84. Andrei Adistia/Gideon Markus Fernaldi 86. Hardianto Hardianto/Agripinna Prima Rahmanto Putra 98. Bona Septano/Afiat Yuris Wirawa Ganda Putri 6. Pia Zebadiah Bernadeth/Arizki Amelia Pradipta 11. Aprilsasi Putri Lejarsar Variella/Vita Marissa 12. Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii 26. Gebby Ristiyani Imawan/Tiara Rosalia Nuraidah 52. Devi Tika Permatasari/Keshya Nurvita Hanadia 58. Melati Daeva Oktaviani/Rosyita Eka Putri Sari 65. Maretha Dea Giovani/Melvira Oklamona 69. Della Destiara Haris/Suci Rizky Andini 71. Suci Rizky Andini/Jenna Gozali 76. Anggia Shitta Awanda/Della Destiara Haris 89. Komala Dewi/Meiliana Jauhari 98. Anggia Shitta Awanda/Greysia Polii Ganda Campuran 2. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir 7. Praveen Jordan/Vita Marissa 9. Markis Kido/Pia Zebadiah Bernadeth 11. Muhammad Rijal/Debby Susanto 16. Riky Widiantopuspita Richi Dili 23. Irfan Fadhilah/Weni Anggraini 28. Lukhi Apri Nugroho/Annisa Saufika 36. Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawati 38. Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja 53. Gideon Markus Fernaldi/Rizki Amelia Pradipta 74. Gideon Markus Fernaldi/Aprilsasi Putri Lejarsar Variella
4
1.1.3. Perkembangan Badminton di Riau Prestasi badminton di Riau bisa dibilang masih jauh dari membanggakan. Riau yang sendirinya menjadi tuan rumah PON 2012 silam masih belum bisa menjadi ruan rumah yang baik dengan tidak memenangkan satu medali pun di bidang badminton. Padahal banyak sekali potensi pemain muda yang masih belum dikembangkan secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan suatu pusat pelatihan bulu tangkis yang berkonsentrasi pada intensifitas pelatihan para calon pebulu tangkis nasional. Tabel 1. 2. Perolehan Medali PON 2012 Cabang Bulutangkis kategori
Emas
Perak
Perunggu
Tunggal putra
Jateng
Jateng
Jateng
Tunggal putri
DKI
Jatim
Jateng
Ganda putra
Jateng
DKI
Jabar/Jatim
Ganda putri
DKI
Jabar
Jatim/DKI
Ganda campuran
Jabar
Jateng
Jateng/Jabar
sumber: http://zulkifli19.wordpress.com Di pekanbaru sendiri terdapat banyak klub-klub bulu tangkis yang secara independen mewadahi minat masyarakat terhadap olahraga bulu tangkis. Namun masih belum terdapat suatu wadah dimana klub-klub ini bisa berintegrasi satu sama lain untuk meningkat kan prestasi bulu tangkis tersebut.
No 1 2
3 4
Tabel 1. 3. Klub Badminton yang Ada di Kota Pekanbaru Nama klub Alamat Jadwal Latihan FREED Badminton Jl.Sempurna Tampan * Club (FBC) PB. Pemuda Jl.KayuManis/Subrantas Selasa, jam 19.00 gang Mesjid No. 17 sd. selesai Jumat, jam 19.00 sd. selesai Minggu, jam 06.30 sd. selesai PB. Bina Tangkas Jln. Harapan, Rumbai * PB. Riau Televisi Jl.Limbat/Arengka Selasa, 16:00-19:30 Kamis, 16:00-19:30 Jumat, 16:00-19:30
5
5
6
7 8
9 10
Surya Sakti GOR-IKTS Jl. Tanjung Badminton Club Datuk (Kompleks Mahkota) PB. Bintang Timur GOR Mutiara Jl. Pemuda Pekanbaru
Selasa, Kamis, Sabtu jam: 17.00 s/d 23.00.
Selasa 16:30 s/d 19:30 Jumat 16:30 s/d 19:30 Minggu 13:00 s/d 16:00 PB. Kurnia Jaya Gor kurnia Gg dycara no * 7 rumbai pesisir PB. Abadi GOR KABETA * Jln. Amal Mulia Pekanbaru CIMB Niaga Club jl. dirgantara (Gor) * CIMB Niaga Pekanbaru Bank Riau Badminton Jl. Jend. Sudirman * Club Pekanbaru Sumber: http://www.bulutangkis.com
*data tidak tersedia
Gambar 1. 1 Peta Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki kelompok Kegiatan Olahraga Bulu Tangkis Menurut Provinsi sumber: Penyajian Data dan Informasi Statistik Keolahragaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010 Berdasarkan gambar peta di atas dapat dilihat bahwa Riau termasuk kedalam area hijau, yang berarti Riau memiliki kelompok olahraga bulu tangkis yang cukup banyak per kelurahannya, yaitu sebesar 67,75 % - 94,75. Data ini menunjukkan tingginya minat masyarakat Riau terhadap olahraga bulu tangkis.
6
1.1.4. Fasilitas Olahraga di Pekanbaru Pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berusaha dan berupaya untuk meningkatkan prestasi pemuda dalam berbagai bidang dan aspek, diantaranya adalah prestasi olah raga. Maka pembenahan pada berbagai aspek baik itu sarana dan prasarana, infrastruktur maupun suprastruktur terus menerus dilakukan. Fasilitasi, dukungan dan suport secara maksimal diberikan kepada organisasi induk oleh raga, begitu juga terhadap organisasi cabang olah raga. Berbagai pertandingan olah raga, baik itu antar sekolah, antar kampus, dan pertandingan olah raga antar klub serta antar kecamatan terus diselenggarakan. Pada tabel berikut ini disajikan data fasilitas olah raga yang tersedia di kota Pekanbaru pada tahun 2010, sebagai berikut: Tabel 1. 4 Rasio Klub dan Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2010 No 1 2
Uraian 2010 Klub Olahraga 300 Gedung 117 Olahraga 3 Jumlah 897.768 Penduduk 4 Rasio Klub 3.3 Olahraga 5 Rasio Gedung 1.3 Olahraga Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2011 Terlihat dari tabel diatas pada tahun 2010, rasio klub olah raga 3.3. ini berarti bahwa tersedia sebanyak 3-4 Klub untuk setiap 10.000 penduduk, sedangkan gedung olah raga yang tersedia hanya sebanyak 1.3 untuk setiap 10.000 penduduk. Melihat kondisi tersebut masih sangat diperlukan peningkatan kontribusi pemerintah kota, disamping dunia usaha dan begitu pula masyarakat secara luas agar bersinergi dalam mewujudkan kondisi ideal. Berikut ini disajikan data rinci tentang ketersediaan gedung olah raga untuk setiap kecamatan di kota Pekanbaru, khusus pada tahun 2010. Dari data dan fakta yang ada pada tabel 2.23 di bawah, berarti bahwa di Kota Pekanbaru hanya tersedia 0.82 Gedung olah raga untuk setiap 10.000 penduduk. Dimana data ini diambil ketika Riau telah dintunjuk sebagai tuan rumah PON 2012.
7
Tabel 1. 5 Rasio Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk menurut Kecamatan di Kota Pekanbaru NO Kecamatan
1 2 3
Jumlah Penduduk (jiwa)
Jumlah Gedung Olahraga (Unit) 7 5 6
Rasio per 10.000 Penduduk
Bukit Raya 91.914 0.76 Lima Puluh 41.333 1.20 Marpoyan 125.697 0.47 Damai 4 Payung 86.584 . . Sekaki 5 Pekanbaru 25.062 2 0.79 Kota 6 Rumbai 64.624 3 0.46 7 Rumbai 64.698 1 0.15 Pesisir 8 Sail 21.438 17 7.92 9 Senapelan 36.434 2 0.54 10 Sukajadi 47.174 3 0.63 11 Tampan 169.655 25 1.47 12 Tenayan 123.155 3 0.24 Raya Jumlah 897.768 74 0.82 Sumber: Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2012 Selain itu penulis juga telah melakukan survey terhadap kebutuhan Badminton Center di pekanbaru melalui angket yang diisi oleh para siswa dan mahasiswa, serta anggota klub badminton di pekanbaru.
8
Gambar 1. 2 Hasil Survey Terkait Kebutuhan Badminton Center di Pekanbaru Sumber: analisis pribadi 1.1.5. Regionalisme Sebagai Salah Satu Visi Provinsi Riau Filosofi Pembangunan Daerah Provinsi Riau mengacu kepada nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu sebagai kawasan lintas budaya yang telah menjadi jati diri masyarakatnya sebagaimana terungkap dari ucapan Laksamana Hang Tuah “Tuah Sakti Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Terbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Takkan Melayu Hilang di Bumi”. Pekanbaru merupakan ibukota Propinsi Riau yang berada di pulau Sumatera dengan akar budaya Melayu sebagai tradisi yang telah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau No. 36 tahun 2001, Salah satu visi Propinsi Riau adalah untuk menjadi pusat kebudayaan melayu di Asia Tenggara pada tahun 2020. Untuk mewujudkan visi tersebut, Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi merupakan indikator utama dalam mengukur dan menilai bagaimana kebudayaan melayu di kawasan tersebut dapat dijadikan rujukan atau referensi mengenai perkembangan kebudayaan melayu di daerah Asia Tenggara. Arsitektur merupakan salah satu bagian lingkungan binaan yang secara fisikal dapat menggambarkan ciri khas dan identitas kawasan. Kebijakan 9
pemerintah Kota Pekanbaru yang mensyaratkan aplikasi langgam arsitektur melayu dalam setiap desain bangunan di wilayah perkotaan merupakan salah satu upaya dalam menjaga identitas kawasan sebagai daerah berbudaya melayu.
1.1.6. Tipologi Badminton Center Badminton Center adalah suatu fasilitas yang mewadahi kegiatan olahraga baik untuk tujuan prestasi maupun rekreasi, dimana kegiatan prestasi lebih diutamakan disini. selain itu kegiatan non-olahraga juga terwadahi seperti sharing, galeri, dan nobar. Secara garis besar Badminton Center dapat dikatakan gabungan antara GOR dan Sportainment. Kegiatan dalam Badminton Center ini nantinya secara garis besar akan terbagi menjadi 3 jenis yaitu kegiatan utama yang terdiri dari olahraga, rekreasi, dan kegiatan pendukung. 1. Kegiatan Utama a. Olahraga Prestasi, yang meliputi: • Latihan rutin Latihan rutin olahraga bulu tangkis biasanya dilakukan dengan intensitas latihan rata-rata 3 hari tiap minggunya. Dimana dengan intensitas jam masing-masing hari antara 3-4 jam. Intensitas latihan dapat berbeda beda sesuai dengan jadwal klub, kategori usia pemain, dan jenis latihan yang dilakukan. Latihan rutin biasanya diisi dengan latihan fisik, teknik pukulan dasar, dan latih tanding. • Latihan Intensif perbedaan latihan intensif dan latihan rutin terletak pada durasi latihan dan tujuan latihannya. Latihan intensif biasanya dilakukan secara ketat tiap hari dalam seminggu. Latihan intensif biasanya dilakukan sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi suatu pertandingan atau turnamen, baik tingkat daerah maupun nasional. Latihan intensif membutuhkan pelatih profesional dan peralatan yang lebih banyak dalam latihannya. Sebagai perbandingan, pada latihan rutin biasanya seorang pelatih menangani 20-30 orang pemain , sedangkan pada latihan intensif satu pelatih hanya menangani 1-5 orang pemain saja. • Pertandingan 10
pertandingan biasanya diadakan secara berkala, baik perbulan, pertahun, dan sebagainya. Jadwal pertandingan menyesuaikan dengan agenda dari klub, federasi olahraga yang menaungi, maupun KONI.
b. Olahraga Rekreasi Kegiatan rekreatif terdiri dari menonton pertandingan maupun latihan, serta menggunakan lapangan untuk berolahraga bulu tangkis di luar dari latihan intensif dan latihan rutin. 2. Kegiatan Pendukung kegiatan pendukung merupakan kegiatan di luar kegiatan utama, kaitan dengan fasilitas yang terdiri dari: Souvenir dan Retail shop, Café, Ruang pertemuan, Ruang multimedia, Galeri, Fitness center, Asrama atlit, Klinik kesehatan, dll. Secara garis besar pola kegiatannya dapat dilihat pada diagram di bawah:
Gambar 1. 3 Diagram Kegiatan Badminton Center Sumber: Analisis Pribadi
1.2. Permasalahan 1.2.1. Permasalahan non arsitektusitural Belum adanya wadah yang memfasilitasi pendidikan dan pelatihan bulu tangkis Komunitas-komunitas bulutangkis belum terwadahi secara optimal 1.2.2. Permasalahan arsitektural Bagaimana merancang suatu fasilitas yang dapat menampung segala fungsi dari suatu pusat pelatihan bulu tangkis Bagaimana merancang suata pusat pelatihan bulutangkis yang secara arsitektural memiliki makna dan unsur-unsur regionalisme
11
1.3. Tujuan Tujuan penulisan karya ini adalah:
Mengetahui cara mendesain suatu pusat pelatihan bulu tangkis yang mampu mewadahi kebutuhan edukasional dan rekreatif
Mengetahui bagaimana cara pendekatan konsep regionalisme terhadap bangunan pusat pelatihan bulu tangkis.
1.4. Sasaran Sasaran penulisan karya adalah:
Mendapatkan solusi desain dari isu dan permasahan yang diangkat
Menganalisis masalah, kebutuhan dan konsep yang diajukan
Mendesain suatu pusat pelatihan bulutangkis yang mewadahi kegiatan edukasi maupun rekreasi bagi semua kalangan di Riau khususnya Pekanbaru
Mendesain suatu bangunan yang meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap olahraga dan budaya lokal.
1.5. Lingkup Pembahasan Non arsitektural:
Identifikasi site dan lingkungannya
Identifikasi jenis pengguna dan kegiatan
Identifikasi konsep regionalisme
Arsitektural:
Ruang luar: tata ruang dan zonasi, sirkulasi, tata hijau, parkir, massa dan orientasi
Ruang dalam: zonasi, hubungan ruang, programatik ruang, suasana.
1.6. Metode Pembahasan Studi literatur Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari preseden, pengumpulan data, teori, dan standar nasional maupun internasional yang berkaitan dengan pusat pelatihan bulutangkis melalui media cetak maupun elektronik Observasi Lapangan Melihat langsung baik preseden maupun site yang akan dijadikan lokasi perancangan Analisis Mencari solusi desain dengan cara mengidentifikasi data dan isu yang ada dengan memperhatikan standar. 12
Sintesis Menarik kesimpulan solusi desain dari permasalahan-permasalahan yang ada kemudian diterapkan dengan pendekatan regionalisme
1.7. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang penulisan, permasalahan yang diangkat, tujuan penulisan, serta sasaran yang dituju. BAB II Kajian teori Berisi tentang tinjauan literatur mengenai bulutangkis secara umum, pengertian pusat pelatihan, serta tinjauan tentang regionalisme modern baik secara umum maupun secara spesifik di provinsi Riau. BAB III Kajian Lokasi Berisikan data-data tentang lokasi site yang dipilih, yaitu di kota Pekanbaru. Serta analisis lokasi terpilih. BAB IV Pendekatan Konsep Perencanaan Dan Perancangan Berisikan analisis tentang konsep perancangan dan perencanaan, pendekatan dilakukan dengan membandingkan antara standar umum dengan standar banugnan melayu. BAB V Konsep Perencanaan Dan Perancangan Berisikan tentang aspek-aspek yang terpilih dari alternatif-alternatif dari pendekatan konsep sebelumnya.
13
1.8. Keaslian penulisan Berikut merupakan beberapa Pra Tugas Akhir terdahulu yang penulis jadikan sebagai acuan dan sumber referensi dalam penulisan Badminton Center di Pekanbaru ini: a) Sport Center Di Yogyakarta Sebagai Taman Rekreasi Olahraga Masyarakat Penulis
: Pamungkas, Jamel Syahreza
No Buku
: 3207 S
b) Pekan Baru Sportainment Center Penulis
: Yanto, Suhandi Tri
No Buku
: 2955 S
c) Sport Center di Wonosari Penulis
: Setiawan, Erri Dwi
No Buku
: 3381 S
d) Jakarta International Badminton Arena Penulis
: Rainata, Soma
No Buku
: 3383 S
e) Terminal Penumpang Kapal Laut di Bengkalis Penekanan Arsitektur Tradisional Melayu Penulis
: Destri Martini
No Buku
: 2801 S
f) PSPS Pekanbaru Football Center Penulis
: Gun Faisal
No Buku
: 3150 S
14
1.9. Kerangka berfikir
Gambar 1. 4 Bagan Kerangka Berfikir Sumber: Analisis Pribadi 15