BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini tidak selalu tumbuh dan berkembang secara normal. Ada diantara anak-anak tersebut yang mengalami hambatan, kelambatan, gangguan, atau faktor lain sehingga memerlukan penanganan khusus untuk mencapai perkembangan optimal. Anak-anak yang memerlukan penanganan khusus inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan anak berkebutuhan khusus. Salah satu dari jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Pengertian anak tunagrahita disebutkan dalam PP No. 72 Tahun 1991 adalah anak-anak dalam kelompok dibawah normal atau lebih lamban daripada anak normal., baik dari segi perkembangannya, sosialnya, maupun kecerdasannya. Secara rinci anak tunagrahita digolongkan dalam tiga tingkatan, yaitu ringan, sedang, dan berat. Dilihat dari segi pendidikan, klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD dan PP No. 72 Tahun 1991 (Amin, 1995 : 22) sebagai berikut : Tunagrahita ringan (mampu didik) adalah anak yang mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. Tunagrahita sedang (mampu latih) dibawah tunagrahita ringan, mereka dapat belajar keterampilan mengurus diri serta belajar keterampilan dasar akademis. Tunagrahita berat (mampu rawat) anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi, dan bekerja. Karena keunikannya inilah, mereka memerlukan perlakuan dan tindakan khusus tak terkecuali pendidikan guna menunjang potensi yang ada pada diri mereka. Salah satu yang dapat diberikan guna menunjang keberhasilan pengoptimalan potensi diri mereka adalah melalui pendidikan khusus, seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003, tentang Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) pasal 5 ayat 2, bahwa warga negara yang
1
2
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Proses atau kegiatan pembelajaran oleh guru sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selama ini, jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain, prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dikatakan sangat rendah. Sementara pembelajaran yang diberikan guru di SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta masih tergolong monoton dan terlihat membosankan jika harus disandingkan atau ditujukan untuk anak tunagrahita. Tidak adanya ketersediaan media yang cukup memadai dan mendukung kinerja guru dalam proses mengajar, serta banyak dari siswa tunagrahita di SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta yang belum bisa mengenal nilai mata uang dan mengaplikasikan ke kehidupan sehari-hari, menimbulkan pertanyaan apakah model pembelajaran yang digunakan guru, sudah sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik matematika atau belum. Sebab matematika juga memiliki karakteristik tertentu. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa tunagrahita yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Walaupun setiap hari siswa mengenal uang, tetapi mereka hanya memahami uang sebagai uang saku untuk jajan dan hanya sebatas itu. Hal ini karena siswa kurang memahami konsep nilai tukar uang. Sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam meningkatkan kemampuan mengenal nilai mata uang pada anak tunagrahita, peneliti menerapkan model pembelajaran konstruktivistik, yaitu siswa diajak untuk berperan aktif berinteraksi dengan lingkungan melalui pengalamannya. Dengan menerapkan pembelajaran konstruktivistik melalui metode tanya jawab, diskusi, bermain peran dan penugasan dalam kegiatan pembelajaran matematika dapat menjadi suatu pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Siswa diharapkan mampu termotivasi berpikir aktif dan kritis.
3
Hal tersebut diatas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang “Efektivitas
Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Nilai Mata Uang Pada Anak Tunagrahita Kelas VI SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016” .
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui permasalahan sebagai berikut: 1.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi, pemahaman konsep dan persepsi sehingga mengalami kesulitan dalam memahami uang, termasuk konsep nilai mata uang.
2.
Matematika merupakan mata pelajaran dasar yang sulit dipahami oleh anak tunagrahita dikarenakan keterbatasan intelegensi dan anak tidak banyak menerima konsep yang didukung dengan pengalaman nyata.
3.
Pembelajaran yang monoton, seperti berpusat pada guru, kurangnya keterlibatan anak secara aktif dalam pembelajaran mengakibatkan anak tunagrahita sulit untuk memahami materi yang diajarkan.
C.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih terfokus maka perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah terfokus pada: 1.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa tunagrahita kelas VI SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
2.
Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah: a. Prestasi belajar matematika anak tunagrahita kelas VI SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta. b. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konstruktivistik untuk anak tunagrahita kelas VI SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta dengan mata pelajaran matematika.
4
c. Materi pelajaran matematika dalam penelitian ini adalah terbatas seputar konsep uang sampai Rp 10.000,-
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perumusan masalah penelitian adalah sebaga berikut: Apakah pembelajaran konstruktivistik efektif meningkatkan kemampuan mengenal nilai mata uang pada anak tunagrahita kelas VI di SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta tahun ajaran 2015/2016?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran konstruktivistik dalam meningkatkan kemampuan mengenal nilai mata uang pada anak tunagrahita kelas VI SLB YPPCG Bhina Sejahtera Surakarta tahun ajaran 2015/2016.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis Menambah
wawasan
bagi
pembacanya
mengenai
pembelajaran
konstruktivistik terkait dengan kemampuan mengenal nilai mata uang pada peserta didik tunagrahita. 2.
Manfaat Praktis a.
Bagi peneliti Sebagai langkah awal penerapan pembelajaran konstruktivistik dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menuntut keaktifan dan interaksi siswa.
b.
Bagi siswa Menambah pengalaman dalam mengenal nilai mata uang dengan memanfaatkan/melalui pembelajaran konstruktivistik.
5
c.
Bagi Guru 1) Menambah
pengetahuan
pembelajaran
guru
konstruktivistik
tentang
dalam
penggunaan
kaitannya
dengan
peningkatan kemampuan siswa tunagrahita dalam mengenal nilai mata uang. 2) Pembelajaran ini dapat menjadi alternatif model pembelajaran untuk menambah variasi dalam mengembangkan pengetahuan siswa yang dipadukan dengan pengalaman siswa tunagrahita dalam mengenal mata uang dalam kehidupan sehari-hari.