56
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Bank syariah di Indonesia pada awalnya diragukan akan sistim operasionalnya, tetapi tidak demikian adanya bank syariah membuktikan eksistensinya dan bank syariah terbukti mengalami kemajuan setelah Indonesia mengalami krisis moneter yang cukup mengkhawatirkan pada tahun 1997 yang berakibat sangat signifikan atas terpuruknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia telah berada pada ambang kehancuran ekonomi, hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi terparah ditunjukan oleh sektor perbankan yang merupakan salah satu penyumbang dari krisis moneter di Indonesia. Bank Mu’amalat Indonesia salah satu dari bank yang dinyatakan sehat oleh pemerintah, karena mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi, yang nyata memiliki sistem tersendiri dari bank-bank lain, yaitu dengan sistem bagi hasil dan sistem jual belinya. Prinsip jual beli merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Dalam prinsip jual beli disini pihak bank menggunakan pembiayaan antara murabahah dan istishna tergantung dari kebutuhan nasabah. 56
57
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Penjual harus memberitahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase. Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-mustashni) dan as-shani (produsen yang juga pembeli). Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan (al-mashnu) sesuai spesifikasi yang diisyaratkan pembeli dan penjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Sebagaimana diketahui bahwa dengan besarnya tingkat pembiayaan yang disalurkan secara efektif dan efesien akan menambah tingkat pendapatan yang diperoleh. Dengan meningkatnya tingkat pendapatan pada akhirnya akan meningkatkan laba bersih (net income), kemudian dengan laba bersih yang besar akan mampu menghadapi persaingan sekaligus melakukan ekspansi pasar dan kontuinitas usaha bank akan lebih terjamin serta meratanya tingkat pendapatan yang diperoleh setiap produk dengan perbandingan tidak terlalu jauh akan
58
membuat posisi bank lebih stabil dan mengoptimalkan peraihan laba, walaupun ada satu produk yang sekiranya bermasalah dan menimbulkan resiko, tetapi resiko itu tentunya tidak secara signifikan mempengaruhi usaha bank dalam menghasilkan laba karena masih terantisipasi oleh produk-produk atau lainnya. Penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh jual beli dari pembiayaan murabahah dan istishna yang merupakan bagian laba bersih dan penulis mencoba untuk mengungkapkannya dalam sebuah skripsi berjudul “ Pengaruh Prinsip Jual Beli Pembiayaan Murabahah dan Istishna Terhadap Laba Bersih Yang Diperoleh Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri)”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah dan istishna terhadap laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data, informasi atau suatu gambaran mengenai pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah dan istishna dengan laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri. Selanjutnya, tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan:
59
“Untuk mengetahui pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah dan istsihna terhadap laba bersih yang diperoleh Bank Syariah mandiri”
D. Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah ini. Beberapa pihak yang dapat mengambil manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Operasional a. Untuk Perusahaan Bagi perusahaan diharapkan berguna sebagai bahan masukan atau saran
dalam
menerapkan
kebijakan
pengelolaan
pendapatan
pembiayaan murabahah dan istishna, sehingga dapat tercapainya peningkatan laba bersih yang diperoleh perusahaan. b. Untuk Pihak Terkait Bagi pihak terkait dalam hal ini nasabah, dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang sistem pemberian pembiayaan murabahah dan istishna yang berlandaskan prinsip jual beli. c. Untuk Pihak Lain Bagi pihak lain, kiranya penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana dan bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dananya pada bank tersebut.
60
2. Kegunaan Pengembangan Ilmu a. Untuk Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman khususnya mengenai pembiayaan murabahah dan istishna dengan prinsip jual beli yang diberikan serta mengenai perhitungan laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri. b. Referensi Untuk Peneliti Lain Bagi pihak lain penelitian ini dapat memberi tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi. c. Untuk Pengembangan Ilmu Menambah wawasan keilmuan dibidang akuntasi khususnya dalam hal pengelolaan pembiayaan murabahah dan istishna dan jual beli yang disepakati.
61
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual beli pembiayaan murabahah dan istishna terhadap laba bersih yang diperoleh oleh bank syariah dengan studi kasus di bank syariah mandiri. Sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh antara pembiayaan murabahah dan istishna di bank syariah mandiri.
B. Kerangka Penelitian Pemikiran Kerangka pemikiran ini di fokuskan pada pengaruh prinsip jual beli pembiayaan murabahah dan istishna terhadap laba bersih di bank syariah. Variabel yang digunakan adalah variabel independen dan dependent. Variabel independent pada penelitian ini yaitu terdiri dari pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah. Dan variabel dependent pada penelitian ini adalah laba bersih bank. Untuk Mendukung teori ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai landasan berpikir. Beberapa teori yang digunakan antara lain : 1. Teori Umum bank syariah, teori ini digunakan oleh penulis untuk mengetahui pengertian, macam – macam produk bank syariah, Perbedaan
62
bank syariah dan bank konvensional serta pengertian jual beli pembiayaan Murabahah dan Istishna. a. Pengertian Bank Syariah Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum) Islam. Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Sudarsono (2004), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan
prinsip-prinsip
syariah.
Definisi
Bank
Syariah
menurut
Muhammad (2006), adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam. Peranan Bank Syariah adalah: 1) Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat. 2) Meningkatkan kesadaran syariah umat islam sehingga dapat memperluas segmen dan pangsa pasar perbankan syariah.
63
3) Menjalin kerjasama dengan para ulama karena bagaimanapun peran ulama, khususnya di Indonesia, sangat dominan bagi kehidupan umat Islam. Bank syariah karena sifatnya sebagai bank berdasarkan prinsip syariah wajib memposisikan diri sebagai uswatun hasanah dalam implementasi moral dan etika bisnis yang atau melaksanakan etika dan moral agama dalam aktivitas ekonomi.
b. Produk Operasional Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya dibank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dan nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Secara
garis
besar,
pengembangan
produk
bank
syariah
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: 1) Produk Penghimpunan Dana a) Prinsip wadiah Implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai peminjam. Prinsip wadiah dalam produk bank syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu: wadiah yad amanah dan wadiah yad dhomanah.
64
b) Mudharabah Muthlaqah Dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. c) Mudharabah Muqayaddah Simpanan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antar pemilik dan dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menerapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.
2) Produk Penyalur Dana Produk penyalur dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model yaitu: a) Transaksi pembiayaan yang ditunjukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual beli. b) Transaksi pembiayaan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa.
65
c) Transaksi pembiayaan yang ditunjukan untuk usaha kerjasama yang ditunjukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
3) Produk jasa Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut: a) Alih piutang (Al-Hiwalah) Transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktik perbankan fasilitas hiwalah lazimnya digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. b) Gadai (Rahn) Untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: i. Milik nasabah sendiri ii. Jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai rill pasar. iii. Dapat dikuasi namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. c) Al-Qiradh Pinjaman kebaikan, digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. Produk ini
66
digunakan membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq, dan shadaqah. d) Wakalah Bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagi rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank dapat ganti biaya atas jasa yang diberikan.
c. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama islam. Sesuai dengan prinsip islam yang melarang sistem bunga atau riba yang memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional 1) Bank Syariah: a) Melakukan investasi - investasi yang halal saja. b) Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. c) Profit dan falah oriented. d) Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan. e) Penghimpunan dan penyaluran dana harus dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
67
2) Bank Konvensional: a) Investasi yang halal dan haram. b) Memakai perangkat bunga. c) Profit oriented. d) Hubungan dengan nasabah dalam bentuk debitur dan kreditur. e) Tidak terdapat dewan sejenis. Dari perbedaan-perbedaan diatas, hal yang paling mendasar yang membedakan antar bank syariah dengan bank konvensional adalah manajemen keuangan, yaitu mengenai konsep bagi hasil yang merupakan sebuah solusi dari sistem bunga yang selama ini diterapkan pada bankbank konvensional. Dengan tegas bank syariah menolak konsep bunga, karena menurut fiqih islam, konsep bunga termasuk pada riba, sedangkan riba itu hukumnya haram.
d. Jual Beli Pembiayaan Murabahah dan Istishna 1) Pengertian Jual Beli Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai
agen bank
melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
68
2) Rukun dan Ketentuan Umum Akad Murabahah dan Istishna Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
69
i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.
Rukun Istishna terdiri : a) Produsen / pembuat barang (shaani) dan juga menyediakan bahan bakunya b) Pemesan / pembeli barang (mustashni) c) Proyek / usaha barang / jasa yang dipesan (mashnu’) d) Harga (tsaman) e) Shighat / Ijab qabul Ketentuan umum istishna adalah : a) Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli b) Ridha / kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji c) Apabila isi akad diisyaratkan Shani’ hanya bekerja saja, maka akad ini bukan lagi istishna, tetapi berubah menjadi akad ijarah d) Pihak
yang
membuat
menyatakan
kesanggupan
untuk
mengadakan / membuat barang itu e) Mashnu’ (barang/obyek pesanan) mempunyai kriteria yng jelas seperti jenis, ukuran (tipe), mutu dan jumlahnya f) Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara’ (najis, haram, samar/tidak jelas) atau menimbulkan kemudhratan (menimbulkan maksiat)
70
3) Pengertian Pembiayaan Murabahah dan Istishna a) Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah
kemudian
menjualnya
kepada
nasabah
yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang
tersebut
dan
berapa
besar
keuntungan
yang
dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase. Jika seseorang melakukan penjualan komoditi/barang dengan harga lump sum tanpa memberi tahu berapa nilai pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil keuntungan dari penjualan tersebut. Penjualan ini disebut musawamah.
b) Pembiayaan Istishna Istishna mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan salam. Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-
71
mustashni) dan as-shani (produsen yang juga pembeli). Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan (al-mashnu) sesuai spesifikasi yang diisyaratkan pembeli dan penjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub kontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel. Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut : 1) Akad kedua antara bank dan sub kontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir, 2) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah. Kegiatan
penyaluran
dana
dalam
bentuk
pembiayaan
berdasarkan istishna berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut (Pasal 13 PBI No.7/46/PBI/2005) : 1)
Bank menjual barang kepada nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka waktu, tempat, dan harga yang disepakati;
72
2)
Pembayaran oleh nasabah kepada bank tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang nasabah kepada bank;
3)
Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya sesuai dengan kesepakatan;
4)
Pembayaran oleh nasabah selaku pembeli kepada bank dilakukan secara bertahap atau sesuai kesepakatan.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen / penjual atas: 1)
Jumlah yang telah dibayarkan, dan
2)
Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
Produsen / penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa harga yang disepakati akan dibayar disepakati tepat waktu.
2. Teori Analisis Statistik Teori ini digunakan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah dan istsihna terhadap laba bersih dengan menggunakan beberapa metode analisis data yang terdiri dari Analisis Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis.
73
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum 1. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya
74
memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero). PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank
75
Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri
yang
memandang
pentingnya
kehadiran
bank
syariah
dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero). PT
Bank
Syariah
Mandiri
hadir
sebagai
bank
yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri a. Visi Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha. b. Misi 1) Mewujudkan
pertumbuhan
dan
keuntungan
yang
berkesinambungan 2) Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UKM
76
3) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat 4) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal 5) Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. 3. Job Description Adapun tanggung jawab dari pekerjaan masing-masing jabatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Direktorat Pembiayaan Korporasi dan Komersial. Berperan aktif dalam merencanakan, mengembangkan serta mengelola kesejahteraan pegawi maupun dalam pelaksanaan tugas lainnya. 1) Melakukan koordinasi dengan bagian lain dalam menyusun dan merumuskan rencana bisnis divisi. 2) Mengelola dan mengembangkan kesejahteraan pegawai. 3) Mengelola program pensiun pegawai. 4) Mengelola
dan
mengembangkan
program
pemverian
bonus/insentif. 5) Mengelola
pengadaan
tenaga
ahli/spesialis
sesuai
dengan
kebutuhan. 6) Mengelola proses pension dan pengunduran diri pegawai. b. Direktorat Pembiayaan Komersial dan Konsumer. 1) Merencanakan, mengembangkan dan mengelola pembiayaan dan penempatan dana yang bersumber dari cabang syariah.
77
2) Menjamin terlaksanaanya aktivitas bagian pembiayaan syariah secara efektif, efisien, akurat dan tepat waktu. 3) Menyusun, merumuskan dan mengevaluasi rencana bisnis bagian pembiayaan syariah. 4) Melakukan pembinaan kepada cabang dalam bidang pembiayaan syariah. 5) Mengelola kolektabilitas pembiayaan syariah. c. Direktorat Treasury dan Jaringan. 1) Mengorganisir, mengkoordinasikan dan mendelegasikan semua tugas dan wewenang pada bagian pembiayaan dan treasury syariah kepada pegawai. 2) Menjamin terlaksanaanya aktivitas bagian pembiayaan dan treasury syariah secara efektif, efisien, akurat dan tepat waktu. 3) Menyusun, merumuskan dan mengevaluasi rencana bisnis bagian pembiayaan dan treasury syariah. 4) Mengelola serta mengembangkan kegiatan usaha treasury. 5) Melakukan pembinaan kepada cabang dalam bidang pembiayaan dan treasury syariah. 6) Mengelola perjalanan dinas pegawai. 7) Mengelola program pensiun pegawai. 8) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan pemimpin bagian pembiayaan dan treasury syariah.
78
d. Direktorat Kepatuhan dan Manajemen Resiko. 1) Melaksanakan kepatuhan terhadap peraturan Bank Indonesia dan 2) perundang-undangan lainnya serta kebijakan perusahaan. 3) Menyusun, merumuskan dan menembangkan Buku Pedoman Perusahaan (BPP) serta kebijakan bidang kesejahteraan dan administrasi kepegawaian. 4) Memantau pengelolaan administrasi pembiayaan syariah. 5) Mengelola akuntansi usaha syariah. 6) Melakukan pembinaan kepada cabang dalam bidang akuntansi dan umum. e. Direktorat Operasi dan Pendukung. 1) Menyusun, merumuskan dan mengembangkan kebijakan serta strategi pengembangan bisnis syariah. 2) Melakukan koordinasi dengan divisi sarana dan dan logistic untuk pengembangan produk dan jasa syariah. 3) Melakukan koordinasi dengan divisi sistem dan tekhnologi untuk mengembangkan desain serta modifikasi produk dan jasa syariah. 4) Mengelola penerimaan pegawai serta penempatannya. 5) Melakukan koordinasi dengan bagian lain dalam menyusun dan merumuskan rencana bisnis usaha syariah. 4. Kegiatan Usaha Bank Syariah Mandiri Produk Pembiayaan a. Murabahah BSM
79
Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan. b. Musyarakah BSM Adalah pembiayaan kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. c. Mudharabah BSM Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya yang menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh sipemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola, sipengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. d. Hawalah Adalah akad pemindahan nasabah kepada bank untuk membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa pemindahan piutang tersebut.
80
e. Salam Adalah pembiayaan jual beli dimana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang yang dibeli yang telah disebutkan spesifikasinya dengan pengantaran kemudian.
Produk jasa Bank Syariah Mandiri menyediakan produk-produk jasa untuk melayani dan memenuhi kebutuhan transaksi jasa untuk perbankan yang dibutuhkan masyarakat, dengan dukungan sistem on line diseluruh jaringan kantor Bank Syariah Mandiri. Produk jasa Bank Syariah Mandiri yang dapat dimanfaatkan oleh nasabah sebagai berikut: a. Penarikan dan penyetoran on line diseluruh kantor Bank Syariah Mandiri. b. Setoran dan penarikan Cek/Bilyet Giro melalui Kliring,Transfer dan Inkaso antar rekening Bank Syariah Mandiri atau Bank lain. c. Pembuatan Surat Referensi dan Dukungan Bank. d. Penerbitan Surat Jaminan Bank (Bank Garansi), yang terdiri dari Jaminan Tender, Jaminan Pelaksanaan, Jaminan Uang Muka dan jaminan Pelaksanaan.
81
Produk Pendanaan a. Tabungan BSM Tabungan BSM adalah Simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di kounter BSM atau melalui ATM. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syariah 2) Tabungan dengan bagi hasil yang menarik, aman dan terjamin 3) Dapat ditarik/setor setiap saat diseluruh cabang Bank Syariah Mandiri 4) Dilengkapi degan kartu ATM sekaligus Kartu Debet 5) Dilengkapi fasilitas BSM Mobile Banking GPRS dan BSM Net Banking 6) Nasabah dapat menyalurkan zakat, infaq dan sedekah melalui Tabungan BSM.
82
b. Tabungan Berencana BSM Tabungan Berencana BSM adalah simpanan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah 2) Periode Tabungan: min. 1 tahun sampai dengan 10 tahun 3) Usia nasabah: min. 18 tahun dan maksimal 60 tahun saat jatuh tempo 4) Setoran bulanan: min. Rp100.000,- atau sebesar target dana dibagi periode (bulan) 5) Target dana: min. Rp1.200.000,- dan maks. Rp200 juta. c. Tabungan Simpatik BSM Tabungan BSM Simpatik adalah Simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip Syariah dengan akad Wadiah 2) Setoran minimal yang ringan 3) Tabungan dengan bonus yang menarik, aman dan terjamin 4) Dilengkapi dengan Kartu ATM sekaligus Kartu Debet ( Optional ) 5) Dapat ditarik/setor setiap saat di seluruh cabang BSM.
83
d. Tabungan BSM Dollar Tabungan BSM Dollar adalah Simpanan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM dengan menggunakan slip penarikan. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadi’ah yaddhamanah 2) Untuk perorangan 3) Tersedia dalam valuta USD 4) Penarikan menggunakan slip penarikan 5) Sesuai kebijakan Bank, nasabah dapat memperoleh bonus sebagai imbalan terhadap dana yang dititipkan kepada Bank. e. Tabungan Mabrur BSM Tabungan Mabrur BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah haji & umrah, tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah 2) Tidak
dapat
dicairkan
kecuali
untuk
Penyelenggaraan Ibadah Haji/Umrah (BPIH) 3) Setoran awal minimal Rp500.000,00,4) Setoran selanjutnya minimal Rp100.000,-
melunasi
Biaya
84
5) Saldo
minimal
untuk
didaftarkan
ke
SISKOHAT
adalah
Rp20.000.000,- atau sesuai ketentuan dari Departemen Agama. 6) Biaya penutupan rekening karena batal Rp25.000,-. f. Tabungan Kurban BSM Tabungan Kurban BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang
bertujuan
membantu
nasabah
dalam
perencanaan
dan
pelaksanaan ibadah kurban dan aqiqah. Dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan Badan Amil Qurban. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah 2) Hanya dapat diambil pada saat akan melakukan ibadah kurban atau aqiqah 3) Minimum setoran awal Rp50.000,4) Minimum setoran berikutnya Rp25.000,5) Minimum saldo setelah pelaksanaan Aqiqah dan ibadah Kurban Rp50.000,g. Tabungan BSM Investa Cendekia Tabungan BSM Investa Cendekia adalah tabungan berjangka dalam valuta rupiah dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) yang dilengkapi perlindungan asuransi. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah 2) Periode Tabungan : min. 1 tahun sampai dengan 20 tahun
85
3) Usia nasabah : min. 17 tahun dan maks. 55 tahun (Catatan: usia masuk ditambah periode kontrak sama atau tidak melebihi 60 tahun) 4) Saldo minimal : Rp1.000.000,5) Setoran bulanan : min Rp100.000,- s/d Rp4.000.000,-. h. Giro BSM Giro BSM adalah sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah
dengan
pengelolaan
berdasarkan
prinsip
wadiah
yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlalukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaanya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. Karakteristik: 1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah yaddhamanah 2) Tersedia dalam valuta rupiah 3) Penarikan dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro atau alat perintah bayar lainnya 4) Nasabah giro perorangan dapat diberikan fasilitas ATM BSM sebagai sarana penarikan uang tunai 5) Sesuai kebijakan bank, nasabah dapat memperoleh bonus sebagai imbalan terhadap dana yang dititipkan kepada bank.
86
i. Deposito BSM Deposito BSM adalah produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah. Karakteristik: 1) Jangka waktu yang fleksibel antara 1, 3, 6 dan 12 bulan 2) Deposito tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo 3) Fasilitas Automatic Roll Over 4) Bagi hasil dapat menambah pokok deposito, ditransfer, atau dipindahbukukan ke rekening tabungan atau giro.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variable bebas (independent variable) dengan variable terikat (dependent variable), yaitu Pengaruh Prinsip Jual Beli Pembiayaan Murabahah dan Istishna Terhadap Laba Bersih Yang Diperoleh Bank Syariah.
C. Hipotesis Berdasarkan hipotesis penelitian serta diopersionalisasi variabel penelitian, maka hipotesis yang diajukan akan diuji menggunakan program SPSS 16. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah pendapatan jual beli pembiayaan murabahah dan istishna sebagai bahan variabel
87
independen (variabel X) dan Laba bersih sebagai variabel dependen (variabel Y). Setelah variabel-variabel penelitian dapat diketahui, maka perumusan H0 dan Ha dapat ditulis sebagai berikut: H0 : Pendapatan jual beli pembiayaan murabahah dan istishna tidak mempunyai pengaruh dengan laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri. Ha : Pendapatan jual beli pembiayaan murabahah dan istishna mempunyai pengaruh dengan laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri.
D. Sample Penelitian Sample penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan (Laba Rugi) bulanan PT Bank Syariah Mandiri dari bulan Januari 2006 – Desember 2009.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variable yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Variabel bebas (independent variable) Dalam penelitian ini variable bebasnya (independent variable) adalah pendapatan jual beli pembiayaan murabahah dan istishna. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan angka pada skala rasio menunjukan nilai sebenarnya dari obyek yang diukur.
88
2. Variabel terikat (dependent variable) Laba bersih yang diperoleh Bank Syariah merupakan variabel terikat (dependent variable). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan angka pada skala rasio menunjukan nilai sebenarnya dari obyek yang diukur.
F. Definisi Operasional Variabel 1. Pendapatan jual beli pembiayaan murabahah dan istishna : jumlah pendapatan yang diterima berdasarkan pembagian laba keuntungan proyek yang dijalankan (Abdurrahman, 2003). 2. Laba bersih: selisih antara total pendapatan dikurangi dengan total biaya (Hanafi dan Abdul Halim, 2006)
G. Metode Pengumpulan Data 1. Penelitian Kepustakaan Yaitu mengumpulkan data dengan cara membaca literatur-literatur, dan buku-buku mengenai teori-teori dan hal-hal lain yang berhubungan erat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penelitian yang akan dibahas. Penelitian kepustakaan juga bertujuan memenuhi landasan teoritis untuk mendukung penelitian ini.
89
2. Penelitian Lapangan Teknik pengumpulan data melalui penelitian lapangan diperoleh melalui data sekunder yaitu dengan mengambil data-data dari internet melalui situs www.syariahmandiri.co.id
H. Metode Analisis Data Data yang diperoleh penulis berupa data dari laporan keuangan yaitu laporan laba rugi, dimana data tersebut adalah data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, kemudian dilakukan analisis. Analisis yang dilakukan terdiri dari :
1. Analisis Statistik Deskriptif Merupakan analisis data dengan berdasarkan angka – angka prosentase, frekuensi, rata – rata, diagram atau grafik dimana untuk mengolahnya dapat digunakan statistic deskriptif. Dalam penelitian ini yaitu dalam menguraikan berupa pertumbuhan laba dan rasio – rasio keuangan yang digunakan.
2. Uji Asumsi Klasik Karena uji asumsi klasik cukup kompleks dan bervariasi maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
90
a. Uji Normalitas Data Digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, dimana model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. b. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable bebas. Jika variable bebas saling berkorelasi, maka variable ini tidak orthogonal. Variable orthogonal adalah variable bebas yang nilai korelasi antar sesama variable bebas sama dengan nol. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regersi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
91
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lain. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya.
3. Uji Hipotesis a. Uji F (ANOVA) Digunakan untuk menghitung dan membuktikan bahwa korelasi secara strategic signifikan atau tidak signifikan, maka dilakukan dengan pengujian signifikasi terhadap koefisien korelasi ganda. Jika signifikasi F stat ≤ 0,05 ; Ho ditolak, Ha diterima Jika signifikasi F stat > 0,05 ; Ho diterima, Ha ditolak Dari uji F akan diputuskan untuk menerima atau menolak hipotesa yang diajukan: 1) Bila signifikasi F dihitung < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti semua variabel independen secara bersama – sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Bila signifikan F hitung > 0,05, maka Ho gagal ditolak dan Ha gagal diterima. Ini berarti semua variabel independen secara
92
bersama – sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Uji t (uji individu) Uji individual yaitu uji statistik bagi koefisien regresi dengan hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y. Ho
: Tidak ada pengaruh antara antara X dan Y
Ha
: Ada pengaruh antara X dan Y
Ho ditolak (Ha diterima) apabila signifikansi to < 0,05 Ho diterima (Ha ditolak) apabila signifikansi to > 0,05 Dari uji-t akan diputuskan untuk menerima atau menolak hipotesa yang diajukan: 1. Bila signifikansi t hitung < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti jika variabel independen diuji secara partial terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Bila signifikansi t hitung > 0,05, maka Ho gagal ditolak dan Ha gagal diterima. Ini berarti jika variabel independen diuji secara partial tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. c. Uji Regresi Linier Berganda Uji regresi linier berganda digunakan oleh peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana
keadaan
(naik
turunnya)
variabel
dependen, bila dua atau lebih variabel independent sebagai faktor
93
prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi uji akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.
Persamaan regresi linier berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + .... + bnXn Dimana: Y
: Pertumbuhan Laba tahun 2006 sampai 2009
a
: Konstanta
b1X1 ... n : Pendapatan jual beli pembiayaan murabahah dan istishna.
94
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dalam penelitian adalah proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Tabulasi
menyajikan
ringkasan
pengaturan
dan
penyusunan data dalam bentuk tabel numeric. Ukuran yang digunakan dalam analisis ini adalah banyaknya data (N), Mean (nilai rata-rata) dan Standar Deviasi (simpangan baku). Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pembiayaan Istishna
47
290
2,830
912.15
499.212
Pembiayaan Murabahah
47
36,700
96,300
56,795.72
19,109.474
Laba Bersih Valid N (listwise)
47
-13,809
238,630
25,174.67
35,084.551
47
Sumber : hasil output SPSS Dari tabel 4.1 di atas pada variabel dependen diperoleh rata-rata perubahan laba bersih Rp 25,174.67, nilai minimum perubahan laba bersih Rp 13.809 nilai maksimum perubahan laba bersih Rp 238.630, sedangkan standar deviasi Rp 35,084.551 dengan jumlah N sebesar 47.
95
Dari tabel 4.1 di atas pada variabel independen diperoleh rata-rata Pembiayaan Istishna Rp 912.15, nilai minimum Pembiayaan Istishna Rp 290, nilai maksimum Pembiayaan istishna Rp 2,830, sedangkan standar deviasi Rp 499.212 dengan jumlah N sebesar 47. Dan untuk rata-rata Pembiayaan Murabahah Rp 56,795.72, nilai minimum Pembiayaan Murabahah Rp 36,700, nilai maksimum Pembiayaan Murabahah Rp 96,300, sedangkan standar deviasi Rp 19,109.474 dengan jumlah N sebesar 47. Analisis dari statistic deskriptif adalah N merupakan jumlah data yang diolah dalam penelitian ini terdiri dari variabel pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah serta variabel laba bersih.
2. Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini saat dilakukan pengujian ternyata data variabel yang dihasilkan tidak normal. Berikut hasil pengolahan data setelah dilakukan unstandardized residual pada data yang akan diolah.
96
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
47
Normal
Mean
.0000000
a
Parameters Std. Deviation
3.09831519E4
Most
Absolute
.318
Extreme
Positive
.318
Negative
-.242
Kolmogorov-Smirnov Z
2.182
Differences
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas Asymp.sig adalah 0,000 atau probabilitas dibawah 0,05 maka Ho ditolak atau data laba bersih berdistribusi tidak normal. Tabel 4.3 Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant) Pembiayaan Istishna Pembiayaan Murabahah
a
Std. Error
Beta
t
-28144.742 16609.384
Sig.
-1.695
.097
-1.797
11.794
-.026
-.152
.880
.936
.338
.465
2.772
.008
a. Dependent Variable: Laba Bersih
Berdasarkan hasil uji t terlihat dari variabel bebas yaitu pembiayaan istishna memiliki nilai yang tidak signifikan yaitu 0,880 karena berada
97
pada nilai probabilitas > 0,05, sedangkan pembiayaan murabahah memiliki nilai yang signifikan yaitu 0,008 atau berada pada nilai probabilitas < 0,05, dapat disimpulkan apabila pengujian dilakukan akan menghasilkan hasil yang berbeda, yaitu ada data yang signifikan dan tidak signifikan. Jika sebuah variabel mempunyai sebaran data yang tidak normal perlakuan yang dimungkinkan agar data menjadi normal adalah: 1) Menambah jumlah data. Seperti bisa dicari lagi data sekitar 20 atau 30 data baru untuk menambah data. Kemudian dengan jumlah data yang baru dilakukan pengujian sekali lagi. 2) Menghilangkan data yang dianggap penyebab tidak normalnya data. Pengurangan data perlu dipertimbangkan karena bisa mengaburkan tujuan penelitian karena hilangnya data yang seharusnya ada. 3) Melakukan tranformasi data, misal mengubah data ke logaritma atau kebentuk natural (LN) atau bentuk yang lain, kemudian lakukan pengujian ulang 4) Data diterima apa adanya, memang dianggap tidak normal dan tidak perlu dilakukan treatment tertentu. Untuk itu analisis yang dipilih harus
diperhatikan.
Bisa
dilakukan
analisis
non
parametric.
(www.google.com) Dalam penelitian ini melakukan transformasi data yaitu menggunakan fungsi Ln dari SPSS. Penggunaan Ln ini bertujuan agar hasil data yang diolah menghasilkan data yang normal. Berikut hasil pengolahan data setelah dilakukan transformasi menggunakan Ln:
98
a. Uji Normalitas data Penelitian ini menggunakan one sample kolmogorov smirnov test untuk menguji keselarasan data dan untuk mengasumsikan distribusi yang kontinyu, dimana suatu sampel dikatakan berdistribusi normal atau tidak. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0,05, jika signifikasi berada diatas 0,05 maka data berdistribusi normal. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
44
Normal Parameters
Mean a
Std. Deviation
.0000000 .68300386
Most Extreme
Absolute
.104
Differences
Positive
.098
Negative
-.104
Kolmogorov-Smirnov Z
.692
Asymp. Sig. (2-tailed)
.724
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa Asym.Sig adalah 0,724 atau probabilitas diatas 0,05 maka Ho diterima atau data Laba Bersih berdistribusi normal.
99
b. Uji Heteroskedastisitas Dari grafik dibawah ini, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak
membentuk suatu pola tertentu jelas, serta tersebar baik diatas
ataupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak memprediksi laba bersih berdasarkan masukan variabel independennya. Gambar 4.1
c. Uji Multikolinieritas Besarnya VIF (Variance Inflation factor) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas dari problem multikolinieritas adalah
100
mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 (satu) dan mempunyai angka Tolerance mendekati 1 (satu). Table 4.5 Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
LnMurabahah
.976
1.025
LnIstishna
.976
1.025
a. Dependent Variable: LnLaba
Pada hasil pengolahan data diatas terlihat bahwa untuk kedua variabel independen, angka VIF lebih besar dari angka 1 yaitu 1,025. Demikian juga nilai Tolerance keduanya mendekati 1 yaitu 0,976 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.
d. Uji Autokorelasi Ada beberapa patokan secara umum untuk melihat atau mendeteksi terjadi tidaknya autokorelasi yaitu dengan cara melihat besarnya nilai D-W (Durbin Watson), yaitu: 1) Jika angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2) Jika angka D-W -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi 3) Jika angka D-W diatas -2 berarti ada autokorelasi negative
101
Tabel 4.6 Model Summary
Model 1
R .543
R Square a
.295
b
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.261
.69946
Durbin-Watson 1.816
a. Predictors: (Constant), LnIstishna, LnMurabahah b. Dependent Variable: LnLaba
Angka R adalah besarnya hubungan antara variable pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah terhadap laba bersih yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,543 hal ini menunjukan hubungan yang cukup erat (mendekati 1) diantara pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah terhadap laba bersih. Arah hubungan yang positif (tidak ada angka negative pada angka 0,543) hal ini menunjukan bahwa semakin besar pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah akan membuat laba bersih bank meningkat. Angka R square adalah 0,295 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi, atau 0,543 X 0,543 = 0,295). R square bisa disebut koefisien determinasi. Yang dalam hal ini berarti 29,5% laba bersih, bisa dijelaskan oleh variable pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah. Sedangkan sisanya (100% - 29,5% = 70,5%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.
102
R square berkisar dari angka 0 sampai angka 1, dengan catatan semakin kecil angka R square, semakin lemah hubungan kedua variable. Standart Error Estimate adalah 0,69946 Dari hasil pengolahan data diatas terlihat bahwa nilai D-W (Durbin Watson) sebesar 1,816, hal ini berarti model regerasi diatas tidak terdapat masalah autokorelasi.
3. Uji Hipotesis a. Uji F (ANOVA) Karena ANOVA
merupakan gabungan dari 2 variabel bebas
(Independent), yaitu terdiri dari pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah yang secara bersama-sama mempengaruhi variable terikat (dependent) yaitu laba bersih bank. Pada table dibawah terdapat kolom signifikasi dengan nilai sebesar 0,001. Yang merupakan nilai probabilitas < dari 0,05 ini menandakan apabila pengujian dilakukan secara gabungan atau simultan akan menghasilkan nilai yang signifikan, dapat disimpulkan pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah secara simultan mempengaruhi laba bersih bank secara signifikan.
103
Table 4.7 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
8.404
2
4.202
Residual
20.059
41
.489
Total
28.464
43
F 8.589
Sig. .001
a. Predictors: (Constant), LnIstishna, LnMurabahah b. Dependent Variable: LnLaba
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung yaitu: 1. Hipotesis Hipotesis atau kasus ini: H0
: Koefisien regersi tidak signifikan
Ha
: Koefisien regresi signifikan
2. Dasar pengambilan keputusan a. Berdasarkan perbandingan F hitung dengan F table. 1. Jika statistic hitung (angka F output) > statistic table (table F), maka H0 ditolak. 2. Jika statistic hitung (angka F output) < statistic table (table F), maka H0 diterima. Tingkat signifikasi (α) adalah 5% (lihat input data pada bagian option yang memiliki tingkat kepercayaan 95 %). (df 1) Numerator adalah (jumlah variable -1) atau 3 – 1 = 2
a
104
(df 2) Denumerator adalah (jumlah sampel – jumlah variable) atau 44 – 3 = 41 Dari table F, didapat angka 8,589
Gambar 4.2 Ho ditolak
Ho ditolak
Ha diterima
Ha diterima
-3,23
3,23
8,589
Karena F hitung terletak pada daerah H0 ditolak, maka bisa disimpulkan bahwa koefisien regresi signifikan. b. Berdasarkan nilai probabilitas (tingkat signifikan) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak Keputusan: Terlihat bahwa F hitung adalah 8,589 dengan tingkat signifikan 0,001 karena probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi signifikan atau Ha diterima.
105
b. Uji t (uji individu) Tabel 4.8 Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
a
Std. Error
3.412
1.749
LnMurabahah
.029
.104
LnIstishna
.918
.227
Beta
t
Sig.
1.951
.058
.037
.277
.783
.536
4.042
.000
a. Dependent Variable: LnLaba
Uji t merupakan pengujian yang dilakukan secara individual dari masing-masing variable bebas terhadap variable terikat, terlihat dari variable bebas yaitu pembiayaan murabahah memiliki nilai tidak signifikan yaitu 0,783 karena berada pada nilai probabilitas > 0,05 sedangkan untuk pembiayaan istishna memiliki nilai yang signifikan yaitu 0,000 karena berada pada nilai probabilitas < 0,05, dapat disimpulkan apabila pengujian dilakukan secara individual akan menghasilkan hasil yang berbeda.
c. Uji Regresi Linier Berganda Dari table diatas menunjukan persamaan regresi linier berganda: LnY = 3,412+ 0,029LnX1 + 0,918LnX2 Dimana:
LnY
= Laba bersih
LnX1
= Pembiayaan Murabahah
106
LnX2
= Pembiayaan Istishna
Sesuai dengan persamaan garis regresi yang diperoleh, maka model regresi tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut: Dimana nilai koefisien Konstanta 3,412 menyatakan bahwa jika tidak ada Pembiayaan Istishna dan Murabahah, maka Laba Bersih adalah sebesar Rp. 3,412 Nilai Koefisien LnX1 = 0,029 dan LnX2 = 0,918 menyatakan bahwa setiap mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.000.000,00- , LnX1 dan LnX2
akan menambah pertumbuhan laba bersih sebesar Rp.
29.000,00- dan Rp. 918.000,00-. Untuk regresi berganda, angka korelasi (0,037 dan 0,536) adalah angka Standardized Coefficient (beta). Koefisien LnX1 dan LnX2 bertanda positif dan signifikan. Ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan
bahwa
LnX1 dan
pertumbuhan laba bersih diterima.
LnX2
berpengaruh
terhadap
107
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data pada analisis hasil diatas diperoleh berupa : 1. Murabahah Pada pembiayaan Murabahah, prinsip jual beli yang diterapkan pada bank syariah khususnya Bank Syariah Mandiri dapat memberikan kontribusi keuntungan terhadap laba yang diperoleh bank syariah. Dari hasil uji statistic deskriptif memperlihatkan bahwa dari data selama tahun 2006 hingga tahun 2009 pembiayaan Murabahah memberikan kontribusi terhadap laba bersih yang cukup besar dibandingkan dengan pembiayaan Istishna, hal tersebut dapat memberikan dua indikasi dimana indikasi pertama adalah Bank Syariah Mandiri lebih mengutamakan
pembiayaan
Murabahah
dibandingkan
dengan
pembiayaan Istishna sementara indikasi kedua memberikan gambaran bahwa nasabah lebih banyak yang terfokus untuk pembiayaan dengan menggunakan
prinsip
jual
beli
yang
ditawarkan
pembiayaan
Murabahah. Berdasarkan hasil uji asumsi klasik terlihat bahwa pembiayaan Murabahah berdistribusi normal terhadap laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa selama empat periode atau 2006 hingga 2009 atau sesuai data yang diuji, pembiayaan Murabahah memberikan kosistensi keuntungan terhadap laba bersih setiap bulannya dengan besaran yang tentunya cukup berpengaruh
108
terhadap hasil akhir dari laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapat : a.
Uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa secara bersama-sama yaitu pembiayaan
Murabahah
dengan
pembiayaan
Istishna
mempengaruhi perolehan laba bersih Bank Syariah Mandiri dengan hasil yang signifikan. b.
Uji t (uji individu) menunjukkan bahwa pembiayaan Murabahah yang di uji secara individual terhadap laba bersih bank syariah memberikan hasil yang berbeda jika dibandingkan dengan hasil uji secara bersama-sama dengan pembiayaan Istishna.
c.
Hasil uji regresi linier berganda menghasilkan suatu persamaan regresi linier yang menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan laba yang diperoleh dari pembiayaan Murabahah memberikan hasil yang positif dan significant terhadap laba bersih secara keseluruhan, namun jika dibandingkan dengan pertumbuhan dari pembiayaan istishna terhadap laba bersih menunjukkan bahwa pertumbuhan laba pembiayaan Murabahah berada dibawah pembiayaan Istishna.
2. Istishna Untuk hasil dari pengujian terhadap pembiayaan Istishna memberikan gambaran mengenai prinsip jual beli dengan pembiayaan Istishna
109
memberikan kontribusi terhadap laba bersih bank syariah. Berdasarkan hasil uji statistic deskriptif memperlihatkan bahwa dari data selama tahun 2006 hingga tahun 2009 pembiayaan Istishna memberikan kontribusi yang lebih rendah terhadap laba bersih bank syariah dibandingkan pembiayaan Murabahah, hal tersebut dapat memberikan indikasi bahwa belum banyak nasabah yang menggunakan prinsip jual beli dengan pembiayaan Istishna di Bank Syariah Mandiri dan juga dapat memberikan indikasi bahwa Bank Syariah Mandiri belum memberikan fokus yang cukup besar terhadap pembiayaan Istishna sehingga masih banyak potensi yang banyak yang bisa digali guna meningkatkan pembiayaan Istishna. Berdasarkan hasil uji asumsi klasik memperlihatkan bahwa meskipun hasil yang diberikan pembiayaan Istishna lebih rendah dibandingkan pembiayaan Murabahah namun pembiayaan Istishna masih berdistribusi normal terhadap laba bersih bank syariah selama periode data yang diujikan yaitu tahun 2006 hingga 2009. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapat : a.
Uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa secara bersama-sama yaitu pembiayaan
Istishna
dengan
pembiayaan
Murabahah
mempengaruhi perolehan laba bersih Bank Syariah Mandiri dengan hasil yang signifikan. b.
Uji t (uji individu) menunjukkan bahwa pembiayaan Istishna yang di uji secara individual terhadap laba bersih bank syariah
110
memberikan hasil yang berbeda jika dibandingkan dengan hasil uji secara bersama-sama dengan pembiayaan Murabahah. c.
Hasil uji regresi linier berganda menghasilkan suatu persamaan regresi linier yang menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan laba yang diperoleh dari pembiayaan Istishna memberikan hasil yang positif dan significant terhadap laba bersih secara keseluruhan serta memperlihatkan juga pertumbuhan laba dari pembiayaan Istishna lebih besar jika dibandingkan dengan pembiayaan Murabahah.
111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan penulis terhadap pembiayaan Murabahah dan pembiayaan Istishna dengan laba bersih yang diperoleh Bank Syariah Mandiri selama empat tahun periode laporan laba/rugi maka didapat kesimpulan dan jawaban atas rumusan masalah dan hipotesis yang diungkapkan pada bab-bab sebelumnya bahwa pendapatan dari pembiayaan Murabahah dan pembiayaan Istishna memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap laba bersih Bank Syariah Mandiri dimana masingmasing pembiayaan memberikan nilai kontribusinya tersendiri dengan besaran yang berbeda terhadap laba bersih yang diperoleh bank syariah. Dari periode tersebut juga memperlihatkan bahwa pembiayaan Murabahah memberikan kontribusi terhadap laba bersih yang cukup besar dibandingkan dengan pembiayaan Istishna namun jika dilihat dari pertumbuhan laba dapat diketahui bahwa pembiayaan Istishna lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembiayaan Murabahah. B. Saran Dari hasil penelitian ini penulis mempunyai beberapa saran untuk penelitian ini: 1. Untuk mendapatkan dan meningkatkan laba bersih yang diharapkan, sebaiknya bank syariah tidak hanya meningkatkan pembiayaan
112
Murabahah saja, tetapi juga mencari cara bagaimana meningkatkan pembiayaan istishna seperti hal nya pembiayaan Murabahah. 2. Bank syariah perlu menggali lebih lanjut potensi dari pembiayaan Istishna. 3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya penelitian ini membandingkan pendapatan pembiayaan Istishna dan Murabahah tidak terbatas pada satu bank saja melainkan terhadap bank lain.
113
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. 2009. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta Djaslim Saladin dan Abdus Salam. 2000. Konsep Dasar Ekonomi Dan Lembaga Keuangan Islam. Edisi Terbaru. Linda Karya. Bandung. Internet, www.syariahmandiri.co.id, www.google.com Malhotra. 2004. Riset Keempat:Jakarta.
Pemasaran
Pendekatan
Terapan.
Edisi
M. Nazir. 2003. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Muhammad Syafi’I Antonio. 2001. Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Gema Insani. Jakarta. Singgih Santoso. 2001. SPSS Versi 10. Elex Media Komputindo.Jakarta. Warren, Reeve, Fees. 2005. Pengantar Akumtansi. Salemba. Edisi 21. Empat: Jakarta. Rivai, Veithzal.2005.Bank and Financing Institution Management and Syariah system. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Santoso, Singgih.2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Elex Media Komputindo, Jakarta. Bank Indonesia, Internet, www.bi.go.id