BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Produksi radioisotop dan radiofarmaka pada instalasi rumah sakit diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit terhadap radioisotop yang memiliki waktu paruh singkat. Radioisotop dengan waktu paruh singkat tersebut digunakan untuk keperluan Positron Emission Tomography (PET) atau Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) [1]. PET bekerja dengan menangkap radiasi gamma hasil anihilasi positron dengan elektron dan kini marak digunakan untuk riset biokimia dan diagnostik non-invasif atau molecular imaging. Beberapa radioisotop yang umum digunakan antara lain 13N (Eβ+ = 491 keVav, t1/2 = 9,7 menit) dan 18F (Eβ+ = 242 keVav, t1/2 = 110 menit). Salah satu proses produksi radioisotop tersebut adalah dengan menggunakan akselerator sebagai generator produksinya. Akselerator yang umum dipakai adalah siklotron, yakni akselerator yang berbentuk siklik. Di dalam siklotron, terjadi reaksi inti antara partikel yang dipercepat hingga kecepatan tertentu hingga menumbuk suatu target. Dari tumbukan dengan partikel tersebut, target akan memiliki cukup energi untuk bertransmutasi menjadi isotop yang diinginkan. Reaksi inti yang berlangsung selama di siklotron akan menghasilkan unsurunsur radioaktif sebagai produk sampingan. Arah dan penyebaran unsur-unsur radioaktif sampingan tersebut bersifat acak sehingga tidak dapat diprediksi secara pasti pergerakannya. Karena itu, terdapat probabilitas terlepasnya unsur-unsur radioaktif tersebut ke lingkungan ke luar ruangan/bunker. Salah satu jalur pelepasan radioaktif ke luar adalah melalui sistem ventilasi bunker siklotron tersebut. Selain itu, dapat pula terjadi pelepasan ketika proses transportasi dari siklotron menuju ke hot lab.
2
Salah satu upaya preventif untuk menekan risiko radiasi yang tidak diinginkan adalah dengan melokalisir persebaran unsur-unsur radioaktif sampingan yang diproduksi. Untuk tujuan itu, siklotron pada umumnya ditempatkan pada suatu ruangan/bunker (vault) yang memiliki sistem proteksi radiasi tingkat tinggi dan didesain untuk keperluan melokalisir unsur-unsur radioaktif tersebut. Kemungkinan pelepasan radioisotop tergolong kecil. Akan tetapi dengan menerapkan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) maka instalasi tersebut perlu dimonitor secara berkala. Selain sistem proteksi untuk mencegah kebocoran, suatu bunker siklotron juga dilengkapi dengan sistem pemantauan yang ketat. Sistem pengamanan tersebut juga harus dilengkapi dengan sistem keselamatan yang memadai pula. Tujuan pemantauan tersebut adalah untuk memastikan aspekaspek keselamatan radiasi, quality control (QC) maupun quality assessment (QA) dari siklotron itu sendiri. Fisikawan medis, sebagai orang yang bertanggung jawab atas dosimetri, keselamatan radiasi, pemilihan peralatan, dan kontrol kualitas harus memastikan seluruh aspek tersebut berada pada kriteria yang ditentukan. Salah satu aspek keselamatan radiasi adalah memastikan keselamatan dan proteksi radiasi terhadap para personel dan publik. Zat/unsur radioaktif yang dilepaskan ke lingkungan menjadi parameter yang diperhitungkan dalam upaya inspeksi keselamatan (safety inspection) terhadap siklotron sebagai salah satu instalasi nuklir tersebut. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai perlunya dilakukan pengecekan dan/atau analisis terhadap kemungkinan pelepasan zat radioaktif ke lingkungan. I.2. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pelepasan zat radioaktif ke lingkungan dari operasi siklotron? 2. Apa saja zat radioaktif yang terlepas ke lingkungan dari cerobong? 3. Bagaimana penyebaran zat radioaktif yang dilepaskan ke lingkungan?
3
4. Berapa aktivitas yang diterima lingkungan sepanjang rute penyebaran zat radioaktif? 5. Berapa dosis yang ada di sekitar lokasi penelitian?
I.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis zat radioaktif yang diukur adalah jenis partikulat. 2. Zat radioaktif yang diukur berasal dari instalasi siklotron dan sekitar instalasi kedokteran nuklir. 3. Jalur pelepasan yang menjadi penelitian adalah melalui ventilasi dan cerobong (stack). 4. Pencacahan dilakukan terhadap media dispersi udara yang keluar melalui cerobong. 5. Pemodelan yang dilakukan adalah estimasi persebaran zat radioaktif yang melalui cerobong terhadap lingkungan sekitar/region of interest. 6. Pemodelan dilakukan terhadap zat radioaktif atau radiasi yang keluar lewat media dispersi melalui cerobong. I.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk: 1. Mengetahui ada/tidaknya pelepasan radionuklida ke lingkungan sekitar lokasi penelitian dan jenis radionuklidanya. 2. Memperkirakan dispersi radionuklida ke lingkungan menggunakan model matematis. 3. Mengukur dosis yang diterima lingkungan pada lokasi pengukuran. I.5. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan adanya: 1. Kajian mengenai pelepasan zat radioaktif.
4
2. Perkiraan persebaran zat radioaktif ke lingkungan lewat model matematis. 3. Informasi aktivitas yang ada sepanjang rute penyebaran zat radioaktif. 4. Usulan upaya-upaya untuk meminimalisasi zat radioaktif yang terlepas ke lingkungan.
5