1
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Sumber daya mineral sebagai salah satu modal dasar pembangunan mempunyai peran ganda, secara sektoral dan secara regional. Secara sektoral berperan memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional, sedangkan secara regional berperan dalam memecahkan permasalahan pembangunan daerah. Selain itu juga akan memberikan "multiplier effect" yang berperan dalam pengembangan masyarakat setempat. Dengan demikian keberadaan suatu usaha pertambangan disamping berfungsi untuk pengembangan sumber daya mineral yang ada di suatu wilayah juga diharapkan mampu menjadi pendukung dan pendorong pemanfaatan seluruh potensi yang ada yang bersinergi dengan program dan sasaran pengembangan wilayah. Sebelum pertengahan tahun 1990-an, sebagian besar masyarakat pedesaan di Kabupaten Rembang, khususnya di Kec. Sale, Kec. Gunem dan wilayah sekitarnya, menggantungkan hidupnya pada hasil hutan dan pertanian. Keadaan tanah di daerah tersebut berupa perbukitan kapur yang kurang subur dan hanya pohon jati yang dapat tumbuh secara baik dan beberapa jenis tanaman palawija. Di bagian daerah yang lebih rendah saja yang dapat ditanami padi. Di sisi lain wilayah tersebut kaya akan bahan tambang, terutama bahan galian batugamping yang mempunyai kualitas baik dengan kadar CaCO3 > 90% yang cocok digunakan sebagai bahan baku industri kertas. Jumlah cadangan batugamping juga cukup melimpah, sebesar 5,53 milyar ton (cadangan tereka), namun yang dimanfaatkan baru satu persen dari jumlah cadangan yang ada. Tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Rembang ditinjau dari pendapatan perkapita masih rendah, berkisar antara Rp. 105.000,- s/d Rp. 131.000,- per bulan (Indikator Sosial Ekonomi Kab. Rembang Tahun 2003). Sementara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang dalam kurun waktu 1993-2003 bersifat stagnan.
2
Dengan berdirinya perusahaan PT. Sinar Asia Fortuna (SAF) pada tahun 1995 yang membuka usaha tambang pada tahun itu juga di Kabupaten Rembang (Kec. Sale), maka dimulailah kegiatan penambangan, khususnya bahan galian batugamping secara intensif di wilayah tersebut. Sekarang luas wilayah SIPD kelompok usaha PT. SAF berjumlah 84,5 Ha. Kajian terhadap kemanfaatan sosial ekonomi usaha pertambangan bahan galian batugamping di Kabupaten Rembang, dengan studi kasus PT. Sinar Asia Fortuna grup karena merupakan perusahaan yang tertib administrasinya dan mempunyai kelengkapan data yang memadai. Selain itu juga merupakan perusahaan tambang paling aktif dengan rata-rata produksi per tahunnya 423.208 ton, mempunyai wilayah SIPD paling luas, lebih dari delapan kali perusahaan lain yang rata-rata hanya 10 Ha. PT. SAF melakukan kegiatan penambangan batugamping dikhususkan hanya untuk konsumsi industri kertas. Tenaga kerja yang terserap sekitar 300-an orang lebih, belum termasuk dari kontraktor jasa angkutan yang juga mempekerjakan sopir dan beberapa kuli angkut. Keberadaan usaha penambangan batugamping akan memberikan dampak positif pada perubahan pola kehidupan masyarakat setempat, yaitu dari masyarakat kehutanan menjadi masyarakat pertambangan. Lahan yang berupa perbukitan kapur dan kurang subur memberikan berkah lain berupa batugamping yang ternyata mempunyai nilai ekonomi yang tidak kalah dengan hasil hutan. Usaha pertambangan batugamping di Kabupaten Rembang yang dilakukan oleh PT. Sinar Asia Fortuna diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, baik di tingkat Kabupaten Rembang sendiri maupun di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi yang diberikan dapat berupa peningkatan pendapatan daerah, pengembangan ekonomi rakyat, pengembangan sumber daya manusia dan secara tidak langsung dapat menjaga kelestarian hutan di wilayah tersebut. Dengan demikian keberadaan perusahaan tersebut harus mampu mengemban misi regional melalui peningkatan keterkaitan ekonomi (economic linkages), seperti keterkaitan hulu, hilir, teknologi, pajak dan kebutuhan akhir. I.2 Perumusan Masalah
3
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana pengusahaan penambangan batugamping dapat memberikan kontribusi kepada daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah itu sendiri. Kontribusi tersebut dirumuskan dalam bentuk apa? Berkenaan dengan hal tersebut maka perlu dikaji bagaimana peran aktif usaha pertambangan batugamping terhadap ekonomi masyarakat (manfaat langsung), keterkaitan ke belakang (backward linkages), keterkaitan ke depan (forward linkages), keterkaitan pembayaran kepada pemerintah dan lain-lain, yang kesemuanya akan memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Rembang. Pengkajian dilakukan dengan menganalisis peran perusahaan terhadap sosial ekonomi daerah melalui mekanisme keterkaitan ekonomi dan faktor-faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap pencapaian peningkatan "economic linkages". I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian atau studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menilai atau mengkuantifikasi seberapa besar pengusahaan penambangan batugamping dapat memberikan kontribusi atau manfaat terhadap daerah. I.4 Ruang Lingkup Penelitian Keberadaan usaha pertambangan batugamping di Kabupaten Rembang dapat ditingkatkan peranannya untuk mendukung dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah melalui pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseimbangan pembangunan di daerah seperti masalah pengangguran, pendapatan, ketidakseimbangan sosial dan pengembangan ekonomi. Untuk dapat meningkatkan kemanfaatan usaha pertambangan batugamping terhadap pertumbuhan sosial ekonomi di Kabupaten Rembang maka ruang lingkup penelitian adalah: 1. Identifikasi besarnya kontribusi yang diberikan oleh perusahaan terhadap pemerintah, masyarakat dan sektor ekonomi lainnya; 2. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat kontribusi perusahaan terhadap daerah;
4
3. Upaya untuk meningkatkan kemanfaatan keberadaan perusahaan yang terintegrasi melalui “economic linkages”. I.5 Pola Pikir Pola pikir disusun agar tujuan yang diharapkan dalam penelitian dapat tercapai. Pola pikir dalam penelitian memberikan gambaran mengenai manfaat kegiatan usaha tambang dan potensi wilayah serta keterkaitan ekonomi (economic linkages) usaha tambang dengan sektor ekonomi lain. Dilihat dari PDRB secara sektoral dapat diketahui apakah sektor tersebut dalam kurun waktu tertentu mengalami perkembangan. Bila ada sektor-sektor lain yang kurang berkembang maka diharapkan adanya usaha tambang di suatu daerah dapat ikut menumbuhkan sektor-sektor ekonomi lainnya, misalnya berperan dalam pemenuhan input-input yang dibutuhkan perusahaan, dengan demikian secara tidak langsung sektor pertambangan (perusahaan tambang) berperan memberdayakan sektor ekonomi lainnya. Secara kuantitatif manfaat sosial ekonomi dari suatu perusahaan tambang dapat dinilai dengan pendekatan analisis “Net Social Gain” (NSG). Manfaat sosial ekonomi ini berupa rente ekonomi, kelebihan pembayaran (excess payment) dan eksternalitas yang terdiri dari keterkaitan hulu/hilir, keterkaitan pembayaran pajak, keterkaitan teknologi dan keterkaitan kebutuhan akhir.
5
LATAR BELAKANG • Potensi batugamping cukup besar, yang dimanfaatkan baru satu persen dari jumlah cadangan yang ada; • Tingkat kesejahteraan masyarakat Kab. Rembang ditinjau dari pendapatan perkapita masih rendah, berkisar antara Rp. 105.000,- s/d Rp. 131.000,- per bulan (Indikator Sosial Ekonomi Kab. Rembang Thn 2003); • Pertumbuhan ekonomi Kab. Rembang selama kurun waktu 10 tahun (19932003) bersifat stagnan. • PT. SAF merupakan perusahaan yang tertib administrasinya, kelengkapan datanya memadai, paling aktif dan mempunyai wilayah SIPD paling luas (84,5 Ha) sehingga dapat dipakai sebagai studi kasus.
PERMASALAHAN KONTRIBUSI USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN BATUGAMPING KEPADA DAERAH
RENTE EKONOMI
KELEBIHAN PEMBAYARAN
EKSTERNALITAS
KETERKAITAN HULU/HILIR KETERKAITAN PEMBAYARAN PAJAK KETERKAITAN TEKNOLOGI KETERKAITAN KEBUTUHAN AKHIR
KONTRIBUSI PENGUSAHAAN PENAMBANGAN BATUGAMPING DAN TINGKAT PERTUMBUHAN SEKTOR PERTAMBANGAN/PENGGALIAN
` Gambar I.1 Alur Pikir Penelitian I.6 Hipotesis
PERTUMBUHAN SEKTORAL
6
1. Input yang digunakan perusahaan pertambangan dapat dipenuhi oleh sumber daya lokal melalui kontribusi sektor ekonomi lainnya seperti pertanian, perdagangan dan jasa lainnya; 2. Sektor pertambangan/penggalian di Kabupaten Rembang merupakan sektor yang pertumbuhannya progresif (maju). I.7 Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian, agar dapat memenuhi maksud dan tujuan yang telah ditetapkan, tahapan yang harus dilaksanakan adalah pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, dan terakhir adalah membuat kesimpulan dari hasil analisis data. I.7.1 Pengumpulan Data 1. Data primer, diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. 2. Data sekunder, diperoleh dari perusahaan PT. Sinar Asia Fortuna dan seluruh anak perusahaannya meliputi PT. Finexco Prima, CV Alam Megah Putih dan CV. Mitra Sukses dan dari berbagai instansi seperti Badan Pusat Statistik, BAPPEDA, Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta instansi lain yang terkait dalam penelitian ini, yang berada di lingkungan Kabupaten Rembang maupun Provinsi Jawa Tengah. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari internet. I.7.2
Analisis Data
Berdasarkan ruang lingkup studi, maka pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: I.7.2.1 Pendekatan Deskriptif Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan pertambangan batugamping selama periode studi sepeti produksi, tenaga kerja, ketersediaan bahan galian dan kebijakan pemerintah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan peran perusahaan dalam perekonomi regional di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.
7
I.7.2.2 Analisis "Net Social Gain" (NSG) Model ini dikembangkan oleh Scott R. Pearson dan John Cownie (1974) untuk mengukur kontribusi perusahaan-perusahaan eksport terhadap tingkat pendapatan, kesempatan kerja dan eksternalitas. Defisnisi NSG dari suatu perusahaan eksport adalah nilai total dari komoditas-komoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor produksi sebagai input plus “net external effects” (NEE). Suatu
perusahaan akan mempunyai kontribusi langsung yang positif terhadap
peningkatan pendapatan jika nilai outputnya lebih besar daripada nilai inputnya, baik untuk faktor produksi primer maupun komoditi antara. Selain itu perusahaan akan mempunyai kontribusi tidak langsung melalui pengaruh-pengaruh eksternal terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian daerah. I.7.2.3 Analisis "Shift Share" Analisis "Shift Share" pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et al (1960). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektoral pada suatu wilayah. Model "shift share" digunakan untuk menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja/produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu : komponen pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional share growth component) disingkat PPW (Budiharsono S, 1987).
8
LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH PENGUMPULAN DATA
IDENTIFIKASI KONTRIBUSI USAHA TAMBANG BATUGAMPING
IDENTIFIKASI FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONTRIBUSI USAHA TAMBANG BATUGAMPING
IDENTIFIKASI KEGIATAN EKONOMI SEKTORAL
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
PENDEKATAN DESKRIPTIF
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tambang batugamping: Produksi, tenaga kerja, ketersediaan bahan galian, kebijakan pemerintah.
PENDEKATAN MODEL NSG
Pengukuran kontribusi perusahaan terhadap: - Tingkat pendapatan - Kesempatan kerja - Eksternalitas
ANALISIS SHIFT SHARE
Pengukuran tingkat partumbuhan ekonomi secara sektoral:
KONTRIBUSI TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH
KONTRIBUSI USAHA TAMBANG BATUGAMPING DAN PERTUMBUHAN SEKTORAL
Gambar I.2 Bagan Alir Metodologi Penelitian
I.8 Batasan dan Asumsi I.8.1 Kelebihan Pembayaran (Excess Payment)
9
Dalam anasisis NSG, disamping digunakan harga – harga pasar, upah dan harga disesuaikan agar mencerminkan nilai ekonomi yang sesungguhnya dari sumber – sumber tersebut. Terdapat tiga penyesuaian dalam analisis tersebut yakni; balas jasa tenaga kerja, harga input dan output. I.8.1.1 Balas Jasa Tenaga Kerja Dalam perhitungan kelebihan pembayaran (excess payment) untuk karyawan tidak terampil, maka upah dinilai seharga jika karyawan tersebut bekerja pada sektor lain pada umumnya sebagai mata pencaharian di daerahnya (Kabupaten Rembang). Nilai upah diukur dari manfaat yang tidak lagi diterima (benefit forgone) dari sektor – sektor lain yang ditinggalkan sebagai mata pencaharian sebelumnya. Di PT. Sinar Asia Fortuna karyawan ini dianggap sebagai karyawan golongan I. Karyawan Golongan I diasumsikan sebagai pekerja tidak terampil. Berdasarkan pada struktur ekonomi di Kabupaten Rembang dan mata pencaharian penduduk terbanyak sebagai petani, maka “benefit forgone“ yang digunakan adalah penghasilan rata – rata petani di kabupaten tersebut. Berdasarkan hasil survey BPS (Struktur Upah Buruh Tani tahun 2000 – 2004) dan dari data yang didapat dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, maka diketahui bahwa pendapatan buruh sektor pertanian/buruh kasar di Kabupaten Rembang berkisar dari yang terendah Rp.120.000 sampai tertinggi Rp 205.000. Untuk karyawan Golongan II dan Staf upah yang berlaku dianggap sudah mencerminkan nilai ekonomi yang sesungguhnya. Balas jasa karyawan yang berasal dari luar daerah / wilayah disesuaikan dengan batasan di muka dianggap sebagai repatriat ( rj ). I.8.1.2 Input dan Output Input antara terdiri dari bahan bakar dan pelumas, perbaikan/perawatan peralatan, bahan peledak, jasa pihak ke tiga dan biaya lain-lain (umum). Sedangkan yang termasuk input primer adalah balas jasa tenaga kerja, penyusutan dan pembayaran kepada pemerintah (pajak). Sementara itu nilai output secara keseluruhan adalah nilai produksi batugamping ditambah dengan penerimaan lain – lain jika ada. Dalam studi ini, harga untuk barang-barang yang diperjualbelikan dari dan keluar Kabupaten Rembang diasumsikan merupakan harga pasar yang sudah mewakili dan
10
sama dengan nilai ekonominya. Meskipun harga pasar batugamping dari perusahaan lebih besar dari harga bayangannya namun kelebihan pembayaran dari komoditas tersebut semuanya direpatriasi karena pandapatan yang diterima perusahaan juga direpatriasi keluar Kabupaten Rembang. Manfaat dari “economic rent“ (Rj) dan “excess payment“ (Pj) dari barang-barang impor yang diterima oleh investor dari luar kabupaten direpatriasi ( rj ). Input antara yang berasal dari luar daerah/wilayah ditentukan sesuai dengan batasan-batasan tersebut dan dianggap sebagai mj. I.8.2 Eksternalitas I.8.2.1 Keterkaitan ke Belakang (Hulu) Manfaat keterkaitan ke belakang dihitung berdasarkan nilai input yang dipakai oleh PT. Sinar Asia Fortuna. Manfaat ini diterima oleh kontraktor/perusahaan jasa sebagai penyedia input-input bagi keperluan perusahaan tersebut yang berasal dari Kabupaten Rembang (lokal), kemudian diperkirakan rente ekonominya. Untuk barang-barang/jasa yang diimport maupun yang berasal dari daerah itu sendiri, batasan atau ketentuannya seperti pada input dan output I.8.2.2 Keterkaitan ke Depan (Hilir) Keterkaitan ke depan berhubungan dengan output perusahaan. Keterkaitan output perusahaan tambang dengan perusahaan atau industri lainnya adalah digunakannya output yang dihasilkan perusahaan tambang tersebut sebagai input oleh industri lainnya. Namun kenyataannya output yang dihasilkan semuanya dipasarkan ke luar daerah Rembang sehingga keterkaitan ke depan nilainya nol. Demikian juga “economic rent” (rente ekonomi) dari perusahaan semuanya direpatriasi ke luar Kabupaten Rembang, ke kantor pusatnya yang berada di Mojokerto (Jawa Timur), dengan demikian “economic rent”( Rj ) dianggap nol. I.8.2.3 Keterkaitan Teknologi Keterkaitan teknologi tidak memberikan pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya di Kabupaten Rembang karena keadaan teknologi sektor-sektor lainnya tersebut kurang berkaitan dan pada umumnya masih tradisional.
11
Manfaat dari keterkaitan teknologi juga didasarkan pada seberapa besar sarana dan prasarana yang dibangun oleh perusahaan sebagai bantuan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga dengan menilai seberapa besar jumlah bantuan dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membantu pembinaan masyarakat sekitar dalam kegiatan keagamaan, pendidikan, kepemudaan dan olah raga serta seni dan budaya. I.8.2.4 Keterkaitan Pembayaran Kepada Pemerintah Untuk menentukan besarnya pembayaran kepada pemerintah Kabupaten Rembang adalah dengan menghitung berapa besar bagian pajak-pajak yang diterima oleh pemerintah Kabupaten Rembang sesuai dengan Undang-undang atau peraturan yang berlaku. I.8.2.5 Keterkaitan Kebutuhan Akhir Berbagai macam pengeluaran yang diakibatkan oleh penerimaan pendapatan yang berkaitan dengan pengusahaan pertambangan (terutama oleh pekerja/karyawan) akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap permintaan untuk jasa-jasa dan barang-barang lokal serta mendorong kegiatan ekonomi daerah. Jumlah penerimaan merupakan daya beli yang merupakan potensi permintaan terhadap sektor-sektor perekonomian di daerah sehingga dapat mendorong peningkatan produktivitas sektor tersebut secara regional. Analisis keterkaitan kebutuhan akhir didasarkan pada perkiraan pengeluaran atau konsumsi untuk kebutuhan hidup layak (KHL) bagi pekerja (tenaga kerja perusahaan) dan keluarganya di daerah Rembang. Anggota keluarga maksimum 1 istri dan 2 anak. Hal ini seperti yang berlaku di perusahaan BUMN maupun di lingkungan instansi pemerintah lainnya bahwa tunjangan keluarga hanya diberikan kepada satu istri dan dua anak. Pekerja atau karyawan yang mempunyai lebih dari dua anak, dalam perhitungan tetap dianggap mempunyai dua anak. Perhitungan KHL berdasarkan pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 81/MEN/1995 dan Permenakertrans No. PER-17/MEN/VIII/2005. Harga barang-barang kebutuhan dalam KHL tersebut diperoleh dari BPS, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah. Dari data tersebut
12
dapat diperkirakan berapa besarnya kebutuhan akhir karyawan perusahaan yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memperkirakan berapa manfaat yang diperoleh daerah melalui sektor lain seperti misalnya pertanian, perdagangan dan jasa lainnya yang dapat menyediakan barang-barang kebutuhan konsumsi. Dalam memperkirakan manfaat dari keterkaitan kebutuhan akhir ini dihitung berapa besarnya potensi kebutuhan pada bahan makanan, minuman, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Nilai KHL karyawan tersebut merupakan output bagi sektor ekonomi setempat. Setelah diketahui besarnya potensi kebutuhan akhir maka dapat diperkirakan besarnya manfaat yang berasal dari rente ekonomi masing-masing sektor. Untuk mencari rente ekonomi tersebut yang diperlukan adalah berapa persen perkiraan nilai input terhadap output yang diterima sektor yang bersangkutan. Untuk mencari nilai input tersebut, pendekatan yang paling mungkin adalah dengan mencari perbandingan nilai input terhadap output pada sektor industri atau produsen barang-barang kebutuhan pokok tersebut. Data tersebut diperoleh dari Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah yang dikeluarkan oleh BPS setempat. I.9 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dan sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka sistematikan penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : Bab I
: Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, maksud dan tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup penelitian, pola pikir, hipotesis, metodologi penelitian, batasan dan asumsi serta sistematika penulisan.
Bab II
: Landasan Teori Berisi tentang dasar-dasar teori model analisis NSG dan analisis “shift share”.
Bab III
: Tinjauan Umum
13
Bab ini akan menguraiakan tentang kondisi umum Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah, potensi wilayah, potensi bahan galian batugamping, peran sub sektor pertambangan di Kabupaten Rembang dan tinjauan umum terhadap PT. Sinar Asia Fortuna (SAF). Bab IV
: Hasil Analisis Bab ini memaparkan hasil perhitungan analisis “Net Social Gain” (NSG) dan analisis “shift share”.
Bab V
: Pembahasan Berisi pembahasan atas hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab IV, antara lain rente ekonomi dan kelebihan pembayaran, manfaat sosial neto dari eksternalitas, koefisien “Net Social Gain”, pengaruh PT. SAF dalam pengembangan ekonomi daerah serta pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Rembang.
Bab VI
: Kesimpulan Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk lebih memaksimalkan dalam memberikan kontribusi secara sosial ekonomi kepada masyarakat, pemerintah sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.