BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat yang paling vital untuk mendukung aktivitas kehidupan manusia. Tarigan ( 1990:2) mendefinisikan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan, dan kemauan yang murni manusiawi dan tidak naluriah, dengan pertolongan lambang-lambang yang diciptakan dengan sengaja. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sedangkan menurut Alwasilah (1986:9) bahasa diartikan sebagai alat komunikasi manusia untuk mengadakan interaksi dengan sesama anggota masyarakat. Manusia berbicara, bercerita, dan mengungkapkan pikirannya tidak dapat lepas dari adanya bahasa. Sebagai makhluk individual dan sosial, bahasa merupakan sarana efektif untuk memenuhi hasrat dan keinginannya sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk berhubungan dan berkerjasama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan pemikiran penggunaanya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat
untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran seseorang kepada orang lain, yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dikaitkan sebagai wahana dalam berkomunikasi, pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa setiap kegiatan berkomunikasi antar sesama manusia tidak terlepas dari bahasa. Tanpa bahasa, maka kegiatan berkomunikasi antar sesama manusia tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal tersebut dapat kita lihat sehari-hari, ketika orang berada di pasar, di kampus atau di mana saja berada, selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Samsuri (1983: 2) menjelaskan bahwa, manusia dari saat bangun tidur sampai malam, bahkan pada saat “diam” pun juga melakukan aktivitas berbahasa. Dalam kondisi diamnya, sebenarnya manusia melakukan kegiatan berfikir, merenung dan mengingat-ngingat. Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan bahasa. Maju mundurnya suatu bahasa tergantung pada pemakai bahasa yang bersangkutan. Bahasa dapat hidup karena adanya interaksi sosial. Bahasa merupakan hasil dari aktivitas manusia. Selain itu adanya suatu bahasa, memungkinkan kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa Indonesia yang sangat luas wilayah pemakaiannya
dan beragam
penuturnya, mau tidak mau takluk pada hukum perubahan. Bahasa Indonesia akan selalu mengalami pertumbuhan seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan
teknologi, ilmu pengetahuan, budaya, politik, termasuk perubahan dan perkembangan bahasa itu sendiri. Dalam cakupannya, kajian bahasa meliputi sintaksis, semantik, linguistik dan morfologi, dalam pembahasan ini lebih dititik beratkan pada pembahasan morfologi, hal ini disebabkan pembentukan kata menjadi cakupan ilmu morfologi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari selukbeluk bentuk kata serta perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi sematik (Ramlan, 1985:19). Termasuk dalam cakupan morfologi Kridalaksana (1996:9) menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis pembentukan kata, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi (pemajemukan), dan abreviasi. Afiksasi dalam pengertiannya adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, dan reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Sedangkan komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Sedangkan abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berwujud kata (Alwi 1998:151).
Dari jenis-jenis pembentukan kata tersebut, fenomena abreviasi lebih produktif digunakan dalam bahasa sehari-hari oleh masyarakat penutur bahasa Indonesia, terutama di media massa, baik visual maupun audio visual, salah satunya pada televisi atau yang sering disebut dengan TV. Televisi (TV) memiliki kelebihan tersendiri dengan gambar bergeraknya, karena itu khalayak cenderung menggunakan media TV sebagai sarana hiburan, informasi maupun pengetahuan sehingga membuat informasi dan pesan yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsanya dibanding media lainnya. Dalam perkembangannya, televisi berkembang sangat pesat, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya stasiunstasiun televisi yang bermunculan dalam layar TV. Di Indonesia hak kepemilikan televisi dibagi menjadi dua, antaralain stasiun televisi nasional yang dikelola oleh pemerintah yang diwakili TVRI dan stasiun televisi swasta yang dikelola oleh perorangan yang saat ini berkembang sangat pesat dan berlomba-lomba menyajikan acara program unggulan masing-masing. Salah satu sajian acara yang disajikan televisi swasta adalah acara infotainment. Acara infotainment di televisi Indonesia merupakan istilah berita ringan yang menghibur atau memberikan informasi hiburan, dalam infotainment biasanya dibawakan oleh seorang pembawa acara atau penyiar secara khas dan menarik. Infotainment di Indonesia umumnya identik dengan berita yang menyuguhkan informasi tentang selebritis yang masing-masing memiliki ciri khas penyampaian dalam bahasanya.
Bahasa infotainment diupayakan semenarik mungkin untuk menarik perhatian masyarakat luas. Dengan penggunaan bahasanya yang menarik dan khas, dalam acara infotainment banyak ditemukan bentuk abreviasi karena sifatnya yang praktis, ekonomis, dan mempunyai nilai fungsi atau nilai yang sama dalam tindak berbahasa. Hal tersebut memungkinkan masyarakat sulit untuk mengerti dan menangkap makna yang dimaksudkan dalam acara infotainment, misalya; alay
abreviasi dari bentuk anak lebay,
gj
abreviasi dari bentuk gak jelas,
ketan abreviasi dari bentuk kejar tayang, cawan abreviasi dari bentuk cerita wanita, ttm
abreviasi dari bentuk teman tapi mesra,
bocil abreviasi dari bentuk bocah cilik, sti
abreviasi dari bentuk suami takut istri,
Kiss
abreviasi dari bentuk Kisah-kisah seputar selebritis,
Insert abreviasi dari bentuk Informasi seputar selebritis, dan Delon abreviasi dari bentuk derita lo nyet. Bertolak dari fakta bahwa bentukan kata yang dominan muncul berupa bentuk abreviasi, maka peneliti tertarik untuk memfokuskan penelitian ini pada telaah terhadap bentuk dan pola abreviasi bahasa Indonesia khususnya yang digunakan dalam acara infotainment di televisi swasta. Penelitian yang memiliki objek kajian tentang pemendekan kata pernah dilaksanakan sebelumnya, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Dian Alanudin (2003) melalui skripsinya yang berjudul “Bentuk-bentuk Singkatan Bahasa Indonesia pada Iklan Mini” (Studi Kasus Pada
Iklan Mini Kompas Tanggal 1-3 Agustus 2002). Temuan penelitian tersebut terkait dengan adanya singkatan pada iklan mini yang memiliki beberapa makna atau pengertian yang berbeda dari makna umum yang sudah dikenal masyarakat, misalnya ABG dalam pengertian Anak Baru Gede, pengertian lainnya menunjukkan Angkatan Babe Gw. Penelitian lain dilakukan Mulyati (2005) melalui penelitiannya yang berjudul “Menyoroti Abreviasi: Singkatan dan Akronim di lingkungan ABRI dan POLRI”. Temuan penelitian tersebut terkait dengan banyak kosakata yang bersumber pada singkatan dan akronim yang tidak bisa dipahami oleh masyarakat luas kecuali di lingkungan yang sangat terbatas yakni ABRI sendiri, misalnya Prada dalam pengertian Prajurit dua, Ckm dalam pengertian corp kesehatan militer. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini lebih difokuskan pada pembentukan dan pola abreviasi yang muncul dalam acara infotainment di televisi swasta, untuk itu peneliti memilih judu “ Telaah Abreviasi pada Acara Infotainment Di Televisi Swasta”. 1.2 Fokus Masalah Melihat
banyaknya
permasalahan
yang
ada,
penulis
memfokuskan
permasalahan pada telaah bentuk dan pola abreviasi yang muncul di acara infotainment, supaya memperoleh kajian yang lebih terfokus sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diharapkan.
Permasalahan yang berkaitan dengan abreviasi pada acara infotainment di televisi sangatlah luas, masalah tersebut dapat ditinjau dari dua aspek tinjauan, yaitu (a) dilihat dari aspek bentuk yang dimunculkan pada abreviasi, apakah berupa singkatan, penggalan, atau akronim (b) dilihat dari aspek pola bentuk atau wujud (huruf) yakni berkaitan dengan pola penulisannya, apakah menggunakan lambang huruf, simbol-simbol atau tanda yang lain. Dari berbagai permasalahan abreviasi di atas, maka fokus penelitian ini dirumuskan sebagai berikut ini. a) Bagaimana wujud abreviasi yang terdapat dalam acara infotainment di televisi swasta ? b) Bagaimana pola pembentukan abreviasi yang terdapat dalam acara infotainment di televisi swasta ? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian selalu memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu juga dalam penelitian ini. Adapun tujuan yang ingin peneliti capai adalah sebagai berikut. (a) Mendeskripsikan bentuk atau wujud abreviasi yang terdapat dalam acara infotainment di televisi swasta. (b) Mendeskripsikan pola pembentukan abreviasi yang terdapat dalam acara infotainment di televisi swasta. 1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian selalu memiliki manfaat, begitu juga dengan penelitian ini. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut. 1) Secara akademik dengan adanya temuan bentuk dan pola abreviasi memungkinkan
pengajar
menjadikannya
sebagai
guru
Bahasa
Indonesia
rujukan
variasi
bahan
terutama,
pengajaran
untuk
abreviasi
(pemendekan kata). 2) Secara teoritis, temuan dari hasil penelitian diharapkan dapat melengkapi informasi tentang perkembabangan morfologis, khususnya tentang abreviasi. 3) Secara praktis, melalui penelitian ini dapat diketahui bentuk dan pola abreviasi, yang dapat dijadikan sebagai materi rujukan untuk membangun komunikasi yang lebih akrab dalam dunia kepenyiaran di televisi (sebagai alat komunikasi). Selain itu temuan tentang bentuk dan pola abreviasi memungkinkan peneliti selanjutnya menggunakannya sebagai landasan untuk meneliti dengan fokus abreviasi dari sudut yang berbeda. 1.5 Penegasan Istilah Untuk memperoleh kesamaan pengertian tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, kiranya perlu adanya suatu pembatasan istilah. Adapun penegasan istilah mencakup hal-hal berikut ini: a) Telaah adalah kegiatan penyidikan atau analisis yang didasarkan pada suatu kerangka landasan tertentu untuk memperoleh perincian dan informasi yang objektif dan sahih (Depdikbud, 1988:917).
b) Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 1996:159). Adapun telaah abreviasi dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyelidiki dan menganalisis data yang berwujud abreviasi dalam acara infotainment di televisi swasta untuk dideskripsikan bentuk dan pola abreviasinya. c) Infotainment merupakan salah satu bentuk atau kata bentukan baru yang menggabungkan dua arti informasi dan entertainment. Arti harfiahnya adalah informasi yang dikemas dalam bentuk yang menghibur, yang disisipkan berita selebritis untuk dijadikan topik berita untuk menarik perhatian dari pemirsa, serta meiliki cara penyampaian yang khas dan unik pada bahasanya (Syahputra, 2006:67). Adapun infotainment dalam penelitian ini diartikan sebagai acara yang menyajikan hiburan, dan di dalamnya memuat berita seputar selebritis ataupun public figure dan bertujuan untuk memberikan acara hiburan bagi penikmatnya. d) Televisi swasta adalah stasiun kepenyiaran yang dikelola oleh pihak swasta yang menyajikan berbagai macam program acara komersil, dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan, informasi, hiburan dan sebagainya kepada para audience (Syahputra, 2006:78). Jadi adapun televisi swasta dalam penelitian ini diartikan sebagai stasiun kepenyiaran yang dikelola oleh perorangan atau swasta, yang menyuguhkan berbagai program acara kepada masyarakat luas.