BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas
belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan lainnya. Sekolah harus menyediakan perabot kelas yang dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang memiliki rancangan tidak baik dalam jangka waktu lama dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan siswa. Data antropometri adalah kumpulan dimensi tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan dimensi fisik tempat kerja, peralatan, perabot, dan pakaian. Pengukuran antropometri merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perancangan perabot kelas guna menentukan dimensi perabot kelas yang tepat dan dapat memfasilitasi pengguna dengan sikap duduk yang baik. Pheasant (2003) mengemukakan bahwa fungsi dari perabot kursi adalah untuk menunjang postur agar stabil dan nyaman digunakan pada beberapa waktu, dan sesuai dengan aktivitas atau tugas yang akan dikerjakan. Penerapan ilmu ergonomi dalam merancang tempat kerja dan lingkungan kerja banyak menarik perhatian para peneliti beberapa dekade ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Shivarti (2012) dengan judul “Design Compability of Classroom Furniture in Urban and Rural Preschools” menemukan adanya ketidaksesuaian tinggi kursi, kedalaman kursi, dan tinggi meja yang ada di
Universitas Sumatera Utara
sekolah terhadap dimensi antropometri siswa seperti tinggi popliteal, panjang popliteal, dan tinggi siku duduk. Tinggi kursi yang disediakan di sekolah 11,02 sampai 11,37 inci lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi popliteal siswa sehingga menyebabkan bagian bawah paha tertekan dan mengganggu sirkulasi darah. Sirkulasi darah berfungsi dalam menyalurkan oksigen dan jika terganggu, bagian paha akan merasakan gejala kram. Kedalaman kursi sekolah dibandingkan dengan panjang popliteal lebih kecil 3,67 inci sampai 6,35 inci yang menyebabkan siswa merasa sensasi akan jatuh dari kursi. Tinggi meja sekolah dibandingkan dengan tinggi siku duduk siswa 9,05 inci terlalu tinggi yang menyebabkan siswa harus membungkuk ke depan dan berat tubuh ditopang lengan. Ukuran fasilitas yang mendukung postur tubuh lebih diperlukan bagi anak-anak dibandingkan orang dewasa karena pada masa inilah kebiasaan sikap duduk dibentuk. Qutubuddin (2013) juga melakukan penelitian tentang perancangan meja sekolah di India dengan judul “Anthropometric Consideration for Designing Student Desks in Engineering Colleges” dan menemukan bahwa ukuran perabot yang digunakan di sekolah sangat jauh tidak sesuai dengan antropometri siswa sebagai pengguna. Rancangan dimensi meja seharusnya ditentukan berdasarkan jangkauan lengan minimum, tinggi siku duduk dan panjang lengan. Penyangga kaki meja dan kursi seharusnya dapat digeser ke atas dan bawah. Siswa menghadiri pelajaran di kelas dalam jangka waktu sekitar 4 sampai 5 jam per hari dengan postur duduk yang salah, seperti membungkuk ke samping, membungkuk ke depan, dan memutar tubuh akibat rancangan perabot sekolah yang tidak sesuai.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan ilmu ergonomi dan antropometri dalam perancangan tempat kerja dan lingkungan kerja ditunjukkan dengan dilakukannya analisis perabot sekolah yang digunakan oleh siswa ketika belajar. Sekolah Dasar Negeri 060796 Kecamatan Medan Area Kota Medan menjadi lokasi penelitian mengenai analisis kesesuaian perabot kelas dengan antropometri siswa yang belajar di dalamnya. Tempat belajar siswa harus dirancang dengan memperhatikan kenyamanan tubuh agar dapat menunjang proses belajar secara efektif dimana siswa berada dalam posisi duduk di sekolah untuk jangka waktu yang cukup lama sekitar 3 jam 45 menit dengan waktu istirahat 2 kali 15 menit dalam sehari. Studi pendahuluan dilakukan dan ditemukan adanya ketidaksesuaian dimensi meja dan kursi dengan dimensi antropometri siswa. Fenomena awal yang terlihat adalah sikap duduk siswa ketika melakukan kegiatan dengan meja dan kursi kelas yang tidak nyaman seperti posisi membungkuk, kaki siswa yang menggantung, dan bahu yang terangkat. Jarak baca siswa sangat dekat dengan meja dimana jarak baca yang diusulkan minimum 30 cm. Hampir 100% siswa kelas I sampai kelas V yang memiliki jarak baca di bawah 30 cm. Meja yang digunakan untuk siswa kelas I memiliki tinggi 76 cm dan tinggi mata duduk siswa (sitting eye height) rata-rata 88 cm. Siswa kelas I dan II dengan persentase 60% lebih sering berdiri untuk menulis, menggambar, dan melakukan aktivitas lainnya yang membutuhkan meja. Hal ini disebabkan oleh jarak meja dengan tinggi mata duduk mereka kurang dari 15 cm sehingga siswa tersebut sulit untuk melihat buku di meja dalam keadaan duduk. Kaki siswa yang menggantung akibat tingginya tinggi duduk kursi dapat mengakibatkan penekanan
Universitas Sumatera Utara
sirkulasi darah di bagian kaki. Keseluruhan siswa kelas I dan kelas II menggunakan kursi dengan kaki tidak berpijak ke lantai. Penggunaan meja dengan bahu terangkat terlihat sebanyak 50% pada siswa kelas I. Selain observasi visual, siswa diberikan pertanyaan mengenai keluhan yang dirasakan ketika sedang belajar menggunakan meja dan kursi kelas. Persentase siswa kelas III diperoleh 50% menjawab merasakan sakit di bagian leher atas, siku, lengan bawah, paha dan bagian betis. Adanya fenomena tersebut mendorong untuk dilakukannya penelitian mengenai kesesuaian ukuran meja dan kursi berdasarkan antropometri siswa di Sekolah Dasar Negeri 060796.
1.2
Rumusan Masalah Studi pendahuluan selama proses belajar Sekolah Dasar Negeri 060796
dilakukan dengan tujuan dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi di sekolah tersebut. Identifikasi masalah yang ditemukan antara lain: 1.
Siswa sekolah dasar mengalami sakit di beberapa bagian tubuh selama belajar pada jam sekolah dengan menggunakan meja dan kursi kelas.
2.
Tinggi duduk kursi lebih tinggi dari tinggi popliteal siswa sehingga kaki siswa sekolah dasar tidak berpijak pada lantai dan dapat mengakibatkan bagian bawah paha tertekan serta mengganggu sirkulasi darah.
3.
Posisi bahu siswa sekolah dasar yang terangkat ke atas akibat tinggi meja di atas tinggi siku duduk bahkan ada beberapa siswa yang memiliki tinggi bahu duduk di bawah tinggi meja.
Universitas Sumatera Utara
4.
Siswa sekolah dasar memiliki jarak baca di bawah batas minimum 30 cm sehingga beberapa siswa memilih untuk membaca dalam keadaan berdiri. Beberapa masalah yang diidentifikasi tersebut, kemudian dirumuskan
bahwa permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu masalah postur tubuh anak ketika menggunakan meja dan kursi kelas yang tidak ergonomis sehingga menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Oleh karena itu, dimensi meja dan kursi kelas tersebut perlu diperhatikan secara ergonomi yaitu dengan menyesuaikan dimensi meja dan kursi dengan antropometri siswa yang memakai fasilitas sekolah tersebut.
1.3
Tujuan dan Sasaran Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengusulkan meja dan kursi
kelas yang ergonomis berdasarkan antropometri siswa sekolah dasar. Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini antara lain: 1.
Mengukur tingkat keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh anak ketika menggunakan meja dan kursi yang tidak ergonomis.
2. Menganalisis postur tubuh anak ketika menggunakan meja dan kursi yang tidak ergonomis. 3.
Mengumpulkan data antropometri siswa sekolah dasar khususnya dalam penentuan ukuran meja dan kursi kelas sebagai bentuk partisipasi terhadap data antropometri Perhimpunan Ergonomi Indonesia.
4.
Menciptakan usulan meja dan kursi kelas yang ergonomis agar mengurangi tingkat keluhan muskuloskeletal siswa.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran penelitian yang ingin dicapai adalah implementasi dari solusi yang telah dirancang berdasarkan masalah yang teridentifikasi pada Sekolah Dasar Negeri 060796 dengan berlandaskan keilmuan yang jelas dan kokoh.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Merancang meja dan kursi kelas secara ergonomis sehingga dapat digunakan dengan lebih efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.
2.
Mengurangi
keluhan
muskuloskeletal
yang
dialami
siswa
ketika
menggunakan meja dan kursi kelas. 3.
Memperbaiki postur kerja siswa ketika menggunakan meja dan kursi kelas.
4.
Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dalam mencari solusi terbaik dalam hubungannya dengan perancangan meja dan kursi kelas secara ergonomis.
1.5
Batasan dan Asumsi Penelitian ini memiliki batasan seputar pemecahan masalah yang
digunakan antara lain: 1.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 060796 Medan.
2.
Fasilitas sekolah yang dianalisis hanya dilakukan pada meja dan kursi kelas.
3.
Pengukuran antropometri hanya dilakukan pada anak yang tidak memiliki cacat tubuh secara fisik.
Universitas Sumatera Utara
4. Pemecahan masalah dibatasi hanya sampai pada pemberian usulan meja dan kursi kelas yang ergonomis sesuai dengan antropometri tubuh siswa dan tidak sampai pada pembuatan produk secara nyata. 5. Hasil usulan meja dan kursi kelas dilakukan tanpa mempertimbangkan jenis bahan dan faktor biaya yang dikeluarkan untuk implementasi usulan yang diberikan. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Proses belajar mengajar yang ada di Sekolah Dasar Negeri 060796 Medan berjalan dengan normal. 2.
Peralatan pengukuran berada dalam kondisi fungsional yang baik
3.
Antropometri tubuh anak tidak mengalami pertumbuhan selama penelitian berlangsung.
1.6
Sistematika Penulisan Tugas Akhir Sistematika penulisan proposal Tugas Sarjana adalah sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan permasalahan keluhan
muskuloskeletal yang dialami siswa akibat ketidaksesuaian dimensi meja dan kursi kelas dengan antropometri siswa tersebut, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan batasan yang digunakan dalam penelitian. Bab II berisi gambaran umum sekolah yang menguraikan sejarah, ruang lingkup, visi dan misi, organisasi dan manajemen serta fasilitas di SDN 060796 Medan.
Universitas Sumatera Utara
Bab III
berisi landasan teori yang menguraikan teori dan konsep
perancangan fasilitas, keluhan muskuloskeletal, penilaian postur dalam sikap duduk, dan penerapan antropometri dalam rancangan fasilitas. Bab IV berisi metodologi penelitian yang menguraikan tentang desain penelitian dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi serta menganalisis masalah keluhan muskuloskeletal. Gambaran prosedur penelitian yang akan dilakukan, instrumen penelitian yang digunakan serta data-data yang terlibat dalam penelitian. Bab V berisi pengumpulan dan pengolahan data yang menguraikan hasil dari pengamatan dan pengukuran yang dilakukan berupa pengumpulan data kuisioner keluhan muskuloskeletal, data postur duduk siswa, dan data antropometri siswa. Data tersebut kemudian diolah dan dilakukan perancangan meja dan kursi kelas berdasarkan prinsip antropometri. Bab VI berisi pembahasan dari hasil redesain meja dan kursi kelas berdasarkan pengolahan data yang dilakukan. Bab VII berisi kesimpulan dan saran yang menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengolahan data dan saran-saran yang bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara