BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkembangan globalisasi yang begitu cepat membuat banyak kemajuan
dan perkembangan di berbagai bidang, salah satunya pada bidang fashion. Fashion adalah istilah umum untuk gaya populer, khususnya pada pakaian, sepatu, atau aksesoris. Istilah yang lebih dipahami di mata publik yaitu mode. Beberapa kota dianggap sebagai pusat fashion dunia adalah New York, Milan, Paris dan London. Indonesia pun mempunyai kota yang dianggap sebagai pusat fashion Indonesia salah satunya yaitu Kota Bandung. Bandung merupakan kota yang terkenal dengan industri pakaian jadi dengan model-model yang unik serta bervariatif dan sangat mengikuti trend masa kini. Tidak heran wisata belanja saat ini merupakan wisata unggulan yang ditawarkan oleh kota yang mendapat julukan Paris van Java. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya tempat-tempat belanja yang bermunculan di Bandung, salah satunya adalah distro. Distro adalah singkatan dari distribution store atau distribution outlet, yaitu jenis toko yang menjual kaos, pakaian dan aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian atau di produksi sendiri. Jenis usaha distro umumnya merupakan industri kecil yang menengah (IKM) yang sandang dengan merek independen yang dikembangkan kalangan muda. Biasanya produk yang di hasilkan distro
1
2
diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk. Konsep distro berawal pada pertengahan 1990-an di Bandung. Saat itu band-band independen (Indie) di Bandung berusaha menjual merchandise mereka seperti CD/kaset, t-shirt, dan sticker selain di tempat mereka melakukan pertunjukan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga membuat toko-toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesoris mereka. Kini, industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas ekspor (https://id.wikipedia.org). Jumlah distro mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, ini menunjukan bahwa banyak pengusaha yang membuka usaha dalam bidang fashion di kota Bandung, khususnya distro yang sangat digemari oleh kalangan remaja dalam berbusana. Namun, sebelum konsumen menentukan produk mana yang akan dibeli terlebih dahulu biasanya mereka akan membandingkan produk yang satu dengan produk lain yang sejenis. Konsumen membandingkan melalui keunggulan masing-masing produk yang terdapat pada kualitas produk tersebut. Menurut Goetsch dan Davis (2002:4) bahwa “Kualitas produk adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan barang, jasa, manusia, produk, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Dan menurut Kotler dan
3
Amstrong (2008: 272) kualitas produk merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam membeli suatu produk. Selain kualitas produk, konsumen membandingkan produk berdasarkan citra merek untuk menentukan produk mana yang akan dibeli. Menurut Kotler dan Keller (2011:332) citra merek adalah bagaimana persepsi konsumen menggap atau menilai (merek) suatu perusahaan secara aktual, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut (Ferrinadewi, 2008:165). Menurut Shimp (2014:44) citra merek yang baik tidak muncul secara otomatis, secara umum dibutuhkan komunikasi pemasaran yang berkelanjutan guna menciptakan asosiasiasosiasi yang baik, kuat, dan mungkin unik mengenai merek tersebut. periklanan yang efektif, promosi penjualan yang menimbulkan semangat gairah, sponsorship yang kreatif, dan berbagai bentuk komunikasi pemasaran lainya itulah yang berkontribusi pada citra positif. Citra merek yang positif akan mempengaruhi keputusan pembelian. Keputusan
pembelian
adalah
proses
pengintegrasian
yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Peter dan Olson, 2000:162). Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008:181) pada umumnya keputusan pembelian adalah membeli merek yang paling disukai.
4
Papersmooth adalah salah satu distro yang berada di Kota Bandung berdiri sejak tahun 2012. Papersmooth membuka outletnya di Jalan Sultan Agung No. 5 Bandung, Selain itu Papersmooth membuka outlet di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Tidak hanya produk Papersmooth yang dijual dioutletnya, ada juga produk merek lain seperti Livica, D&A, Needle dan Mars Project. Distribusi produk yang dilakukan oleh Papersmooth hingga luar kota yaitu berada pada distro Magnum Reload di Kota Makasar dan Rown Division Store di Kota Solo. Upaya yang dilakukan oleh distro papersmooth yaitu dengan menjaga kualitas produk dan menciptakan citra merek. Bahan kaos yang digunakan oleh papersmooth yaitu cotton combed 30s, bahan kaos ini terbuat dari serat kapas alam dan memiliki karakteristik bahan yang relatif halus, dingin, nyaman dipakai, dan menyerap keringat. Untuk sablon menggunakan bahan sablon discharge, bahan ini sangat lembut, sablonan menyatu dengan kain, dan sablonan tidak akan rusak apabila terkena setrika. Selain itu papersmooth mengikuti event-event di Bandung maupun luar kota seperti KICKFEST dan JakCloth, dan papersmoth pun mensponsori berbagai acara di Bandung seperti MASA 2016, Sunday Night Speak Up, "AFTRSCHOOL" (SHPVJ AWARD 2016), "CASINOS" (Come And Socialize In The Night Of Solidarity) dan masih banyak lainnya, hal ini berguna untuk meningkatkan citra mereknya. Namun keadaan sebenarnya pada distro Papersmooth, pelaksanaan kualitas produk dan pencitraan merek belum mampu mendorong konsumennya untuk membeli produk Papersmooth. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 mengenai penjualan distro Papersmooth.
5
Tabel 1.1 Data Penjualan Distro Papersmooth Februari 2014 – Desember 2015 Tahun
Bulan
2014
Februari
Rp
61,478,000
Maret
Rp
75,799,250
April
Rp
69,374,250
Mei
Rp
88,545,250
Juni
Rp
73,789,000
Juli
Rp 168,831,000
2015
Penjualan
Agustus
Rp
64,036,250
September
Rp
62,157,250
Oktober
Rp
63,550,500
November
Rp
79,676,000
Desember
Rp 116,996,000
Januari
Rp 203,586,500
Februari
Rp
88,005,000
Maret
Rp
86,846,300
April
Rp
81,876,100
Mei
Rp
84,784,000
Juni
Rp
99,512,150
Juli
Rp 225,474,000
Agustus
Rp
51,276,600
September
Rp
39,501,900
Oktober
Rp
33,188,500
November
Rp
20,424,500
Desember
Rp
41,528,000
Sumber : Distro Papersmooth
6
Gambar 1.1 Grafik Penjualan Distro Papersmooth Februari 2014 – Desember 2015 Rp250,000,000 Rp200,000,000 Rp150,000,000 Rp100,000,000 Rp50,000,000 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15
Rp-
Bulan
Sumber : Distro Papersmooth Dapat dilihat pada tabel dan gambar diatas bahwa penjualan cenderung mengalami fluktiatif dari bulan Februari 2014 hingga Desember 2015, dimana penjualan terendah pada bulan November 2015 dengan pendapatan Rp. 20.424.000. Hal ini disinyalir karena kualitas produk belum sesuai dengan keinginan konsumen dan citra merek distro Papersmooth belum begitu kuat dibenak konsumen sebagai sesuatu yang mengesankan tentang fashion yang baik. Hal ini pun didukung dengan hasil pra survei yang dilakukan terhadap 30 konsumen distro papersmooth secara acak , maka diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1.2 Hasil Pra Survei Distro Papersmooth No. 1 2
Pernyataan Kualitas bahan dan jahitan produk papersmooth baik Produk Papersmooth memiliki kualitas yang sebanding sesuai dengan harganya
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
10
12
4
4
8
7
11
7
Produk Papersmooth nyaman untuk 2 digunakan Papersmooth dikenal sebagai merek 4 8 distro Merek Papersmooth mudah 5 1 diucapkan dan diingat Papersmooth memiliki produk yang 6 menarik dibandingkan produk distro 3 yang lain Menggunakan produk Papersmooth 7 membuat saya yakin dan cocok 3 dengan keinginan saya Sumber : Hasil pengolahan pra survei, April 2016 3
9
11
8
7
10
5
11
13
5
10
10
7
6
9
12
Gambar 1.2 Grafik Pra Survei Variabel Kualitas Produk (X1)
Kualitas bahan dan jahitan produk papersmooth baik 15
10
12
10 5
4
4
0 Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Berdasarkan data yang diperoleh pernyataan “kualitas bahan dan jahitan produk papersmooth baik”, 12 responden tidak setuju. Artinya kualitas dan bahan jahitan produk papersmooth belum memenuhi keinginan konsumen.
8
Gambar 1.3 Grafik Pra Survei Variabel Kualitas Produk (X1)
Produk Papersmooth memiliki kualitas yang sebanding sesuai dengan harganya 15
11
10 5
8
7
Setuju
Tidak Setuju
4
0 Sangat Setuju
Sangat Tidak Setuju
Hasil dari data yang diperoleh, pernyataan “produk papersmooth memiliki kualitas yang sebanding sesuai dengan harganya”, 11 responden sangat tidak setuju. Artinya kualitas produk papersmooth tidak sebanding dengan harga. Gambar 1.4 Grafik Pra Survei Variabel Kualitas Produk (X1)
Produk Papersmooth nyaman untuk digunakan 15
11
10 5
8
7
Setuju
Tidak Setuju
4
0 Sangat Setuju
Sangat Tidak Setuju
Hasil dari data yang diperoleh, pernyataan “produk papersmooth nyaman untuk digunakan”, 11 responden sangat tidak setuju. Artinya produk papersmooth tidak nyaman untuk digunakan.
9
Gambar 1.5 Grafik Pra Survei Variabel Brand Image (X2)
Papersmooth dikenal sebagai merek distro 15 10
10
8
7
5
5 0 Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Hasil dari data yang diperoleh, pernyataan “papersmooth dikenal sebagai merek distro”, 10 responden tidak setuju. Artinya merek papersmooth belum dikenal sebagai merek distro. Gambar 1.6 Grafik Pra Survei Variabel Brand Image (X2)
Merek Papersmooth mudah diucapkan dan diingat 15
11
13
10 5
5 1
0 Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Hasil dari data yang diperoleh, pernyataan “merek papersmooth mudah diucapkan dan diingat”, 13 responden tidak setuju. Artinya merek papersmooth tidak mudah diucapkan dan diingat.
10
Gambar 1.7 Grafik Pra Survei Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Papersmooth memiliki produk yang menarik dibandingkan produk distro yang lain 20 10
9
11
Setuju
Tidak Setuju
7
3
0 Sangat Setuju
Sangat Tidak Setuju
Hasil dari data yang diperoleh, pernyataan “papersmooth memiliki produk yang menarik dibandingkan produk distro lain”, 11 responden tidak setuju. Artinya produk papersmooth kurang menarik dibandingkan distro lain. Gambar 1.8 Grafik Pra Survei Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Menggunakan produk Papersmooth membuat saya yakin dan cocok dengan keinginan saya 15 10 5 0
3 Sangat Setuju
6
Setuju
9
Tidak Setuju
12
Sangat Tidak Setuju
Hasil dari data yang diperoleh, pernyataan “menggunakan produk papersmooth membuat saya yakin dan cocok dengan keinginan saya”, 12 responden sangat tidak setuju. Artinya papersmooth belum sesuai dengan keinginan konsumen. Berdasarkan hasil pra survei dapat diketahui bahwa pada variabel kualitas produk dalam indikator sifat khas (sensory characteristic) dan indicator
11
penampilan dan citra etis, kualitas bahan dan jahitan produk Papersmooth belum dianggap baik oleh konsumen, kualitas produk Papersmooth tidak sebanding sesuai dengan harganya, dan produk Papersmooth tidak nyaman untuk digunakan. Pada variabel brand image dalam indikator atribut, Papersmooth belum dikenal sebagai merek distro, merek Papersmooth kurang mudah diucapkan dan diingat, dan produk Papersmooth kurang menarik dibandingkan produk distro yang lain. Dan pada variabel keputusan pembelian, dan konsumen tidak yakin dan cocok dengan keinginan konsumen menggunakan produk Papersmooth. Terbukti dari hasil pra survey diatas, bahwa kualitas produk dan brand image papersmooth belum dapat mendorong untuk membeli produk papersmooth. Selain itu persaingan yang ketat terjadi di bidang fashion memungkinkan konsumen memiliki banyak pilihan untuk membeli produk sejenis. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan fenomena dan masalah yang diuraikan pada latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kualitas produk, brand image dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian dengan judul : “PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN
PAPERSMOOTH”
PADA
KONSUMEN
DISTRO
12
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, makan peneliti
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Distro Papersmooth ? 2. Bagaimana pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian pada Distro Papersmooth ? 3. Bagaimana pengaruh kualitas produk dan brand image terhadap keputusan pembelian pada konsumen Distro Papersmooth ?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data maupun
informasi yang relevan dengan masalah yang diidentifikasikan, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Distro Papersmooth. 2. Pengaruh brand image terhadap pengambilan keputusan pembelian pada Distro Papersmooth. 3. Pengaruh kualitas produk dan brand image terhadap keputusan pembelian pada konsumen Distro Papersmooth.
13
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan
manfaat secara praktis. 1.4.1
Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
atau masukan bagi perkembangan ilmu manajemen pemasaran dan menambah kajian ilmu manajemen pemasaran khususnya mengenai kualitas produk, brand image, dan keputusan pembelian. 1.4.2
Manfaat Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi pihak Distro Papersmooth khususnya mengenai kualitas produk, brand image, dan keputusan pembelian. Dan bagi peneliti selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang serupa. 1.5
Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas
dalam penyusunan skripsi ini, maka peneliti akan melakukan penelitian pada store/toko Papersmooth yang berlokasi di Jl. Sultan Agung No. 5 Bandung.