1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Dalam kehidupan di dunia, manusia selalu dihadapkan pada risiko yang setiap
saat dapat menimpanya sebagai akibat dari ulah manusia sendiri maupun oleh bencana alam. Risiko tersebut dapat berupa risiko kehilangan harta benda, risiko sakit dan bahkan risiko kematian. Dari segi asuransi, risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi tetapi tidak diketahui terlebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan terjadi (Ali, 2002). Ironisnya tidak seorangpun yang mengetahui kapan risiko tersebut akan menimpanya. Jika risiko itu benar-benar terjadi, tentunya akan sangat mempengaruhi kehidupan manusia dikemudian hari. Oleh karena itu diperlukan persiapan perlindungan finansial yang layak terhadap risiko tersebut jika terjadi nanti. Asuransi merupakan sarana yang akan memberikan perlindungan atas kerugian finansial yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya. Menurut pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) asuransi mempunyai pengertian sebagai berikut : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan manfaat premi untuk mengganti kerugian karena kehilangan, kerugian karena kerusakan atau tidak diperolehnya
1
2
keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui terlebih dahulu (Ali, 2002). Dewasa ini kejadian bencana yang terjadi secara alamiah maupun yang disebabkan oleh manusia memiliki intensitas cukup tinggi. Beberapa bencana alam yang pernah melanda Indonesia dan menimbulkan kerugian finansial yang sangat besar diantaranya adalah Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Gempa dan Tsunami Aceh, meletusnya gunung Merapi di Magelang dan sekitarnya, gempa bumi di Jogjakarta, banjir di Jakarta dan beberapa wilayah di Indonesia lainnya. Tentunya kejadiankejadian tersebut menimbulkan dampak kerugian yang luar biasa bagi masyarakat sekitar bencana, perusahaan asuransi/reasuransi maupun pemerintah. Terkadang perusahaan asuransi kewalahan dalam menanggung risiko finansial akibat bencana. Kerugian finansial akibat tsunami Aceh di Indonesia pada Desember 2004 silam diperkirakan mencapai 36 triliun rupiah. Tentunya ini merupakan nilai nominal yang tidak sedikit. Untuk itu diperlukan instrumen finansial yang bisa menanggung risiko yang besar tersebut sehingga pemerintah maupun perusahaan asuransi dengan produk asuransi biasa tidak kewalahan. Catastrophe risk bond (CAT Bond) dirancang sebagai terobosan dalam menanggulangi risiko finansial akibat bencana alam. Jepang sebagai salah satu negara yang sudah menggunakan instrumen catastrophe risk bond dalam menangani risiko finansial akibat bencana yang terjadi di negara tersebut. Dari situ pemerintah tidak direpotkan dalam menyiapkan dana penanggulangan bencana tiap kali bencana terjadi yang jumlahnya sangat besar. Karena merupakan suatu obligasi, tentunya dana yang terhimpun kali pertama saat diterbitkan obligasi risiko
3
bencana adalah besar sehingga nilai investasi dari dana obligasi tersebut sangat besar pula. Seiring dengan pekembangan ekonomi, saat ini perkembangan juga terjadi pada produk-produk investasi yang diterbitkan di pasar modal. Salah satu diantaranya ialah CAT Bond. Meskipun telah mengalami perkembangan, instrumen finansial ini belum ada di Indonesia dan literatur yang mengkaji model penentuan harga CAT Bond masih relatif sedikit. Albrecher, Hartinger dan Tichy (2003) mengembangkan metode Quasi Monte Carlo untuk menentukan harga CAT Bond. Unger (2010) menghasilkan formula dengan menggunakan model diskrit dalam penentuan harga CAT Bond dengan pendekatan persamaan diferensial parsial numerik. Metode tersebut memerlukan iterasi komputasi yang cukup rumit. Oleh sebab itu diperlukan metode yang lebih sederhana sekaligus tepat dalam penentuan harga CAT Bond. Metode martingale dirasa sebagai komplemen yang tepat dari metode sebelumnya dalam penentuan harga CAT Bond sesuai kondisi tertentu oleh karena tidak terlalu memerlukan iterasi komputasi yang begitu rumit. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan pada subbab 1.1 maka terdapat
beberapa rumusan permasalahan yang menjadi kajian dalam penulisan tesis ini yaitu : 1.
Bagaimana menentukan harga CAT Bond menggunakan metode martingale dengan bencana alam yang terjadi diasumsikan mengikuti proses Poisson.
4
2.
Bagaimana implementasi model yang diperoleh pada suatu contoh studi kasus untuk daerah yang tertera dalam kontrak CAT Bond.
1.3
Batasan Masalah Agar pembahasan mengenai penentuan harga CAT Bond tidak melebar terlalu
jauh dan tetap terfokus pada latar belakang permasalahan yang dikemukakan maka pada penulisan tesis ini diberi batasan permasalahan yaitu : 1.
CAT Bond yang diperjualbelikan ialah obligasi tanpa kupon (zero coupon).
2.
Harga CAT Bond dipengaruhi oleh suku bunga stokastik model CIR.
3.
Bencana yang terjadi di daerah yang tertera dalam kontrak CAT Bond diasumsikan mengikuti proses Poisson dan besarnya kerugian finansial akibat bencana (severity) merupakan variabel random yang independent identically distributed (iid).
4.
Pembayaran pokok obligasi (face value) kepada investor hanya didasarkan pada total klaim kerugian (claim aggregate loss) saat jatuh tempo (maturity) sesuai batas minimal total kerugian (threshold) yang ditetapkan.
5.
Kondisi investasinya adalah tidak ada kesempatan untuk arbitrage (free arbitrage).
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan tesis ini yaitu : 1.
Memaparkan CAT Bond sebagai salah satu alternatif dalam pendanaan risiko finansial akibat bencana alam.
5
2.
Mempelajari lebih mendalam mengenai penentuan harga CAT Bond berdasarkan pada batas minimal claim aggregate loss dengan kejadian bencana alam diasumsikan mengikuti proses Poisson menggunakan metode martingale.
1.5
Tinjauan Pustaka CAT Bond merupakan salah satu instrumen finansial penting dalam
pembiayaan risiko finansial akibat bencana alam yang mulai dikenal pada tahun 1992. Literatur yang mengkaji model penentuan harga CAT Bond masih sedikit. Model penting pertama dalam penentuan harga CAT Bond dikembangkan oleh Cummins/Geman (1995) yang ditujukan pada penentuan harga Catastrophe Insurance Future dan Call Spreads. Model tersebut didasarkan pada arbitrage dengan menggunakan Poisson jump process untuk menyatakan kejadian bencananya. Egami dan Young (2008) mengembangkan suatu metode untuk penentuan harga CAT Bond yang didasarkan pada utility indifference pricing. Unger (2010) menghasilkan formula dengan menggunakan model diskrit untuk penentuan harga CAT Bond dengan pendekatan persamaan diferensial parsial numerik. Albrecher, Hartinger dan Tichy (2003) mengembangkan metode Quasi Monte
Carlo
untuk
menentukan
harga
CAT
Bond.
Baryshnikov
(2001)
mengembangkan arbritrage free solution untuk menentukan harga CAT Bond pada perdagangan waktu kontinu dengan menggunakan proses Poisson ganda untuk model proses kejadian bencananya. Burnecki dan Kukla (2003) mengaplikasikan model dari Baryshnikov (2001) untuk menghitung no-arbitrage prices dari zero coupon dan coupon CAT Bond berdasarkan proses Poisson ganda pada modelnya.
6
1.6
Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini akan disajikan dalam sitematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas teori-teori dasar yang menunjang penyelesaian dari model permasalahan yang dirumuskan. BAB III PENENTUAN HARGA CAT BOND Bab ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan CAT Bond, pendefinisian claim aggregate loss dari risiko akibat suatu bencana alam, penggunaan rekursi panjer pada distribusi claim aggregate loss dan penentuan harga CAT Bond dengan suku bunga stokastik model CIR. BAB IV STUDI KASUS Pada bab ini menganalisa implementasi perhitungan aproksimasi harga CAT Bond dalam suatu contoh kasus. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan serta saran sebagai akibat kekurangan dari hasil penelitian yang dilakukan.