BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri banyak etnis, salah satunya adalah etnis Melayu. Etnis Melayu merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Etnis Melayu mempunyai banyak warisan leluhur yang masih tersimpan dan belum digali sampai sekarang sehingga dikhawatirkan warisan budaya tersebut
akan
menurun
kualitas
atau
mutunya
disebabkan
oleh
perkembangan peradaban yang terjadi pada masyarakat Melayu tersebut. Karya sastra merupakan hasil pemikiran dan cermin dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan. Karya sastra merupakan hasil renungan atau pikiran serta daya imajinasi yang terpadu karya sastra itulah yang membedakan dengan buku-buku sastra dan karangan lainnya. Melalui karya sastra segala kemungkinan diungkapkan oleh pengarang, baik kehidupan jasmani maupun rohani, secara universal. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat lalu diwariskan turun-menurun secara lisan sebagai milik bersama. Ragam sastra yang demikian tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang, serta penyalur perasaan dan pendengaran, tetapi juga sebagai pencerminan sikap,
Universitas Sumatera Utara
pandangan, angan-angan kelompok, alat pendidikan anak-anak, alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan serta pemeliharaan norma masyarakat. Sastra lisan merupakan bagian suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan turun-temurun secara lisan sebagai milik bersama. Ragam sastra yang demikian tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang, serta penyalur perasaan dan pendengaran, melainkan juga sebagai alat cermin sikap pandangan dan lembaga kebudayaan serta alat pemeliharaan norma-norma masyarakat. Dalam keadaan masyarakat yang sedang membangun, seperti halnya masyarakat Indonesia sekarang ini, berbagai bentuk kebudayaan lama termasuk sastra lisan, bukan mustahil akan terabaikan di tengah-tengah kesibukan pembangunan dan pembaharuan yang sedang meningkat. Sehingga dikhawatirkan lama kelamaan akan hilang tanpa bekas atau berbagai unsurnya yang asli sudah tidak dapat dikenal lagi. Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting, maka penelitian sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin. Lebih-lebih lagi bila diingat bahwa terjadinya perubahan dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan dalam teknologi, adanya radio, dan televisi dapat menyebabkan berangsur hilangnya sastra lisan di seluruh Nusantara. Dengan demikian, penelitian sastra lisan berarti melakukan penyelamatan
Universitas Sumatera Utara
sastra lisan itu dari kepunahan, yang dengan sendirinya merupakan usaha pewarisan nilai budaya, karena dalam sastra lisan itu banyak ditemui nilainilai serta cara hidup dan berpikir masyarakat (nilai-nilai sosiologis masyarakat) yang memiliki sastra lisan itu. Hampir setiap suku bangsa di Indonesia mengenal adanya sastra lisan, demikian pula halnya dengan sastra lisan Melayu Serdang. Salah satu genre prosa rakyat dari kesusasteraan Melayu adalah cerita rakyat yang lahir dari etnik masyarakat Melayu Serdang. Sastra lisan Melayu Serdang merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu diselamatkan.
Salah
satu
usaha
penyelematannya
adalah
dengan
mengadakan penelitian dan inventarisasi. Di samping itu, penelitian ini bermanfaat pula sebagai salah satu upaya pembinaan dan pengembangan sastra lisan yang bersangkutan, dan sekaligus mempunyai manfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan budaya daerah dan nasional. Dari sekian banyak sastra lisan Melayu Serdang, satu diantaranya adalah cerita rakyat Tuah Burung Merbuk, ( selanjutnya akan disingkat menjadi TBM ). TBM adalah cerita rakyat Melayu Serdang yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Melayu Serdang dan merupakan cerminan dari masyarakat Melayu Serdang. TBM menceritakan tentang 2 orang anak yang bernama si Ahmad anak sulung dan si Muhammad anak bungsu, mereka berasal dari sebuah kampong yang mempunyai seekor burung merbuk yang bertuah mereka
Universitas Sumatera Utara
sering bermain bersama-sama kemana saja, Pada suatu hari ada pawang burung merbuk dari kampong seberang datang untuk mencari burung merbuk bertuah yang dimiliki anak tersebut karena dia pernah bermimpi pada suatu hari dan didalam mimpinya dia didatangin seorang kakek dengan maksud tujuan bahwasannya burung merbuk yang dimiliki anak-anak tersebut adalah burung bertuah , apabila engkau memekan hatinya burung tersebut maka engkau akan menjadi seorang mentri, dan yang memakan kepalanya adalah seorang raja, dan suatu hari pawang tersebut datang untuk membeli burung tersebut karena orang tua si Ahmad dan Muhammad ini perlu dengan keuangan maka ia memncoba menjualnnya , sebelum dijualnnya ibu dari anak-anak tersebut menggorengnya untuk dijual kepada pawang tersebut dan setelah itu pulanglah anak-anaknya dari ladang dan sesampai dirumahnya anak-anak itu bertanya kepada ibu nya soal burung merbuk mereka lalu ibunya bilang burung mereka telah mati digigit kucing, mereka tampak sedih mendengar kabar tersebut, karena mereka sangat sayang sama burung merbuk itu mereka pun bertanya kemana burung tersebut ditaruh, lalu ibunya membilang kepada anaknya bahwa burung merbuknya digoreng biar bisa dimakan. Lalu mereka bertanya dimana disimpan . ibunya bilang ditaruh di meja makan lalu merekapun kesana dan sangkin sayangnya mereka dengan burung itu mereka memakannya, lalu ahmad memakan kepalanya dan Muhammad memakan hatinya . setelah mereka memakannya beberapa saat kemudian orangtuanya bertanya kepada mereka, dimana
Universitas Sumatera Utara
burung goreng tersebut, mereka pun menjawab burung gorengnya sudah mereka makan, karena oarang tuannya sangat memebutuhkan uang untuk memenuhi kehidupan dengan menjual burung goreng tersebut merekapun disuruh pergi dari rumah dan berjuang diluar untuk bertahan hidup. Setelah dewasa si Ahmad menjadi seorang raja dan Muhammad menjadi seorang mentri. Ditinjau dari kemasyarakatan, penelitian ini juga mempunyai arti penting. Ia dapat digunakan sebagai bahan pengajaran untuk mengetahui budaya-budaya yang ada di Indonesia. Secara tidak langsung penelitian ini juga memberi sumbangan bahan pembinaan kepribadian bangsa, terutama sastra lisan yang memuat unsur pendidikan budi pekerti luhur.
1.2 Rumusan Masalah Untuk lebih memfokuskan pembahasan maka diperlukan perumusan masalah yang tepat agar pembahasan terhadap cerita rakyat TBM tidak meluas dan tidak mencapai sasaran yang dikehendaki. Permasalahan yang akan dibicarakan dalam tulisan ini pada hakikatnya mencakup aspek tinjauan sosiologis dalam cerita TBM. Untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek sosiologi dalam cerita rakyat tersebut maka dianggap periu untuk menelaah terlebih dahulu aspek-aspek pembangun dari cerita rakyat tersebut atau unsur-unsur pembentuk dalaman cerita (unsur intrinsik) rakyat TBM.
Universitas Sumatera Utara
1.3.Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah maka kajian sosiologis dalam cerita rakyat TBM secara khusus bertujuan untuk: 1. Mengetahui struktur intrinsik pada cerita rakyat TBM masyarakat Melayu serdang. 2. Mengetahui aspek sosiologis dalam cerita rakyat TBM.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Menambah khasanah kajian sastra masyarakat Melayu Serdang khususnya cerita TBM. b. Sebagai sumber bacaan bagi peneliti sastra agar cerita rakyat terus menerus digali dan dikembangkan. c.
Mengembangkan
dan
melestarikan
nilai-nilai
atau
tinjauan
yang
terkandung dalam karya sastra Melayu. d. Memelihara karya sastra lisan agar terhindar dari kemusnahan dan dapat diwariskan pada generasi yang akan datang. e. Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Sarjana Sastra di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Orisinilitas Penelitian Penelitian terhadap cerita rakyat berupa intertalisasi TBM ini telah dilakukan oleh Eddy Setia dan kawan-kawan, pada tahun 1990, dengan judul Fungsi dan Kedudukan Sastra Lisan Melayu Serdang. Namun kajian yang dilakukan oleh Eddy Setia dkk., hanya menyangkut fungsi dan kedudukan cerita saja tanpa menganalisis cerita rakyat TBM, baik dengan pendekatan sastra maupun dengan pendekatan sosiologi sastra, Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa kajian yang penulis kerjakan terhadap cerita rakyat TBM merupakan karya ilmiah yang masih asli (orisinil) dan belum pernah dikaji oleh peneliti manapun. Adapun kajian yang penulis fokuskan adalah tinjauan sosiologis yang terkandung di dalam TBM.
1.6 Objek Penelitian Naskah yang menjadi objek penelitian penulis adalah kumpulan cerita yang diteliti oleh Eddy Setia dan kawan-kawan pada tahun 1990 dengan data sebagai berikut : Judul
: Hikayat Tuah Burung Merbuk
Judul buku Asli
: Tuah Burung Merbuk
Bentuk karya sastra
: Cerita Prosa Rakyat
Prasilitator
: Rosmawati R.
Bentuk
: Hikayat Jenis rekaaan
Universitas Sumatera Utara
Penerbit
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
Tahun terbit
: 1990
1.7 Landasan Teori Untuk membahas tentang struktur dalam teori struktural dan nilai nilai sosiologis yang terkandung di dalam cerita rakyat TBM digunakan dua teori pendekatan yaitu teori struktural dan teori sosiologi sastra. Kedua teori pendekatan
tersebut
digunakan
untuk
mengetahui
sekaligus
mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan intrinsik yang terdapat di dalam hikayat tersebut. Berikut akan dipaparkan kedua teori pendekatan tersebut
1.7.1 Teori Struktural Untuk mengetahui struktur dalam sebuah karya sastra, haruslah dilakukan analisis unsur instrinsik karya sastra tersebut. Dalam unsur intrinsik digunakan empat struktur karya sastra prosa fiksi yang harus dianalisis yaitu: alur (plot), penokohan/perwatakan, latar,dan tema (Tinambunan. et.al., 1996:7-14). Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan strukturalisme Praha. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antar unsurnya. Masalah
Universitas Sumatera Utara
unsur dan hubungan antarunsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Sebuah karya sastra, fiksi, atau puisi, menurut kaum strukturalisme dalam sebuah totaiitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams dalam Nurgiyanto, 2001 : 46). Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Secara sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi berarti dan penting setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-bagian
yang
lain,
serta
bagaimana
sumbangannya
terhadap
keseluruhan wacana. Selain istilah struktural di atas, dunia kesastraan mengenal istilah strukturalisme. Strukturalisme dapat di pandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. Jadi, strukturalisme (disamakan dengan pendekatan objektifnya Abrams) dapat dipertentangkan dengan
Universitas Sumatera Utara
pendekatan yang lain, seperti pendekatan mimetik, ekspresif, dan pragrnatik (Abrams dalam Teeuw, 1989 : 189). Namun di pihak lain, strukturalisme, menurut Hawkes (dalam Nurgiyantoro, 2004 ; 47), pada dasarnya juga dapat dipandang sebagai cara berpikir tentang dunia yang lebih merupakan susunan hubungan dari pada susunan benda. Dengan demikian, kodrat setiap unsur dalam bagian sistem struktur itu baru mempunyai makna setelah berada dalam hubungannya dengan unsur-unsur yang lain yang terkandung di dalamnya. Kedua pengertian tersebut tidak perlu dipertentangkan namun justru dapat dimanfaatkan secara saling melengkapi. Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini TBM, dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik hikayat yang barsangkutan. Mula-mula diidentifikasikan dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwaperistiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-iain. Setelah coba di jelaskan bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur dalam menunjang makna keseluruhannya ,dan bagaimana hubungan antar unsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu. Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tidak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan
demikian
pada
dasarnya
analisis
struktural
bertujuan
memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama rnenghasilkan sebuah keseluruhan .Analisis struktual tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya sastra,misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin di capai. hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik, di samping setiap karya mempunyai ciri kekompleksan dan keunikan sendiri. Hal inilah antara lain yang membedakan antara karya yang satu dengan karya yang lain. Namun, tak jarang analisis fragmentaris yang terpisah-pisah. Analisis yang demikian inilah yang dapat dituduh sebagai mencincang karya sastra sehingga justru menjadi tidak bermakna. Analisis structural dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsurunsur dalam mikrotes, satu keseluruhan wacana, dan wacana intertekstual (Hartoko dan Rahmanto, 1996 : 136). Analisis unsur-unsur mikrotes itu misalnya berupa analisis kata-kata dalam kaiimat, atau kalimat-kalimat dalam alinea atau konteks wacana yang lebih besar. Namun, ia dapat juga berupa analisis fungsi dan hubungan antara unsur satu keseluruhan wancana dapat berupa analisis bab per bab, atau bagian-bagian secara keseluruhan seperti dibicarakan di atas. Analisis relasi intelekstual berupa kajian hubungan antar
Universitas Sumatera Utara
teks, baik dalam satu periode (misalnya untuk karya-karya sastra Melayu zaman Hindu) maupun dalam periode-periode yang berbeda (misalnya antara karya-karya Melayu zaman Hindu dengan sastra Melayu zaman Islam). Melepaskan karya sastra dari latar belakang sosial budaya dan kesejarahannya, akan menyebabkan karya itu menjadi kurang bermakna, atau paling tidak maknanya menjadi sangat terbatas, atau bahkan makna menjadi sulit ditafsirkan. Hal itu berarti karya sastra menjadi kurang berarti dan bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu, analisis struktural sebaiknya dilengkapi dengan analisis yang lain, yang dalam hal ini dikaitkan dengan keadaan sosial budaya secara luas.
1.7.2 Sosiologi Sastra Membicarakan sosiologi sastra adalah membicarakan sampai di mana hubungan antara sosiologi dan sastra, dan membicarakan hasil sastra yang relevan. Sastra tercipta untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan manusia dalam suatu masyarakat. Sebagai sesuatu yang perlu dinikmati, karya sastra harus mengandung keindahan yang berasal dari keorisinalitasan sehingga dapat
memenuhi
penikmatnya.
dan
Sebagai
memuaskan sesuatu
yang
kehausan perlu
estetis
dipahami,
masyarakat karya
sastra
memendam kompleksitas yang hanya dapat dimengerti dengan usaha yang sungguh-sungguh dan teliti pleh masyarakat pembacanya. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
untuk mengungkapkan kandungan karya sastra dibutuhkan kepekaan yang luar biasa. Sebagai sesuatu yang perlu dimanfaatkan, karya sastra mengandung nilai berharga yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan manusia. Banyak kenyataan sosial yang dihadapi manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kenyataan sosial itu dapat berupa tantangan .untuk mempertahankan hidup, kebahagiaan dalam situasi keberhasilan, frustasi dalam situasi kegagalan, kesedihan dalam suasana kemalangan, dan lain sebagainya. Kenyataan sosial tersebut muncul sebagai akibat hubungan antar manusia, hubungan antara masyarakat dan hubungan antar peristiwa dalam batin seseorang. Situasi yang dialami manusia demi mengembangkan kemasyarakatan situasi yang dialami manusia demi mengembangkan kemasyarakatan atau kesejahteraan manusia itu sendiri sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, pengarang merupakan ahli strategi. Pengarang harus mampu menilai sesuatu dengan tepat dan teiiti. Pengarang tidak akan dapat mengetahui dan mengantisipasi masa dengan sesuatu dengan tepat, apa yang akan memberikan harapan dan apa yang akan menyuguhkan ancaman, apabila dia tidak mengetahui keadaan sesuatu dengan jelas. Dengan demikian, seorang ahli strategi yang bijaksana tidak akan puas dengan strategi yang hanya memuaskan dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Pengarang akan waspada terhadap ancaman atau bahaya yang sewaktu waktu dapat menghadang. Dari uraian di atas dapat dilihat tiga aspek yang saling berhubungan yaitu hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Hubungan itu bersifat sosial dan tertuang dalam suatu karya sastra sebagai sarana penghubung antar sastrawan dan masyarakat pembaca. Dengan demikian, pembicaraan ini bersifat sosiologis yang disebut sosiologi sastra. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra adalah studi sosiologi terhadap karya sastra yang membicarakan hubungan dan pengaruh timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, dengan menitik beratkan pada realitas dan gejala nilai-nilai sosiologis yang ada diantara ketiganya. Dengan batasan seperti itu tampaklah kecenderungan ke arah relasi antara kenyataan yang hidup dalam masyarakat yang dirujuk karya sastra tersebut serta sikap budaya dan kreativitas pengarang sebagai seorang anggota masyarakat. Pencerminan
suatu
masyarakat
yang
dimaksud
seperti
yang
ada
dalam
diungkapkan Semi (1984:55) bahwa, Kesusastraan
mencerminkan
sistem
sosial
yang
masyarakat, sistem kekerabatan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem kepeceryaan yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan. Karena itu, karya sastra hanyalah merupakan cermin dari pengarang semata. Kalaupun pengarang menggambarkan suatu keadaan umum masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dalam karya sastranya, maka gambaran itu hanyalah karena telah menjadi persoalan pribadinya sendiri. Dengan demikian, jelaslah bahwa sosiologi dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan sastra, sebab antar sosiologi dan sastra saling menguntungkan. Hanya perlu disadari bahwa karya sastra bukanlah merupakan
cermin
yang
mendahului
pikiran
masyarakat
zamannya.
melajnkan karya sastra hanyalah cerminan masyarakat zamannya. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran sastra mempunyai peranan penting dalam membentuk struktur masyarakat. Pengarang dan karyanya merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka membicarakan sebuah karya sastra. Disatu sisi, pengarang adalah anggota dari kelompok masyarakat yang hidup ditengah-tengah kelompok masyarakat tersebut. Soemarjo (1995:15) juga menekankan, bahwa kehadiran karya sastra merupakan salah satu wujud pelestarian dari keadaan sosio-kultur suatu masyarakat dimana ia tercipta. Lebih jauh lagi Yakob Soernarjo mengatakan bahwa, "karya sastra menampilkan wajah kultur zamannya, tetapi lebih dari sifat-sifat sastra juga ditentukan oleh masyarakatnya". Pendapat Sumadjo di atas didukung pula oleh Semi (1989:54) yang mengataKan bahwa, a. konteks sosial pengarang yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk
Universitas Sumatera Utara
di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan disamping mempengaruhi isi karya sastranya. b. sastra sebagai cermin masyarakat yang telaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. c. sosial sastra dalam hal ini ditefaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial dan sampai berapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca.
Sosiologi pada sisi lain sebagai ilmu yang berbicara tentang aspekaspek kemasyarakatan selalu dapat dimanfaatkan untuk pehibicaraan sebuah cipta sastra, tinjauan sosiologi Jalam sebuah karya sastra dapat terwujudkan untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam Banyak hal-hal yang menjadi fokus pengamatan seseorang sastrawan kehidupan pribadinya, iingkungan serta harapan-harapannya menjaai hal yang menarik dalam penelitian sebuah cipta sastra. Kompleks permasalahan itu merupakan hadiah seorang pengarang yang dapat memperluas wawasan pemikiran anggota
masyarakat.
Dengan
menggambarkan
fenomena
dari
hasil
Universitas Sumatera Utara
pengamatan pengarang, masyarakat pembacanya memperoleh hal yang bermakna dalam hidupnya. Pengarang sendiri mendapat sumber dalam aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah menyangkut perwatakan tokoh-tokohnya. Tokoh yang berfikiran primitif tidak mungkin akan bertindak sebagai manusia modern yang serba luwes. Ciri-ciri perwatakan sesorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang Iingkungan dimana dia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra. Warren dalam (Damono, 1996:84) mengklasifikasikan sosiologi sastra menjadi: pertama, sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebayai penghasil sastra. Kedua, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra sastra itu sendeiri; yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Ketiga, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. lan Watt dalam (Damono, 1996:3-4) melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Oleh sebab itu, telaah sosiologi suatu karya sastra akan mencakup tiga hal yaitu : pertama, konteks sosial
Universitas Sumatera Utara
pengarang yaitu menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk di dalamnya faktor sosial yang mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya, kedua, sastra sebagai cermin masyarakat yaitu sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra yaitu sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, sastra sampai berapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca.
1.8.Metode Penelitian 1.8.1.Jenis Penelitian
Metode atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif, yang oleh Nawawi ( 1990 :63 ) diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek/subjek penelitian ( seseorang lembaga, masyarakat, dan lain-lain ) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaiman adanya. Dengan demikian dalam penelitian penulis tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan data-data fakta yang ada dan kemudian diinterprentasikan serta dianalisis secara rasional.
Universitas Sumatera Utara
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kepustakaan (library research). Yang tujuannya untuk menambah bahanbahan atau buku-buku yang berhubungan dengan masalah penelitian.
1.8.2.Metode pengumpulan data Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Studi
kepustakaan,
yaitu
teknik
pengumpulan
data
dengan
mempelajari buku-buku, jurnal penelitian, dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan topic penelitian. b. Studi teks, yaitu pengumpulan data melalui naskah yang diteliti setelah terlebih dahulu membaca kemudian menafsirkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam naskah.
1.8.3.Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, karena metode penelitian yang digunakan adalah kuaiitatif maka peneliti bersikap netral sehingga tidak mempengaruhi data. Untuk itu peneliti hanya membaca dan memperlihatkan lalu berusaha menjabarkan atau menginterpretasikan data tersebut untuk dianalisis sehingga dapat memberikan kesimpulan setelah dilakukan pengecekan ulang atas data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Informasi dan data yang dieroleh dari naskah disusun secara sistematis dan dikategorisasikan, selanjutnya dianalisis dengan interpretasi kuaiitatif. Setelah penyusunan dan analisis data, selanjutnya informasi tersebut didisain sesuai dengan bagian-bagian yang telah ditentukan sehingga dapat menghasilkan sebuah laporan penelitian yang integrative dan sistematis.
Universitas Sumatera Utara