154
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam rangka perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Dengan belajar bahasa, siswa dapat mengembangkan kecerdasan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan siswa juga dapat dikembangkan untuk bergaul dengan sesamanya, dan dengan masyarakat di luar lingkungannya. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, baik secara lisan maupun tertulis, siswa akan dapat menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi dengan lebih cepat dan lebih baik. Oleh sebab itu, pendidikan bahasa, baik bahasa ibu, bahasa nasional, maupun bahasa internasional ditekankan pada kompetensi komunikatif. Bygate (1987) dalam Ghazali mengatakan bahwa kemampuan bahasa lisan memerlukan pengetahuan tentang bahasa yang digunakan dalam hal ini, yakni tata bahasa, kosakata, penggunaan bentuk yang tepat untuk fungsi tertentu. Selain itu, keterampilan untuk mengomunikasikan pesan, yaitu penggunaan formula verbal atau penyesuaian terhadap kata-kata. Bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam era globalisasi. Sebagian masyarakat multibahasa menggunakan bahasa Inggris dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu di antaranya adalah di bidang pariwisata. Salah satu komponen pembelajaran bahasa Inggris adalah pemahaman dan penguasaan kosakata. Pemahaman dan penguasaan kosakata secara umum
dianggap sebagai bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Penguasaan kosakata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tanpa memiliki kosakata yang memadai, siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi dasar berbahasa Inggris. Sebaliknya, semakin banyak kosakata bahasa Inggris dikuasai dan dipahami oleh siswa maka semakin mudah siswa tersebut mempelajari dan memahami bahasa Inggris. Menurut Edward dan Rebecca (1977:150) yang dikutip oleh Novena Ade Fredyarini Soedjiwo (2010) dalam tesisnya yang berjudul “Penguasaan dan Pemakaian Kosakata dalam Kalimat Sederhana pada Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa SD Negeri 8 dan RSDBI Muhammadiyah 2 Denpasar”, sebagian besar siswa mempelajari bahasa baru cenderung dipengaruhi oleh bahasa pertama, kemudian berangsur-angsur berkembang lebih akurat dan berstruktur. Hal ini terjadi akibat siswa terpengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan selalu berdasarkan instruksi guru, dalam hal ini guru bukan penutur asli dan masih dipengaruhi tuturan bahasa pertama, fonologi, dan struktur kalimat sehingga pengajaran masih terfokus pada kosakata. Salah
satu
metode
pembelajaran
yang dapat diterapkan
dalam
pembelajaran bahasa, yaitu contextual teaching and learning (CTL). Metode CTL adalah konsepsi pembelajaran yang membantu pengajar menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata serta pembelajaran yang memotivasi peserta didik
agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Iskandarwassid, 2009). Metode CTL muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Pengajaran dengan menggunakan metode CTL memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan di dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalahmasalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Dalam metode CTL ini ada tujuh elemen penting, yaitu inkuiri, pertanyaan, konstruktivistik, pemodelan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan refleksi. Ketujuh unsur tersebut dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa, metode CTL ini biasa dilakukan melalui teknik bermain peran (Iskandarwassid, 2009). Metode CTL sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Metode CTL ini juga dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan sebelas perguruan tinggi, dua puluh sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Yang melandasi pengembangan Contextual Teaching and Learning adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Kesuma, 2009). Pada survei yang dilakukan pada Januari 2012 sampai dengan Maret 2012 diketahui bahwa para siswa SMP Taman Sastra Jimbaran, dari kelas VII sampai dengan kelas IX lebih dominan menggunakan bahasa Bali, bahasa ibu mereka sebagai alat komunikasi mereka sehari-hari dengan teman-teman mereka di sekolah. Bahasa Bali yang digunakan adalah bahasa Bali kasar. Mereka belum mampu menggunakan bahasa Bali madya (menengah) dan alus, sedangkan bahasa Indonesia hanya digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan pada saat berkomunikasi dengan teman mereka yang tidak bisa berbahasa Bali. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII karena siswa tersebut merupakan siswa transisi. Artinya, mereka masih terbawa pada situasi/suasana belajar bahasa Inggris seperti di Sekolah Dasar dan belum mengenal situasi/suasana belajar bahasa Inggris pada sekolah menengah pertama (SMP). Sebagian besar mereka berasal dari sekolah dasar negeri yang berada di lingkungan Kelurahan Jimbaran. Pada umumnya, mereka mendapatkan pelajaran bahasa Inggris di kelas IV dan mereka lebih banyak belajar tentang kosakata. Selain itu, materi pelajaran bahasa Inggris kelas VII masih tentang kosakata yang tidak jauh berbeda dengan materi pelajaran di Sekolah Dasar. Penelitian tidak dilaksanakan di kelas VIII karena materi pelajaran bahasa Inggris ini lebih banyak mengenai struktur kalimat bahasa Inggris sehingga tidak cocok dengan judul penelitian yang dilaksanakan, yakni mengenai peningkatan
penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. Penelitian juga tidak dilaksanakan di kelas IX karena siswa kelas ini akan melaksanan ujian akhir. Survei petama dilakukan pada Januari 2012 di kelas VII E, karena kelas tersebut merupakan kelas yang siswanya memeroleh nilai paling rendah ketika tes masuk sekolah sehingga kelas ini perlu berikan treatment untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris mereka. Pada survei tersebut diketahui bahwa pengajaran bahasa Inggris masih berpusat pada guru, sedangkan perhatian siswa tidak terfokus pada guru dan cenderung pasif. Dengan situasi seperti itu, motivasi dan minat belajar bahasa Inggris sangat kurang sehingga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang kurang baik dalam proses belajar mengajar. Pada Februari 2012 pengajaran bahasa Inggris di kelas VII E dengan menerapkan metode contextual teaching and learning dimulai. Guru bahasa Inggris kelas VIIE sebagai observer pendamping. Selama mengajar, ditemukan beberapa kendala, yakni siswa masih pasif, malas, dan motivasi belajar bahasa Inggris kurang. Selain itu, sebagian dari mereka mengikuti Pekan Olahraga Pelajar (POKJAR) se-Kabupaten Badung dan guru bahasa Inggris kelas VII menjadi pelatih olah raga bulu tangkis. Dari pengalaman tersebut, guru-guru bahasa Inggris menyarankan untuk tidak meneliti kelas VII E, tetapi menyarankan meneliti kelas VII A karena siswa ini merupakan siswa yang memeroleh nilai tertinggi ketika tes masuk sekolah. Pada survei yang kedua, dilakukan pada September 2012 pengajaran bahasa Inggris di SMP Taman Sastra Jimbaran, khususnya pada kelas VII A masih didominasi oleh kelas yang berpusat pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan sehingga ceramah merupakan pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Dengan tidak memberdayakan siswa sebagai pusat pembelajaran, pengajaran bahasa Inggris akan monoton dan cenderung membosankan siswa. Motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris lemah sehingga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang kurang baik dalam proses belajar mengajar, seperti malas, tidak memerhatikan penjelasan guru, dan acuh tak acuh. Oleh sebab itu, materi yang telah diajarkan oleh guru akan mudah terlupakan oleh siswa dan siswa hanya belajar ketika berada di kelas. Berdasarkan keterangan di atas, diputuskan SMP Taman Sastra Jimbaran untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini dibahas mengenai penerapan metode contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa, khususnya siswa kelas VII A. Dengan menerapkan ketujuh elemen penting (inkuiri, pertanyaan, konstruktivisme, pemodelan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan refleksi) yang terdapat pada metode
contextual teaching and
learning dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, diharapkan peningkatan penguasaan kosakata siswa kelas VII A dapat diketahui secara lebih jelas.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang perlu dirumuskan, seperti berikut. 1) Bagaimanakah penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran sebelum penerapan metode contextual teaching and learning?
2) Bagaimanakah hasil peningkatan pcnguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran setelah penerapan metode contextual teaching and learning? 3) Faktor-faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran dalam penerapan metode
contextual teaching and
learning dalam
proses
pembelajaran bahasa Inggris?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, terdapat dua tujuan. Kedua tujuan tersebut, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus penelitian.
1.3.1
Tujuan Umum Adapun tujuan umum penelitian ini adalah pencarian informasi lebih
lanjut tentang penerapan metode contextual teaching and learning dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan metode contextual teaching and learning tersebut berhasil memberikan peningkatan penguasaan kosakata siswa.
1.3.2
Tujuan Khusus Penelitian ini memiliki tiga tujuan khusus. Ketiga tujuan khusus tersebut
seperti berikut
1) Untuk mendeskripsikan penguasaan kosakata siswa kelas VII A, SMP Taman Sastra Jimbaran sebelum penerapan metode contextual teaching and learning. 2) Untuk menganalisis peningkatan kosakata siswa kelas VII A, SMP Taman Sastra Jimbaran setelah penerapan metode contextual teaching and learning. 3) Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan kosakata siswa kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran dalam penerapan metode contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.
1.4 Manfaat Penelitian Pada penelitian ini, terdapat dua manfaat penelitian. Kedua manfaat penelitian tersebut, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1
Manfaat Teoretis Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
atau kontribusi terhadap penerapan teori linguistik, khususnya dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk siswa di Indonesia pada umumnya dan siswa kelas VII A, SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan, Bali khususnya. Dengan penelitian ini pula dapat dikatakan bahwa pengetahuan kelinguistikan tentang penguasaan kosakata pembelajaran bahasa Inggris dengan penerapan metode CTL pada siswa sekolah menengah pertama, juga dapat memberikan manfaat untuk kemajuan bahasa, terutama dibidang pendidikan.
1.4.2
Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
menghasilkan beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut untuk siswa, guru, sekolah, dan peneliti lainnya. Adapun keuntungan-keuntungan tersebut seperti berikut. 1) Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris mereka melalui penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris agar menyenangkan dan bermakna dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa penerapan metode CTL memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menemukan makna dan arti diri dalam pelajaran akademik, dalam hal ini adalah penguasaan kosakata bahasa Inggris dengan benar-benar mengaitkan pekerjaan sekolah dengan kehidupan sehari-hari dan minat mereka. 3) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bahwa diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa melalui penerapan metode CTL, misalnya laboratorium bahasa atau tape recorder beserta kasetnya, TV beserta DVD dan CD-nya. 4) Hasil penelitian ini dapat menambah referensi tentang penerapan metode CTL dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa sekolah menengah pertama.
154
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka Penelitian dengan penerapan metode CTL atau pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran telah banyak dilakukan. Berikut ini diuraikan beberapa penelitian tentang penerapan metode CTL dalam pembelajaran. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah seperti di bawah ini. Pertama, penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Peningkatan Kompetensi Menulis Karangan Deskriptif pada Siswa Kelas VIII SMP Harapan Mulia Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Enny Rahayu (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kontekstual, yang dilakukan dalam dua siklus tindakan, dapat meningkatkan kompetensi menulis karangan deskriptif siswa kelas VIII SMP Harapan Mulia Denpasar tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya rerata kemampuan awal siswa, yakni 64,39 dengan nilai tertinggi 82, nilai terendah 42, dan persentase kelulusan hanya mencapai 25% menjadi 75,29 pada siklus I, nilai tertinggi menjadi 90, nilai terendah menjadi 62, dan persentase kelulusan menjadi 75%. Pada siklus II hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan, yakni 79,25 untuk nilai rata-rata, 95 untuk nilai tertinggi, 70 untuk nilai terendah, dan persentase ketuntasan belajar menjadi 100%.
Kedua, penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di MI Mifthaul Huda Pasuruan” oleh Nur Yulianti (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V MI Mifthaul Huda Pasuruan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa, yakni nilai rata-rata pada pratindakan adalah 53,68, pada siklus I 68,41, dan pada siklus II 79,20. Pada penelitian ini hanya dicantumkan nilai rata-rata siswa, tetapi tidak dicantumkan berapa nilai terendah dan nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa, baik sebelum tindakan maupun sesudah tindakan (siklus I dan siklus II). Selain itu, Yulianti juga tidak mencantumkan persentase kelulusan mulai dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Ketiga, penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual” oleh Irmawati (2010). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Langsa, Aceh pada kelas XII IPA-1 semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa 35 orang. Penelitian ini dilakukan dalam satu semester, yang terbagi dalam dua siklus besar. Setiap siklus dibagi dalam subsiklus sesuai dengan jumlah materi pokok yang diajarkan. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XII IPA-l SMA Negeri 2 Langsa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes siswa pada siklus II bahwa 83% siswa memeroleh nilai 75. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati ini, tidak mencantumkan nilai rata-rata siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, dan persentase
kelulusan siswa mulai dari pratindakan sampai siklus I dan siklus II. Keunggulan penelitian ini, yakni dilakukan selama satu semester, yang artinya peneliti benarbenar mengetahui situasi kelas selama proses pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan kurang. Keempat, penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Menggunakan Media Sederhana untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang” oleh Rahmatinnija (2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang, mulai dari sebelum dan sesudah tindakan mengalami peningkatan pada tiap aspeknya. Peningkatan yang dimaksud adalah pada aspek minat mencapai 48,9%, pada aspek perhatian mencapai 40%, dan 60% pada aspek ketekunan, sedangkan untuk keseluruhan aspek motivasi pada observasi awal 41,2%, pada siklus I menjadi 74,1%, dan pada siklus II menjadi 89,4%. Hasil angket motivasi belajar siswa menunjukkan index rata-rata motivasi belajar sebesar 2,99 (motivasi cukup) dan setelah tindakan sebesar 4,17 (motivasi baik) dengan peningkatan 39,5%. Prestasi belajar siswa untuk nilai mencapai KKM sekolah dari sebelum ke sesudah tindakan mengalami peningkatan, yakni 41,67%, sedangkan pada peningkatan prestasi dan nilai rata-rata mencapai 9,25 (13,6%). Kelima, penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Questioning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMAN 9 Malang” oleh Widara Krisna Santi (2010). Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa penerapan
pembelajaran kontekstual dengan metode questioning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X.2 SMAN 9 Malang. Indikator peningkatan ini ditunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berfikir kritis siswa pada siklus I mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus II, dari 53,08% pada siklus I menjadi 76,67% pada siklus II. Begitu juga rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus II, yakni jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebesar 73% meningkat menjadi 92% pada siklus II. Penelitian yang dilakukan oleh Widara Krisna Santi tidak mencantumkan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dan rata-rata hasil belajar siswa sebelum tindakan. Keenam, penelitian yang berjudul “Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika” oleh Nur Kholis dan Hartoyo (2009). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dengan penerapan model CTL, pembelajaran mata kuliah Matematika menjadi efektif, karena tujuh komponen pembelajaran efektif yang terdiri atas konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penelitian autentik. Motivasi dan keterlibatan aktif
41 mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Matematika pada Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, semester ganjil tahun 2009/2010, menjadi meningkat. Selain itu, dengan penerapan model CTL, hasil pembelajaran mahasiswa tersebut melampaui kriteria minimal keberhasilan. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan nilai sebagai berikut. Pada pelaksanaan siklus I, nilai A diperoleh oleh 3 orang (7,32%), 6 orang (14,63%) memeroleh nilai A-, 7
orang (17,07%) memeroleh nilai B+, 17 orang (41,46%) memeroleh nilai B, 5 orang (12,20%) memeroleh nilai B-, 3 orang (7,32%) memeroleh nilai C+, sedangkan pada siklus I 13 orang (7,32%) memeroleh nilai A, 4 orang (9,76%) memeroleh nilai A-, 8 orang (19,51%) memeroleh nilai B+, 12 orang (29,27%) memeroleh nilai B, 7 orang (17,07%) memeroleh nilai B-, 4 orang (9,76%) memeroleh nilai C+, dan 3 orang (7,32%) memeroleh nilai C. Nur Kholis dan Hartoyo tidak mencantumkan hasil belajar mahasiswa, motivasi, dan partisipasi mahasiswa sebelum tindakan. Mereka hanya mencantumkan hasil siklus I dan II. Keenam hasil penelitian di atas yang menerapkan metode CTL dalam proses pembelajaran dan pengajaran memiliki keunggulan, yang ditunjukkan oleh adanya peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi pada siklus I dan siklus II sehingga kriteria kelulusan minimal terlampaui. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode CTL pada mata pelajaran bahasa Inggris yang berjudul “Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan”. Pada penelitian yang dilakukan ini dikhususkan pada peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Penerapan metode CTL dalam pengajaran bahasa Inggris belum pernah dilakukan pada SMP Taman Sastra Jimbaran, selain itu kosakata merupakan salah satu komponen penting dalam pengajaran bahasa Inggris di samping komponen lainnya, seperti structure, pronunciation, dan intonation. Kosakata mempunyai peranan yang sangat vital. Jika seorang siswa lemah dalam penguasaan kosakata, ia tidak dapat
mengomunikasikan pikiran dan idenya dengan jelas seperti yang diinginkannya, baik lisan maupun tulisan. 2.2 Konsep Pada penelitian ini terdapat beberapa konsep penting sebagai acuan atau patokan untuk memperlancar proses penelitian. Konsep-konsep tersebut, yakni konsep penerapan, konsep metode, konsep contextual teaching and learning, konsep peningkatan, konsep penguasaan, dan kosakata bahasa Inggris.
2.2.1
Penerapan dan Metode Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:935), penerapan adalah
pengenaan; perihal mempraktikkan, sedangkan Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran. Proses itu tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Sifat sebuah metode adalah prosedural (Iskandarwassid, 2009:40).
2.2.2
Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Jauhar (2011:181), CTL merupakan suatu proses pendidikan
yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultur) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya. CTL
disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Transfer belajar, yakni siswa harus mengetahui makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang diperolehnya untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya. Tugas siswa adalah sebagai pembelajar, sedangkan tugas guru adalah mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru siswa, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar tersebut. Pentingnya lingkungan belajar, yakni siswa bekerja dan belajar secara mandiri, sedangkan guru mengarahkan dari dekat. Pada CTL ini dibahas pengertian contextual teaching and learning, karakteristik contextual teaching and learning, perbedaan contextual teaching and learning dengan pendekatan tradisional, serta implementasi contextual teaching and learning dalam pembelajaran.
2.2.2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning CTL atau pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa. Disamping itu, juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan rnelibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), (Trianto, 2008:10..11). Johnson (20 10:58) mengatakan bahwa sistem contextual teaching and learning adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang dipelajari. Cara yang ditempuh adalah menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya. Jauhar (2011:182) mengatakan bahwa contextual teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dan situasi dunia nyata siswa. Selain itu, juga mendorong siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam
kehidupan
mereka
sehari-hari.
Pengetahuan
dan
keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika belajar. Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa CTL adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dan situasi dunia nyata siswa dengan rnelibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni
konstruktivisme
(constructivism),
bertanya
(questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
2.2.2.2 Karakteristik Contextual Teaching and Learning Menurut Jauhar (2011:189), contextual teaching and learning memiliki sebelas karakteristik. Kesebelas karakteristik tersebut seperti berikut. 1) Kerja sama. 2) Saling menunjang. 3) Menyenangkan, tidak membosankan. 4) Belajar dengan bergairah. 5) Pembelajaran terintegrasi. 6) Menggunakan berbagai sumber. 7) Siswa aktif. 8) Sharing dengan teman. 9) Siswa kritis, guru kreatif. 10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain. 11) Laporan kepada orang tua, bukan hanya rapor, melainkan hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
2.2.2.3 Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan Tradisional Pada tabel berikut ini dijelaskan perbedaan contextual teaching and learning dengan pendekatan tradisional.
2.1 Tabel Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan Tradisional
No 1.
Contextual Teaching and Learning Menyandarkan pada memori spasial
Tradisional Menyandarkan pada hafalan.
(pemahaman makna). 2.
3.
4.
Pemilihan informasi berdasarkan
Pemilihan informasi ditentukan oleh
kebutuhan siswa.
guru.
Siswa terlibat secara aktif dalam
Siswa secara pasif menerima
proses pembelajaran.
informasi.
Pembelajaran dikaitkan dengan
Pembelajaran sangat abstrak dan
kehidupan nyata/masalah yang
teoretis.
disimulasikan. 5.
Selalu mengaitkan informasi dengan
Memberikan tumpukan informasi
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. kepada siswa sampai saatnya diperlukan. 6.
7.
8.
9.
10.
Cenderung mengintegrasikan
Cenderung terfokus pada satu
beberapa bidang.
(disiplin) tertentu.
Siswa menggunakan waktu belajarnya
Waktu belajar siswa sebagian besar
untuk menemukan, menggali,
digunakan untuk mengerjakan buku
berdiskusi, berpikir kritis, atau
tugas, mendengar ceramah, dan
mengerjakan proyek dan
mengisi latihan yang membosankan
pemecahan masalah melalui kerja
melalui kerja individu.
kelompok.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.
Keterampilan dikembangkan atas
Keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan.
dasar pemahaman.
Hadiah dan perilaku baik adalah
Hadiah dan perilaku baik adalah
pujian atau nilai (angka) rapor.
kepuasan diri. 11.
12.
13.
14.
Siswa tidak melakukan sesuatu
Siswa tidak melakukan hal yang buruk yang buruk karena takut akan karena sadar hal tersebut keliru
hukuman.
dan merugikan.
Perilaku baik berdasarkan motivasi
Perilaku baik berdasarkan motivasi
esktrinsik.
intrinsik.
Pembelajaran hanya terjadi di
Pembelajaran terjadi di berbagai
dalam kelas.
tempat, konteks, dan setting.
Hasil belajar diukur melalui
Hasil belajar diukur melalui penerapan kegiatan akademik dalam bentuk penilaian autentik.
test/ujian/ulangan
Sumber: Depdiknas (2006) dalam Tnianto (2008)
2.2.2.4 Implementasi Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Depdiknas (2002) dalam Trianto (2008:25) mengatakan bahwa sesuai dengan
karakteristiknya,
CTL memiliki tujuh komponen utama,
yaitu
konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment). Jauhar (2011:184) mengatakan bahwa tujuh komponen utama tersebut dapat diaplikasikan sebagai berikut. 1) Konstruktivisme, konsep ini menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dan atau mengingat pengetahuan. Pada umumnya kita sudah menetapkan filosofi konstruktivisme ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam
bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan , dan sebagainya. 2) Inquiry merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan. 3) Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab dilakukan, baik oleh guru maupun siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. 4) Komunitas/masyarakat belajar adalah kelompok belajar atau komunitas yang bertugas sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Praktiknya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. 5) Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemonstrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberikan model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model, dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
6) Refleksi adalah melihat kembali atau merespons suatu kejadian, kegiatan, dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasikan hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apaapa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi, dan hasil karya. 7) Penilaian autentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian autentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil, tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Dari ketujuh penjelasan di atas, terdapat garis besar langkah-langkah penerapan metode contextual teaching and learning menurut Trianto (2008:25) yang dikutipnya dari Depdiknas (2006). Langkah-langkah tersebut seperti berikut. 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Menurut Jauhar (2011:183), terdapat enam hal yang dapat memengaruhi keberhasilan pelaksanaan contextual teaching and learning. Keenam hal tersebut seperti berikut. 1) Pembelajaran bermakna, pemahaman relevansi, dan penilaian pribadi sangat erat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata siswa atau untuk
mengetahui
manfaat
isi
pelajaran
jika
mereka
merasakan
berkepentingan untuk belajar demi kehidupanya pada masa yang akan datang. 2) Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari atau diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. 3) Berpikir tingkat tinggi, siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan berpikir kreatifnya untuk mengumpulkan data, memahami suatu isu, dan memecahkan suatu masalah. 4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dunia kerja. 5) Responsif terhadap budaya, guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik, dan masyarakat tempat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta hubungan antar budaya tersebut akan memengaruhi pembelajaran dan sekaligus akan
berpengaruh terhadap cara mengajar guru. Empat hal yang perlu diperhatikan dalam CTL, yaitu kelas, individu siswa, kelompok siswa, baik sebagai tim maupun keseluruhan, tatanan sekolah dan besarnya tatanan komunikasi sekolah. 6) Penilaian autentik, penggunaan berbagai strategi penilaian (misalnya penilaian proyek/tugas terstruktur, kegiatan siswa, penggunaan portofolio, rubrik, daftar cek, pedoman observasi, dan sebagainya) akan merefleksikan hasil belajar sesungguhnya. Jauhar juga mengatakan bahwa contextual teaching and learning penting diterapkan dalam kegiatan pembelajaran karena mempunyai beberapa kelebihan yang dapat ditunjukkan dan manfaat yang dirasakan oleh guru dan siswa. Kelebihan-kelebihan yang dimaksud, antara lain sebagai berikut. 1) Anak didik dapat (1) mengaitkan mata pelajaran dengan pekerjaan atau kehidupan, (2) mengaitkan kandungan mata pelajaran dengan pengalaman sehari-hari, (3) memindahkan kemahiran, (4) memberikan kesan dan mendapatkan bukti, (5) menguasai permasalahan abstrak melalui pengalaman konkret, (6) belajar secara bersama. 2) Pendidik dapat (1) menjadikan pengajaran sebagai salah satu pengalaman yang bermakna, (2) mengaitkan prinsip-prinsip mata pelajaran dengan dunia pekerjaan,
(3) menjadikan penghubung antara pihak akademik dan vokasional atau industri.
2.2.3
Peningkatan dan Penguasaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:951), peningkatan adalah
suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb). Peningkatan yang dimaksud, yang berhubungan dengan penelitian ini adalah suatu proses meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kosakata bahasa Inggris siswa kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran tahun pelajaran 2012/2013. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:468), penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan. Penguasaan dapat juga berarti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian, dsb). Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, penguasaan berarti perbuatan (hal, dsb) menguasai atau mengusahakan. 2.2.4
Kosakata Bahasa Inggris Menurut Hakim (2011:1), pengertian kosakata (vocabulary) adalah
perbendaharaan atau kumpulan kata. Lebih jauh ia mengatakan bahwa dalam tata bahasa, kosakata merupakan perbendaharaan atau kumpulan kata yang diperlukan untuk membuat kalimat, baik lisan maupun tulisan. Kalimat lisan dan tulisan yang dimaksud dalam konsep kosakata ini adalah bahasa Inggris.
2.3 Landasan Teori Ada beberapa teori yang digunakan pada penelitian ini. Teori-teori tersebut diuraikan sebagai berikut.
2.3.1
Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
metode CTL. Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, memeriksa informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Pada dasarnya teori belajar konstruktivisme menekankan pentingnya para siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut lebih banyak berpusat pada siswa daripada berpusat pada guru. Artinya, sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengonstruksi tidak menerima pengetahuan. Misalnya siswa diberikan tugas untuk mengonstruksi materi yang akan dipresentasikan di depan kelas. Menurut teori ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajarkan siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, Trianto (2008 :41). Dalam pandangan teori belajar konstruktivisme, strategi memeroleh lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memeroleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Trianto, 2008:29). Teori ini digunakan dalam proses mengonstruksi materi yang diberikan oleh guru untuk presentasi ke depan kelas.
2.3.2
Teori Belajar Bermakna David Ausubel Menurut Dahar dalam Trianto (2008:55), inti teori Ausubel tentang belajar
adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang memengaruhi belajar ialah apa yang diketahui siswa. Dengan demikian, agar belajar menjadi bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik. Siswa sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Teori ini digunakan oleh siswa ketika membuat materi yang akan dipresentasikan di depan kelas. Materi bahasa Inggris yang baru, khususnya pembelajaran kosakata yang didapat dari guru harus dikaitkan dengan materi yang sudah pernah diajarkan oleh guru di sekolah dasar.
2.3.3
Teori Pemahaman Kosakata Harmer (1995) menyatakan bahwa salah satu masalah dalam pengajaran
kosakata adalah pemilihan kosakata yang tepat untuk diajarkan pada suatu level tertentu dan siswa tertentu pula. Permasalahan utama dalam pengajaran kosakata adalah bagaimana mengidentifikasi kosakata untuk diajarkan pada setiap jenjang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Prinsip umum dalam memilih kosakata adalah dengan mempertimbangkan factor frequency (keseringan digunakannya kosakata tersebut). Ia juga menambahkan bahwa untuk dapat menguasai kosakata, seorang siswa seharusnya memiliki pengetahuan tentang meaning (arti), word use, word formation, dan word grammar. Meaning atau arti kata juga perlu penekanan bahwa satu kata dalam bahasa Inggris artinya tidak satu. Sebagai contoh kata book memiliki arti buku atau memesan. Oleh karena itu, guru bahasa Inggris seharusnya juga melatih menentukan arti kata tersebut berdasarkan konteksnya serta memperkenalkan sinonim dan antonim kosakata tersebut. Strategi pembelajaran kosakata menurut Singleton (2008), siswa yang belajar bahasa pada umumnya adalah penerima yang pasif walaupun dalam
beberapa prosedur pembelajaran siswa tersebut ikut berpartisipasi. Guru memberikan makna dan bentuk leksikal. Arti leksikal tersebut dapat disajikan baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Cara yang digunakan dalam
mengajarkan kosakata pada umumnya adalah sebagai berikut. 1) Menghubungkan antara bahasa kedua (bahasa Inggris) dan bahasa pertama (bahasa Indonesia) Strategi pembelajaran bahasa ini biasanya digunakan pada saat memeriksa pemahaman siswa. Strategi pembelajaran bahasa ini juga dapat digunakan pada saat mencari persamaan dan perbedaan antara bahasa kedua (L2) dan bahasa pertama (L2), terutama pada saat materi yang dipelajari terasa akan menimbulkan banyak kesalahan. 2) Mendefinisikan arti Definisi dapat berbentuk sebagai sinomin, antonim, definisi analitik (X is a Y which), definisi taksonomi (Summer. is a season), memberikan contoh atau lawan kata, memberikan superordinat dari suatu bentuk kata (rose is a flower), menjelaskan fungsi, definisi gramatikal (worse, comparison of bad), definisi melalui penghubungan (danger, lives have not been protected), definisi dengan mengklasifikasikan (family, a group of people), dan definisi penuh. 3) Presentasi dengan menghubungkan kata-kata Guru menciptakan suatu situasi (skenario) yang mendekati dengan konteks apa yang ingin diajarkan. Konteks dapat diberikan dalam satu kalimat saja, tetapi guru dapat memberikan beberapa kalimat di mana kata yang
dimaksud juga muncul. Kemudian siswa menebak arti kalimat-kalimat tersebut. 4) Menghubungkan secara langsung antara arti kata dan benda atau peristiwa Strategi ini sering digunakan untuk siswa yang pemula atau masih kecil. Prosedurnya meliputi demonstrasi dan bantuan gambar (secara visual) yang juga dapat digunakan sebagai isyarat untuk dapat mengingat suatu kata. 5) Keterlibatan aktif dari siswa dalam suatu presentasi Pada strategi ini, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk menemukan arti kata dan bagian-bagiannya atau dengan memberikan bantuan, seperti guru menunjukkan sebuah gambar dan mengundang siswa untuk memberikan penjelasan atau guru dapat memberikan suatu kata dan membiarkan siswa mencari definisi atau sinonimnya. Untuk menghasilkan hubungan antara arti kata dan bentuknya, siswa perlu dirangsang untuk memahami pelafalan kata tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memahami pelafalan kata, yaitu sebagai berikut. 1) Latihan oral (oral drill) Guru melafalkan kata beberapa kali dan siswa mendengarkan, kemudian siswa mengulanginya dengan suara lantang (berkelompok atau perseorangan). Selanjutnya siswa melafalkan kata-kata tersebut kepada diri mereka sendiri (dengan suara yang pelan). 2) Tulisan fonetik dan grafik presentasi Tulisan fonetik dan grafik presentasi di sini dimaksudkan agar siswa lebih mudah mempelajari pelafalan bunyi suatu kata, seperti bunyi yang panjang dituliskan dengan tanda di atas atau di sekitamya.
3) Menjelaskan dengan bentuk grafik Cara ini dapat digunakan dengan menulis di papan tulis, menggarisbawahi kata yang dipelajari atau menebalkannya untuk memudahkan melihat. 4) Mendorong siswa untuk mencoba dan melafalkan Berdasarkan teori pemahaman kosakata yang dikemukakan di atas, ada tiga tahapan pembelajaran kosakata. Ketiga tahapan pembelajaran kosataka tersebut meliputi hal-hal berikut. 1) Tahap pertama adalah menemukan arti, sinonim, dan antonim Pada tahap ini siswa diberikan daftar kosakata baru yang terdapat pada buku ajar kemudian mereka diminta untuk menemukan arti kata tersebut, baik melalui kamus maupun bertanya kepada teman-teman dalam kelompoknya. Pada saat proses menemukan arti, sinonim dan antonim ini, dilakukan sendiri oleh siswa tanpa bantuan guru. Setelah selesai menemukan arti, sinonim dan antonim kemudian hasil temuan arti tersebut didiskusikan di kelas yang dipimpin oleh guru. 2) Tahap kedua adalah memilih kosakata yang tepat Pada tahap ini siswa diberikan latihan kosakata yang berupa lembar kerja siswa. Pada lembar kerja tersebut terdapat beberapa kalimat yang tidak lengkap. Siswa diwajibkan untuk memilih kosakata yang tepat/benar untuk melengkapi kalimat tersebut. 3) Tahap ketiga adalah menggunakan kosakata yang telah dipelajari Tahap ketiga ini adalah tahapan penguatan/reinforcement penguasaan kosakata siswa. Siswa diminta untuk mempraktikkan penggunaan kosakata yang telah dipelajari, baik secara lisan maupun tulisan.
2.3.4
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas dalam beberapa tahun terakhir ini banyak
diminati oleh para ahli dan praktisi. PTK merupakan bagian dari jenis penelitian partisipatoris. Penelitian tindakan kelas di dalam bahasa Inggris disebut classroom action research.
2.3.4.1 Pengertian Tindakan Kelas (PTK) Arikunto
(2009:3)
mengatakan
bahwa
penelitian tindakan
kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.
2.3.4.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Menurut Natawidjaya dalam Suwandi (2010:14), karakteristik penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut. 1) Merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan. 2) Ditetapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor-faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian. 3) Terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas. 4) Bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan). 5) Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dan pengamatan atas perilaku serta refleksi peneliti.
6) Menyerupai penelitian eksperimental, tetapi tidak secara ketat memedulikan pengendalian variable. 7) Bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus.
2.3.4.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas. Melalui penelitian tindakan kelas guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung yang nyata dipandu dengan perluasan wawasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoretik praktis pembelajaran (Suwandi, 2010). Tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut. 1) Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran. 2) Untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif. 3) Untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut. 4) Untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaruan pada umumnya.
5) Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan para peneliti akademis. 6) Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah. Apabila tujuan-tujuan di atas dapat dicapai, guru memeroleh sekurangkurangnya empat manfàat penting dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Keempat manfaat penting tersebut, seperti berikut. 1) Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran. 2) Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul. 3) Melalui penelitian tindakan kelas, guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah. 4) Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.
2.3.4.4 Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kasihani dalam Suwandi (2010:17), prinsip penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut. 1) Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu tugas mengajar guru. Penelitian tindakan kelas justru dilakukan guru untuk memperbaiki kegiatan belajar-mengajar.
2) Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, pengumpulan data tidak boleh terlalu menyita banyak waktu, oleh karena itu, peneliti seharusnya sudah merasa pasti dalam memilih teknik yang tepat, termasuk pengumpulan data, sebelum penelitian tindakan kelas dimulai. Instrumen, panduan, dan format yang diperlukan sudah dipersiapkan sebelumnya. 3) Metode yang dipakai harus tepat dan terpercaya. Bila metode tepat, guru dapat memformulasikan hipotesis tindakan dan mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya. 4) Masalah penelitian yang akan ditangani guru harus merupakan masalah yang memang dihadapi. 5) Penelitian tindakan kelas tidak boleh menyimpang dari prosedur etika di lingkungan kerjanya. 6) Penelitian tindakan kelas berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan yang dituangkan dalam tindakan. 7) Penelitian tindakan kelas merupakan proses belajar yang sistematik. Penelitian ini memerlukan kemampuan dan keterampilan intelektual. Proses belajar menggunakan pemikiran kritis sudah dimulai sejak menentukan masalah, perencanaan tindakan, baik yang bersifat teoretik maupun praktis, kemudian dikembangkan menjadi tindakan pendidikan. 8) Penelitian tindakan kelas menuntut guru membuat jurnal pribadi. Ia mencatat semua kemajuan atau perubahan, persoalan yang dihadapi, dan hasil refleksi tentang proses belajar siswa serta pelaksanaan penelitian. Semua yang terjadi di kelas perlu direkam.
9) Penelitian tindakan kelas sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang sederhana lebih dahulu, tetapi nyata. Dengan demikian, siklus dimulai dari yang kecil sehingga perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat membuat ide dan asumsi menjadi lebih jelas. 10) Dalam penelitian tindakan kelas guru perlu melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya.
2.3.4.5 Prosedur Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Arikunto (2009:16), secara garis besar terdapat empat tahapan dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Keempat tahapan tersebut yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk tiap-tiap tahap dapat dicermati pada bagan 2.1 berikut.
Bagan 2.1 Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS II
?
Pengamatan Sumber : Arikunto (2000: 16)
Keterangan : Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang
guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru; ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Dalam tahap kedua ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dan perencanaan perlu diperhatikan secara saksama agar sinkron dengan maksud semula. Tahap 3: Pengamatan (Observing) Tahap ketiga, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu yang sama. Sebutan tahap ketiga diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memeroleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting) Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca. Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan pada kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya terperinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan pada kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam satu siklus, guru pelaksana (bersama
peneliti pengamat) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Apakah guru tersebut akan mengulangi kesuksesan untuk meyakinkan atau menguatkan hasil, atau akan memperbaiki langkah terhadap hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama? Hasil keputusan tersebut dijadikan rancangan untuk tindakan siklus kedua. Setelah menyusun rancangan untuk tindakan siklus kedua, guru dapat melanjutkan ke tahap 2, 3, dan 4, seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan ke siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya.
2.4 Model Penelitian Model penelitian yang dilakukan, yakni penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Hal ini dilakukan karena penulis ingin menerapkan metode CTL atau pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran bahasa Inggris, khususnya dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa kelas VIIA di SMP Taman Sastra Jimbaran. Selama ini guru bahasa Inggris, khususnya yang mengajar di kelas VIIA masih menerapkan metode ceramah sehingga siswa kurang bersemangat dan kurang aktif untuk belajar. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas tersebut digambarkan melalui bagan di bawah ini.
Bagan 2.2 Model Penelitian Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris dengan Penerapan Metode CTL pada Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran
1. Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum Penerapan Metode CTL
Siklus I
2. Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Setelah Penerapan Metode CTL
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa dalam Penerapan Metode CTL dalam Belajar Mengajar
PTK Metode CTL
Siklus II Teori Belajar Konstruktivisme Teori Belajar Bermakna David Ausubel Teori Pemahaman Kosakata
Temuan
Teori
Bagan di atas menunjukkan bahwa peneliti adalah sebagai guru yang mengajar di kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran. Pada saat proses pembelajaran kosakata bahasa Inggris, guru menerapkan metode CTL yang terdiri atas
tujuh
elemen
penting
(konstruktivisme,
inquiry,
tanya
jawab,
komunitas/masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik) untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapi siswa, dalam hal ini adalah penguasaan kosakata bahasa Inggris sebelum dan sesudah penerapan metode CTL. Disamping itu, juga faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris dalam penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Pada PTK ini, akan dimulai dengan siklus I, kemudian dilanjutkan dengan siklus II. Setelah melaksanakan siklus I dan siklus II diperoleh hasil penelitian yang berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dan data kuantitatif diolah sehingga menghasilkan simpulan. Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kedua siklus tersebut digambarkan sebagai berikut.
Bagan 2.3 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) SIKLUS I (1)Perencanaan : a. Koordinasi dengan pihak sekolah b. Observasi ke kelas VIIA c. Mempersiapkan instrumen penelitian d. Mengadakan pre-test
(2)Pelaksanaan : e. Proses pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan metode contextual teaching and learning, yang dilandasi oleh Teori Belajar Konstruktivisme dan Teori Belajar Bermakna David Ausubel f. Melaksanakan teori pemahaman kosakata
(4)Refleksi: Mengadakan post-test
(3)Pengamatan: Dilakukan oleh observer pendamping
SIKLUS II
(1) Perencanaan : Koordinasi dengan observer pendamping
(3) Pengamatan : Dilakukan oleh observer pendamping
(4) Refleksi : Mengadakan post-test
(2) Pelaksanaan : a. Proses pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan metode CTL b. Melaksanakan teori pemahaman kosakata
(5) Hasil penelitian
Keterangan: Berdasarkan bagan di atas, diketahui bahwa tahapan penelitian tindakan kelas dimulai dengan siklus I. Siklus I dimulai dengan perencanaan. Pada tahap perencanaan tersebut dilakukan koordinasi dengan pihak sekolah, dalam hal ini koordinasi dengan kepala sekolah dan guru bahasa Inggris, khususnya yang mengajar di kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan. Setelah melakukan koordinasi, peneliti melakukan observasi ke kelas VIIA, kemudian mempersiapkan instrumen penelitian, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus. lembar observasi, kuesioner, persiapan tes awal sebelum tindakan (pre-test), persiapan tes akhir (post-test) pada siklus I dan siklus II, serta pelaksanaan tes awal sebelum pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan, guru dalam hal ini adalah peneliti, mengajarkan Bahasa Inggris dengan menerapkan metode CTL pada siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, sedangkan teori pemahaman kosakata membahas makna kata, sinonim, antonim, dan membuat tiga spoken instructions dan dua warning. Bahan ajar/materi yang diajarkan yakni unit 2 dengan topik What are There in…? Metode CTL dilandasi oleh Teori Belajar Konstruktivisme dan Teori Belajar Bermakna David Ausubel. Langkah-langkah CTL dalam kelas, yaitu sebagai berikut. 1) Konstruktivisme Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Pada tahap ini, guru membagikan subtopik-sub
topik yang ada pada unit 2 kepada tiap-tiap kelompok. Tiap-tiap kelompok harus mengonstrusi materi yang dibagikan oleh guru. 2) Inquiri Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Langkahlangkah inkuiri meliputi hal-hal berikut. a. Menganalisis dan menyajikan hasil konstruksi (pengetahuan dan keterampilan
barunya) dalam tulisan. Setiap kelompok menuangkan
hasil konstruksi mereka ke dalam selembar kertas manila ukuran A4. Hasil karya tersebut merupakan hasil dari diskusi kelompok. b. Mempresentasikan/menyajikan hasil konstruksi tersebut ke depan kelas. Pada tahap presentasi ini, semua anggota kelompok menuju ke depan kelas. Setiap anggota wajib mempresentasikan hasil karya mereka. 3) Questioning Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Pertanyaan diajukan oleh siswa/anggota kelompok yang tidak presentasi setelah setiap kelompok selesai presentasi. 4) Learning community/masyarakat belajar Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok). Pada tahap ini, dibentuk delapan kelompok. Satu kelompok terdiri atas lima orang. Setiap kelompok memiliki seorang ketua. Ketua kelompok yang mengatur/membagi tugas anggotanya pada saat presentasi agar semua dapat mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas. Mereka bekerja sama dalam mengonstruksi
materi yang diberikan oleh guru, kemudian mereka menuliskannya pada selembar kertas manila berukuran buku gambar A4. 5) Modelling Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Beberapa menit sebelum pelajaran berakhir, peneliti dan pengamat (guru bahasa Inggris kelas VIIA) mendemonstrasikan beberapa dialog di depan kelas. 6) Refleksi Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Pada akhir pelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi, yang berupa seperti di bawah ini. a. Pertanyaan langsung tentang pengetahuan dan keterampilan baru yang diperoleh pada hari itu. b. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran itu. 7) Penilaian autentik Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara seperti di bawah ini. a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung b. Yang diukur adalah keterampilan dan performansi, tidak mengingat fakta c. Berkesinambungan d. Terintegrasi e. Dapat digunakan sebagai feedback Pada saat terjadinya proses belajar mengajar dengan menerapkan metode CTL, peneliti juga melaksanakan teori tentang pemahaman kosakata, yakni tahap pertama adalah menemukan arti, sinonim, dan antonim. Tahap kedua adalah
memilih kosakata yang tepat. Tahap ketiga adalah menggunakan kosakata yang telah dipelajari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan, setelah menerapkan metode CTL. Tahap ketiga dalam prosedur penelitian siklus I yakni pengamatan. Selama proses belajar mengajar berlangsung diamati oleh observer pendamping, yakni guru bahasa Inggris kelas VIIA, Bapak Komang Budiarsa, S.Pd. Tahapan yang terakhir pada siklus I yakni, refleksi. Pada tahap ini, peneliti mengadakan post-test atau evaluasi, lalu memêriksa hasil tes tersebut. Apabila hasilnya belum mencapai target atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu nilai 74, maka diadakan siklus II. Tahapan-tahapan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti berkoordinasi dengan observer pendamping tentang pelaksanaan siklus II. Setelah itu dilanjutkan ke tahapan yang kedua, yakni pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti menerapkan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dengan melaksanakan teori pemahaman kosakata. Selama tahap pelaksanaan berlangsung, observer pendamping melakukan pengamatan. Tahapan yang terakhir pada siklus II ini, yakni refleksi.
154
BAB III METODE PENELITIAN
Pada metode penelitian ini dibahas bagaimana penelitian dilaksanakan. Pelaksanaan penelitian membahas pendekatan penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, prosedur penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan teknik penyajian hasil analisis data.
3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan penguasaan kosakata siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran sebelum dan sesudah penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Disamping itu, juga menganalisis hambatan dan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan kosakata siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran dalam penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis peningkatan kosakata siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran setelah penerapan metode CTL, yang berupa nilai tes hasil belajar.
3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Taman Sastra yang bertempat di Jalan Bukit Permai, Kelurahan Jimbaran
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. SMP Taman Sastra merupakan sekolah swasta terletak dekat pantai Teluk Jimbaran (Jimbaran Bay), berdekatan dengan Muaya Beach Cafe ikan bakar Jimbaran dan Hotel The Four Seasons Resort Jimbaran. SMP Taman Sastra bernaung di bawah yayasan yang dimiliki oleh Desa Adat Jimbaran yang berdiri pada 8 Januari 1968. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMP Taman Sastra adalah tiga belas kelas, terdiri atas lima rombongan belajar kelas VII, lima rombongan belajar kelas VIII dan tiga rombongan belajar kelas IX. Jumlah siswa keseluruhannya adalah 529 orang.
3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data pada penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif, sedangkan sumber data pada penelitian ini berasal dari siswa-siswi kelas VIIA. Berikut diuraikan jenis dan sumber data pada penelitian ini.
3.3.1 Jenis Data Jenis data berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari perangkat pembelajaran, seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku ajar siswa sekaligus berisi lembar kerja siswa, respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan penerapan metode CTL, pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan metode CTL serta pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran. Sebaliknya, data kuantitatif berupa nilai pre-test dan post-test siklus I dan siklus II.
3.3.2 Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIA Sekolah Menengah Pertama Taman Sastra, tahun pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 41 orang. Akan tetapi, yang dijadikan sampel/menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah 36 orang siswa karena lima orang siswa lainnya tidak hadir penuh ketika penelitian berlangsung. Berdasarkan keterangan guru bahasa Inggris dan observasi yang dilakukan peneliti, kelas ini lebih cocok untuk diteliti dengan penerapan metode CTL sebab setengah dari siswa kelas VIIA ini aktif dan setengahnya lagi tidak aktif pada saat mengikuti pelajaran bahasa Inggris. 3.4 Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah data kualitatif yang berupa instrumen nontes dan data kuantitatif yang berupa instrumen tes. Berikut diuraikan instrumen nontes dan instrumen tes.
3.4.1 Instrumen Nontes Instrumen nontes yang digunakan adalah instrumen pembelajaran yang terdiri atas lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode CTL, lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan metode CTL untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa, dan angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan
penerapan metode CTL dalam upaya
meningkatkan penguasaan kosakata siswa. a. Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran
Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode CTL digunakan oleh pengamat untuk mengamati keterlaksanaan langkah-langkah dalam rencana pelajaran. Keterlaksanaan rencana pelajaran berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru, skor yang harus diberikan pengamat berdasarkan petunjuk penilaian yang ada, dan saran pengamat. b. Pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar Pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar dilakukan oleh observer pendamping selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Reliabilitas instrumen ditentukan oleh laporan pengamat (observer pendamping). c. Angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran menggunakan metode CTL untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa Angket respons siswa digunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan, perasaan senang dan keterkinian, serta kemudahan memahami komponen-komponen, seperti materi/isi pelajaran, format materi ajar, gambargambarnya, kegiatan dalam lembar kerja siswa (LKS), suasana belajar dan cara guru mengajar, serta pendekatan pembelajaran yang digunakan. Angket respons siswa diberikan kepada siswa setelah seluruh kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan dengan menggunakan lembar angket siswa. Persentase respons siswa dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Persentase respons siswa =
A X 100 B
(1)
Keterangan : A
= proporsi siswa yang memilih
B
= jumlah siswa/responden. (Trianto, 2008:173)
3.4.2 Instrumen Tes Instrumen tes yang dimaksud adalah tes awal (sebelum tindakan), tes hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Tes hasil belajar siklus I dan siklus II digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA setelah penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris pada unit 2. Tes hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan post test pada siklus I dan siklus II, sedangkan pre test (tes awal) digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA sebelum penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Tes kosakata tersebut ada 5 bagian. Bagian A mengenai arti kata, bagian B mengenai sinonim, bagian C mengenai antonim, bagian D mengenai arti prasa, dan bagian E essay.
3.5 Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) untuk meneliti peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris dengan menerapkan metode CTL. Sebelum proses siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah, mendiskusikan temuan masalah dengan observer pendamping, dalam hal ini
adalah guru bahasa Inggris kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran. Disamping itu, meminta saran-saran dari kepala sekolah dan teman sejawat (guru bahasa Inggris kelas VIII dan IX) sebagai bahan masukan pada saat perumusan tindakan. Setelah itu peneliti dan observer pendamping menetapkan rencana tindakan, jadwal pelaksanaan, serta merumuskan komponen-komponen tindakan yang diperlukan. Komponen-komponen yang dimaksud seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi bahan pelajaran bahasa Inggris sebagai sumber belajar siswa, instrumen penilaian/evaluasi dan kelengkapan lain yang diperlukan, misalnya LCD. Pada saat pelaksanaan siklus-siklus, peneliti didampingi oleh observer pendamping yang berperan sebagai penilai.
3.5.1
Pelaksanaan Siklus I
1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini peneliti secara kolaborasi bersama observer pendamping menyusun dan mempersiapkan rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan kelengkapan lain yang diperlukan pada saat analisis data. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan tujuh komponen utama yang dimiliki oleh metode
CTL.
Ketujuh
komponen
tersebut,
yakni
konstruktivisme
(constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pada komponen masyarakat belajar (learning community), peneliti membagi siswa menjadi delapan kelompok yaitu, kelompok
1, 2, 4, dan 8, masing-masing terdiri atas empat orang, sedangkan kelompok 3, 5, 6 dan 7, masing-masing terdiri atas lima orang. Setelah kelompok belajar dibentuk, kemudian dipilih ketua kelompok. Ketua kelompok yang terpilih bertugas untuk mengarahkan anggotanya ketika bekerja sama di dalam membuat tugas yang diberikan oleh peneliti. Selain itu, juga membagi tugas pada saat mempresentasikan hasil kerja sama yang telah dilakukan. Sebelum bekerja sama, ketua kelompok mengambil undian ke depan kelas. Undian tersebut berisi subtopik-subtopik unit 2, yang harus dipresentasikan ke depan kelas. Subtopiksubtopik tersebut meliputi instructing or prohibiting, expressing politeness, cardinal numbers, preposition, there is/there are…, how much/how many, spoken instructions, and warning. Setiap kelompok harus mengonstruksi sendiri materi yang terdapat pada subtopik (komponen konstruktivisme), lalu mempresentasikan hasil diskusi kelompok tersebut ke depan kelas (komponen inquiri), sambil memeragakan percakapan yang sesuai dengan topik yang disajikan (komponen pemodelan). Setelah selesai presentasi, dilaksanakan sesi tanya jawab antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa (komponen bertanya). Ketika melaksanakan komponen refleksi, peneliti mendiskusikan kembali subtopik yang sudah di presentasikan agar seluruh siswa memahami sub topik tersebut, khususnya pada pemahaman kosakatanya. Pada komponen penilaian autentik, peneliti melakukan penilaian pada saat setiap siswa melakukan presentasi ke depan kelas, keaktifan bertanya selama sesi tanya jawab berlangsung, dan kerajinan mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
2) Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan siklus I disesuaikan dengan rencana tindakan yang tertuang dalam rencana peiaksanaan pembelajaran (RPP). Secara operasional tindakan siklus I dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dilakukan oleh peneliti, sedangkan observer pendamping berperan sebagai penilai. Setiap kelompok diberikan waktu selama 40 menit untuk mempresentasikan satu subpokok bahasan termasuk tanya jawab dan diskusi. Penilaian terhadap proses belajar siswa dimulai sejak awal pembelajaran sampai dengan kegiatan pembelajaran berakhir. 3) Tahap Pengamatan Pada saat melakukan tahap pengamatan, peneliti dan observer pendamping mengamati aktivitas siswa selama proses belajar berlangsung dengan cara merekam dan mencatat aktivitas mereka ketika presentasi dan berdiskusi. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah mereka belajar bahasa Inggris lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, mempresentasikan subpokok bahasan yang diberikan oleh guru secara berkelompok, kemudian memeragakan dialog yang sesuai dengan topik yang dipresentasikan serta bertanya apabila belum mengerti. 4) Tahap Refleksi Tahap keempat adalah refleksi. Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, artinya pada tahap ini peneliti mengumpulkan subpokok bahasan yang telah dipresentasikan oleh setiap
kelompok. Subpokok bahasan tersebut dijadikan dasar untuk membuat evaluasi sehingga dapat diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang sudah dilaksanakan, dapat dilihat dari skor/jumlah nilai yang diperoleh oleh setiap siswa. Nilai yang dipersyaratkan adalah 74, sebab kriteria yang dijadikan tolok ukur keberhasilan tindakan, yakni 74% dari 36 siswa bisa mencapai ketuntasan belajar minimal. Artinya, memeroleh skor 74, membuat kalimat sederhana menggunakan kosakata tersebut, dan mengetahui makna/artinya dalam bahasa Indonesia, sinonim dan antonim.
3.5.2
Pelaksanaan Siklus II Dari hasil analisis dan refleksi pada siklus I diketahui aspek-aspek yang
harus diperbaiki sehingga peneliti merencanakan pelaksanaan siklus II. Tahapantahapan siklus II sama dengan siklus I, yaitu dimulai dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, tahapan pengamatan, dan tahapan refleksi.
3.6 Metode dan Teknik Pegumpulan Data Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasipartisipasi. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta aktif sebagai guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris di kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran dengan menerapkan metode CTL dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris, seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi stimuli baik yang
datang dari guru atau teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, dan keaktifan siswa ketika presentasi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi teknik perekaman, kajian dokumen, angket, dan tes. Teknik perekaman berupa foto, vedeo dan catatan harian peneliti selama penelitian berlangsung. Kajian dokumen juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, nilai tes awal sebelum tindakan, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II. Angket diberikan kepada para siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas memahami dan menguasai kosakata. Angket ini diberikan dua kali, yaitu sebelum kegiatan penelitian tindakan dan pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh melalui angket tersebut dapat diketahui peningkatan kualitas proses atas kegiatan pembelajaran dan pengajaran menggunakan metode CTL dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes kosakata diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam penguasaan kosakata dari setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil penguasaan kosakata siswa. Tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan penguasaan kosakata siswa sesuai dengan siklus yang ada.
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian, serta mendeskripsikan data hasil penelitian itu dengan menggunakan tabel sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam mengintepretasi. Data hasil penelitian tersebut diinterpretasi (pengambilan makna) dalam bentuk naratif (uraian) dan dilakukan penyimpulan. Data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan metode deskriptif-kuantitatif. Berikut diuraikan analisis data kuantitatif dan data kualitatif.
3.7.1 Analisis Data Kuantitatif Data-data kuantitatif yang terkumpul disajikan secara sistematis, diolah, dan diberi arti. Data kuantitatif yang diperoleh melalui pretest dan posttest siklus I dan siklus II dianalisis melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Menentukan kriteria penilaian dan selanjutnya menabulasi frekuensi pilihan jawaban yang diberikan oleh siswa. Segala bentuk jawaban yang diberikan oleh siswa disajikan dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan proses identifikasi. 2. Dari hasil tabulasi data, dihitung persentase dari tiap-tiap alternatif pilihan jawaban sesuai dengan ranahnya. 3. Penarikan simpulan dari tiap-tiap data yang diperoleh sesuai dengan fenomena yang diteliti berdasarkan besar kecilnya persentase tersebut.
Hasil kuantitatif dari setiap siswa tersebut, kemudian dikoreksi dengan memberikan nilai. Aspek penilaian didasarkan pada kemampuan siswa menjawab/mengisi lembar jawaban yang berisi makna kata, sinonim, antonim, dan membuat tiga spoken instructions dan dua warnings. Semakin banyak siswa mengisi lembaran kerjanya dengan jawaban yang benar, maka semakin tinggi nilai yang diperoleh. Kriteria acuan penilaian yang digunakan dalam peningkatan kosakata siswa pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rubrik penilaian dari Simon (2005: 15). Rubrik penilaian tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Penguasaan Kosakata Siswa No
Indikator
A
Makna Kata Match the following words and find their meanings in the box.
Skor
Penjelasan
20
Apabila siswa menjawab benar sepuluh (semua) soal.
18
Apabila siswa menjawab benar sembilan soal.
16
Apabila siswa menjawab benar delapan soal.
14
Apabila siswa menjawab benar tujuh soal.
12
Apabila siswa menjawab benar enam soal.
10
Apabila siswa menjawab benar lima soal.
8
Apabila siswa menjawab benar empat soal.
6
Apabila siswa menjawab benar tiga soal.
4
Apabila siswa menjawab benar dua soal.
2
Apabila siswa menjawab benar satu soal.
B
C
D
0
Apabila siswa menjawab salah kesepuluh soal.
Sinonim
20
Apabila siswa menjawab benar lima soal.
Match the words with their similar meanings from the box.
16
Apabila siswa menjawab benar empat soal.
12
Apabila siswa menjawab benar tiga soal.
8
Apabila siswa menjawab benar dua soal.
4
Apabila siswa menjawab benar satu soal.
0
Apabila siswa menjawab salah kelima (semua) soal. Apabila siswa menjawab benar lima soal.
Antonim
20
Match the words with their opposite meanings from the box.
16
Arti Kata Find the meanings of the following phrases in the box.
12
Apabila siswa menjawab benar empat soal . Apabila siswa menjawab benar tiga soal.
8
Apabila siswa menjawab benar dua soal
4
Apabila siswa menjawab benar satu soal.
0
Apabila siswa menjawab salah kelima (semua) soal Apabila siswa menjawab benar sepuluh (semua) soal.
20
18
Apabila siswa menjawab benar sembilan soal.
16
Apabila siswa menjawab benar delapan soal.
14
Apabila siswa menjawab benar tujuh soal.
12 Apabila siswa menjawab benar enam soal. 10 Apabila siswa menjawab benar lima soal.
8 Apabila siswa menjawab benar empat soal. 6 Apabila siswa menjawab benar tiga soal. 4 Apabila siswa menjawab benar dua soal. 2 Apabila siswa menjawab benar satu soal. 0 Apabila siswa menjawab salah kesepuluh soal. E
Essay
20
Create 3 spoken instructions, and 2 warnings
Apabila siswa mampu membuat tiga spoken instructions dengan benar, dan dua warning dengan benar.
18
Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori empat benar.
12
Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori tiga benar.
8
Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori dua benar.
4
0
Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori satu benar. Apabila siswa tidak mampu membuat tiga spoken instruction dan dua warnings dengan benar.
Setelah nilai tiap siswa direkap keseluruhannya (hasil dari tes bagian A sampai dengan tes bagian E), kemudian dihitung total skor tiap siswa. Setelah menghitung total skor tiap siswa, kemudian dihitung tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase. Untuk
mencari total
skor tiap siswa dan
tingkat
penguasaan kosakata siswa dalam persentase digunakan analisis data dari Nurgiyantoro (2010: 139). Adapun analisis data tersebut yakni 1) Total Skor Tiap Siswa S= R
(2)
Keterangan : S
= skor
R
= Right, jumlah jawaban yang benar
2) Tingkat Penguasaan Kosakata Siswa dalam Persentase L =
Total skor siswa x 100 % Skor maksimum
(3)
Keterangan: L
= Tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase Keseluruhan data tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori
dalam standar evaluasi penilaian. Adapun kategori tersebut terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kemampuan Siswa No
Skor (%)
1
90% -- 100%
Kategori sangat baik (Excellent)
2
80% -- 89%
Kategori baik (Good)
3
65% --79%
Kategori cukup (Sufficient)
4
55% -- 64%
Kategori tidak cukup (Insufficient)
5
Kurang dari 55%
Sumber Nurgiyantoro (2010: 139)
Tingkat Kemampuan
Kategori sangat jelek (Poor)
Penjelasan tingkat kemampuan siswa 1. Excellent = kemampuan siswa yang mampu menjawab soal 90--100 benar. 2. Good = kemampuan siswa yang mampu menjawab 80--89 benar. 3. Sufficient = kemampuan siswa yang mampu menjawab 65--79 benar. 4. Insufficient = kemampuan siswa yang mampu menjawab 55--64 benar. 5. Poor = Kemampuan siswa yang mampu menjawab benar kurang dari 55.
3) Menentukan mean skor X =
X N
(4)
Keterangan : X
= Mean skor siswa
ƩX = Jumlah skor seluruh siswa N
= Jumlah siswa Fungsi mean skor siswa adalah untuk mengetahui apakah penelitian yang
dilakukan berlanjut atau tidak. Penelitian akan diselesaikan apabila mean skor siswa telah menunjukkan ≥ 7.0 atau ≥ 70%.
3.7.2 Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif adalah mendiskripsikan data-data yang diperoleh dari hasil tes bagian A sampai dengan E dengan kata-kata. Data-data tersebut dianalisis untuk mengetahui penguasaan kosakata siswa, peningkatan kosakata, dan faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan kosakata sebelum dan setelah penerapan metode CTL dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris.
Selain menganalisis data-data tersebut di atas, dianalisis pula data nontes yang meliputi data pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan metode CTL, data pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa, dan data respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan metode CTL dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Data-data nontes dianalisis untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada sikap dan perilaku siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra terhadap pembelajaran bahasa Inggris setelah diberikan treatment pada siklus I dan siklus II.
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data dapat disajikan secara formal, informal, atau gabungan cara formal dan informal. Penyajian hasil analisis data secara formal meliputi bagan, grafik, dan lain-lain, sedangkan penyajian hasil analisis data secara informal adalah dengan penjelasan deskriptif/dengan kata-kata. Pada penelitian ini, digunakan teknik penyajian hasil analisis data gabungan, yakni antara cara formal dan informal. Cara formal berupa tabel, gambar, dan grafik, sedangkan cara informal berupa penjelasan deskriptif/ dengan kata-kata.
154
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini dijelaskan hasil penelitian yang berupa data dan analisis permasalahan yang dikaji, baik yang mencakup data kuantitatif maupun data kualitatif. Hasil data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar dalam penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, yang berupa nilai individu/perorangan dan nilai rata-rata. Nilai-nilai tersebut, diperoleh dari tes awal siswa, tes akhir siklus I dan siklus II. Keseluruhan hasil tes tersebut, selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui peningkatan kosakata siswa sebelum dan sesudah penerapan metode CTL di dalam proses pengajaran bahasa Inggris. Hasil data kualitatif
diperoleh dari kuesioner
siswa dan pengamatan
keterlaksanaan rencana pembelajaran.
4.1 Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan observasi ke kelas selama tiga minggu. Selama observasi, peneliti duduk di belakang, sementara itu guru bahasa Inggris kelas VIIA mengajar. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, artinya proses belajar mengajar terpusat pada guru.
4.1.1 Situasi dan Keadaan Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran Kelas VIIA adalah kelas VII unggulan di SMP Taman Sastra Jimbaran sebab pada saat ujian masuk/tes potensi akademik (TPA), setiap siswa memeroleh nilai tinggi. Ruang kelas VIIA berada di lantai dua, paling utara. Seperti yang telah disebutkan di atas, siswa kelas VIIA berjumlah 41 orang, terdiri atas 18 orang siswa perempuan dan 23 orang siswa laki-laki. Namun, pada penelitian ini hanya 36 siswa yang dipakai sebagai sampel karena 5 orang siswa tersebut tidak hadir ketika penelitian berlangsung. Di kelas terdapat empat baris tempat duduk. Setiap baris terdapat sepuluh orang siswa, kecuali baris yang paling kiri, terdapat 12 orang siswa. Siswa kelas VIIA belajar bahasa Inggris 3 kali seminggu, yakni setiap Senin, Selasa, dan Rabu. Pada hari Senin, pelajaran bahasa Inggris dimulai dari pukul 11.00 wita sampai dengan pukul 11.40 wita, pada Selasa pelajaran bahasa Inggris dimulai dari pukul 07.30 wita sampai dengan pukul 08.10 wita, sedangkan Rabu pelajaran bahasa Inggris dimulai pukul 07.30 wita sampai dengan pukul 08.50 wita. Jadi Senin dan Selasa alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris adalah satu jam pelajaran, sedangkan Rabu alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris adalah dua jam pelajaran. Satu jam mata pelajaran adalah 40 menit. Total alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris per minggu adalah 160 menit. Mekanisme guru bahasa Inggris mengajarkan bahasa Inggris adalah dimulai dengan greeting. Setelah itu, guru mengisi jurnal kelas, lalu menyuruh siswa membuka buku ajar kemudian guru menjelaskan materi yang terdapat pada
buku ajar. Pada saat peneliti melakukan observasi, guru menjelaskan unit 2 dengan topik What are There in ….? Ketika guru menjelaskan materi, siswa yang duduk paling belakang acuh tak acuh, asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Selesai menjelaskan materi, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya. Pada saat sesi tanya jawab ini, siswa tidak ada yang bertanya. Oleh karena itu, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan soal yang terdapat pada buku ajar. Bel pergantian jam pelajaran berbunyi, guru memberikan pekerjaan rumah (PR). Hari berikutnya, ketika pelajaran bahasa Inggris dimulai, guru mendiskusikan pekerjaan rumah yang diberikan. Namun, sebagian besar siswa laki-laki tidak mengerjakan PR. Tidak ada sanksi dari guru untuk siswa yang tidak mengerjakan PR.
4.1.2 Tes Penguasaan Kosakata Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran Sebelum Penerapan Metode CTL Sebelum menerapkan metode CTL, peneliti melaksanakan tes awal. Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran. Tes awal tersebut membahas makna kata, makna frasa, sinonim, dan antonim sesuai dengan topik yang dipelajari pada materi buku ajar. Tes awal terdiri atas lima bagian. Bagian A membahas makna kata, bagian B membahas sinonim, bagian C membahas antonim, bagian D membahas arti frasa, dan bagian E adalah essay. Pada bagian E ini para siswa diminta untuk membuat tiga spoken instructions dan dua warning.
Berikut ditampilkan soal tes awal sebelum tindakan. A. READ THE FOLLOWING SENTENCES THEN FIND THE UNDERLINE WORD MEANINGS IN THE BOX. dengan keras menyapu dengan jelas menukarkan
perhatian memeriksa pernah
tak diawasi membagikan penjelasan
1. Pay attention to the sentences in bold. = …. 2. Ann checks her attendance list = …… 3. Please speak clearly = …. 4. Now, please distribute the copies of the article = …… 5. She ever visits her aunt in Australia = …. 6. Do not exchange your notes into coins = …… 7. Well, I need your explanation = …. 8. He can’t speak loudly 9. Don’t forget to sweep the floor = …. 10. The clerks were unattended by their bos when they were working yesterday = …. B. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR SIMILAR MEANINGS FROM THE BOX to examine task
passage park
to submit to clarify
1. She was in the garden when Paul came home = …. 2. The English teacher has to check students’ reading skill = …. 3. They try to explain the problem = ….. 4. Read the text briefly = … 5.Mrs. Smith does the work very well = …. C. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR OPPOSITE MEANINGS FROM THE BOX close/shut to jump
never question
to compile to walk
1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird = …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = …..
D. FIND THE MEANINGS OF THE FOLLOWING PHRASES AND THE PICTURES IN THE BOX melewati jalan mundur belok kiri perempatan
lampu lalu lintas belok kanan pertigaan (berbentuk T)
jalan lurus belok memutar jalan terus
1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
E. CREATE 3 SPOKEN INSTRUCTIONS, AND TWO WARNINGS SPOKEN INSTRUCTIONS: 1. _________________________________________ 2. _________________________________________ 3. _________________________________________ F. WARNINGS 4. _________________________________________ 5. _________________________________________
Yang dimaksud CTL pada tes di atas yakni, tes bagian A, siswa diminta untuk membaca kalimat kemudian menemukan arti kata yang digarisbawahi di dalam kotak. Bagian B, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata yang digarisbawahi yang artinya sama dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak. Bagian C, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata yang digarisbawahi yang artinya berlawanan dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak. Bagian D, siswa diminta untuk menemukan arti frasa bahasa kedua (bahasa Inggris) ke bahasa pertama (bahasa Indonesia) yang ada di dalam kotak, sedangkan bagian E, siswa diminta untuk menciptakan tiga bahasa instruksi dan dua peringatan. Tes yang digunakan dalam tes awal, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II adalah sama. Hasil tes awal mewujudkan nilai yang bervariasi. Panduan/acuan penilaian setiap bagian soal menggunakan rubrik penilaian pada tabel 3.1, sedangkan untuk mencari nilai/skor tingkat penguasaan kosakata setiap siswa pada setiap bagian soal menggunakan rumus penghitungan Nurgiyantoro (2010: 139) sebagai berikut. S = Right/jumlah jawaban yang benar Keterangan: S = Total Skor Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa Berikut ditampilkan daftar nilai hasil tes awal dari 36 orang siswa.
Tabel 4.1 Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Awal
Nomor Absen Siswa
S.01 S.02 S.03 S.04 S.05 S.06 S.07 S.08 S.09 S.10 S.11 S.12 S.13 S.14 S.15 S.16 S.17 S.18 S.19 S.20 S.21 S.22 S.23 S.24 S.25 S.26 S.27 S.28 S.29
Score/ Total Jawaban yang Benar Bagian A Bagian B Bagian C Bagian D Bagian E Arti Kata Sinonim Antonim Arti frasa Essay Create Spoken Instruc tions and warnings 10 4 8 12 0 16 4 16 16 4 14 4 12 14 4 10 4 12 14 0 12 4 12 14 0 14 4 8 12 0 8 4 8 10 0 14 4 12 14 4 14 4 8 14 0 14 4 12 14 4 16 8 12 14 4 12 4 8 12 0 12 4 8 14 4 16 8 12 16 8 14 4 12 14 4 12 4 8 12 4 12 4 8 14 4 12 4 12 12 4 14 4 8 12 4 16 8 12 16 8 12 4 12 14 4 14 4 12 14 4 14 4 8 14 4 14 4 12 14 4 12 4 8 16 4 12 4 12 14 4 16 4 12 12 4 14 4 12 14 4 16 4 12 12 4
Total Score Penguasa an Kosakata Setiap Siswa
34 56 48 40 42 38 30 48 40 48 54 36 42 60 48 40 42 44 42 60 46 48 44 48 44 46 48 48 48
S.30 S.31 S.32 S.33 S.34 S.35 S.36
12 14 16 16 14 14 16
4 4 4 4 4 4 4
12 8 16 8 8 16 16
12 14 16 14 10 14 10
4 4 8 4 4 4 8
44 44 60 46 40 52 54
Untuk mencari tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase menggunakan rumus,
L = Total skor setiap siswa X 100% Skor maksimum
Keterangan, L = Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase Berikut ditampilkan daftar nilai setiap siswa pada tes awal. Tabel 4.2 Data Nilai Tes Awal Penguasaan Kosakaata Setiap Siswa Nomor Absen Siswa
Tingkat Penguasaan Koasakata Setiap Siswa Dalam %
Kategori Tingkat Kemampuan Setiap Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal
S.01
Total Score Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa 34
34%
Belum tuntas
S.02
56
56%
S.03
48
48%
S.04
40
40%
S.05
42
42%
S.06
38
38%
Kategori sangat jelek (Poor) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas
S.07
30
30%
S.08
48
48%
S.09
40
40%
S.10
48
48%
S.11
54
54%
S.12
36
36%
S.13
42
42%
S.14
60
60%
S.15
48
48%
S.16
40
40%
S.17
42
42%
S.18
44
44%
S.19
42
42%
S.20
60
60%
S.21
46
46%
S.22
48
48%
S.23
44
44%
S.24
48
48%
Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori cukup (Sufficient) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori sangat
Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas
Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
S.25
44
44%
S.26
46
46%
S.27
48
48%
S.28
48
48%
S.29
48
48%
S.30
44
44%
S.31
44
44%
S.32
60
60%
S.33
46
46%
S.34
40
40%
S.35
52
52%
S.36
54
54%
jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori cukup (Sufficient) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
Jumlah Total Nilai Siswa = 1652% = 16.52
4.1.3 Analisis Kuantitatif Sebelum Penerapan Metode CTL Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai total penguasaan kosakata setiap siswa terendah, yakni 30, sedangkan nilai tertinggi, yakni 60. Berdasarkan jumlah total nilai siswa pada tabel 4.2 di atas, dapat dihitung nilai rata-rata penguasaan kosakata siswa pada tes awal dengan menggunakan rumus berikut.
X = Total skor siswa x 100% Jumlah siswa X = 16.52 36 = 45.88%
x 100%
Jadi, nilai rata-rata siswa penguasaan kosakata pada tes awal yang dilakukan sebelum penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris adalah 45.88%. Hasil tes awal tersebut masuk dalam katagori sangat jelek (poor), sebab seluruh siswa belum mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berikut dianalisis tingkat kesalahan pengerjaan soal-soal kosakata bahasa Inggris. 4.1.4 Analisis Kualitatif Sebelum Penerapan Metode CTL Pada soal bagian A, siswa diminta untuk menemukan arti kata yang digarisbawahi ke dalam bahasa Indonesia yang terdapat di dalam kotak. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian ini termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kesepuluh soal pada bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti bahasa Indonesianya kata-kata yang digarisbawahi. Berikut ditampilkan soal bagian A. 1. Pay attention (noun) to the sentences in bold. 2. Ann checks (verb) her attendance list 3. Please speak clearly (adverb)
= ….
= ……
= ….
4. Now, please distribute (verb) the copies of the article 5. She ever (adverb) visits her aunt in Australia
= ….
6. Do not exchange (verb) your notes into coins
= ……
7. Well, I need your explanation (noun) = ….
= ……
8. He can’t speak loudly (adverb) = …. 9. Don’t forget to sweep (verb) the floor
= ….
10. The clerks were unattended (adjective) by their bos when they were working yesterday = …. Kata-kata pilihan di dalam kotak ada sepuluh. Kesepuluh kata-kata tersebut seperti berikut.
dengan keras menyapu dengan jelas menukarkan
perhatian memeriksa pernah
tak diawasi membagikan penjelasan
Hasil tes awal pada soal bagian A ditemukan bahwa sembilan orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar, empat belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar, sepuluh orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar, dua orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar, dan satu orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar. Dari sepuluh soal pada bagian ini, siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor empat (distribute), soal nomor tujuh (explanation), dan soal nomor sepuluh (unattended). Dari lima bagian tes yang dikerjakan oleh siswa, siswa menemukan banyak kesulitan pada bagian B yakni, menemukan arti sinonim kata-kata yang digarisbawahi dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak, dan bagian E yaitu essay, membuat tiga spoken instruction dan dua warning. Jumlah soal pada bagian B yaitu lima. Kelima soal tersebut terdapat tiga kata benda (noun), dan dua kata kerja (verb). Ketiga kata benda tersebut terdapat pada
soal nomor satu, empat, dan lima, sedangkan kata kerja terdapat pada soal nomor dua dan tiga. Berikut ditampilkan soal bagian B. (1) She was in the garden when Paul came home = …. (2) The English teacher has to check students’ reading skill = …. (3) They try to explain the problem = ….. (4) Read the text briefly = … (5) Mrs. Smith does the work very well = …. Kata-kata di dalam kotak ada enam pilihan. Keenam kata pilihan tersebut yaitu, tiga kata benda, dan tiga kata kerja. Berikut ditampilkan keenam kata-kata yang terdapat di dalam kotak. to examine task
passage \ park
to submit to clarify
Dari lima soal yang terdapat pada bagian B, tiga puluh satu orang hanya bisa menjawab soal nomor satu, empat orang bisa menjawab soal nomor satu dan dua, sedangkan satu orang sama sekali tidak bisa menjawab kelima soal tersebut. Dilihat dari taksonomi pengetahuan Bloom dan kawan-kawan, soal bagian B termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kelima soal pada bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti sinonim. Pada soal bagian C, siswa diminta untuk menemukan arti antonim katakata yang digarisbawahi dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian ini termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kelima soal pada bagian ini
menggunakan kata kerja menemukan arti antonim kata-kata yang digarisbawahi.di dalam kotak. Berikut ditampilkan soal bagian C. 1. She ever (adverb) comes to New York = …. 2. Create the answer (noun) = …. 3. She has to run (verb) cathing that bird = …. 4. Open (adverb) the door please = …. 5. Barbara has to distribute (verb) the tourism articles = ….. Kata-kata di dalam kotak ada enam pilihan. Keenam kata pilihan tersebut yaitu, tiga kata kerja, dua kata keterangan, dan satu kata benda. Berikut ditampilkan keenam kata-kata yang terdapat di dalam kotak. close/shut to jump
never question
to compile to walk
Hasil tes awal pada soal bagian C ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor tiga (to run), dan nomor lima (to distribute). Lima orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar, tujuh belas orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar, dan empat belas orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar. Pada soal bagian D, siswa diminta untuk menemukan arti prasa dan gambar kedalam bahasa Indonesia yang ada di dalam kotak. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian ini termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension
(pemahaman),
karena
kesepuluh
soal
pada
bagian
ini
menggunakan kata kerja menemukan arti prasa dan gambar kedalam bahasa Indonesia yang terdapat.di dalam kotak. Berikut ditampilkan soal bagian D.
1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
Berikut ditampilkan prasa bahasa Indonesia yang di dalam kotak. melewati jalan mundur belok kiri perempatan
lampu lalu lintas belok kanan pertigaan (berbentuk T)
jalan lurus belok memutar jalan terus
Hasil tes awal pada soal bagian D ditemukan bahwa tiga orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar, sembilan orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar, Sembilan belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar. Siswa menemukan kesulitan menjawab pada soal nomor empat (go straight), nomor tujuh (go backward), dan nomor sembilan (go ahead).
Kesulitan berikut yang ditemui oleh siswa ketika menjawab tes awal kosakata terdapat pada bagian E. Pada bagian ini, siswa diminta untuk menciptakan/membuat tiga spoken instructions dan dua warnings. Jadi jumlah soal pada bagian E yaitu lima. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan oleh Bloom dan kawan-kawan, soal bagian E termasuk domain Psikomotorik pada tingkat origination, karena kelima soal tersebut menggunakan kata kerja create (menciptakan). Hasil tes awal pada bagian ini ditemukan bahwa dua puluh enam siswa yang mampu menciptakan satu spoken instruction, tiga orang yang mampu menciptakan dua spoken instruction, sedangkan lima orang sama sekali belum mampu menciptakan spoken instruction, dan warnings. Hasil analisis kualitatif di atas dinyatakan bahwa seluruh siswa belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau belum tuntas. Apabila dilihat dari kategori tingkat kemampuan siswa, nilai rata-rata tes awal ini masuk ke kategori sangat jelek (poor). Salah satu cara yang dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa adalah dengan cara mengganti metode yang digunakan oleh guru, yakni metode ceramah, yang berpusat pada guru ke metode CTL, yang berpusat pada siswa.
4.2 Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran Setelah Penerapan Metode CTL Dalam penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata siswa, peneliti menerapkan tujuh komponen yang terdapat pada metode CTL.
4.2.1 Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 4.2.1.1 Perencanaan Siklus I Ketujuh komponen yang terdapat dalam metode CTL tersebut adalah sebagai berikut. 1) Konstruktivisme (Constructivism), pada komponen ini peneliti membagikan materi subpokok bahasan unit 2 yang telah diundi kepada tiap-tiap kelompok. Agar belajar lebih bermakna, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri materi subpokok bahasan yang telah dibagikan oleh peneliti. Materi subpokok bahasan tersebut, adalah seperti berikut. A. Pokok Bahasan : Expressions (1) Subpokok bahasan : Instructing or prohibiting, pages 24-25 a) The expressions of instructing or Prohibiting b) Responding of instructing or prohibiting Subpokok bahasan 1, dipresentasikan oleh kelompok 7 (2) Subpokok bahasan expressing politeness, page 25 a) The expressions of politeness b) Responding of expressing politeness: positive and negative Subpokok bahasan 2, dipresentasikan oleh kelompok 3. (3) Subpokok bahasan : Cardinal Numbers, page 26 a) Bilangan satuan
d) Bilangan ratusan
b) Bilangan belasan
e) Bilangan ribuan
c) Bilangan puluhan Subpokok bahasan 3, dipresentasikan oleh kelompok 8. (4) Prepositions, page 27 a) Explain the prepositions and give the example Subpokok bahasan 4, dipresentasikan oleh kelompok 4. (5) There is/There are….., page 28 a) The rule and the example b) The pattern of There is ….. c) The pattern of There are ….. Subpokok bahasan 5, dipresentasikan oleh kelompok 5. (6) How much/How many….., page 28-29 a) Explain (jelaskan) when do we used how much.. b) Explain when do we used how many …. Subpokok bahasan 6, dipresentasikan oleh kelompok 2. B. Pokok Bahasan : Short Functional Texts (7) Spoken instruction, page 37 a) Create some spoken instructions Subpokok bahasan 7, dipresentasikan oleh kelompok 1. (8) Warning, page 37 a) Write some texts of warnings Subpokok bahasan 8, dipresentasikan oleh kelompok 6. 2) Inkuiri (Inquiry), pengetahuan dan keterampilan baru ( materi subpokok bahasan unit 2 ) yang diperoleh oleh siswa diharapkan hasil dari menemukan
sendiri dan mengonstruksi sendiri.
Dengan
demikian,
siswa dapat
menyajikan/mempresentasikan hasil dari temuan dan konstruksi tersebut ke hadapan teman sekelas dan guru. Setiap kelompok mempresentasikan materi subpokok bahasan ke depan kelas. Alokasi waktu untuk presentasi adalah 15 menit. 3) Bertanya (Questioning), setelah melaksanakan presentasi selama 15 menit, lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, antara siswa dan siswa maupun antara guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipresentasikan, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa terhadap materi yang telah dipresentasikan, dan memfokuskan perhatian siswa pada kosakata yang dipelajari pada unit 2, khususnya tentang arti kata, arti frasa, sinonim, antonim, serta membuat spoken instructions dan warnings. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community), tujuan komponen ini adalah melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peneliti membagi siswa kelas VII A ini menjadi delapan kelompok belajar, yang anggotanya heterogen agar siswa yang pandai mengajari siswa yang lemah, siswa yang sudah tahu memberi tahu siswa yang belum tahu, dan siswa yang bisa cepat menangkap materi pelajaran mendorong temannya yang lambat. Kelompok-kelompok tersebut, yaitu sebagai berikut. a. Kelompok 1 terdiri atas empat orang (Dyah, Dela, Suwardani, dan David). b. Kelompok 2 terdiri atas empat orang (Ari W, Eric P, Christina, dan Desy). c. Kelompok 3 terdiri atas lima orang (Destha, Rosita, Swijaya, dan Reza).
d. Kelompok 4 terdiri atas empat orang (Zein, Widyantari, Ardi, dan Dana Arta). e. Kelompok 5 terdiri atas lima orang (Mayun, Devi, Dwika, Dasi, dan Tirtayanti). f. Kelompok 6 terdiri atas lima orang (Tomi, Devi J, Wahyu, Suata, dan Tiara). g. Kelompok 7 terdiri atas lima orang (Tomi A, Risawan, Rika, Putra, dan Neni). h. Kelompok 8 terdiri atas empat orang (Ary G, Mila, Evita, dan Devi N). 5) Pemodelan (Modeling), setiap kelompok yang presentasi menyiapkan dua anggotanya sebagai model untuk memeragakan dialog, yang sesuai dengan topik yang dipresentasikan. 6) Refleksi (Reflection), pada akhir pembelajaran peneliti menyisakan waktu sejenak untuk siswa agar siswa dapat melakukan refleksi atas materi pembelajaran yang telah didapatkan. Refleksi tersebut berupa kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi singkat, dan mengumpulkan hasil karya tulisan yang dipresentasikan. 7) Penilaian Autentik (Authentic Assesment) pada komponen ini, peneliti menilai prestasi siswa dengan menggunakan hasil karya siswa dengan kelompoknya, presentasi atau penampilan siswa pada saat mempresentasikan karyanya, pekerjaan rumah, dan hasil tes tulis.
4.2.1.2 Pelaksanaan Siklus I Pada pelaksanaan siklus I ini, dilakukan tujuh kali pertemuan. Pada setiap pertemuan terdapat tiga kegiatan, terdiri atas (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir. Ketiga kegiatan tersebut disajikan di bawah ini. 1) Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. b. Guru bertanya kepada siswa. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian subtopik yang akan dipresentasikan. c. Guru mengumumkan kelompok yang akan presentasi dan materi yang akan dipresentasikan. d. Guru mempersilakan waktu atau kesempatan kepada kelompok yang akan presentasi. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti ini merupakan kegiatan presentasi. Kelompok yang mendapat giliran presentasi tampil ke depan kelas untuk mempresentasikan materi mereka. Setiap anggota kelompok wajib mendapat giliran mempresentasikan materi atau sebagai model dalam percakapan yang sesuai dengan materi yang dipresentasikan. Setiap Rabu, ada dua kelompok yang presentasi karena pada hari tersebut jadwal pelajaran bahasa Inggris kelas VIIA adalah 2 jam mata pelajaran, 2 x 40 menit. Presentasi pada Rabu, 24 Oktober 2012 dilakukan oleh kelompok 7 dan kelompok 3. Satu jam pertama, kelompok 7 yang presentasi, sedangkan pada jam
kedua presentasi dilakukan oleh kelompok 3. Setelah kedua kelompok presentasi, guru bahasa Inggris, yaitu peneliti mengulas atau menyimpulkan materi yang disampaikan oleh kelompok 7 dan 3. Kelompok 7 mempresentasikan pokok bahasan Expressions dengan sub pokok bahasan Instructing or prohibiting, pages 24--25, sedangkan kelompok 3 mempresentasikan pokok bahasan Expression dengan subpokok bahasan Expressing politeness, page 25. Berikut dipaparkan presentasi kelompok 7. a) The expressions of instructing or Prohibiting Pada materi ini, dua orang siswa (Risawan dan Riska Risdayanti) memeragakan dialog yang terdapat pada buku ajar. Dialog tersebut sebagai berikut. Teacher
: O.K., students, let’s look at page 12.
Students
: Yes, sir.
Teacher
: Sita, please read the text aloud. For the others, do not make noise.
Setelah selesai memeragakan dialog di atas, salah satu dari kelompok 7 (Tomi Aditya) menjelaskan kalimat-kalimat yang dicetak tebal. Kalimat “let’s look at page 12” dan “please read the text aloud” disebut dengan instructions/instruksi atau perintah. Pada dialog tersebut guru menyuruh para siswanya melihat/mencari halaman 12 dan menyuruh salah satu dari siswanya, yang bernama Sita untuk membaca bacaan pada halaman 12 dengan keras, sedangkan siswa yang lainnya dilarang ribut. Kalimat “do not make any noise” merupakan kalimat larangan untuk semua siswa agar tidak ribut selama Sita membaca bacaan pada halaman 12.
Putra Wiriatama menjelaskan beberapa ekspresi instructing or prohibiting. Ekspresi-ekspresi tersebut, antara lain seperti di bawah ini.
Instructing
Prohibiting
Stand up. Don’t run in the class. Sit down. Don’t be noisy. Listen carefully. Don’t be late. Turn to page ….. Don’t open the window. Come to the front, please. Don’t ask Mira. She doesn’t know. Write the answer in your workbooks. Don’t cheat during the test. Please read this sentence aloud. Don’t copy your friend’s work. Do this exercise for homework. Don’t disturb your friends. Come in and sit down, please. Don’t bully your friends. Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 24) Setelah selesai menjelaskan ekspresi-ekspresi instructing or prohibiting, Neni menjelaskan catatan-catatan penggunaan always dan never serta responding of instructing or prohibiting. Catatan-catatan tersebut, antara lain sebagai berikut. Notes Always and never come before imperatives. Examples: 1) Always remember what I told you. (Not Remember always ….). 2) Never speak to me like that again. (Not Speak never …..). Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 24) b) Responding of instructing or prohibiting (1) Yes, Sir/Miss. (2) O.K., Mom. (3) All right, Sir/Ma’am. (4) Right away. Sir/Ma’am. (5) I won’t, Sir/Ma’am.
Berdasarkan catatan peneliti ketika kelompok 7 presentasi, terdapat beberapa hambatan. Hambatan-hambatan tersebut, yakni suara masih kecil/kurang keras, gugup karena belum terbiasa presentasi di depan kelas, dan ada satu orang yang belum siap karena tidak bisa hadir pada saat kerja kelompok dengan alasan rumah jauh dan tidak ada yang mengantar. Pada waktu sesi tanya jawab, tidak ada siswa yang bertanya. b) Expressing Politeness Destha Aldiska dan Rosita Damayanti memeragakan dialog tentang expressing politeness. Dialog tersebut, yakni sebagai berikut. Son
: Wow, you bought many things, Mom.
Mother : Yeah, we’ve almost run out everything. Dear, please take this plastic bag to the kitchen. Son
: O.K., Mom. Anything else?
Mother: Can you put the fruits in the fridge? Setelah dialog selesai, Vania menjelaskan bahwa kata-kata yang dicetak tebal (please dan can) tersebut digunakan untuk memperhalus kalimat perintah. Pada dialog di atas, si ibu meminta tolong kepada anaknya untuk membawa tas plastik yang berisi barang-barang belanjaan ke dapur serta menaruh buah-buahan ke dalam kulkas. Selain please dan can, ada beberapa kata-kata yang juga dapat memperhalus kalimat perintah, yaitu could, will, would, may, dan might.
Swijaya Agastya menjelaskan bahwa ada beberapa kalimat yang menggunakan ekspresi memperhalus kalimat perintah. Kalimat-kalimat tersebut, yaitu sebagai berikut 1) Open the door, please. 2) Please read the text aloud. 3) Get me some water, please. 4) Would you please forgive me for this misunderstanding? 5) Can you help me lift the box, please? 6) Could you please accompany me to the bookshop after school? 7) Will you pick me up from school, please? Reza Saputra menjelaskan bahwa ada dua responding untuk expressing politeness di atas, yakni responding positive dan responding negative. Responding positive terdiri atas empat pernyataan berikut. 1) No problem. /No big deal. 2) O.K./All right. 3) Right away. 4) Sure/Certainly. Responding negative terdiri atas tiga pernyataan di bawah ini. 1) I’d love to, but I’m in a hurry. Sorry. 2) I’m sorry, I can’t. I have another appointment. 3) I’d love to, but I must stay at home. Setelah selesai menjelaskan responding negative, kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab. Pada sesi ini tidak ada siswa yang bertanya. Sebelum menutup
pelajaran, guru menyimpulkan kedua materi yang dipresentasikan oleh kelompok 7 dan 3. Menurut catatan peneliti, dari dua kelompok yang presentasi Vania Anggarina merupakan presenter yang terbaik. Suaranya sangat jelas dan menguasai materi. Kelompok 3 merupakan kelompok yang kompak, tetapi pelafalan mereka masih kurang. c) Cardinal Numbers Materi berikutnya masih pada pokok bahasan Expression, dengan sub pokok bahasan Cardinal Numbers, dipresentasikan oleh kelompok 8, pada Senin 24 Oktober 2012. Ary Gunawan memperlihatkan tiga gambar. Look at the pictures. How many toy cars are there? Gambar pertama berisi dua gambar mainan mobil-mobilan, di bawah gambar terdapat tulisan two toy cars, gambar kedua berisi enam gambar mobil-mobilan, di bawah gambar terdapat tulisan six toy cars, dan gambar ketiga berisi gambar ten toy cars. Kata-kata two, six, dan ten disebut dengan cardinal numbers. Mila Taniya menjelaskan cardinal numbers, bilangan satuan berikut ini. 0 = zero
5 = five
1 = one
6 = six
2 = two
7 = seven
3 = three
8 = eight
4 = four
9 = nine
Bilangan belasan berakhiran teen, kecuali angka sebelas dan angka dua belas. Bilangan belasan terdiri atas angka berikut.
11 = eleven
15 = fifteen
12 = twelve
16 = sixteen
13 = thirteen
17 = seventeen
14 = fourteen
18 = eighteen
19 = nineteen
Evita Juliantari mempresentasikan bilangan puluhan, bilangan ratusan dan bilangan ribuan. Bilangan puluhan berakhiran ty terdiri atas bilangan berikut. 10 = ten
50 = fifty
a20 = twenty
60 = sixty
30 = thirty
70 = seventy
40 = forty
80 = eighty
90 = ninety, sampai dengan angka 99 = ninety nine
Bilangan ratusan yakni hundred. Bilangan ratusan terdiri atas berikut ini. 100 = a/one hundred
600 = six hundred
200 = two hundred
700 = seven hundred
300 = three hundred
800 = eight hundred
400 = four hundred
900 = nine hundred, sampai dengan angka 999 =
500 = five hundred
nine hundred ninety nine
Bilangan ribuan, yakni thousand. Bilangan ribuan dimulai dari angka 1.000 = a/one thousand. Contoh bilangan ribuan, yaitu sebagai berikut. 2.000 = two thousand 3.000 = three thousand, dan seterusnya. Devi Novita Sari dan Ary Gunawan memeragakan dialog mengenai cardinal numbers. Berikut contoh dialog cardinal numbers. Ary
: How much is this book?
Devi
: It is Rp 15.550 (fifteen thousand five hundred and fifty rupiah).
Ary
: How much is that bag?
Devi
: It is Rp 24.725 (twenty four thousand seven hundred and twenty five Rupiah). Setelah selesai memeragakan dialog di atas, dilanjutkan sesi tanya jawab.
Pada sesi tanya jawab, belum ada siswa yang bertanya. Sebelum mengakhiri pelajaran guru menyimpulkan materi yang dipresentasikan oleh kelompok 8. Pada simpulan tersebut guru menjelaskan bahwa ada perbedaan cara mengucapkan angka, yakni seperti di bawah ini. 1) Tiga satuan (3), tiga belasan (13), dan tiga puluhan (30). Misalnya three [trie], thirteen [tetin], thirty [teti]. 2) Lima satuan (5), lima belasan (15), dan lima puluhan (50). Misalnya five [faiv], fifteen [fiftin], fifty [fiti]. Selain menjelaskan hal tersebut, guru juga menjelaskan cara menyebutkan bilangan cardinal dalam bentuk rupiah, misalnya Rp 345.000,00 Caranya, angka 3 di atas, yakni three, angka 3 tersebut posisinya adalah bilangan ratusan sehingga menjadi three hundred, angka 4 posisinya adalah bilangan puluhan sehingga menjadi forty, angka 5 adalah bilangan satuan, yakni five. Ketiga angka tersebut (345), posisinya di bilangan ribuan, yakni thousand. Jadi, cara menyebutkan semuanya yakni three hundred forty five thousand rupiah. d) Preposition Kelompok yang mempresentasikan subpokok bahasan preposition ini yakni kelompok 4. Preposition merupakan bagian keempat dari pokok bahasan
Expressions. Zein Maulana yang pertama kali menjelaskan materi ini. Look at the pictures and read the sentences. Try to understand the explanation. Zein membawa dua gambar. Pada gambar pertama terdapat gambar tas dan kalkulator. Letak kalkulator tersebut di kantong depannya tas. Di bawah gambar pertama, terdapat tulisan there is a calculator in the front pocket. Gambar yang kedua berisi gambar kursi dan sepatu. Letak sepatu berada di bawah kursi. Di bawah gambar yang kedua bersisi tulisan I put my shoes under the chair. Presentasi berikutnya, dilanjutkan oleh Widyantari. The words “in” and “under” are called preposition. We use these words to show the locations of things. Kata-kata in dan under disebut dengan preposisi. Kedua kata tersebut digunakan untuk menunjukkan letak/lokasi suatu benda. Under artinya di bawah, sedangkan in artinya di dalam. Preposition berikutnya yakni opposite, between, on/at, in front of dipresentasikan oleh Ardi Candra. Keempat preposition tersebut juga digunakan untuk menunjukkan letak/lokasi suatu benda. Try to learn the following prepositions. Figure out their meanings. Tiap-tiap preposition tersebut memiliki gambar, disertai dengan kalimat di bawahnya. Kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut. 1) The bookshop is opposite the post office. 2) The bookshop is between the post office and the pet shop. 3) The bookshop is on/at the corner of Jalan Obor and Jalan Pelita. 4) The bookshop is in front of the post office.
Berdasarkan kalimat-kalimat di atas maka diketahui arti preposisi itu masing-masing, seperti di bawah ini. 1) Opposite artinya berhadapan dengan. 2) Between artinya di antara (dua benda). 3) On/at artinya di. 4) In front of artinya di depan. Preposition selanjutnya, yakni behind, beside, next to, dan near dipresentasikan oleh Dana Arta. Keempat preposition tersebut juga digunakan untuk menunjukkan letak/lokasi suatu benda. Tiap-tiap preposition memiliki gambar disertai dengan kalimat di bawahnya. Kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut. 1) The bookshop is behind the post office. 2) The bookshop is beside the post office. 3) The bookshop is next to the post office. 4) The bookshop is near the post office. Berdasarkan kalimat-kalimat di atas maka diketahui maknanya masingmasing, seperti berikut. 1) behind artinya di belakang. 2) beside artinya di samping. 3) next to artinya di sebelah. 4) near artinya dekat. Setelah selesai mempresentasikan preposition di atas,
kemudian
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini belum ada siswa bertanya.
Sebelum mengakhiri pelajaran guru menyimpulkan preposisi-preposisi yang baru saja dipresentasikan, lalu dilanjutkan dengan latihan membuat kalimat menggunakan prepositions di atas dengan memakai denah sekolah mereka. Ada enam orang siswa yang mau mencoba membuat kalimat. Keenam siswa tersebut adalah sebagai berikut. (1) Vania membuat kalimat dengan menggunakan next to. The library is next to classroom IX A. (2) Agus membuat kalimat menggunakan between. The teachers’ office is between classroom VII A and sain laboratory. (3) Ardi membuat kalimat menggunakan next to. The school principle’s office is next to TU office. (4) Devi Damayanti membuat kalimat menggunakan near. The school canteen is near the classroom IX A. (5) Ari Gunawan membuat kalimat menggunakan beside. The student toilets are beside the stair. (6) Devi Jayanti membuat kalimat menggunakan in front of. The computer laboratory is in front of the school temple. e) There is/There are Materi There is/There are merupakan subpokok bahasan kelima dari pokok bahasan Expressions. There is/There are dipresentasikan oleh kelompok 5, pada Rabu, tanggal 31 Oktober 2013. Devi Damayanti memperlihatkan dua gambar. Gambar pertama berisi satu kamus di atas meja, sedangkan gambar kedua
berisi tiga kamus di atas meja. Tiap-tiap gambar berisi kalimat di bawahnya. Kalimat-kalimat tersebut, yakni seperti di bawah ini. (1) There is a/one dictionary on the desk. (2) There are three dictionaries on the desk. Pay attention to the words in bold type (there is or there are). They are determiners. Jadi, kata-kata yang dicetak tebal di atas disebut dengan determiners atau penentu. Presentasi berikutnya tentang rule of there is/there are, dilakukan oleh Mayun Adi Guna. The rule of there is/there are tersebut, yaitu seperti berikut. (1) There is + ….. for singular nouns (one item). (2) There is + ….. for uncountable items (group nouns). (3) There are + …. for many items (plural nouns). Dwika Fitriani memberikan contoh kalimat berdasarkan rule di atas. Contoh kalimat tersebut, seperti di bawah ini. There
is
Noun singular/one item
There
is
a spider on the wall.
There
is
Uncountable items/group of nouns
There
is
some money on the desk.
There
are
Plural nouns/many items
There
are
two pencils on my desk.
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 28)
Tirtayanti mempresentasikan the pattern of there is/there are. Kedua pattern tersebut, yakni seperti di bawah ini. 1) There is + Singular/Uncountable Noun + Adverb of place There is Singular/Uncountable Noun Adverb of place There is a teacher in the classroom. There is a mango tree at the front of myhouse. There is a little water in the bottle Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 28) 2) There are + Plural noun + Adverb of place There are Plural Noun Adverb of place There are five children on the field. There Are twenty bikes in the bicycle. There Are three paintings on the wall. Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 28) Setelah itu, dilanjutkan peragaan dialog tentang there is/there are. Dialog tersebut, yakni sebagai berikut. Dasi Santiago : Here is my new house. Mayun Adi G. : It’s great! Dasi Santiago : Thank you. Let’s go inside. Mayun Adi G. : O.K. So this is your living room. Dasi Santiago : Yes. There are a 3-seat sofa, a 2-seat sofa and a table. On the wall there two pictures, a clock and a calendar. Mayun Adi G. : What do you have in the back yard? Dasi Santiago : There is a garden. Mayun Adi G. : What are there in the garden? Dasi Santiago : There are a mango tree, a rambutan tree, and some banana trees. Mayun Adi G. : Oh, I really love fruit.
Dialog selesai dipresentasikan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini belum ada siswa yang bertanya, kemudian guru menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan bahwa there is dan there are adalah sebagai penunjuk. There is digunakan sebagai penunjuk benda yang tunggal, sedangkan there are digunakan sebagai penunjuk benda yang jamak. Setelah selesai menyimpulkan materi, guru menutup pelajaran. f) How much/How many Presentasi pokok bahasan Expressions, dengan subpokok bahasan keenam yakni how much/how many, dilakukan oleh kelompok 2 pada hari Rabu, 31 Oktober 2012. Ari Wibawa dan Desy Sawitri memperagakan dialog yang berhubungan dengan how much/how many. Dialog tersebut yakni, Ari
: Mom what are you doing?
Desy : I’m making dumplings. Ari
: Um, sounds yummy. Do you need eggs to make it, Mom?
Desy : Yes, I do Ari
: How many eggs doyou use, Mom?
Desy : I use four eggs. Ari
: And how much flour do you use?
Desy : About half a kilogram. Ari
: Can you teach me how to make dumplings, Mom?
Desy : Certainly. Christina Damayanti mempresentasikan bahwa the question words how many dan how much are used to ask about the quantity of things/items.
How many
Quantity (countable)
How much
Quantity (uncountable)
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 29) Keterangan: 1) How many digunakan untuk menanyakan jumlah benda yang dapat dihitung atau kata benda jamak, seperti buku-buku (books) dan apel-apel (apples). 2) How much digunakan untuk menanyakan jumlah benda yang tidak dapat dihitung, misalnya air (water) dan tanah (soil). Erik Pramerta mempresentasikan the patterns of how many/how much with to be dan the pattern of howmany/how much with verbs. Bentuk pattern tersebut, yakni seperti di bawah ini/ (1) With to be How many/much How many
How much
Noun blackboard rooms books soil water cooking oil
Be (is/are) are are are is is is
There
Adverb of place
there there there there there there
in your classroom in your house in your bag in the plastic bag in the bottle in the frying pan
? ? ? ? ? ? ?
(2) With verbs How many/much How many
Noun pencils lessons people
Do/Does does do do
Subject your sister you you
Verb have have see
Complement
today in the hall
? ? ? ?
How much
flour money salt
does do do
Lisa you you
need have need
to make the cake now for the soup
? ? ?
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 29) Setelah selesai presentasi the pattern di atas, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini belum ada siswa yang bertanya. Kemudian guru menyimpulkan penggunaan how many dan how much. Setelah itu guru menutup pelajaran. Pokok bahasan kedua yakni Short Functional Texts, terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah spoken instructions, sedangkan bagian kedua yakni warnings. Subpokok bahasan spoken instruction merupakan spoken text, dan sub pokok bahasan warning merupakan written text. g) Spoken Instruction Subpokok bahasan spoken instructions dipresentasikan oleh kelompok 1, pada Senin, 5 Oktober 2012.
Dyah Pertiwi memeragakan kalimat Listen,
everyone. Prepare a sheet of paper. We will have a vocabulary quiz. Kalimat yang dicetak tebal tersebut merupakan spoken instruction from the teacher. Guru menyuruh para siswanya untuk mendengarkannya dan menyiapkan selembar kertas untuk mengerjakan kuis kosakata. Kalimat instruksi atau perintah dimulai dengan kata kerja dasar (an instruction begins with a verb base). Untuk membuat kalimat perintah yang sopan/halus, digunakan kata please atau can, will, could, dan would. Untuk memperjelas kalimat instruksi/perintah maka Dela Kristina dan Suwardani memperlihatkan sepuluh gambar dan sepuluh kalimat perintah. Pada
sesi ini, terdapat perintah, Look at the pictures. Match them with the suitable instructions from the box. Artinya, Dela dan Suwardani menyuruh temantemannya
untuk
melihat
gambar-gambar
yang
dibawanya,
kemudian
mencocokkan gambar-gambar tersebut dengan kalimat perintah-kalimat perintah yang terdapat pada kolom/kotak. Sebagai contoh, gambar nomor satu kalimat perintahnya adalah Follow Jalan Pahlawan until you get to the post office, kalimat tersebut menempati huruf d pada kolom/kotak. Satu demi satu gambargambar tersebut dibahas. Pembahasan tersebut, yakni sebagai berikut. (1) Gambar nomor dua, kalimat perintahnya, yakni turn left into Jalan Pahlawan (e). (2) Gambar nomor tiga, kalimat perintahnya, yakni turn right into Jalan Pahlawan (i). (3) Gambar nomor empat, kalimat perintahnya, yakni take the first turning on the right (a). (4) Gambar nomor lima, kalimat perintahnya, yakni go past the pet shop (c). (5) Gambar nomor enam, kalimat perintahnya, yakni go along the river (h). (6) Gambar nomor tujuh, kalimat perintahnya, yakni go over the bridge (f). (7) Gambar nomor delapan, kalimat perintahnya, yakni go up the hill (j). (8) Gambar nomor sembilan, kalimat perintahnya, yakni go down the hill (b). (9) Gambar nomor sepuluh, kalimat perintahnya yakni cross Jalan Pahlawan (g). Setelah selesai membahas gambar-gambar tersebut, kemudian David Ardiansah memperlihatkan empat gambar. Keempat gambar tersebut masing-
masing berisi cue words atau kata isyarat/pedoman. Pada sesi ini, diperintahkan untuk melihat gambar, lalu membuat kalimat perintah sesuai dengan cue word yang ada pada tiap-tiap gambar. Cue words tersebut, yakni sebagai berikut. (1) Gambar nomor satu, quit. Kalimat perintahnya, yakni Ssst! Be quit. (2) Gambar nomor dua, board. Kalimat perintahnya, yakni Please board immediately. (3) Gambar nomor tiga, stop. Kalimat perintahnya, yakni We must stop at the railway crossing. (4) Gambar nomor empat, put on. Kalimat perintahnya, yakni Please put on the headset. Setelah selesai membahas gambar-gambar yang berisi cue words, Dyah Pertiwi menulis tiga kalimat di papan tulis. Ketiga kalimat tersebut, yakni seperti di bawah ini. (1) In a laboratory. (2) In a library. (3) In a canteen. Sebutkan beberapa kalimat perintah atau larangan yang ditemukan ketika berada pada ketiga tempat tersebut di atas. Misalnya ketika berada di lokasi berikut. (1) Di laboratorium, kalimat perintahnya, yakni Hold the tube carefully, sedangkan kalimat larangannya, yakni Don’t be noisy. (2) Di perpustakaan, kalimat perintahnya, yakni Put the books you have read on the desk in the corner, sedangkan kalimat larangannya yakni, Don’t be noisy.
(3) Di kantin, kalimat perintahnya yakni Keep this place clean, sedangkan kalimat larangannya, yakni Don’t throw the rubbish everywhere. Setelah selesai presentasi, lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini, belum ada siswa yang bertanya. Kemudian guru menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan oleh kelompok 1 bahwa kalimat perintah/instruksi atau spoken instruction adalah kalimat langsung yang diucapkan oleh seseorang agar kita melakukan perintahnya atau kalimat tidak langsung diucapkan, tetapi berisi perintah agar dilaksanakan. Setelah selesai menyimpulkan materi, guru menutup pelajaran. h) Warning Subpokok bahasan warning dipresentasikan oleh kelompok 6, pada Selasa, 6 Oktober 2012. Devi Julianti memperlihatkan gambar berisi tulisan seperti di bawah ini.
!
WARNING THE DOOR IS NOT FOR PEDESTRIANS PLEASE USE THE MAIN DOOR
Kemudian dijelaskan bahwa tulisan tersebut merupakan peringatan/warning. A warning is an intimation, threat or sign of impending danger or evil (warning adalah suatu intimidasi/peringatan, ancaman, atau tanda bahaya). Warning signs/tanda peringatan atau larangan banyak ditemukan di jalan raya, rumah sakit, dan tempat-tempat umum. Tanda peringatan atau larangan juga dapat
ditemukan pada beberapa produksi, seperti produksi elektronik, misalnya pada kulkas, komputer, dan lain-lain. Untuk memperjelas apa itu warning, maka Tomi Prayoga menulis di papan tulis lima kosakata yang berhubungan dengan warning. Kelima kosakata tersebut adalah sebagai berikut. (1) danger = bahaya (2) careful = hati-hati (3) to enter = memasuki (4) voltage = voltase tegangan (5) intersection = persimpangan Kemudian Wahyu Fajar dan Tiara Oktaviani memperlihatkan enam gambar yang berisi warning signs dan kalimat-kalimat tanda larangan yang sesuai dengan keenam gambar tersebut. Berikut dipaparkan tiap-tiap gambar beserta kalimat-kalimatnya. Gambar nomor 1, kalimatnya, yakni No entry! Danger. Gambar nomor 2, kalimatnya, yakni No smoking in the area. Gambar nomor 3, kalimatnya, yakni Do not touch! Dangerous. Gambar nomor 4, kalimatnya, yakni Beware! High voltage. Gambar nomor 5, kalimatnya, yakni Danger! Road work ahead. Gambar nomor 6, kalimatnya, yakni Be careful! Dangerous intersection. Suata memperlihatkan satu warning sign. Warning sign tersebut, yakni sebagai berikut.
!
WARNING
CONSTRUCTION WORK IN PROGRESS. PARENTS ARE ADVICE TO PROHIBIT CHILDREN FROM ENTERING THIS PLACE
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 37) Berdasarkan warning sign di atas, terdapat lima pertanyaan. Kelima pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut. (1) To whom is the text addressed? Jawab: To the parents of children who want to enter the place. (2) What is the purpose of the text? Jawab: To warn people about the danger of something. (3) Why is the place dangerous? Jawab: There is construction work in progress. (4) What will the parents do after reading the warning? Jawab: They will not allow their children to enter the place. (5) “Construction work in progress”. What does it mean? Jawab: It means that construction work is taking place. Setelah kelompok 6 selesai presentasi, dibuka sesi tanya jawab. Pada sesi ini belum ada siswa yang bertanya. Kemudian guru menyimpulkan materi yang baru saja dipresentasikan. Warning signs adalah tanda larangan/peringatan bahaya. Tanda-tanda larangan/bahaya dapat dijumpai di tempat-tempat umum, misalnya di rumah sakit, jalan raya, gardu listrik, barang-barang elektronik, dan sebagainya. Setelah selesai menyimpulkan materi, guru menutup pelajaran.
3) Kegiatan Akhir Rangkaian terakhir dari kegiatan pembelajaran disebut dengan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir ini guru selalu melakukan sesi tanya jawab, menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan oleh setiap kelompok yang presentasi, menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan-latihan yang ada di buku sesuai dengan topik yang dipresentasikan, dan menutup pelajaran. 4.2.1.3 Pengamatan Siklus I Pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada pelaksanaan siklus I, peneliti dibantu oleh seorang observer pendamping melakukan penilaian melalui pengamatan terhadap keterlaksanaan rencana pelajaran. Keterlaksanaan rencana pelajaran ini diamati pada saat kegiatan awal, siswa melakukan presentasi dan kegiatan akhir. Indikator yang dinilai dalam pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran adalah sebagai berikut. a. Kegiatan Awal (1) Guru membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. (2) Guru bertanya kepada siswa. Pertanyaan
tersebut digunakan untuk
landasan pengertian subtopik/materi yang akan dipresentasikan. (3) Guru mengumumkan kelompok yang akan presentasi dan materi yang akan dipresentasikan. (4) Guru mempersilakan kelompok yang akan presentasi. b. Kegiatan Inti (1) Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
(2) Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. (3) Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. (4) Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. c. Kegiatan Akhir (1) Diadakan sesi tanya jawab. (2) Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. (3) Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku
ajar,
sesuai dengan topik
yang dipresentasikan,
kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
4.2.1.4 Refleksi Siklus I Tahap keempat pada penelitian ini, yakni refleksi. Tindakan refleksi ini dilakukan setelah guru melaksanakan tindakan siklus I. Refleksi siklus I dilakukan secara kolaborasi antara peneliti sebagai guru dan observer pendamping. Refleksi siklus I dilakukan untuk mengetahui peningkatan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA setelah penerapan metode CTL. Berikut ditampilkan tes penguasaan kosakata siklus I. A.READ THE FOLLOWING SENTENCES THEN FIND THE UNDERLINE WORD MEANINGS IN THE BOX. dengan keras menyapu dengan jelas menukarkan
perhatian memeriksa pernah
1. Pay attention to the sentences in bold. = …. 2. Ann checks her attendance list = …… 3. Please speak clearly = ….
tak diawasi membagikan penjelasan
4. Now, please distribute the copies of the article = …… 5. She ever visits her aunt in Australia = …. 6. Do not exchange your notes into coins = …… 7. Well, I need your explanation = …. 8. He can’t speak loudly 9. Don’t forget to sweep the floor = …. 10. The clerks were unattended by their bos when they were working yesterday = …. B. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR SIMILAR MEANINGS FROM THE BOX to examine task
passage park
to submit to clarify
1. She was in the garden when Paul came home = …. 2. The English teacher has to check students’ reading skill = …. 3. They try to explain the problem = ….. 4. Read the text briefly = … 5.Mrs. Smith does the work very well = …. C. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR OPPOSITE MEANINGS FROM THE BOX close/shut to jump
never question
to compile to walk
1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird = …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = ….. D. FIND THE MEANINGS OF THE FOLLOWING PHRASES IN THE BOX melewati jalan mundur belok kiri perempatan
1. Turn left =…..
lampu lalu lintas belok kanan pertigaan (berbentuk T)
jalan lurus belok memutar jalan terus
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
E. CREATE 3 SPOKEN INSTRUCTIONS, AND TWO WARNINGS. Hasil refleksi siklus I dideskripsikan
pada tabel 4.3 berikut ini.
Panduan/acuan penilaian setiap bagian soal menggunakan rubrik penilaian pada tabel 3.1, sedangkan untuk mencari nilai/skor tingkat penguasaan kosakata setiap siswa pada setiap bagian soal menggunakan rumus penghitungan Nurgiyantoro (2010: 139) sebagai berikut. S = Right/jumlah jawaban yang benar Keterangan: S = Total Skor Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Tabel 4.3 Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Akhir Siklus I Nomor Absen Siswa
S.01 S.02 S.03 S.04 S.05 S.06 S.07 S.08 S.09 S.10 S.11 S.12 S.13 S.14 S.15 S.16 S.17 S.18 S.19 S.20 S.21 S.22 S.23 S.24 S.25 S.26 S.27 S.28
Score/Total Jawaban yang Benar
Total Bagian A Bagian B Bagian C Bagian D Bagian E Score Penguasa Arti Kata Sinonim Antonim Arti Frasa Essay an Create Kosakata Spoken Setiap Instruc tions and Siswa warnings 12 8 12 16 12 60 18 8 18 18 8 70 16 8 18 16 8 66 12 12 16 16 8 64 16 8 16 16 8 64 16 8 12 16 8 60 12 12 16 12 8 60 16 8 16 16 8 64 16 8 12 16 8 60 16 8 16 16 8 64 18 12 16 16 12 74 16 8 12 16 8 60 16 8 12 16 8 60 18 12 16 18 12 76 18 8 16 16 8 66 16 8 12 16 8 60 16 8 12 18 8 62 16 8 16 16 8 64 16 8 12 16 8 60 18 12 16 18 12 76 16 8 16 16 8 64 16 8 16 16 8 64 18 8 12 16 8 62 18 8 16 16 8 66 16 8 12 18 8 62 16 8 16 16 8 64 18 8 16 16 8 66 16 8 16 18 8 66
S.29 S.30 S.31 S.32 S.33 S.34 S.35 S.36
18 16 16 18 18 18 16 18
8 8 8 8 8 8 8 8
16 12 12 18 12 12 16 18
16 18 16 18 16 16 16 12
8 8 8 16 8 8 8 12
66 62 60 78 62 62 64 68
Untuk mencari tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase menggunakan rumus,
L = Total skor setiap siswa X 100% Skor maksimum
Keterangan, L = Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase Berikut ditampilkan daftar nilai setiap siswa pada refleksi siklus I. Tabel 4.4 Data Nilai Tes Akhir Siklus I Penguasaan Kosakata Setiap Siswa Nomor Absen Total Score Siswa Penguasaan Kosakata Setiap Siswa S.01
60
Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa dalam % 60%
S.02
70
70%
S.03
66
66%
S.04
64
64%
Kategori Tingkat Kriteria Kemampuan Ketuntasan Setiap Siswa Minimal
Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
Belum tuntas
Belum tuntas
S.05
64
64%
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.06
60
60%
Belum tuntas
S.07
60
60%
S.08
64
64%
S.09
60
60%
S.10
64
64%
S.11
74
74%
S.12
60
60%
S.13
60
60%
S.14
76
76%
S.15
66
66%
S.16
60
60%
S.17
62
62%
S.18
64
64%
Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori t cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
Belum tuntas
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas Belum tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
Belum tuntas
S.19
60
60%
S.20
76
76%
S.21
64
64%
S.22
64
64%
S.23
62
62%
S.24
66
66%
S.25
62
62%
S.26
64
64%
S.27
66
66%
S.28
66
66%
S.29
66
66%
S.30
62
62%
S.31
60
60%
S.32
78
78%
S.33
62
62%
Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
Kategori tidak cukup
Belum tuntas
Tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
Belum tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
(Insufficient) S.34
62
62%
S.35
64
64%
S.36
68
68%
Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient)
Belum tuntas
Belum tuntas
Kategori cukup Belum Tuntas (Sufficient)
Jumlah Total Nilai Siswa = 2326% = 23.26.
4.2.2 Analisis Kuantitatif PTK Siklus I Cara menghitung score/total jawaban yang benar pada setiap bagian pada tabel 4.3 di atas disesuaikan dengan rubrik penilaian penguasaan kosakata siswa yang terdapat pada tabel 3.1. Sebaliknya, cara menghitung total score tingkat penguasaan kosakata setiap siswa menggunakan rumus S = R. S = skor/nilai, R = right/ jumlah jawaban yang benar. Pada tabel 4.4 dituangkan hasil tes siklus I tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase. Adapun cara menghitung nilai tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase menggunakan rumus berikut. L =
skor siswa skor maksimum
x 100 %
Keterangan: L
= Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase. Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa hasil refleksi siklus I yaitu
mengalami peningkatan yang signifikan apabila dibandingkan dengan hasil nilai
tes awal sebelum penerapan metode CTL. Pada refleksi siklus I, total nilai penguasaan kosakata setiap siswa terendah, yakni 60 dan nilai tertinggi 78. Ada sembilan orang siswa yang memeroleh nilai 60, enam orang memeroleh nilai 62, sembilan orang memeroleh nilai 64, enam orang memeroleh nilai 66, satu orang memeroleh nilai 68, satu orang memeroleh nilai 70, satu orang memeroleh nilai 74, dua orang memeroleh nilai 76, dan satu orang memeroleh nilai 78. Pada tindakan siklus I terdapat empat orang siswa yang mampu mencapai nilai KKM 74. Dari jumlah total nilai siswa pada tabel 4.4 di atas dapat dihitung nilai rata-rata penguasaan kosakata siswa pada siklus I dengan menggunakan rumus berikut. L = Total skor siswa x 100% Jumlah siswa L = 2326 36 = 64.61%
x 100%
Berdasarkan hasil tes siklus I pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 serta nilai ratarata penguasaan kosakata siswa di atas, maka dapat dicari mean score siklus I dengan menggunakan rumus X = Mean score = 2326 36 = 64.61 Keterangan : X
= Mean score siswa
ƩX = Jumlah skor seluruh siswa N
= Jumlah siswa
X N
Jadi, mean score siklus I, yakni 64.61 artinya diperlukan pelaksanaan tindakan siklus II karena empat orang dari tiga puluh enam orang yang mampu memeroleh nilai kriteria ketuntasan minimal. Tingkat kesalahan pengerjaan soal-soal kosakata siklus I dijelaskan sebagai berikut.
4.2.3 Analisis Kualitatif PTK Siklus I Setelah diadakan tindakan siklus I dengan penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris, tes kemampuan kosakata bahasa Inggris siswa siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes awal sebelum tindakan. Peningkatan tersebut terlihat pada soal bagian A seperti berikut. 1. Pay attention (noun) to the sentences in bold. 2. Ann checks (verb) her attendance list 3. Please speak clearly (adverb)
= ….
= ……
= ….
4. Now, please distribute (verb) the copies of the article 5. She ever (adverb) visits her aunt in Australia
= ….
6. Do not exchange (verb) your notes into coins
= ……
= ……
7. Well, I need your explanation (noun) = …. 8. He can’t speak loudly (adverb) = …. 9. Don’t forget to sweep (verb) the floor
= ….
10. The clerks were unattended (adjective) by their bos when they were working yesterday = …. Pada soal bagian A dilihat pada taksonomi pengetahuan, termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kesepuluh soal
pada bagian A, siswa disuruh menemukan arti bahasa Indonesianya kata-kata yang digarisbawahi yang terdapat di dalam kotak.
Terjadinya peningkatan
pemahaman siswa ketika menjawab soal bagian A karena pada siklus I empat belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, sedangkan pada tes awal belum ada siswa yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar. Pada siklus I sembilan belas orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar, sedangkan pada tes awal sembilan orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar. Pada siklus I empat belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar, sedangkan pada tes awal
sepuluh orang yang mampu
menjawab enam soal dengan benar. Pada siklus I hanya tiga orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar, sedangkan pada tes awal dua orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar, dan satu orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar. Dari sepuluh soal pada bagian ini, pada tes awal siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor empat (distribute), soal nomor tujuh (explanation), dan soal nomor sepuluh (unattended), sedangkan pada siklus I siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor sepuluh (unattended). Hal ini terjadi karena siswa belum pernah mendengar kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.. Soal bagian B, siswa diminta untuk menemukan arti sinonim kata-kata yang digarisbawahi dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak. Dilihat dari taksonomi pengetahuan Bloom dan kawan-kawan, soal bagian B termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kelima soal pada
bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti sinonim. Pada bagian B pemahaman siswa pada saat menjawab soal bagian ini juga mengalami peningkatan. Berikut disajikan soal bagian B. 1. She was in the garden when Paul came home = …. 2. The English teacher has to check students’ reading skill = …. 3. They try to explain the problem = ….. 4. Read the text briefly = … 5.Mrs. Smith does the work very well = ….
to examine task
passage park
to submit to clarify
Peningkatan tes siklus I terjadi karena tiga puluh satu orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada tes awal tiga puluh satu orang hanya bisa menjawab soal nomor satu, empat orang bisa menjawab soal nomor satu dan dua, satu orang sama sekali tidak bisa menjawab kelima soal tersebut. Walaupun terjadi peningkatan, siswa masih memgalami kesulitan menjawab soal nomor empat (text), dan nomor lima (work). Kesulitan menjawab soal bagian B disebabkan oleh ketidak seringan siswa membaca, mendengarkan, dan mempraktekkan sinonim tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian C termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kelima soal
pada bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti antonim kata-kata yang digarisbawahi di dalam kotak. Pemahaman siswa menjawab soal bagian ini juga mengalami peningkatan. Berikut disajikan soal bagian C. close/shut to jump
never question
to compile to walk
1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird = …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = ….. Peningkatan pemahaman kosakata siswa pada soal bagian C pada siklus I yakni, dua puluh dua orang mampu menjawab empat soal dengan benar, empat belas orang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada tes awal lima orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar, tujuh belas orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar, dan empat belas orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar. Pada tes siklus I siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor lima (to distribute), sedangkan pada tes awal siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor tiga (to run), dan nomor lima (to distribute).
karena siswa tidak sering mendengarkan, membaca dan
menggunakan sinonim tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian C termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kesepuluh soal pada bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti prasa dan gambar
kedalam bahasa Indonesia yang terdapat.di dalam kotak. Berikut ditampilkan soal bagian D. 1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
Pemahaman siswa menjawab soal bagian D juga mengalami peningkatan. Dari sepuluh soal, dua puluh lima orang mampu menjawab delapan soal dengan benar, delapan orang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, dan hanya tiga orang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada tes awal tiga orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar, sembilan orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar, sembilan belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar.
Pada siklus I siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor empat (go straight), dan nomor sembilan (go ahead), sedangkan pada tes awal siswa menemukan kesulitan menjawab pada soal nomor empat (go straight), nomor tujuh (go backward), dan nomor sembilan (go ahead).
Hal ini terjadi karena
siswa belum terbiasa melihat tanda go straight dan go ahead dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat, khususnya pada saat berlalu lintas. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan oleh Bloom dan kawankawan, soal bagian E termasuk domain Psikomotorik pada tingkat origination, karena kelima soal tersebut menggunakan kata kerja create (menciptakan). Pemahaman siswa menjawab soal bagian ini mengalami peningkatan. Walaupun terjadi peningkatan, siswa masih menemukan kesulitan menciptakan/membuat spoken instructions. Kesulitan tersebut disebabkan oleh ketidakpedulian siswa terhadap tanda yang berhubungan dengan spoken instruction di lingkungannya. Berikut diuraikan peningkatan pemahaman menjawab soal bagian E pada siklus I. Dua puluh delapan orang hanya mampu menciptakan/membuat dua warning, tujuh orang mampu menciptakan/membuat dua warnings dan satu spoken instruction, satu orang mampu menciptakan dua warnings dan dua spoken instruction, sedangkan pada tes awal dua puluh enam siswa yang mampu menciptakan satu spoken instruction, tiga orang yang mampu menciptakan dua spoken instruction, lima orang sama sekali belum mampu menciptakan spoken instruction, dan warnings. Berdasarkan analisis kualitatif di atas diperlukan tindakan siklus II, sebab apabila dilihat dari kategori tingkat kemampuan siswa, nilai rata-rata tes akhir
siklus I masuk ke kategori tidak cukup (Insufficient), hanya empat orang siswa yang mampu mencapai nilai KKM.
4.2.4
Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
4.2.4.1 Perencanaan Siklus II Pada siklus II ini, perencanaan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada siklus I. Penyusunan materi yang digunakan dalam tindakan kelas pada siklus II dilakukan dengan lebih hati-hati dan teliti, khususnya pada bagian B, yakni tentang sinonim dan pada bagian E, yakni tentang essay create spoken instructions and warnings. Selain lebih berhati-hati dan teliti ketika menyimpulkan materi pada siklus II, guru mewajibkan setiap siswa membawa kamus. Kamus digunakan untuk melatih siswa secara mandiri mencari arti kata dan sinonim pada kamus. Dengan kegiatan mandiri tersebut diharapkan siswa mampu mengingat dan memahami arti kata dan sinonim yang belum diketahui. 4.2.2.2 Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II
disusun menjadi tiga kegiatan, sesuai
dengan program pembelajaran pada siklus I dengan menerapkan metode CTL dan media pembelajaran tetap berpedoman pada hasil siklus I. Namun, pada kegiatan akhir ketika peneliti memberikan simpulan materi yang telah dipresentasikan, peneliti menunjuk setiap siswa untuk membuat kalimat sendiri sesuai dengan topik yang dipresentasikan.
4.2.4.3 Pengamatan Siklus II Ketika observasi (pengamatan) siklus II dilaksanakan, peneliti juga dibantu oleh observer pendamping melakukan penilaian melalui pengamatan terhadap keterlaksanaan rencana pelajaran. Keterlaksanaan rencana pelajaran ini diamati pada saat kegiatan awal, siswa melakukan presentasi, dan kegiatan akhir. Indikator yang dinilai dalam pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran sama dengan siklus I.
4.2.4.4
Refleksi Siklus II Tindakan refleksi siklus II ini dilakukan setelah guru melaksanakan
tindakan siklus II. Refleksi siklus II dilakukan secara kolaborasi antara peneliti sebagai guru dan observer pendamping. Refleksi siklus II dilakukan untuk mengetahui peningkatan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA setelah melaksanakan siklus I dengan penerapan metode CTL. Berikut ditampilkan tes penguasaan kosakata siklus II. A.READ THE FOLLOWING SENTENCES THEN FIND THE UNDERLINE WORD MEANINGS IN THE BOX. dengan keras menyapu dengan jelas menukarkan
perhatian memeriksa pernah
tak diawasi membagikan penjelasan
1. Pay attention to the sentences in bold. = …. 2. Ann checks her attendance list = …… 3. Please speak clearly = …. 4. Now, please distribute the copies of the article = …… 5. She ever visits her aunt in Australia = …. 6. Do not exchange your notes into coins = …… 7. Well, I need your explanation = …. 8. He can’t speak loudly 9. Don’t forget to sweep the floor = ….
10. The clerks were unattended by their bos when they were working yesterday = …. B. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR SIMILAR MEANINGS FROM THE BOX
to examine task
passage park
to submit to clarify
1. She was in the garden when Paul came home = …. 2. The English teacher has to check students’ reading skill = …. 3. They try to explain the problem = ….. 4. Read the text briefly = … 5.Mrs. Smith does the work very well = …. C. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR OPPOSITE MEANINGS FROM THE BOX close/shut to jump
never question
to compile to walk
1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird = …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = …..
D. FIND THE MEANINGS OF THE FOLLOWING PHRASES IN THE BOX
melewati jalan mundur belok kiri perempatan
1. Turn left =…..
lampu lalu lintas belok kanan pertigaan (berbentuk T)
jalan lurus belok memutar jalan terus
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
E. CREATE 3 SPOKEN INSTRUCTIONS 1.__________________________________________________ 2.__________________________________________________ 3.__________________________________________________ AND TWO WARNINGS. 3. _________________________________________________ 4. _________________________________________________ Pada bagian A, siswa diminta untuk menemukan arti bahasa kedua (bahasa Inggris) dan bahasa pertama (bahasa Indonesia) yang ada di dalam kotak. Bagian B, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata (bahasa Inggris) yang artinya sama dengan kata-kata (bahasa Inggris) yang terdapat di dalam kotak. Bagian C, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata (bahasa Inggris) yang artinya berlawanan dengan kata-kata (bahasa Inggris) yang terdapat di dalam kotak. Bagian D, siswa diminta untuk menemukan arti frasa bahasa kedua (bahasa Inggris) ke bahasa pertama (bahasa Indonesia) yang ada di dalam kotak,
sedangkan bagian E, siswa diminta untuk membuat tiga bahasa instruksi dan dua peringatan. Hasil refleksi siklus II dideskripsikan pada tabel 4.5 berikut ini. Panduan/acuan penilaian setiap bagian soal menggunakan rubrik penilaian pada tabel 3.1, sedangkan untuk mencari nilai/skor tingkat penguasaan kosakata setiap siswa pada setiap bagian soal menggunakan rumus penghitungan Nurgiyantoro (2010: 139) sebagai berikut. S = Right/jumlah jawaban yang benar Keterangan: S = Total Skor Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Nomor Absen Siswa
S.01 S.02 S.03 S.04 S.05 S.06 S.07 S.08 S.09 S.10 S.11
Tabel 4.5 Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa Pada Tes Akhir Siklus II Score /Total Jawaban yang Benar Bagian A Bagian B Bagian C Bagian D Bagian E Arti Kata Sinonim Antonim Arti Prasa Essay Create Spoken Instruc tions and warnings 18 12 16 18 16 20 12 20 20 16 20 12 20 20 12 18 16 18 18 12 20 12 18 18 12 18 12 18 18 12 18 16 18 18 12 20 12 20 20 16 18 16 18 18 12 20 12 18 18 18 20 16 20 18 18
Total Score Pengua saan Kosaka ta Setiap Siswa 80 88 84 82 80 78 82 88 80 86 92
S.12 S.13 S.14 S.15 S.16 S.17 S.18 S.19 S.20 S.21 S.22 S.23 S.24 S.25 S.26 S.27 S.28 S.29 S.30 S.31 S.32 S.33 S.34 S.35 S.36
20 20 20 20 20 18 20 18 20 20 18 20 20 18 18 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
12 12 16 12 12 12 12 12 16 12 16 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
18 18 20 20 18 18 18 18 20 18 18 18 18 18 18 18 18 18 16 18 20 16 16 20 20
18 18 20 18 20 20 18 18 20 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 20 18 16 18 16
12 12 18 12 12 12 12 12 18 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 18 16 16 16 16
80 80 94 82 82 80 80 78 94 80 82 80 80 78 78 80 80 80 78 80 90 82 80 86 84
Untuk mencari tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase menggunakan rumus,
L = Total skor setiap siswa X 100% Skor maksimum
Keterangan, L = Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase Berikut ditampilkan daftar nilai setiap siswa pada refleksi siklus II.
. Tabel 4.6 Data Nilai Tes Akhir Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Akhir Siklus II Nomor Absen Siswa
S.01
Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa 80
Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa dalam % 80%
S.02
88
88%
S.03
84
84%
S.04
82
82%
S.05
80
80%
S.06
78
78%
S.07
78
78%
S.08
88
88%
S.09
78
78%
S.10
86
86%
S.11
88
88%
S.12
80
80%
S.13
80
80%
S.14
94
94%
Kategori Tingkat Kemampuan Setiap Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kategori (Good) Kategori (Good) Kategori (Good) Kategori (Good) Kategori (Good)
baik
Tuntas
baik
Tuntas
baik
Tuntas
baik
Tuntas
baik
Tuntas
Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori sangat baik
Tuntas
Tuntas
Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
S.15
90
90%
S.16
82
82%
S.17
82
82%
S.18
78
78%
S.19
82
82%
S.20
92
92%
S.21
80
80%
S.22
80
80%
S.23
86
86%
S.24
80
80%
S.25
78
78%
S.26
78
78%
S.27
80
80%
S.28
80
80%
S.29
80
80%
S.30
78
78%
(Excellent) Kategori sangat baik (Excellent) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient) Kategori Baik (Good) Kategori sangat baik (Excellent) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
S.31
80
80%
Kategori Baik (Good) Kategori sangat baik (Excellent) Kategori baik (Good)
Tuntas
S.32
90
90%
S.33
82
82%
S.34
80
80%
Kategori baik (Good)
Tuntas
S.35
86
86%
Kategori baik (Good)
Tuntas
S.36
84
84%
Kategori baik (Good) Jumlah Total Nilai Siswa = 2972% = 29,72
Tuntas
Tuntas
Tuntas
4.2.5 Analisis Kuantitatif PTK Siklus II Data hasil tes akhir siklus II pada tabel 4.5 menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan hasil tes akhir siklus I. Terjadinya peningkatan ini disebabkan oleh siswa telah mampu lebih memahami materi yang diberikan dengan menggunakan metode CTL. Pada tes siklus II, nilai tertinggi, yakni 94 dan nilai terendah 78. Satu orang siswa mencapai nilai 94, satu orang siswa mencapai nilai 92, dua orang siswa mencapai nilai 90, tiga orang siswa mencapai nilai 88, tiga orang siswa mencapai nilai 86, dua orang siswa mencapai nilai 84, lima orang siswa mencapai nilai 82, dua belas orang siswa mencapai nilai 80, dan tujuh orang siswa mencapai nilai 78. Berikut dituangkan hasil tes siklus II tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase dengan menggunakan rumus:
skor siswa x 100 % skor maksimum
L =
Keterangan: L
= Tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase. Berdasarkan jumlah total nilai siswa pada tabel 4.6 di atas, dapat dihitung
nilai rata-rata penguasaan kosakata siswa pada siklus II dengan menggunakan rumus berikut. X = Total skor siswa x 100% Jumlah siswa X = 2972 x 100% 36 = 82.55% Untuk mean score siklus II dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini. X
=
X N
Mean score = 2972 36 = 82.55 Jadi mean score siklus II adalah 82,55 artinya tidak diperlukan lagi tindakan silkus III. Berikut diuraikan peningkatan kemampuan siswa mengerjakan soalsoal kosakata pada siklus II.
4.2.6 Analisis Kualitatif PTK Siklus II Setelah diberikan tindakan siklus II, seluruh (100%) siswa mampu melampaui nilai kriteria ketuntasan minimal. Jika dilihat dari kategori tingkat
kemampuan siswa, nilai rata-rata tes akhir siklus II masuk ke kategori baik (good). Pada saat menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan, guru lebih teliti dan menyuruh setiap siswa untuk membuat kalimat dari kosakata yang telah dipresentasikan. Misalnya membuat kalimat perintah close the door, please. It’s windy. Membuat kalimat larangan Don’t switch off the lamp, it’s dark. Menanyakan harrga/jumlah benda yang tidak bisa dihitung How much is this bag? Dengan respons It’s Rp 155.000,00 (one hundred fifty five ). Membuat pertanyaan untuk menanyakan jumlah benda yang bisa dihitung beserta responsnya How many pencil do you have? I’ve two pencils. Membuat kalimat spoken instruction; attention please! Membuat kalimat warning/peringatan Do not enter the door, it’s dangerous. Membuat kalimat untuk menunjuk arah jalan yang terdapat pada buku ajar halaman 39 serta menjawab soal-soal yang ada pada buku ajar. Guru juga menyuruh setiap siswa untuk mencari arti kata, antonim, sinonim, arti frasa yang belum diketahui secara mandiri pada kamus yang dibawa. Kemampuan siswa menjawab kelima bagian tes siklus II meningkat. Hal ini dibuktikan bahwa soal bagian A pada siklus II dua puluh empat orang siswa mampu menjawab kesepuluh soal dengan benar (memeroleh nilai sempurna), dua belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, sedangkan pada tes siklus I empat belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar. tiga orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar. Soal yang sulit diingat arti katanya dalam bahasa Indonesia yakni, nomor sepuluh (unattended). Siswa belum pernah membaca, mendengarkan, dan
memakai kalimat tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. Jadi kemampuan siswa menemukan arti kata bahasa Indonesia, katakata yang digarisbawahi dapat dikatakan sangat baik. Pada soal bagian B, kemampuan siswa menjawab soal juga meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II dua orang mampu menjawab kelima soal dengan benar, empat orang mampu menjawab empat soal dengan benar, dan tiga puluh orang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada siklus I tiga puluh satu orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar. Pada tes siklus II ketiga puluh orang tersebut belum mampu memahami sinonim text dan work, sebab arti kata task dan passage dalam bahasa Indonesia belum diketahui. Walaupun pada tindakan siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa kamus, tetapi arti kata-kata tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pada soal bagian C, kemampuan siswa menjawab soal antonim sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus II tiga puluh orang mampu menjawab kelima soal dengan benar. Tiga orang siswa mampu menjawab empat soal dengan benar, tiga orang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada siklus I tiga puluh satu orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar. Soal yang belum bisa dijawab dengan benar yakni soal nomor tiga (to run) dan nomor lima (to distribute). Siswa belum memahami arti kata bahasa
Indonesianya to jump, to walk, dan to compile, sehingga siswa mengalami kesulitan mencari antonim to run dan to distribute. Walaupun pada tindakan siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa kamus, tetapi arti kata-kata tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pada soal bagian D, kemampuan siswa menjawab soal arti prasa mengalami peningkatan. Sembilan orang mampu menjawab kesepuluh soal dengan benar, dua puluh lima orang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, dan dua orang mampu menjawab delapan soal dengan benar, sedangkan pada siklus I dua puluh lima orang mampu menjawab delapan soal dengan benar, delapan orang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, dan hanya tiga orang mampu menjawab tiga soal dengan benar. Kesulitan yang ditemui ketika menjawab soal arti prasa yakni, soal nomor empat (go straight) dan nomor sembilan (go ahead). Siswa belum memahami arti prasa bahasa Indonesianya go straight dan go ahead, sehingga siswa mengalami kesulitan mencari arti prasa go straight dan go ahead. Walaupun pada tindakan siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa kamus, tetapi arti kata-kata tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada saat berlalu lintas. Pada soal bagian E, kemampuan siswa menciptakan/membuat dua warnings dan
tiga
spoken
instruction
meningkat.
Lima
orang
siswa
mampu
menciptakan/membuat tiga spoken instructions dan dua warnings dengan benar.
Lima orang mampu menciptakan/membuat dua spoken instructions dan dua warnings dengan benar, dua puluh enam orang mampu menciptakan/membuat dua warnings dan satu spoken instructions dengan benar, sedangkan pada siklus I dua puluh delapan orang hanya mampu menciptakan/membuat dua warning, tujuh orang mampu menciptakan/membuat dua warnings dan satu spoken instruction, satu orang mampu menciptakan dua warnings dan dua spoken instruction. Kesulitan menciptakan spoken instruction disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan, melihat, dan menggunakan spoken instructions tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4.2.7 Perbandingan Hasil Tes yang Menunjukkan Peningkatan Kosakata Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL Seluruh hasil tes yang diperoleh selama penelitian, yakni tes awal sebelum penerapan metode CTL dan tes setelah penerapan metode CTL yang berupa tes siklus I dan tes siklus II dibandingkan untuk mengetahui peningkatan kosakata siswa. Untuk melihat lebih jelas peningkatannya, maka hasil tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II disajikan dalam satu tabel. Tabel tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Data yang Menunjukkan Nilai Peningkatan Penguasaan Kosakata Setiap Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning
Nomor Absen Siswa S.01
Tes Sebelum Penerapan Metode CTL 34
Tes Setelah Penerapan Metode CTL Siklus I 60
Tes Setelah Penerapan Metode CTL Siklus II 80
S.02 S.03 S.04 S.05 S.06 S.07 S.08 S.09 S.10 S.11 S.12 S.13 S.14 S.15 S.16 S.17 S.18 S.19 S.20 S.21 S.22 S.23 S.24 S.25 S.26 S.27 S.28 S.29 S.30 S.31 S.32 S.33 S.34 S.35 S.36
56 48 40 42 38 30 48 40 48 54 36 42 60 48 40 42 44 42 60 46 48 44 48 44 46 48 48 48 44 44 60 46 40 52 54
70 66 64 64 60 60 60 64 74 60 60 76 66 60 62 64 60 76 64 64 62 66 62 64 66 66 66 62 60 78 62 62 64 68 68
88 84 82 80 78 78 88 78 86 88 80 80 94 90 82 82 78 82 92 80 80 86 80 78 78 80 80 80 78 80 90 82 80 86 84
Data pada tabel 4.7 di atas menunjukkan adanya peningkatan penguasaan kosakata siswa setelah penerapan metode CTL. Pada tes akhir siklus I nilai ratarata
penguasaan
kosakata
siswa
meningkat,
tetapi
32
siswa
belum
memenuhi/mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal, yakni 74. Namun empat orang sudah mampu memenuhi nilai KKM. Selain itu, mean score siklus I kurang dari 70 sehingga diperlukan tindakan siklus II. Berikut diperlihatkan perbandingan peningkatan penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase sebelum dan setelah penerapan metode CTL. Hasil perbandingan tersebut disajikan dalam satu tabel berikut. Tabel 4.8 Data Nilai Perbandingan Peningkatan Kosakata Setiap Siswa dalam Persentase Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning Nomor Absen Tes Sebelum Siswa Penerapan Metode CTL S.01 34% S.02 56% S.03 48% S.04 40% S.05 42% S.06 38% S.07 30% S.08 48% S.09 40% S.10 48% S.11 54% S.12 36% S.13 42% S.14 60% S.15 48%
Tes Setelah Penerapan Metode CTL Siklus I 60% 70% 66% 64% 64% 60% 60% 60% 64% 74% 60% 60% 76% 66% 60%
Tes Setelah Penerapan Metode CTL Siklus II 80% 88% 84% 82% 80% 78% 78% 88% 78% 86% 88% 80% 80% 94% 90%
S.16 S.17 S.18 S.19 S.20 S.21 S.22 S.23 S.24 S.25 S.26 S.27 S.28 S.29 S.30 S.31
40% 42% 44% 42% 60% 46% 48% 44% 48% 44% 46% 48% 48% 48% 44% 44%
62% 64% 60% 76% 64% 64% 62% 66% 62% 64% 66% 66% 66% 62% 60% 78%
82% 82% 78% 82% 92% 80% 80% 86% 80% 78% 78% 80% 80% 80% 78% 80%
S.32
60%
62%
90%
S.33 S.34 S.35 S.36
46% 40% 52% 54%
62% 64% 68% 68%
82% 80% 86% 84%
45,88%
64,61%
82,55%
Nilai rata-rata seluruh siswa
Data pada tabel 4.8 juga menunjukkan terjadinya peningkatan penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase setelah penerapan metode CTL. Peningkatan penguasaan kosakata setiap siswa dihitung dengan menggunakan rumus L = Total skor setiap siswa Skor maksimum
X 100%
Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dengan rumusberikut.
X=
Total skor siswa
X 100%
Jumlah siswa Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa juga mengalami peningkatan, yakni 45,88% pada tes awal (sebelum penerapan metode CTL), menjadi 64,61% pada siklus I dan 82,55% pada siklus II. Jadi selisih nilai dari tes awal ke tes akhir siklus I dan 18,73%, sedangkan dari tes akhir siklus I ke tes akhir siklus II adalah 17,94%. Cara menghitung mean score sama dengan menghitung nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa. Dilihat dari nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa pada siklus I, yakni kurang dari 70%, maka diperlukan lagi tindakan siklus II. Setelah dilaksanakan siklus II, terjadi peningkatan nilai ratarata penguasaan kosakata seluruh siswa, yakni 82,55%, artinya tidak diperlukan lagi tindakan siklus III. Berikut diperlihatkan perbandingan kategori tingkat penguasaan kosakata setiap siswa sebelum dan sesudah penerapan metode CTL. Perbandingan tersebut disajikan dalam bentuk tabel berikut ini. Tabel 4.9 Data Perbandingan Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning Nomor Absen Siswa
S.01
Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Sebelum Penerapan Metode CTL
Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Siklus I Setelah Penerapan Metode CTL
Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Siklus II Setelah Penerapan Metode CTL
Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup
Kategori baik (Good)
S.02 S.03 S.04
Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor)
S.05
Kategori sangat jelek (Poor)
S.06
Kategori sangat jelek (Poor)
S.07
Kategori sangat jelek (Poor)
S.08
Kategori sangat jelek (Poor)
S.09
Kategori sangat jelek (Poor)
S.10
Kategori tidak cukup (Insufficient)
S.11
Kategori cukup (Sufficient) Kategori sangat jelek (Poor)
S.12
S.13
Kategori sangat jelek (Poor)
S.14
Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori sangat jelek (Poor)
S.15 S.16
(Insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori t cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup
Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori sangat baik (Excellent) Kategori sangat baik (Excellent) Kategori baik (Good)
S.17
Kategori sangat jelek (Poor)
S.18
Kategori sangat jelek (Poor)
S.19
Kategori sangat jelek (Poor)
S.20
Kategori cukup (Sufficient) Kategori sangat jelek (Poor)
S.21
S.22
Kategori cukup (Sufficient)
S.23
Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori sangat jelek (Poor)
S.24
S.25
Kategori sangat jelek (Poor)
S.26
Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor) Kategori sangat jelek (Poor)
S.27 S.28 S.29 S.30
S.31
Kategori sangat jelek (Poor)
(Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient) Kategori Baik (Good) Kategori sangat baik (Excellent) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori cukup (Sufficient) Kategori (Good) Kategori (Good) Kategori (Good) Kategori (Good) Kategori (Good)
baik baik baik baik baik
Kategori Baik (Good)
S.32 S.33
Kategori cukup (Sufficient) Kategori sangat jelek (Poor)
S.34
Kategori sangat jelek (Poor)
S.35
Kategori tidak cukup (Insufficient)
S.36
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori cukup (Sufficient) Kategori tidak cukup (Insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori tidak cukup (insufficient) Kategori cukup (Sufficient)
Kategori sangat baik (Excellent) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good) Kategori baik (Good)
Data pada tabel 4.9 menunjukkan kategori tingkat kemampuan kosakata setiap siswa pada tes awal, yakni 26 orang siswa berkategori sangat jelek (poor), 5 orang siswa berkategori tidak cukup (insufficient), dan 5 orang siswa berkategori cukup (sufficient). Pada tes siklus I terjadi peningkatan, yakni 23 orang siswa berkategori tidak cukup (insufficient) dan 13 orang siswa berkategori cukup. Walaupun terjadi peningkatan kategori tingkat kemampuan kosakata setiap siswa pada siklus I, hanya 4 orang siswa yang mampu mencapai nilai KKM. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan siklus II. Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa peningkatan kategori tingkat kemampuan kosakata setiap siswa meningkat signifikan, yakni 5 orang siswa berkategori cukup (sufficient), 26 orang siswa berkategori baik (good), dan 5 orang siswa berkategori sangat baik (excellent). Berikut disajikan data perbandingan kriteria ketuntasan minimal (KKM) tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Perbandingan tersebut disajikan dalam bentuk tabel 4.10, seperti di bawah ini.
Tabel 4.10 Data Kriteria Ketuntasan Minimal Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning Nomor Absen Siswa
S.01
Kriteria Ketuntasan Minimal Pada Tes Awal Sebelum Penerapan Metode CTL Belum tuntas
Kriteria Ketuntasan Minimal Pada Tes Siklus I Setelah Penerapan Metode CTL Belum tuntas
Kriteria Ketuntasan Minimal Pada Tes Siklus II Setelah Penerapan Metode CTL Tuntas
S.02
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.03
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.04
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.05
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.06
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.07
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.08
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.09
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.10
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.11
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.12
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.13
Belum tuntas
Tuntas
Tuntas
S.14
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.15
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.16
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.17
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.18
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.19
Belum tuntas
Tuntas
Tuntas
S.20
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.21
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.22
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.23
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.24
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.25
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.26
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.27
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.28
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.29
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.30
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.31
Belum tuntas
Tuntas
Tuntas
S.32
Belum tuntas
Tuntas
Tuntas
S.33
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.34
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.35
Belum tuntas
Belum tuntas
Tuntas
S.36
Belum tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Data pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada tes awal seluruh siswa dikatakan belum tuntas sebab nilai tes awal mereka di bawah 74. Pada tes siklus I hanya 4 orang yang dinyatakan tuntas, sedangkan pada tes siklus II seluruh siswa dinyatakan tuntas. Apabila dilihat dalam grafik, hasil peningkatan penguasaan kosakata siswa mulai dari tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II tergambar seperti berikut Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Siswa dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
D a l a m %
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tes Awal
Tes Siklus I
Tes Siklus II
Grafik di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan penguasaan kosakata siswa setelah penerapan metode CTL. Sebelum penerapan metode CTL, yakni pada tes awal, nila rata-rata penguasaan kosakata siswa adalah 45,88%, setelah penerapan metode CTL yakni pada siklus I, nilai rata-rata penguasaan kosakata siswa mengalami peningkatan, yakni 64,61%, sedangkan pada siklus II, nilai ratarata peningkatan penguasaan kosakata siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan, yakni 82,55%. Dengan peningkatan signifikan tersebut, seluruh siswa
dinyatakan tuntas dalam pembelajaran unit kedua bahasa Inggris karena mereka mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal, yakni 74. 4.2.8 Perbandingan Tingkat Kesalahan Pengerjaan Soal-soal Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL Berdasarkan analisis kualitatif sebelum dan setelah penerapan metode CTL di atas, maka dapat dibandingkan sebagai berikut. Tabel 4.11 Analisis Perbandingan Hasil Tes yang Menunjukkan Peningkatan Kosakata Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL No
Jenis Tes Tes Kosakata Kosakata Bahasa sebelum Inggris Penerapan Metode CTL
1
Tes bagian A (arti kata) 1. Pay attention (noun) to the sentences in bold.= … 2. Ann checks (verb) her attendance list = …… 3. Please speak clearly (adverb)=…. 4. Now, please distribute (verb) the copies of the article= …… 5. She ever (adverb) visits her aunt in Australia= 6. Do not exchange
(1) sembilan orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar, (2) belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar, (3) sepuluh orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar, (4) dua orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar, (5) satu orang yang mampu menjawab empat soal
Tes Kosakata setelah Penerapan Metode CTL (PTK Silkus I) (1) empat belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, (2) sembilan belas orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar, (3) empat belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar, (4) hanya tiga orang yang mampu
Tes Kosakata setelah Penerapan Metode CTL (PTK Silkus II) (1) dua puluh empat orang siswa mampu menjawab kesepuluh soal dengan benar (memeroleh nilai sempurna), (2) dua belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar (3) ketiga puluh orang tersebut belum mampu memahami sinonim text dan work, sebab arti
2
(verb) your dengan benar. menjawab kata task dan notes into (6) siswa enam soal passage coins= …… mengalami dengan dalam bahasa 7. Well, I need kesulitan benar, Indonesia your menjawab soal (5) siswa belum explanation nomor empat mengalami diketahui. (noun) = …. (distribute), kesulitan (4) Soal yang 8. He can’t speak soal nomor menjawab sulit diingat loudly (adverb) tujuh soal nomor arti katanya =…. (explanation), sepuluh dalam bahasa 9. Don’t forget to dan soal nomor (unattended). Indonesia sweep (verb) sepuluh (6) Hal ini terjadi yakni, nomor the floor = (unattended). karena siswa sepuluh …. belum pernah (unattended) 10. The clerks mendengar siswa belum were kata tersebut pernah unattended dalam membaca, (adjective) by kehidupan mendengarka their bos when sehari-hari n, dan they were baik di memakai working sekolah kalimat yesterda=…. maupun di tersebut luar sekolah.. dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tes bagian B (1) tiga puluh satu (1) tiga puluh (1) dua orang (sinonim) orang yang satu orang mampu 1. She was in the mampu yang mampu menjawab garden when menjawab dua menjawab kelima soal Paul came soal dengan dua soal dengan benar, home = …. benar, dengan (2) empat orang 2. The English (2) dan lima orang benar, mampu teacher has to yang mampu (2) lima orang menjawab check menjawab tiga yang mampu empat soal students’ soal dengan menjawab tiga dengan benar, reading skill benar, soal dengan (3) tiga puluh = …. (3) siswa benar. orang mampu 3. They try to mengalami (3) siswa menjawab explain the kesulitan mengalami tiga soal problem = ….. menjawab soal kesulitan dengan benar 4. Read the text nomor 3 (to menjawab (4) ketiga briefly = … explain), soal soal nomor 4 puluh orang
5.Mrs. Smith does the work very well = ….
3
Tes bagian C (antonim) 1. She ever comes to New York = ….
nomor 4(text), dan soal nomor 5 (work)
(1) Lima orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar, (2) tujuh belas 2. Create the orang yang answer = …. mampu 3. She has to run menjawab tiga cathing that bird soal dengan
(text), dan soal nomor 5 (work). (4) Kesulitan menjawab soal bagian B disebabkan oleh ketidak seringan siswa membaca, mendengarkan, dan memraktekkan sinonim tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
tersebut belum mampu memahami sinonim text dan work, sebab arti kata task dan passage dalam bahasa Indonesia belum diketahui. Walaupun pada tindakan siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa kamus, tetapi arti kata-kata tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
(1) dua puluh (1) tiga puluh dua orang orang mampu mampu menjawab menjawab kelima soal empat soal dengan benar. dengan benar, (2)tiga orang (2) empat belas siswa mampu orang mampu menjawab menjawab tiga empat soal soal dengan dengan benar,
4
= …. benar, benar (3) tiga orang 4. Open the door (3) empat belas (3) siswa mampu please = …. orang yang mengalami menjawab tiga 5. Barbara has mampu kesulitan soal dengan to distribute the menjawab dua menjawab benar tourism articles soal dengan soal nomor (4) Soal yang = ….. benar. lima (to belum bisa (4) siswa distribute). dijawab mengalami (4) Kesulitan dengan benar kesulitan menjawab yakni soal menjawab soal soal bagian B nomor tiga (to nomor tiga (to disebabkan run) dan run), dan nomor oleh ketidak nomor lima lima (to seringan siswa (to distribute). distribute). membaca, Siswa belum mendengarkan memahami dan memrak arti kata tekkan bahasa sinonim Indonesianya tersebut dalam to jump, to kehidupan walk, dan to sehari-hari compile, baik di sehingga sekolah siswa maupun di mengalami luar sekolah. kesulitan mencari antonim to run dan to distribute. Tes bagian D (1) tiga orang yang (1) dua puluh (1) Sembilan (arti frasa) mampu lima orang orang mampu diikuti oleh menjawab lima mampu menjawab gambar. soal dengan menjawab kesepuluh soal 1.Turn left =….. benar, delapan soal dengan benar, 2. Turn right = …. (2) sembilan orang dengan benar, (2) dua puluh 3. Turn around=.. yang mampu (2) delapan lima orang 4. Go straight=… menjawab enam orang mampu mampu 5. T-junction=… soal dengan menjawab menjawab 6. Go pass=…. benar, sembilan soal sembilan soal 7. Go backwards= (3)sembilan belas dengan benar, dengan benar, 8. Cross road=… orang yang (3) hanya tiga (3) dua orang 9. Go ahead=… mampu orang mampu mampu 10. Traffic light=.. menjawab tujuh menjawab tiga menjawab soal dengan soal dengan delapan soal benar, benar dengan benar.
(4) lima orang (4) siswa (4) Kesulitan yang mampu mengalami yang ditemui menjawab kesulitan ketika delapan soal menjawab menjawab dengan benar. soal nomor soal arti prasa (5) Siswa empat (go yakni, soal menemukan straight), dan nomor empat kesulitan nomor (go straight) menjawab pada sembilan (go dan nomor soal nomor ahead) sembilan (go empat (go (5) Hal ini terjadi ahead). Siswa straight), nomor karena siswa belum tujuh (go belum terbiasa memahami backward), dan melihat tanda arti prasa nomor sembilan go straight bahasa (go ahead). dan go ahead Indonesianya dalam go straight lingkungan dan go ahead, kehidupan sehingga bermasyarakat siswa khususnya mengalami pada saat kesulitan berlalu lintas. mencari arti prasa go straight dan go ahead. (5) Hal ini disebabkan oleh ketidakseringa n siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada saat berlalu lintas.
5
Tes Bagian E (Essay)
(1) dua puluh enam siswa
(1) Dua puluh (1) Lima orang delapan orang siswa mampu
Create Spoken Instructions and warnings
yang mampu hanya mampu menciptakan/ menciptakan menciptakan/ membuat tiga satu spoken membuat dua spoken instruction, warning, instructions (2) tiga orang yang (2) tujuh orang dan dua mampu mampu warnings menciptakan menciptakan/ dengan benar. dua spoken membuat dua (2) Lima orang instruction, warnings dan mampu (3) lima orang satu spoken menciptakan/ sama sekali instruction, membuat dua belum mampu (3) satu orang spoken menciptakan mampu instructions spoken menciptakan dan dua instruction, dan dua warnings warnings warnings. dan dua dengan benar, spoken (3) dua puluh instruction, enam orang (4) siswa masih mampu menemukan menciptakan/ kesulitan membuat dua menciptakan/ warnings dan membuat satu spoken spoken instructions instructions. dengan benar. Kesulitan (4) Kesulitan tersebut menciptakan disebabkan spoken oleh instruction ketidakpedulia disebabkan n siswa oleh terhadap tanda ketidakseringa yang n siswa berhubungan membaca, dengan mendengarkan spoken , melihat, dan instruction di menggunakan lingkungan spoken nya. instructions tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Peningkatan Penguasaan Kosakata Siswa dengan Penerapan Metode CTL 4.3.1 Faktor Internal 1) Terciptanya kondisi atau situasi kelas yang hidup dan aktif yang berpusat pada siswa sehingga pada saat siswa mendapatkan pelajaran bahasa Inggris perasaan mereka senang. 2) Adanya kebiasaan membaca buku ajar selain di kelas. Misalnya buku ajar dibaca di rumah sebelum pelajaran/presentasi dimulai. 3) Adanya kebiasaan kerja kelompok, baik di kelas maupun di luar kelas. Misalnya belajar bersama dengan kelompok di rumah, membahas soal-soal LKS (lembar kerja siswa) yang ada di dalam buku ajar. 4) Adanya kemampuan siswa untuk mengonstruksi suatu bahan diskusi berdasarkan topik tertentu. 5) Adanya kebiasaan belajar selain di kelas. Misalnya belajar di rumah sebelum dan sesudah materi dipresentasikan di depan kelas. 6) Adanya kebiasaan bertanya apabila belum mengerti. 7) Adanya pemodelan dialog pada setiap presentasi. 8) Adanya kebiasaan mengkritisi presentasi setiap kelompok yang bersifat membangun. 9)
Adanya
kebiasaan
merangkum/menyimpulkan
materi
yang
telah
dipresentasikan dengan tujuan untuk lebih mengingatkan pada kosakata yang telah dipelajari..
10) Adanya media gambar yang bisa mempermudah siswa untuk mengingat kosakata yang telah dipelajari. Selain faktor-faktor di atas yang memengaruhi peningkatan kosakata siswa dengan penerapan metode CTL, ada juga beberapa kendala ketika penerapan metode CTL dalam proses belajar mengajar. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut. 1) Alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris masih kurang/singkat, khususnya pada Senin dan Selasa. 2) Ruangan kelas sempit. Pada saat kerja kelompok di kelas, jarak kelompok satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. 3) Prasarana untuk menunjang presentasi kurang, misalnya hanya tersedia satu LCD. 4) Belum ada sarana audio/laboratorium bahasa untuk menunjang pemodelan dialog. 5) Ketika belajar kelompok di luar kelas, beberapa dari mereka mengalami kesulitan karena faktor jarak rumah mereka berjauhan. 6) Ketika guru memberikan tugas untuk mengonstruksi/membuat catatan sendiri mereka mengalami kesulitan mengartikan ke dalam bahasa Indonesia karena belum terbiasa. 7) Ketika mempresentasikan hasil mengonstruksi catatan di depan kelas, mereka mengalami
kesulitan
karena
kurang
percaya
diri.
154
4.3.2
Faktor Eksternal
4.3.2.1 Respons Siswa terhadap Perangkat Pembelajaran dengan Penerapan Metode CTL Hasil respons yang didapat dari siswa tentang perangkat pembelajaran dengan penerapan metode CTL adalah sebagai berikut. 1) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyenangi materi/isi pelajaran bahasa Inggris. 2) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh tujuh koma dua puluh dua persen siswa menyenangi lembar kerja siswa (LKS), sedangkan satu orang siswa/dua koma tujuh puluh delapan persen siswa tidak menyenangi LKS. 3) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyenangi latihan/praktik membuat kalimat bahasa Inggris dengan menggunakan kosakata yang telah dipelajari. 4) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh tujuh koma dua puluh dua persen siswa menyenangi metode CTL yang digunakan dalam proses belajar bahasa Inggris, sedangkan satu siswa/dua koma tujuh puluh delapan persen tidak menyenangi metode CTL yang digunakan dalam proses belajar bahasa Inggris. 5) Pada pertanyaan nomor 5, terdapat tiga respons. Respons-respons tersebut adalah sebagai berikut. (a) Sebelas siswa/tiga puluh koma lima puluh enam persen siswa
sangat
berminat mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan metode CTL seperti yang telah diikuti saat ini.
(b) Dua puluh tiga siswa/enam puluh koma delapan puluh sembilan persen siswa berminat mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan metode CTL seperti yang telah diikuti saat ini. (c) Dua siswa/lima koma lima puluh enam persen siswa kurang berminat mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan metode CTL seperti yang telah diikuti saat ini. 6) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh tujuh koma dua puluh dua persen siswa menyatakan bahwa bimbingan yang diberikan oleh guru selama kegiatan belajar mengajar sangat jelas, sedangkan satu siswadua koma tujuh puluh delapan persen menyatakan sangat berminat. 7) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh empat koma empat puluh empat persen siswa bahwa kegiatan latihan selama pembelajaran sangat jelas dan dua siswa/lima koma lima puluh enam persen siswa mengatakan berminat. 8) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyatakan bahwa guru memberikan penilaian terhadap buku catatan dan buku latihan siswa. 9) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyatakan bahwa guru memberikan guide line cara untuk mengonstruksi/membuat catatan. 10) Dua puluh enam siswa/tujuh puluh dua koma dua puluh dua persen siswa menyatakan bahwa tidak mengalami kesulitan ketika mempresentasikan hasil dari mengonstruksi catatan ke depan kelas dan sepuluh siswa menyatakan mengalami kesulitan. 11) Seluruh siswa menyatakan bahwa guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
12) Kendala/kesulitan yang ditemukan ketika belajar kelompok, yakni rumah setiap anggota kelompok saling berjauhan sehingga ada yang tidak hadir ketika belajar kelompok. 13) Kendala/kesulitan yang ditemukan ketika guru memberikan tugas untuk mengonstruksi/membuat catatan sendiri, yakni mengartikan ke dalam bahasa Indonesia karena belum terbiasa. 14)
Kendala/kesulitan
yang
ditemukan
ketika
mempresentasikan
hasil
mengonstruksi catatan di depan kelas, yakni kurang percaya diri.
4.3.2.2 Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Penerapan Metode CTL Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL ada dua, yakni lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL siklus I dan lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL siklus II. Kedua lembar tersebut diisi oleh guru bahasa Inggris kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran yang bertugas sebagai pengamat. Ada sepuluh aspek yang diamati, yakni : 1) antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, 2) kelancaran mengemukakan ide dalam menjawab pertanyaan, 3) keaktifan siswa pada saat berdiskusi, 4) kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi, 5) ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi, 6) keaktifan dalam bertanya, 7) keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar,
8) kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan, 9) inisiatif siswa dalam menjawab pertanyaan, 10) kemampuan siswa memanfaatkan waktu. Penilaian yang digunakan pada lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL ada empat, yakni baik sekali, baik, cukup, dan kurang. Hasil pengamatan pada lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL siklus I, yakni antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar baik sekali, kelancaran mengemukakan ide dalam menjawab pertanyaan cukup, keaktifan siswa pada saat berdiskusi cukup, kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi cukup, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi cukup, keaktifan dalam bertanya kurang, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar baik, kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan kurang,
inisiatif siswa dalam menjawab pertanyaan cukup,
kemampuan siswa memanfaatkan waktu cukup. Hasil pengamatan pada lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL siklus II, yakni
antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar baik sekali, kelancaran mengemukakan ide dalam menjawab pertanyaan baik, keaktifan siswa pada saat berdiskusi baik, kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi baik, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi baik, keaktifan dalam bertanya baik, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar sangat baik, kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan baik,
inisiatif
siswa
dalam
menjawab
pertanyaan
baik,
kemampuan
siswa
memanfaatkan waktu baik. 4.3.2.3 Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran diisi atau dinilai oleh seorang pengamat, yakni guru bahasa Inggris kelas VIIA, SMP Taman Sastra Jimbaran. Pada siklus I ada tujuh lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran sebab ada tujuh kelompok yang presentasi sesuai dengan subbahasan pada unit 2. Demikian pula pada siklus II, terdapat tujuh lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran. Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran berisi tiga langkah kegiatan dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode CTL. Ketiga langkah kegiatan tersebut meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, sedangkan skala penilaian setiap kegiatan ada dua, yakni terlaksana dan skor. Untuk skala penilaian terlaksana, ada dua pilihan, yakni ya atau tidak, sedangkan skala penilaian skor yakni berupa angka, mulai dari angka 1, 2, 3, dan 4. Skor angka 1 berarti bahwa langkah-langkah pada setiap kegiatan dilaksanakan tetapi tidak selesai. Skor angka 2 berarti bahwa langkah-langkah pada setiap kegiatan dilaksanakan, tetapi kurang sistematis. Skor angka 3 berarti bahwa langkah-langkah pada setiap kegiatan dilaksanakan, tetapi materinya kurang tepat. Skor angka 4 berarti bahwa langkah-langkah pada setiap kegiatan dilaksanakan, selesai dibahas, materi tepat, dan sistematis. Petunjuk pengisian lembar pengamatan rencana pembelajaran, yakni memberikan tanda cek/contreng (Ѵ) sesuai dengan pengamatan pengamat pada
kolom-kolom yang tersedia. Setelah selesai mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar, pengamat menulis saran-sarannya untuk peningkatan presentasi berikutnya.
(a) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran Siklus I Ketujuh lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran pada siklus I, yakni seperti di bawah ini. 1) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi pertama. Materi pelajaran : instructing or prohibiting, pages 24--25, alokasi waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini meliputi hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presentasi kehadiran siswa. Pada langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakan dan lakukan apabila seseorang menyuruh kalian melakukan/mengerjakan sesuatu? Misalnya disuruh menutup pintu. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian instructing or prohibiting. d.. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini. a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 2 dan 3.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2 dan 3. d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2 dan 3. Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 1. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran-saran pada presentasi I ada dua yakni siswa yang suaranya kurang keras ketika presentasi perlu dikomentari dan tidak ada yang bertanya. 2) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kedua. Materi pelajaran
: Expressing Politeness, page 25 dengan alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, bahasa apa yang kalian katakan pada orang yang lebih tua dan baru kalian kenal ketika kalian minta tolong? Misalnya kalian minta tolong untuk membukakan jendela karena udara di dalam panas. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian expressing politeness. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c.
Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini. a.
Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. c.
Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
d.
Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut. a.
Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 1.
b.
Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c.
Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar
sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran-saran yang diberikan pengamat pada presentasi kedua, yakni masih ada suara anggota kelompok yang kecil ketika presentasi, ada lima orang siswa yang tidak membuat PR, dan belum ada yang bertanya. 3) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketiga Materi pelajaran
: Cardinal Numbers , page 26, dengan alokasi waktu 1 x 40
menit. Kegiatan awal ini meliputi hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, ada berapa cara menghitung dalam bahasa Inggris? Apa nama cara menghitung tersebut? Kapan cara menghitung tersebut digunakan? Misalnya dua mobil, empat rumah besar, pemenang pertama, anak kedua, dll? Coba praktekkan dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian cardinal numbers/bilangan utama. c.
Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti terdiri atas hal-hal di bawah ini. a.
Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b.
Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
c.
Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
d.
Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 3.
Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut. a.
Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 1.
b.
Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c.
Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pengamat pada presentasi ketiga, yakni masih ada suara anggota kelompok yang kecil ketika presentasi sehingga tidak kedengaran sampai belakang, arahkan siswa untuk bertanya.
4) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keempat Materi pelajaran
: Preposition , page 27, dengan alokasi waktu 1 x 40 menit.
Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a.
Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b.
Bertanya kepada siswa, apa itu preposisi? Preposisi apa yang digunakan ketika menyatakan letak suatu bangunan atau suatu benda? Bagaimana contohnya dalam bahasa Inggris? Coba praktekkan dalam kalimat bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian preposition.
c.
Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti terdiri atas hal-hal berikut ini. a.
Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b.
Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2. Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar
sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. Saran-saran dari pengamat pada presentasi keempat, yakni ada satu presenter yang bersuara kurang jelas ketika presentasi, dan belum ada siswa yang bertanya. 5) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kelima Materi pelajaran : There is/There are … , page 28 dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, ada berapa jenis angka yang digunakan untuk menghitung jumlah suatu benda? Kata apa yang digunakan apabila menyatakan jumlah benda tersebut satu/tunggal, dan kata apa yang digunakan apabila benda tersebut jumlahnya lebih dari satu? Coba berikan contoh kalimatnya dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian There is/There are…. c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut. a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2. Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 2. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar
sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran-saran pengamat pada presentasi kelima, yakni masih ada yang bersuara kecil ketika presentasi dan belum ada yang bertanya. 6) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keenam Materi pelajaran
: How much/How many… , page 28--29 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, pertanyaan apa yang kalian gunakan ketika bertanya tentang harga suatu barang? Apakah ada perbedaan cara bertanya jika menanyakan harga satu barang dan harga lebih dari satu barang? Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris c. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakana apabila bertanya tentang jumlah benda/barang? Apakah ada perbedaan cara bertanya jika menanyakan jumlah satu barang dan jumlah lebih dari satu barang? Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kedua pertanyaan tersebut
digunakan untuk landasan pengertian how
much/how many ….. d. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 3. b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 3. c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 3. d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 3. Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 3. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar
sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . Saran-saran pengamat untuk presentasi keenam, yakni belum ada yang bertanya pada waktu sesi tanya jawab dan masih ada yang bersuara kecil ketika presentasi.
7) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketujuh Materi pelajaran
: Spoken Instruction and Warning, page 37 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . b. Bertanya kepada siswa, tanda/sign apa saja yang kalian temui ketika berlalu lintas di jalan raya? Apa arti warna yang terdapat pada tanda tersebut? Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian Spoken Instruction and Warning. d. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut. a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 3 . b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 3 .
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 3 . d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 3. Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 3. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran pengamat untuk presentasi ketujuh, yakni belum ada pertanyaan pada waktu sesi tanya jawab.
(b) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran Siklus II Berikut disajikan pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran siklus II. Ketujuh pengamatan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi pertama Materi pelajaran : instructing or prohibiting, pages 24--25, alokasi waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presentasi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakan dan lakukan apabila seseorang menyuruh kalian melakukan/mengerjakan sesuatu? Misalnya disuruh menutup pintu. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakan dan lakukan apabila seseorang menyuruh kalian tidak melakukan/mengerjakan sesuatu? Misalnya tidak boleh ribut. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian instructing or prohibiting. d.. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut. a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran pengamat pada presentasi pertama yakni, sudah ada kemajuan. 2) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kedua Materi pelajaran
: Expressing Politeness, page 25 dengan alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, bahasa apa yang kalian katakan pada orang yang lebih tua dan baru kalian kenal ketika kalian minta tolong? Misalnya kalian minta tolong untuk membukakan jendela karena udara di dalam panas. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris.
Pertanyaan tersebut
digunakan untuk landasan pengertian expressing
politeness. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c.
Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini. a.
Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c.
Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d.
Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini. a.
Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b.
Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c.
Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar
sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran pengamat pada presentasi kedua, yakni presentasi sudah lebih baik daripada siklus I. 3) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketiga Materi pelajaran
: Cardinal Numbers , page 26, dengan alokasi waktu 1 x 40
menit. Kegiatan awal ini neliputi hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, ada berapa cara menghitung dalam bahasa Inggris? Apa nama cara menghitung tersebut? Kapan cara menghitung tersebut digunakan? Misalnya dua mobil, empat rumah besar, pemenang pertama, anak kedua, dll? Coba praktekkan dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian cardinal numbers/bilangan utama. c.
Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti terdiri atas hal-hal di bawah ini. a.
Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b.
Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c.
Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d.
Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir dimulai dari, a.
Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b.
Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c.
Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pengamat pada presentasi ketiga, yakni sudah mulai ada yang bertanya. 4) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keempat Materi pelajaran
: Preposition , page 27, dengan alokasi waktu 1 x 40 menit.
Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a.
Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b.
Bertanya kepada siswa, apakah pernah disuruh menyatakan letak suatu benda/bangunan? Misalnya, Saya menaruh sepatu saya di bawah kursi. Bahasa Inggrisnya; I put my shoes under the chair. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian preposition.
c.
Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut. a.
Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b.
Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan akhir atas hal-hal berikut. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran-saran pengamat pada presentasi keempat, yakni kelas aktif berpusat pada siswa. 5) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kelima Materi pelajaran
: There is/There are … , page 28 dengan alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa, ada berapa jenis angka yang digunakan untuk menghitung jumlah suatu benda? Kata apa yang digunakan apabila menyatakan jumlah benda tersebut satu/tunggal, dan kata apa yang digunakan apabila benda tersebut jumlahnya lebih dari satu? Coba berikan contoh kalimatnya dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Pertanyaan tersebut
digunakan untuk landasan pengertian cardinal
numbers/bilangan utama. c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 4. Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran-saran pengamat pada presentasi kelima yakni students centre activity. 6) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keenam Materi pelajaran
: How much/How many… , page 28--29 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini meliputi hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Bertanya kepada siswa,
pertanyaan apa yang kalian gunakan ketika
bertanya tentang harga suatu barang? Apakah ada perbedaan cara bertanya jika menanyakan harga satu barang dan harga lebih dari satu barang? Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Bertanya kepada siswa, pertanyaan apa yang kalian gunakan ketika bertanya tentang jumlah benda/barang ? Apakah ada perbedaan cara bertanya jika menanyakan harga satu barang dan harga lebih dari satu barang? Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian how much/how many ….. d. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti terdiri atas hal-hal di bawah ini. a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 4. Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . Saran-saran pengamat untuk presentasi keenam, yakni students centre activity. 7) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketujuh Materi pelajaran
: Spoken Instruction and Warning, page 37 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut. a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
b. Bertanya kepada siswa, tanda/sign apa saja yang kalian temui ketika ikan berlalu lintas di jalan raya? Apa arti warna yang terdapat pada tanda tersebut? Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian Spoken Instruction and Warning. c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini. a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata. Langkah ini terlaksana dengan skor 4 . d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut ini. a. Diadakan sesi tanya jawab. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan. Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Langkah ini terlaksana dengan skor 4. Saran pengamat untuk presentasi ketujuh, yakni students centre activity.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dibahas pada Bab IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran sebelum penerapan metode CTL yakni. a. Nilai terendah 30, dan tertinggi 60. b. Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa 45,88%. c. Kategori tingkat kemampuan siswa sangat jelek (poor). d. Seluruh siswa belum mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 74. 2. Peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran setelah penerapan metode CTL yakni. (1) Pada siklus I a.
Nilai terendah 60, dan tertinggi 78.
b. Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa 64,61%. c. Kategori tingkat kemampuan siswa tidak cukup (Insufficient). d. Terdapat empat orang siswa yang mampu mencapai nilai KKM 74. (2) Pada siklus II a. Nilai terendah 78, dan tertinggi 94. b. Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa 82,55%.
c. Kategori tingkat kemampuan siswa baik (good). d. Seluruh (100%) siswa telah mampu melampaui nilai KKM. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah penerapan metode CTL adalah sebesar 36.67%, dengan perincian peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dari tes awal ke tes siklus I, yakni 18.13%, peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dari tes siklus I ke tes siklus II, yakni 11.34%. 3. Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran dalam penerapan metode CTL adalah sebagai berikut. a. Tercipta kondisi atau situasi kelas yang hidup dan aktif yang berpusat pada siswa sehingga pada saat siswa mendapatkan pelajaran bahasa Inggris perasaan mereka senang. b. Kebiasaan siswa membaca buku ajar dan belajar selain di kelas. c. Kebiasaan siswa bekerja kelompok, baik di kelas maupun di luar kelas. d. Kebiasaan siswa menemukan, mengonstruksi, dan membuat materi yang akan dipresentasikan secara bersama-sama dengan anggota kelompok. e. Kebiasaan siswa bertanya apabila belum mengerti. g. Terdapat pemodelan dialog pada setiap presentasi. h. Kebiasaan siswa mengkritisi presentasi setiap kelompok yang bersifat membangun.
i.
Kebiasaan
siswa
merangkum/menyimpulkan
materi
yang
telah
dipresentasikan dengan tujuan untuk lebih mengingatkan pada kosakata yang telah dipelajari. j. Terdapat media gambar yang bisa mempermudah siswa untuk mengingat kosakata yang telah dipelajari. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut. 1. Pengelola SMP Taman Sastra Jimbaran disarankan melakukan hal-hal berikut. a) Mengubah metode mengajar dari ceramah ke metode CTL yang berpusat kepada siswa. b) Jumlah siswa dalam satu kelas dibatasi maksimal 30 orang sehingga ketika siswa belajar berkelompok di dalam kelas tidak sempit. c) Alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris 2 jam per hari sehingga tidak tergesa-gesa pada saat melakukan pengulangan materi yang telah dipresentasikan. d) Melengkapi sarana untuk presentasi pada setiap kelas, misalnya LCD. e) Melengkapi sekolah dengan sarana
laboratorium bahasa untuk
memudahkan siswa mengingat kosakata yang telah dipelajari dan mempraktikkan dialog. 2. Tenaga pengajar di SMP Taman Sastra Jimbaran disarankan mengubah metode mengajar dari ceramah ke metode CTL. Dengan penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran di kelas, suasana kelas aktif yang berpusat ke
siswa sehingga siswa merasa senang belajar bahasa Inggris. Selain itu siswa terbiasa melakukan presentasi dan terbiasa belajar berkelompok. 3. Siswa disarankan untuk lebih meningkatkan belajar kelompok walaupun jarak rumah berjauhan, mempelajari kembali materi yang telah dipresentasikan sehingga penguasaan kosakata bahasa Inggris meningkat. 4. Untuk Peneliti lainnya disarankan untuk menyosialisasikan metode CTL sebab metode ini menjadikan suasana belajar yang berpusat pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Abimayu Soly, dkk. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran. Jakarta: Bagian Proyek PGSD, Dirjen Dikti Depdikbud. Bygate, M. 1987. Speaking. Oxford: Oxford University Press. Ghazali, H.A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikat-interakif. Bandung: Refika Aditama. Hedge, Tricia. 2000. Teaching and Learning in the Language Classroom. Oxford: Oxford University Press. Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Second Edition. Philadelphia: Open University Press. Hakim, Thursan. 2011. English Vocabulary dalam Percakapan Sehari-hari. Jakarta: PT Bhuana ilmu Populer. Harmer, Jeremy. 2006. The Practice Of English Language Teaching. England: Longman. Iskandarwassid, Dadang Suhendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama. Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching and Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa. Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Paikem dan Behavioristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatf. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kasihani, Kasbolah E.S. 2002. “Penelitian Tindakan Kelas untuk Peningkatan Profesionalisme Guru SLTP”. Makalah. Malang. Universitas Negeri Malang. Kesuma, Dharma dkk. 2009. CTL Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM. Garut: Rahayasa.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kholis, Nur dan Hartoyo. 2009. “Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika. Dis. (serial online). Available from: http://eprints. uny.ac. id/id/eprint/849. Milati, Ni Made. 2011. “ Keterampilan Menulis Kalimat Pasive Simple Present Tense Siswa SMPN 1 Tegallalang dengan Pendekatan Chain Card Game” (tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana. Muhayyang, Maemuna. 2010. Enam Fase Kesuksesan dalam Pengajaran Kosakata Bahasa Inggris. Artikel. Dis (serial online). Available from: www.majalahpendidikan.com/2011/10/teknik-pengajaran-kosa-kata.html. Nur, M. dan Wikandari. 2000. “Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran.” Makalah. Surabaya: UNESA. Nur, M., 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Buku Ajar Mahasiswa. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. OxfordAdvanced Learner’s Dictionary. 7th edition. Oxford: Oxford University Press. Prabayanthi, Desak Made Dewi. 2012. “Peningkatan Penguasaan Kosakata Siswa Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Audiolingual Pada Lembaga Kursus Kumon English As a Forieign Language Gatot Subroto Barat, Denpasar, Bali” (tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana. Richards, J.C. 1990. The Langauge Teaching Matrix. Cambridge. England: Cambridge University Press. Natawijaya, Ro’hman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP Bandung. Rahayu, Enny. 2011. “Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Dalam Peningkatan Kompetensi Menulis Karangan Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Harapan Mulia Denpasar” (tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana. Rahmatinnija. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan Menggunakan Media Sederhana Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang”.
(skripsi). Dis. (serial online). Available Library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=47557.
from:
Santi, Widara Krisna. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Questioning untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMAN 9 Malang “(skripsi). Dis. (serial online). Available from: Library. um.ac.idlptk/index.php?mod=detail&id=48 120 Suwandi, Sarwiji. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka. Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Buku Panduan Wajib bagi Para Pendidik. Yogyakarta: DIVA Press. Slavin, Robert E. 2000. Educational Psychology: Theory & Practice. Fourth Edition. Massachusetts: Allyn & Bacon Publisher. Soedjiwo, Novena Ade Fredyarini. 2010. “Penguasaan dan Pemakaian Kosakata dalam Kalimat Sederhana pada Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa SD Negeri 8, dan RSDBI Muhammadiyah 2 Denpasar” (tesis). Denpasar: ProgramPascasarjana Universitas Udayana.
TESIS
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA JIMBARAN, KUTA SELATAN
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
TESIS
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA JIMBARAN, KUTA SELATAN
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY NIM 1090161009
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA JIMBARAN, KUTA SELATAN
Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY NIM 1090161009
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 6 MEI 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A. NIP 19530107 198102 1 002
Dr. Drs. A.A. Putu Putra, M.Hum. NIP 19600825 198602 1 001
Mengetahui
Ketua Program Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum NIP 19620310 198503 1 005
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19590215 198510 2 001
iii
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 6 Mei 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1255/UN 14.4/HK/2014 Tanggal 6 Mei 2014
Ketua
: Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A.
Sekretaris : Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum. Anggota
: 1. Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D. 2. Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum. 3. Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan d bawah ini. Nama
: Ni Luh Putu Sri Widhiastuty
Nim
: 1090161009
Program Studi
: Linguistik, Konsentrasi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa
Judul Tesis
: Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah tesis ini bebas Plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plahiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor 17 tahun 2010 dan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimanamestinya.
Denpasar, Mei 2014
Ni Luh Putu Sri Widhiastuty
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya/kurnia-Nya, tesis yang berjudul “Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum., pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Pogram Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum, Ketua Jurusan Program Studi Magister Linguistik dan Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum., Sekretaris Jurusan Program Studi Magister Linguistik. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum.,
vi
Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D., Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum., dan Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum., yang telah memberi masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini, juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q, Menteri Pendidikan Nasional melalui Tim Manageman Program Magister yang telah memberi bantuan financial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru yang telah membimbing penulis, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada kepala sekolah SMP Taman Sastra Jimbaran yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengajar dan sekaligus meneliti, dan guru bahasa Inggris kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran yang senantiasa berbagi pengalaman dan sebagai observer pendamping dalam pengumpulan data penelitian, mendiang Ayah tercinta dan Ibu tercinta yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga terciptanya lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada ibunda tercinta Ni Nengah Sopi, suami tercinta I Wayan Sukarnaya, serta anak-anak Gek Putu Laksmi Paramithaswari, Gek Kadek Dheya Permathaswari, dan Gek Komang Mia Parameswari tersayang, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Mei 2014 Penulis,
Ni Luh Putu Sri Widhiastuty
vii
ABSTRAK
Penguasaan kosakata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tanpa memiliki kosakata yang memadai, siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi dasar berbahasa Inggris. Semakin banyak kosakata bahasa Inggris dikuasai dan dipahami oleh siswa maka semakin mudah siswa tersebut mempelajari dan memahami bahasa Inggris. Oleh karena itu pengajaran bahasa Inggris, khususnya pengajaran kosakata dengan menerapkan metode Contextual Teaching and Learning sangat penting dilakukan agar penguasaan kosakata siswa meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang melibatkan 36 siswa kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Data kuantitatif penelitian berupa pre-test dan post-test penguasaan kosakata siswa, sedangkan data kualitatif penelitian berupa lembar keterlaksanaan rencana pelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dan angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan menerapkan metode CTL untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dan disajikan secara formal dan informal. Pada penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah penerapan metode CTL adalah sebesar 36.67%, dengan rincian peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dari tes awal ke tes siklus I yakni 18.13%, peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dari tes siklus I ke tes siklus II yakni 11.34%. Apabila dilihat dari kriteria kemampuan siswa maka peningkatan yang ada, dari kategori jelek (poor) meningkat menjadi tidak cukup (insufficient) lalu meningkat menjadi baik (good). Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan kosakata tersebut yakni, pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris berpusat pada siswa, kebiasaan mengonstruksi materi ajar yang akan dipresentasikan, kebiasaan belajar berkelompok di sekolah dan di rumah, kebiasaan bertanya apabila belum mengerti, dan adanya media gambar untuk mempermudah mengingat kosakata yang telah dipelajari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode CTL dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris, khususnya pengajaran kosakata dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa.
Kata kunci: CTL, kosakata, kategori, konstruksi, pengajaran.
viii
ABSTRACT The mastery of vocabulary is the most basic thing that students should master, when they are learning English. They will find difficulty to reach the English basic competent without mastering vocabulary. The more they can master and understand the English vocabulary, the more they learn English the more they understand English as a second language. Because of that, when teaching English, specially teaching vocabulary using application method of Contextual Teaching and Learning is very important to increase students mastering of English vocabulary. This research is classroom action research which involves 36 students of grade VII A SMP Taman Sastra Jimbaran, in the odd semester, academic year 2012/2013. The quantitative research data are pre-test and post tests of English vocabulary in cycle I, and the final test of students English vocabulary mastery in cycle II, while the qualitative research data are the feasibility of lesson plan, the students activity monitoring during the process of teaching and learning, and the students respons about learning tools using application method of Contextual Teaching and Learning to increase the students English vocabulary mastery. This research found that the average mark of students result in mastering English vocabulary before using the application method of Contextual Teaching and Learning is 45,88%, it means that the level of students in mastering English vocabulary is poor, because all of the students are not able to reach the minimal criterion mark, 74. The average mark of students result in mastering English vocabulary cicle I is 64,61%, it means that the category of students in mastering English vocabulary is insufficient, only 4 students are able to reach the minimal criterion mark. The mean score of cicle I is 64,61 less than 70, it means that it needs cicle II treatment. The average mark of students result in mastering English vocabulary cicle II is 82,55%. It means that the category of students in mastering English vocabulary is good, all of the students are able to reach the mark more than the minimal criterion mark, and the mean score of cycle II is 82,55, it is more than70. It means that it does not need cycle III treatment. The increasing in mastering English vocabulary that occurred before and after using application method of Contextual Teaching and Learning is 36,67%, it details that the increasing average mark of students in mastering English vocabulary from the pretest to the final test of cycle I is 18,13%, the increasing average mark of students in mastering English vocabulary from the final test of cycle I to the final test of cycle II is 11,34%. According to the category of students in mastering English vocabulary from poor to insufficient, and then good. From the result of the research above, it can be concluded that the application of Contextual Teaching and Learning method in process of teaching and learning English, specially teaching vocabulary. Key words: CTL, vocabulary, category, construction, teaching.
ix
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM........................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..............................................
v
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT.................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN............................................................. xv DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ...............................................................................
6
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................
7
1.3.1
Tujuan Umum .....................................................................................
7
1.3.2
Tujuan Khusus ....................................................................................
7
1.4
Manfaat Penelitian...............................................................................
8
1.4.1
Manfaat Teoretis .................................................................................
8
1.4.2
Manfaat Praktis ...................................................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ................................................................... 10 2.1
Kajian Pustaka..................................................................................... 10
2.2
Konsep ................................................................................................ 15
x
2.2.1
Penerapan dan Metode ........................................................................ 15
2.2.2
Contextual Teaching and Learning ...................................................... 15
2.2.2.1 Pengertian CTL ................................................................................... 16 2.2.2.2 Karakteristik CTL ............................................................................... 18 2.2.2.3 Perbedaan CTL dengan Pendekatan Tradisional ................................. 18 2.2.2.4 Implementasi CTL dalam Pembelajaran ............................................. 20 2.2.3
Peningkatan dan Penguasaan ............................................................... 25
2.2.4
Kosakata Bahasa Inggris ..................................................................... 25
2.3
Landasan Teori.................................................................................... 25
2.3.1
Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................. 26
2.3.2
Teori Belajar Bermakna David Ausubel .............................................. 27
2.3.3
Teori Pemahaman Kosakata ................................................................ 28
2.3.4
Penelitian Tindakan Kelas ................................................................... 32
2.3.4.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 32 2.3.4.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 32 2.3.4.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ................................... 33 2.3.4.4 Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 34 2.3.4.5 Prosedur Melakukan Penelitian Tindakan Kelas .................................. 36 2.4
Model Penelitian ................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 48 3.1
Pendekatan Penelitian.......................................................................... 48
3.2
Lokasi Penelitian ................................................................................. 48
3.3
Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 49
3.3.1
Jenis Data ............................................................................................ 49
3.3.2
Sumber Data........................................................................................ 50
3.4
Instrumen Penelitian ............................................................................ 50
3.4.1
Instrumen Nontes ................................................................................ 50
3.4.2
Instrumen Tes...................................................................................... 52
3.5
Prosedur Penelitian .............................................................................. 52
3.5.1
Pelaksanaan Siklus I ............................................................................ 53
xi
3.5.2
Pelaksanaan Siklus II ........................................................................... 56
3.6
Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 56
3.7
Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................ 58
3.7.1
Analisis Data Kuantitatif ..................................................................... 58
3.7.2
Analisis Data Kualitatif ....................................................................... 63
3.8
Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data............................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 65 4.1
Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum Penerapan Metode CTL....................................................................... 65
4.1.1
Situasi dan Keadaan Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran ............................................................... 66
4.1.2
Tes Penguasaan Kosakata Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran Sebelum Penerapan Metode CTL........... 67
4.1.3
Analisis Kuantitatif Sebelum Penerapan Metode CTL ......................... 74
4.1.4
Analisis Kualitatif Sebelum Penerapan Metode CTL ........................... 75
4.2
Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran Setelah Penerapan Metode CTL .......................................................... 80
4.2.1
Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ...................................................... 81
4.2.1.1 Perencanaan Siklus I ........................................................................... 81 4.2.1.2 Pelaksanaan Siklus I ............................................................................ 85 4.2.1.3 Pengamatan Siklus I ............................................................................106 4.2.1.4 Refleksi Siklus I ..................................................................................107 4.2.2
Analisis Kuantitatif PTK Siklus I ........................................................114
4.2.3
Analisis Kualitatif PTK Siklus I ..........................................................116
4.2.4
Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ....................................................122
4.2.4.1 Perencanaan Siklus II ..........................................................................122 4.2.4.2 Pelaksanaan Siklus II...........................................................................122 4.2.4.3 Pengamatan Siklus II ...........................................................................123 4.2.4.4 Refleksi Siklus II .................................................................................123
xii
4.2.5
Analisis Kuantitatif PTK Siklus II .......................................................130
4.2.6
Analisis Kualitatif PTK Siklus II .........................................................131
4.2.7
Perbandingan Hasil Tes yang Menunjukkan Peningkatan Kosakata Bahasa Inggris Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL ........................................................................135
4.2.8
Perbandingan Tingkat Kesalahan Pengerjaan Soal-soal Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL.........................................................................................146
4.3
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peningkatan Penguasaan Kosakata Siswa dengan Penerapan Metode CTL .................................152
4.3.1
Faktor Internal .....................................................................................152
4.3.2
Faktor Ekternal ....................................................................................154
4.3.2.1 Respons Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dengan Penerapan Metode CTL...........................................................154 4.3.2.2 Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Penerapan Metode CTL ..........................................................156 4.3.2.3 Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran ............................158 a) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran Siklus I ......................................................................159 b) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran Siklus II .....................................................................170
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...............................................................183 5.1
Simpulan .............................................................................................183
5.2
Saran ................................................................................................185
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................187 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman 2.1
Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan Tradisional .......................................................................................... 19
3.1
Rubrik Penilaian Penguasaan Kosakata Siswa ..................................... 59
3.2
Kategori Tingkat Kemampuan Siswa................................................... 62
4.1
Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Awal .. 71
4.2
Data Nilai Tes Awal Penguasaan Kosakata Setiap Siswa ..................... 72
4.3
Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Akhir Siklus I .......................................................................110
4.4
Data Nilai Tes Akhir Siklus I Penguasaan Kosakata Setiap Siswa .......111
4.5
Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Akhir Siklus II ......................................................................126
4.6
Data Nilai Tes Akhir Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Akhir Siklus II ......................................................................128
4.7
Data yang Menunjukkan Peningkatan Penguasaan Kosakata Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL ...........................135
4.8
Data Nilai Perbandingan Peningkatan Kosakata Setiap Siswa dalam Persentase Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL ..........137
4.9
Data Perbandingan Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL .................139
4.10
Data Kriteria Ketuntasan Minimal Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL .......................................................................143
4.11
Analisis Perbandingan Hasil Tes yang menujukkan Peningkatan Kosakata SiswaSebelum dan Setelah penerapan Metode CTL………...146
xiv
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Halaman 2.1
Model Tahapan-tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ......... 37
2.2
Model Penelitian ................................................................................. 41
2.3
Penelitian Tindakan Kelas ................................................................... 43
4.1
Grafik Nilai Rata-rata Siswa dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris ..................................................145
xv
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN CTL
: Contextual Teaching and Learning
CD
: Compact Disk
DVD
: Digital Video Disk
L2
: Second Language
ELT
: English Language Teaching
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia
RPP
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
TU
: Tata Usaha
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kurikulum Bahasa Inggris SMP Taman Sastra Jimbaran Lampiran 2 Silabus Bahasa Inggris SMP Taman Sastra Jimbaran Lampiran 3 Materi Bahasa Inggris Unit 2 dan RPP Bahasa Inggris Unit 2 Lampiran 4 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pelajaran Siklus I dan Siklus II Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Penerapan Metode CTL Siklus I dan Siklus II Lampiran 6 Respons Siswa terhadap Perangkat Pembelajaran dengan Penerapan Metode CTL untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Lampiran 7 Lembar Soal dan Hasil Tes Awal Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Lampiran 8 Lembar Soal dan Hasil Test Akhir Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa pada Siklus I Lampiran 9 Lembar Soal dan Hasil Tes Akhir Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa pada Siklus II Lampiran 10 Dokumentasi Foto-foto Penelitian
xvii
TESIS
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA JIMBARAN, KUTA SELATAN
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014