1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan mereka. Jurusan yang disediakan oleh berbagai Universitas bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai dengan minat dan gambaran pekerjaan yang diinginkannya demi melangsungkan hidup di masa mendatang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ diunduh pada tanggal 2 Agustus 2012) mahasiswi ialah mahasiswa wanita. Dan mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Mahasiswi melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi dengan membawa cita-cita dan harapan yang baik untuk masa depannya. Mencari ilmu untuk bekal agar dapat membiayai hidup setidaknya sebelum mereka menikah dan biaya hidupnya akan menjadi tanggung jawab suami. Semakin meningkat tingkatan atau semester yang ditempuh harapan dan cita-cita di awal memasuki bangku perkuliahan menjadi hal yang lebih nyata dan serius dari sebelumnya. Dimana tuntutan pemenuhan tugas perkembangan dari tahapan perkembangan mereka pun meningkat. Pada umumnya mahasiswi memasuki jenjang perkuliahan pada usia muda dimana mereka dalam masa transisi dari tahap perkembangan masa remaja akhir
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
memasuki tahap perkembangan masa dewasa muda. Masa usia 21-24 tahun sekarang sering juga disebut masa dewasa muda atau masa dewasa awal (Monks, 2006). Dikatakan pula oleh Havighurst (Monks, 2006) bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa ini yaitu menikah, membangun suatu keluarga, mendidik anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Tugas perkembangan yang menonjol pada masa dewasa muda ialah menikah atau membangun suatu keluarga. Pada kenyataannya memang tidak sedikit mahasiswi yang mengambil keputusan untuk menikah di usia yang muda. Menikah di usia yang tergolong muda ini memang sudah menjadi fenomena yang tidak asing pada saat ini. Beberapa diantaranya menikah pada saat sedang kuliah memasuki tingkat 2 atau tingkat 3 perkuliahan dan yang lainnya menikah sebelum memasuki perkuliahan. Banyak faktor yang melatarbelakangi wanita untuk memutuskan menikah pada usia muda. Wanita yang menikah muda memiliki berbagai alasan positif diantaranya mereka menikah karena ingin menyempurnakan ibadah, karena melihat kemapanan calon suami yang sudah mencukupi untuk membangun rumah tangga, menghindari perzinahan, serta alasan karena ekonomi keluarga rendah sehingga dengan menikah biaya hidup akan ditanggung oleh suami. Fenomena menikah muda ini memang lebih banyak terjadi pada kaum wanita. Hasil survey Group M sebuah perusahaan media specialis Indonesia menyebutkan 56% wanita Indonesia
berusia
20-25
tahun,
memilih
menikah
dalam
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
usia
muda
3
(http://delapan208.wordpress.com/tag/nikah-muda/ diunduh pada tanggal 20 Juni 2011). Dari studi pendahuluan yang dilakukan, terungkap bahwa keputusan untuk menikah muda karena memang sudah dikenalkan dari kecil, kemapanan calon suaminya dan karena menikah itu merupakan ibadah. Alasan lainnya yang memutuskan untuk menikah muda karena melihat agama calon suaminya serta menurutnya menikah tidak akan mengganggu kuliahnya. Mereka menikah ketika usia kisaran 17-20 tahun. Dan setelah menikah mereka masih tetap melanjutkan kuliah serta masih memiliki target untuk berkarir walaupun sudah menikah dan memiliki suami yang mapan. Jika pada tahap usia dewasa muda tugas perkembangan untuk membangun suatu keluarga sudah terpenuhi maka tugas perkembangan masa dewasa muda yang termasuk sulit tetapi penting disamping berkeluarga atau menikah ialah berkarir (Hurlock, 2004). Karir merupakan posisi pekerjaan yang dimiliki seseorang selama bertahun-tahun (Dessler, 2009). Menurut Simamora (2006) karir dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasibnya sehingga individu tersebut dapat memanipulasi peluang untuk
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karirnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah urutan aktivitasaktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi-aspirasi seseorang selama rentang hidupnya. Dalam rentang waktu kehidupan seeseorang keinginan berkarir harus disertai dengan rencana yang mantap untuk kestabilan karirnya. Dengan perencanaan karir seseorang dapat mempertimbangkan segala kemungkinan situasi sebelum sampai pada pemilihan karir. Perencanaan karir membantu seseorang
untuk
menetapkan
tujuan
karir
yang diinginkannya
semasa
kehidupannya. Menetapkan tujuan karir membuat kita memiliki suatu target pencapaian yang akan menjadi dasar motivasi kita untuk menjalankan rencana karir yang sudah kita susun. Namun menetapkan tujuan untuk masa depan bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang berganti pekerjaan karena menyesuaikan dengan perubahan-perubahan hidup yang dialaminya. Terutama pada kaum wanita karena wanita cenderung untuk kurang mantap dalam karir yang dipilih daripada pria (Hurlock, 2004). Wanita kelak akan berkeluarga, dan wanita berkeluarga secara proposional lebih banyak dibentuk oleh tekanan sebagai pekerjaan wanita, sehingga harus lebih sering melakukan penyesuaian pekerjaan yang ia sukai sesuai dengan tanggung jawab rumah tangganya, atau disesuaikan dengan tugas suaminya (Hurlock, 2004). Pada dasarnya manusia akan mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupannya, seiring perubahan tahap perkembangannya yang berubah sesuai usia dengan disertai perubahan tugas perkembangan pada setiap tahapnya.
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Dimana tuntutan-tuntutan dari setiap perubahan tugas atau tahapan perkembangan tersebut berbeda. Oleh karena itu kita juga dituntut untuk terus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tanggung jawab dan kewajiban. Perubahan-perubahan ini juga berlaku pada fenomena menikah muda. Sebelum dan sesudah pernikahan ada perbedaan yang pasti terjadi pada mereka. Sebagai mahasiswi, mereka memiliki tanggung jawab dan kewajiban terhadap studinya. Ketika mereka menikah kewajiban dan tanggung jawabnya bertambah sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga yang tentunya harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang rutin dilakukan serta mengurus dan mendidik anakanaknya. Beban tanggung jawab ini tentu menjadi tantangan yang lebih dibandingkan beban mahasiswi yang belum menikah pada usia muda. Dari segi waktu luang misalnya, sebagai seorang mahasiswi tentulah mereka memiliki waktu yang sebagian besar sama dengan waktu yang dimiliki mahasisiwi lain yang belum menikah. Namun pemanfaatan waktu luang tersebut akan berbeda dari mereka mahasiswi yang sudah menikah dengan mereka mahasiswi yang belum menikah. Mahasiswi yang sudah menikah tentu memiliki tanggung jawab terhadap suami dan anaknya (jika telah memiliki anak) disamping memiliki tanggung jawab terhadap pendidikannya. Sehingga ketika mereka memiliki waktu luang mereka cenderung menghabiskan waktu dengan anak dan suaminya serta mengurus urusan rumah tangga. Sedangkan mahasiswi yang belum menikah dapat
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
menghabiskan waktu luangnya untuk bersosialisasi dengan teman-teman lainnya, atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan lebih dulu dan dengan waktu yang lebih luang. Begitu juga dengan merencanakan karir, seperti disebutkan sebelumnya bahwa berkarir merupakan salah satu tugas perkembangan pada dewasa muda yang secara otomatis akan membuat individu tersebut memiliki tuntutan diri untuk memenuhinya. Umumnya, seseorang telah memiliki gambaran tentang karirnya di masa depan akan seperti apa. Dengan kata lain setiap orang pasti sudah memiliki rencana masing-masing terhadap karir mereka. Bahkan ada juga sebagian dari mereka mahasiswi menikah yang juga sudah memulai karirnya dengan memiliki pekerjaan sendiri disamping kuliah dan ibu rumah tangga. Pekerjaan ini bisa berupa usaha sendiri, usaha keluarga, bekerja pada perusahaan, ataupun kerja paruh waktu di suatu perusahaan atau instansi. Namun seperti sudah disinggung di atas bahwa situasi yang dihadapi oleh mereka dengan tanggung jawab dan kewajiban dari status mahasiswi mereka, status istri dan ibu rumah tangga sangat mungkin memberikan pengaruh pada perencanaan mereka ke depan. Tuntutan-tuntutan peran sebagai mahasiswi, istri, dan ibu rumah tangga memberikan perubahan pada rencana-rencana kehidupan mereka, begitu juga dengan perencanaan karirnya. Dimana perubahan tersebut tentu menuntut penyesuaian kembali pada rencana karir tersebut untuk tetap dapat mengimbangi seluruh tanggung jawab mereka. Perubahan ini juga berlaku bagi mahasiswi menikah yang juga sudah bekerja di suatu perusahaan atau memiliki usaha sendiri. Namun tidak terlepas dari tuntutan tanggung jawab sebagai mahasiswi, istri dan
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
ibu rumah tangga tadi, tuntutan tanggung jawab mereka justru akan lebih bertambah sebagai seorang yang sudah memiliki pekerjaan. Maka dengan situasi tersebut akan sangat mungkin munculnya konflik peran dari masing-masing peran. Adapun
penelitian
terdahulu
yang
dilakukan
oleh
Astuti
dan
Anisaningtyas (2011) tentang “Pernikahan Di Kalangan Mahasiswa S-1” turut mendukung fenomena menikah muda pada mahasiswi, bahwa secara umum responden menikah di saat masih kuliah karena memiliki motivasi yang kuat untuk menikah yang didukung oleh faktor-faktor seperti dukungan dan restu dari orangtua serta keyakinan pada diri sendiri untuk menjalani pernikahan sambil kuliah. Secara umum, kehidupan pernikahan mahasiswa yang menikah di saat masih kuliah dan keadaan baik meskipun mereka mengalami kesulitan dalam mengatur waktu antara kuliah dan rumah tangga dan kadangkala kehidupan pernikahan diwarnai dengan konflik-konflik kecil. Penelitian lain oleh Rohman (2010) tentang “Implikasi Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap Prestasi Belajar” menghasilkan, (1) Perkembangan hasil prestasi yang diraih setelah menikah tidak ada yang menurun, tetapi setidaknya tetap bertahan bahkan semakin meningkat; (2) Perkembangan keaktifan dalam mengikuti perkuliahan setelah menikah bervariasi, ada yang semakin aktif, menurun, sama-sama aktif, dan ada yang sama-sana sering bolos kuliah baik sebelum maupun sesudah menikah; (3) Pernikahan dapat mempengaruhi studi dalam tiga hal yaitu motivasi, keaktifan, serta perubahan gaya belajar; (4) Pernikahan tidak berimplikasi secara langsung terhadap prestasi yang diraih, akan
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
tetapi pernikahan berpengaruh terhadap beberapa faktor keefektifan belajar yang pada akhirnya baru dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih. Penelitian Habibah, dkk (2012) yang berjudul “Studi Tentang Status Perkawinan Mahasiswa Reguler PGSD Tegal Hubungannya Dengan Prestasi Akademik” menghasilkan bahwa alasan umum mahasiswa menikah adalah sudah merasa siap dan yakin untuk memutuskan hidup berumah tangga meskipun mereka masih dalam masa studi, kemudian dalam membagi waktu antara kuliah dan tanggung jawab keluarga mahasiswa yang berstatus kawin mempunyai cara tersendiri seperti menyerahkan anaknya kepada pengasuhnya saat mereka kuliah, serta status perkawinan mahasiswa berpengaruh terhadap proses perkuliahan baik dilihat dari beberapa aspek antara lain ketepatan masuk kuliah, frekuensi kehadiran, keaktifan berorganisasi, dan penyelesaian tugas serta berpengaruh juga terhadap prestasi akademiknya. Hasil penelitian lain dari Khasawneh (2010) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Karir dan Pengembangan Pada Mahasiswa di Yordania” menunjukkan bahwa perencanaan karir mahasiswa sangat dipengaruhi oleh orang tua, guru, teman, pengalaman akademik dan keyakinan diri. Dan adapula hasil temuan dari penelitian Dawna (2003) berjudul “Penyesuaian Mahasiswa ke Perguruan Tinggi: Apakah Menikah akan Membuat Perbedaan?” mengindikasikan bahwa mahasiswa yang sudah menikah mempunyai kesulitan yang moderat (sedang) dalam menyesuaikan diri terhadap kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang belum menikah. Meskipun dukungan sosial dari keluarga dan teman berkaitan dengan peningkatan
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
penyesuaian diri terhadap lingkungan perguruan tinggi, namun dukungan dari pasangan mahasiswa tersebut tidak dikaitkan dengan peningkatan penyesuaian diri terhadap lingkungan kampus sekalipun pasangannya itu berasal dari kalangan mahasiswa juga. Mahasiswa yang sudah menikah secara jelas mengalami tingkat tekanan pernikahan yang cukup tingkat pada berbagai dimensi hubungan. Beberapa studi pendahuluan di atas turut serta mendukung bahwa fenomena yang diangkat oleh peneliti memang banyak terjadi. Dan terdapat pengaruh-pengaruh serta kondisi-kondisi yang sudah peneliti uraikan diatas yang dialami oleh mereka yang menikah pada masa kuliah serta melanjutkan kembali kuliahnya. Maka dari itu, peneliti merasa penting untuk melaksanakan penelitian ini terutama untuk melihat mengenai perencanaan karir dari mahasiswi menikah. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mengambil judul “Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah”.
B. Rumusan Masalah Mahasiswi menikah memiliki tanggung jawab serta kewajiban yang lebih dibandingkan mahasiswi yang belum menikah. Yakni sebagai mahasiswi, ibu rumah tangga, istri, dan ibu dari anaknya. Tuntutan-tuntutan peran tersebut mempengaruhi pada perubahan-perubahan dalam kehidupan mahasiswi menikah. Perubahan dalam kehidupannya ini juga berpengaruh pada perencanaan karir yang telah ia miliki sebelum menikah. Sehingga menuntut mahasiswi menikah untuk menyesuaikan perencanaan karirnya kembali.
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Oleh karena itu, penelitian ini dijabarkan dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran perencanaan karir pada mahasiswi menikah? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tujuan karir mahasiswi yang menikah?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh gambaran mengenai perencanaan karir pada mahasiswi menikah. 2. Untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan karir mahasiswi yang menikah.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai gambaran kondisi bagi mahasiswi yang memiliki keinginan menikah muda dan memiliki keinginan berkarir untuk tetap termotivasi menyelesaikan pendidikannya dan tetap mewujudkan keinginannya untuk berkarir.
2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah sumber kajian ilmiah berupa informasi-informasi yang berkaitan dengan perencanaan karir dalam bidang psikologi industri. Khususnya dengan subjek mahasiswi yang menikah pada
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
masa kuliah. Hasil penelitian ini juga dapat menggambarkan perencanaan karir dari mahasiswi menikah tersebut. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswi tersebut dalam menetapkan tujuan karir yang mereka inginkan.
E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. BAB
II
PERENCANAAN
MENIKAH,
berisi
kajian
KARIR pustaka
MAHASISWI dengan
BERSTATUS
teori-teori
mengenai
perencanaan karir, mahasiswi menikah, dan perencanaan karir mahasiswi menikah. 3. BAB III METODE PENELITIAN, berisi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengujian kredibilitas data, teknik pengumpulan data, dan analisis data. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi pengolahan atau analisis data serta pembahasan atau analisis temuan. 5. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu