BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar AlGhazali, 2003:18) bahkan mengatakan Al-Ghazali sebagai tokoh paling berpengaruh bagi umat Islam setelah Nabi Muhammad sendiri. Sementara Ihya Ulumuddin, sebagai salah satu karya terbesarnya, adalah buku yang paling sering dikutip dalam khasanah pemikiran Islam selain Al-Qur’an dan buku kumpulan hadis Nabi (Armstrong, 20041: 105). Secara khusus pemikiran Al-Ghazali menjadi sumber utama aliran Ahlu Al-Sunnah Wa Al-Jamaah sebagai mazhab teologi utama umat Islam. Sedangkan secara umum, pemikiran Al-Ghazali berpengaruh sangat kuat terhadap cabang filsafat, tasawuf dan teologi dalam Islam. Sejak abad 19, diskursus seputar peran intelektual Al-Ghazali terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia muslim mulai muncul. Sebagian pihak menganggap Al-Ghazali adalah tokoh yang harus “disalahkan” atas fenomena kemunduran pemikiran umat Islam. Tahafut Al-Falasifah, salah satu karya AlGhazali dalam bidang filsafat dianggap sebagai buku yang menghentikan semangat intelektual kaum muslim (Yatim, 2006: 152). Sejak masa Al-Ghazali, filsafat tidak
lagi berkembang di dunia Islam. Kehidupan Al-Ghazali dianggap sebagai awal sebuah fase perubahan orientasi umat Islam dari heterodoksi ke arah ortodoksi. Sebagian ilmuwan lain membantah pendapat di atas. Filsafat di dunia Islam tidak terhenti sesudah kritik Al-Ghazali dalam Tahafut Al-Falasifah. Hanya saja sejak saat itu secara epistemologis, filsafat di dunia Islam tercampur dengan mistisme (Montgomerry Watt, 2002: 146). Pendapat bahwa filsafat Islam pasca Al-Ghazali “punah”, menurut Musa Kadzim (Fakhry, 2001: xii) bersumber dari anggapan yang salah bahwa filsafat Islam hanya kelanjutan dari filsafat Yunani. Padahal menurutnya, justru setelah masa Al-Ghazalilah filsafat Islam benar-benar muncul. Filsafat Islam pasca Al-Ghazali tidak saja bersumber dari penalaran independen seorang filosof, tapi merupakan perpaduan antara penalaran rasional, upaya penyucian jiwa dan praktik keagamaan (Fakhri, 2001: xvi). Filsafat “jenis” ini dikenal di Barat dengan istilah “Teosofi”. Di antara tokoh-tokoh teosofi, ada tiga yang paling populer yaitu Suhrawardi Al- Maqtul (w. 1191 M) pendiri Mazhab Illuminasi (Hikmah Al-Isyraq); Muhyidin Ibn-Al Arabi (w. 1240 M) teoritikus Irfan Al-Wujudiah (Wahdah Al-Wujud); dan Mulla Shadra (w. 1640 M) pendiri mazhab Hikmah Al-Muta’aliah. Ketiganya dianggap sebagai kelompok filosof muslim pasca Al-Ghazali. Suhrawardi adalah pendiri mazhab Illuminasi, mazhab filsafat yang secara sederhana bisa dikatakan gabungan antara ajaran Persia kuno, tasawuf dan filsafat paripatetik. Ibn Al-Arabi dikenal sebagai pendiri “tasawuf-filsafat” yang dianggap lawan dari tasawuf Sunninya Al-Ghazali (Azhary Noer, 2002: 189), dan Mulla Shadra yaitu tokoh yang
dianggap berhasil mensintesiskan Paripatetisme dan Iluminasionisme dengan menambahkan gagasan-gagasan Ibn Al-Arabi (Qodir, 1991:153). Ketiganya bisa dikategorikan sebagai sufi sekaligus filosof. Disebut sufi karena ketiganya mengutamakan pengalaman intuitif untuk mencapai ma’rifat (gnostik). Sedangkan disebut filosof karena mereka menggunakan penalaran logika untuk memecahkan masalah-masalah metafisika-filosofis. Tiga tokoh tersebut mewakili “babak baru” filsafat Islam. Pasca Al-Ghazali, karya-karya filsafat bercorak rasional murni tidak lagi dituliskan. Beberapa filosof muslim pasca Al-Ghazali diantaranya Fachrudin Ar-Razi mewakili muslim Sunni dan Nashruddin Al-Thusi dari sekte Syi’ah meski rasionalis, hanya memberikan komentar dan tanggapan terhadap karya-karya filosof sebelumnya terutama Ibn Sina. Tidak ada orisinalitas dalam karya-karya mereka. Sedangkan Ibn Rusyd --yang dianggap filosof paripatetik terakhir—pengaruhnya tidak terlalu besar untuk umat Islam. Hanya filsafat- teosofi yang bertahan dan mampu memberi pengaruh yang cukup besar bagi umat Islam sampai zaman modern. Permasalahan yang timbul adalah, mengapa aliran teosofi baru muncul setelah masa Al-Ghazali? apakah Al-Ghazali pengagas teosofi? Menurut Madkour AlGhazali justru pendiri tasawuf-Sunni sebagai “musuh” bagi teosofi (Azhary Noer, 2002: 185). Al-Ghazali adalah tokoh yang mengintegrasikan tasawuf ke dalam ortodoksi kalam (teologi) Asy-ariah, dengan menolak penalaran filosofis sebagai sumber ma’rifat. Sedangkan para teosof menggabungkan filsafat dan praktek tasawuf untuk mencapai Ma’rifat, kadang dengan “mengabaikan” ortodoksi ilm kalam.
Permasalahan kedua, Al-Ghazali dianggap sebagai tokoh yang sangat berpengaruh luas bagi umat Islam sampai saat ini. Kritiknya terhadap filsafat berdampak pada kecenderungan umat Islam terhadap teosofi, pengecualian dari hal itu adalah bagi dunia Syi’ah. Corak tasawuf Al-Ghazali dan kritiknya terhadap filsafat tidak diterima masyarakat Syi’ah. (Hanani dan Ghazali: 2004, 131). Namun tokoh-tokoh teosofi yang muncul pasca Al-Ghazali umumnya justru adalah penganut Syi’ah. Suhrawardi dan Mulla Shadra adalah penganut Syi’ah. Sementara Ibn AlArabi meskipun penganut Sunni, memiliki hubungan timbal-balik yang kuat dengan Syi’ah, khususnya dengan sekte Isma’iliah (Armstrong, 20042 : 131). Masalah-masalah tersebutlah yang mendorong penulis untuk mengkaji keterkaitan antara ajaran-ajaran Al-Ghazali dengan fenomena kemunculan teosofi di dunia Islam. Penulis juga merasa tertarik dengan tema ini karena menyangkut sejarah intelektual umat Islam bersama tokoh-tokoh besar dan pemikiran-pemikirannya.
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah Rumusan masalah yang utama dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah dampak pemikiran Al-Ghazali terhadap perkembangan aliran pemikiran teosofi? Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut disusun ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai batasan masalah, yaitu: 1. Bagaimana
kondisi
perkembangan
intelektual
terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Al-Ghazali? 2. Bagaimana garis besar pemikiran Al-Ghazali?
umat
Islam
sebelum
3. Bagaimana reaksi para ulama waktu itu terhadap pemikiran Al-Ghazali? 4. Bagaimana pemikiran dan ajaran para tokoh teosofi pada tahun 1111 s.d 1640?
1.3.TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan kondisi perkembangan intelektual umat Islam sebelum terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Al-Ghazali. Perkembangan intelektual yang dimaksud meliputi bidang-bidang yaitu : teologi, filsafat dan tasawuf. 2. Menjelaskan garis besar pemikiran Al-Ghazali, yaitu pemikiran-pemikiran AlGhazali seputar teologi, filsafat dan tasawuf. 3. Menjelaskan reaksi para ulama waktu itu terhadap pemikiran Al-Ghazali. 4. Menguraikan pemikiran dan ajaran para tokoh teosofi. Yaitu pemikiran dan mazhab dari Suhrawardi, Ibn Al-Arabi dan Mulla Shadra. 5. Memperkaya penulisan sejarah intelektual umat Islam khususnya yang menyangkut filsafat dan tasawuf.
1.4.METODOLOGI PENELITIAN Metode yang penulis gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah “Metode Historis”. Penulis menggunakan metode tersebut karena data-data mengenai Al-Ghazali dan para tokoh teosof, baik sebagai individu, pemikiran dan keadaan
zamannya, berasal dari masal lalu. Adapun metode historis sebagaimana didefinisikan oleh Gottchalk (1986: 32) adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Termasuk di dalamnya metode dalam menggali; memberi penilaian; mengartikan dan menafsirkan fakta-fakta masa lampau untuk kemudian dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan dari peristiwa tersebut. Metode historis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Memilih topik yang sesuai; pemilihan topik adalah langkah pertama dalam penelitian ilmuah. Penulis memilih topik Dampak Pemikiran Al-Ghazali Terhadap Perkembangan Aliran Pemikiran Teosofi (1111-1640) dengan pertimbangan manfaat; orisinalitas; dan kepraktisan. 2. Heuristik, yaitu upaya mengumpulkan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan topik yang dipilih. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber benda; sumber tertulis dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk “studi luteratur sehingga sumber yang dimaksud adalah sumber tertulis. 3. Melakukan kritik yaitu memilah sumber-sumber yang didapatkan. Tujuan kritik adalah agar penulis menemukan kebenaran sumber dari sumber-sumber yang diteliti secara kritis. 4. Mengintepretasikan hasil dari kritik dan analisis sumber tersebut. 5. Menyusun hasil-hasil penelitian sejarah ke dalam sebuah pola yang teratur; dan 6. Menuliskan hasil penelitian tersebut dengan semenarik dan sejelas mungkin. Tiga
langkah terakhir tersebut bisa dilakukan dalam satu waktu karena
keterhubungan dan saling keterkaitan diantara ketiganya.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. Bab I, yaitu bagian pendahuluan yang memuat latar belakang masalah; rumusan masalah dan batasan masalah yaitu bagian-bagian mendasar yang menjadi pokok pikiran dalam skripsi ini; tujuan dan manfaat penelitian; serta sistematika penulisan. Bab II, tinjauan kepustakaan, yaitu deskripsi umum mengenai buku-buku dan sumber lain yang dianggap relevan dalam penulisan skripsi ini. Di dalamnya penulis akan melakukan kritik; komparasi antar sumber dan komentar-komentar yang dianggap perlu. Bab III, merupakan uraian metodologi penelitian dalam penulisan skripsi ini. Yaitu: Heuristik yang mencakup proses pengambilan dan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini; Kritik, yaitu proses pengolahan datadata yang sudah didapatkan sehingga bisa dipertangung jawabkan, reliabel dan otentik; Intepretasi yaitu penafsiran keterangan-keterangan dari sumber-sumber sejarah yang terkumpul dengan cara merangkai dan menghubungkan hingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan; Historiografi adalah penuliskan fakta-fakta yang sudah dikumpulkan dan dikritik tersebut ke dalam sebuah karya yang bisa diterima oleh banyak orang. Bab IV, adalah pembahasan tentang perkembangan ilmu-ilmu Islam sebelum Al-Ghazali yaitu mencakup: perkembangan teologi, perkembangan filsafat dan
perkembangan tasawuf. Bahasan ini adalah uraian faktual mengenai kondisi umum peradaban Islam. Bab V adalah bahasan mengenai dampak pemikiran Al-Ghazali terhadap perkembangan teosofi di zaman pertangahan. Bahasan ini akan dibagi menjadi empat bagian yaitu: Satu menjelaskan corak pemikiran Al-Ghazali dalam bidang teologi, filsafat dan tasawuf beserta uraian pengaruh pemikirannya terhadap umat Islam di zamannya. Dua pengaruh pemikiran AL-Ghazali terhadap ulama-ulama pada masanya dan sesudahnya; tiga uraian mengenai pemikiran para teosof yaitu Suhrawardi, Ibn Al-Arabi dan Mula Shadra empat analisis mengenai keterkaitan antara pemikiran Al-Ghazali dengan para teosof. Bab VI, merupakan bagian akhir dari keseluruhan skripsi ini. Di dalamnya terhadap kesimpulan secara menyeluruh dari bab-bab sebelumnya.