BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia benar -benar memperhatikan bidang pendidikan rakyatnya. Bukti lain yang menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adanya program wajib belajar 9 tahun, pemberian beasiswa bagi siswa yang berprestasi, pemberian subsidi sarana dan prasarana oleh pemerintah diberbagai sekolah, digalakkannya program Disiplin Nasional dan masih banyak lagi. Jalaluddin dkk dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” mengatakan Pendidikan mencakup pengertian yang luas dan secara garis besarnya pengertian itu mencakup tiga aspek yaitu : 1. 2. 3.
Seperangkat teknik atau cara untuk memberikan pengetahuan keterampilan, dan tingkah laku. Seperangkat teori yang maksudnya untuk menjelaskan dan membenarkan penggunaan dan teknik cara-cara tersebut, Seperangkat nilai gagasan atau cita-cita sebagai tujuan yang diperlukan serta dinyatakan dalam pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku termasuk jumlah dan pola latihan yang harus diberikan. 1 Sedangkan menurut Hadari Nawawi mendefinisikan ”Pendidikan sebagai
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian kemampuan manusia, baik 1
Jalaluddin dkk, Filsafat Pendidikan Islam, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta 1996, h.18 - 19
1
didalam maupun diluar sekolah”. Dengan redaksi yang berbeda, Hasan Langgulung mengartikan ”Pendidikan sebagai usaha untuk mengubah dan memindahkan
nilai kebudayaan
kepada setiap
individu dalam
suatu
masyarakat”.2 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang untuk mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri, untuk itu individu perlu diberi kemampuan dalam penyumbangan berbagai hal, seperti konsep, prinsip, kreatifitas tanggung jawab dan keterampilan atau perkembangan dalam aspek kognitif, apektif dan psikomotorik. Dalam Undang-undang RI no.20 tahun 2003 Bab II pasal 3 Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dinyatakan : “Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”. 3 Untuk merealisasikan tujuan pendidikan diatas, pemerintah telah mendirikan berbagai macam jenis dan jenjang sekolah baik itu sekolah agama
2
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka Pirdaus, Palangka Raya 2004, h. 4
3
Sistem Pendidikan Nasional UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 3
maupun yang umum , mulai dari sekolah dasar sampai pada tingat perguruan tinggi. Dengan tujuan Sekolah sebagai lembaga pendidikan tiada lain adalah untuk ikut serta mewujudkan kecerdasan bangsa sebagai bagian dari tujuan pembangunan bangsa itu sendiri. Sekolah merupakan tempat dimana terjadinya proses pembelajaran antara guru dan siswa. Bahkan lebih jauh sekolah dijadikan sebagai sarana untuk mendidik siswa supaya bertingkah laku yang baik serta mampu menjadi manusia yang berkepribadian yang mantap dan mandiri. Aktivitas pendidikan tidak bisa lepas dari adanya bimbingan dan arahan dari seorang guru kepada siswanya, hal ini karena sekolah juga didirikan dengan maksud agar siswa selain mendapatkan pengetahuan juga memiliki sikap dan keterampilan. Selain itu juga sekolah tidak lepas dari permasalahan dari siswa. Sering kita mendengar terjadinya kasus-kasus baik itu dalam intern sekolah yang bersangkutan yaitu pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh sebagian siswa disekolah tersebut, dalam artian siswa tersebut tergolong siswa yang indisipliner. Serta ada pula kasus yang terjadi di luar sekolah atau ekstern, namun siswa tersebut masih terdaftar dalam sebuah lembaga sekolah, sehingga perbuatan tersebut juga berakibat mencoreng nama baik sekolah dari siswa tersebut. Namun sekarang ini telah ada unit layanan khusus yang dapat menangani kasus-kasus siswa tersebut di sekolah yaitu program layanan bimbingan dan konseling.
Bimbingan juga memiliki arti khusus yaitu, sebagai suatu upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi perkembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa. 4 Dalam bimbingan dan konseling tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi binaan saja akan tetapi juga memperhatikan anak didik terutama siswa yang bermasalah untuk tercapainya kefektifan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah khususnya agar siswa menjadi siswa yang baik dan tidak menunjukkan sikap yang dapat mengarah pada tindakan yang melanggar tata tertib sekolah dan lain sebagainya. Hasil observasi di SMP Negeri 8 Palangka Raya, program layanan bimbingan dan konseling juga menjadi bagian dari program sekolah dan program layanan bimbingan dan konseling telah memiliki tempat sendiri yang menjadi bagian dari sekolah tersebut. Meskipun program layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 8 Palangka Raya telah melaksanakan fungsinya sesuai dengan tugas yang diembannya yaitu melayani semua permasalahan yang berhubungan dengan siswa terutama perilaku siswa yang bermasalah, seperti membolos jam pelajaran, terlambat masuk kelas, tidak melaksanakan tugas piket, tidak menjaga tata kebersihan, berperilaku nakal di lingkungan sekolah. Bahkan guru bimbingan dan konseling yang ada di SMP Negeri 8 Palangka Raya, salah
4
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Lanadasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009. h. 233
satu latar belakang pendidikannya adalah bimbingan konseling, namun masih ada saja siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Meskipun siswa tersebut sudah diberi peringatan tetap saja berkali-kali melanggar tata tertib yang merupakan peraturan yang wajib di patuhi oleh siswa. Beranjak dari permasalahan di atas, bahwa keberadaan program layanan bimbingan konseling seharusnya dapat membantu mengurangi siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah. Untuk itulah sangat diperlukan sekali peranan guru BK dalam mengatasi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh sebagian siswa yang ada di SMP Negeri Palangka Raya, Agar Proses Pendidikan di Sekolah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di SMP Negeri 8 palangka Raya. Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul “ PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DI SMP NEGERI 8 PALANGKA RAYA”
B. Rumusan Masalah 1. Apa bentuk pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 8 Palangka Raya ? 2. Bagaimana langkah-langkah guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya ? 3. Bagaimana peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya ?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 8 Palangka Raya. 2. Untuk mengetahui pelayanan yang diberikan kepada siswa yang melanggar tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya. 3. Untuk mengetahui peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi siswa terhadap pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya. D. Kegunaan Penelitian 1. Untuk memfungsikan guru BK dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya. 2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan sistem pelayanan dalam bimbingan konseling. 3. Dalam rangka menambah pengetahuan dan pemahaman tentang usaha untuk mengatasi siswa terhadap pelanggaran tata tertib di Sekolah. 4. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan penelitian bagi masalah yang sama yang lebih jauh dan mendalam. 5. Sebagai sumbangan pikiran sederhana dalam khazanah ilmu pengetahuan di STAIN Palangka Raya. D.
Sistematika Pembahasan Untuk lebih terarahnya dalam penulisan proposal penelitian ini, maka dibuatlah sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumursan masalah, tujuan
penulisan,
kegunaan
penelitian,
dan
sistematika
pembahasan. BAB II
Kajian Pustaka, yang berisiskan tentang penelitian sebelumnya, deskripsi teoritik yang berisikan tentang pengertian bimbingan konseling, peranan guru bimbingan dan konseling, tujuan bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan di sekolah, proses bimbingan dan konseling, langkah-langkah pelaksanaan BK, pendekatan BK, selanjutnya kerangka pikir yang disertai dengan beberapa pertanyaan penelitian yang mengacu pada rumusan masalah.
BAB III
Metode Penelitian, yang berisikan tentang waktu dan tempat penelitian, pendekatan, subyek penelitian dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, pengabsahan data dan analisis data.
BAB IV
Hasil penelitian, yang berisikan tentang sejarah singkat tempat penelitian, periodesasi kepala sekolah tempat penelitian, sarana, keadaan pegawai dan siswa tempat penelitian,penyajian data dan pembahasan yang termuat hasil dari wawancara peneliti bersama subyek yang diteliti.
BAB V
Penutup, yang beisikan tentang hasil kesimpulan penelitian dari penulis serta saran bagi dari si peneliti sebagai bahan perbaikan si pembaca.