BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang merupakan beban tambahan dari seseorang yang sedang bekerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja, sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi sebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja.1 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja terhadap pekerja yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahan, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. K3 baik sekarang maupun di masa datang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan, sehingga dapat mendorong efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan semua pihak, baik bagi pengusaha maupun pekerja.1 Di dalam lingkungan kerja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan beban tambahan dan dapat menimbulkan gangguan bagi tenaga kerja. Faktorfaktor tersebut antara lain: faktor fisik, kimia, biologi, fisiologis dan mental psikologis. Tekanan panas merupakan salah satu kondisi kerja dari faktor fisik yang dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan kerugian, oleh karena itu lingkungan kerja harus dibuat senyaman mungkin dengan mengatur dan mengendalikan suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi tekanan panas.2
1
Suhu tubuh manusia yang dapat kita rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.2 Suhu lingkungan kerja dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu lingkungan sekitar. Suhu lingkungan yang terlalu panas/dingin dapat menimbulkan gangguan penyakit pada karyawan seperti : heat cramps, heat exhaustion, heat stroke dan heat rash pada suhu panas. Chilblain, threch foot dan fross bite pada suhu yang dingin. Pada ruangan yang diberi pendingin (AC) akan meningkatkan efisiensi kerja, tetapi suhu yang terlalu dingin juga akan mengurangi efisiensi kerja.3 Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh, tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan tubuh normal.4 Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannnya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas. Apabila temperatur udara lebih rendah dari 170C, berarti temperatur udara ini ada di bawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri, maka tubuh akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas tubuh yang diakibatkan oleh konveksi, radiasi dan penguapan. Sebaliknya apabila temperatur udara terlampau panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri melalui sistem penguapannya, menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik melebihi tingginya temperatur udara.3 Pengeluaran keringat tubuh yang berlebih akan mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, jika jumlah cairan dan elektrolit yang masuk tidak cukup, produksi urin akan menurun dan kepekatan urin
2
meningkat
(superaturasi/hipersaturasi),
sehingga
dapat
mendorong
terbentuknya batu ginjal dan batu di saluran kemih. Penelitian Borghi (1994) pada pekerja pabrik gelas yang terpapar panas dengan suhu 29-310 WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) di lingkungan kerja selama lebih dari 5 tahun menemukan batu asam urat di saluran kemih pada sekitar 38,8% pekerja yang mengeluh pegal atau nyeri di daerah pinggang dan atau rasa panas atau sakit pada saat buang air kecil.5 Batu/kristal di saluran kemih akan menimbulkan beberapa masalah, selain rasa nyeri, bila berlangsung lama serta tidak ditangani secara seksama dapat menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi ginjal. Akibatnya akan merugikan pekerja, perusahaan secara keseluruhan, produktivitas kerja menurun dan biaya kesehatan pekerja meningkat.5 Pengecoran besi baja merupakan salah satu pekerjaan yang berhubungan dengan tekanan panas. Panas yang dihasilkan
berasal dari
proses pengecoran besi baja yang berupa tanur besi yang suhunya mencapai 100oC. Tekanan panas merupakan salah satu faktor yang cukup dominan yang mengganggu proses bekerja. Panas yang timbul dari kegiatan pengecoran akan menimbulkan gangguan bagi pekerja terutama akibat pengeluaran keringat yang sangat berlebihan, yang dapat menyebabkan gangguan saluran kemih berupa kristal urin terhadap pekerja. Kristal urin terjadi karena adanya pemekatan urin sehingga urin menjadi jenuh (supersaturasi) dan membentuk sedimen urin. Sedimen yang yang banyak dan menetap yang terjadi pada urin akan mengakibatkan agregasi (penggumpalan) kristal dan kemudian dapat tumbuh menjadi batu pada urin. Faktor-faktor lain yang juga berperan dalam pembentukan kristal urin adalah usia, lama kerja, masa kerja, kebiasaan konsumsi makanan, kebiasaan minumminuman tertentu, kebiasaan minum obat-obatan, riwayat penyakit ginjal dan kebiasaan buang air kecil selama bekerja.5 Industri pengecoran besi baja A.N Putra berlokasi di Kelurahan Tegalrejo Ceper, Kabupaten Klaten dengan hasil produksi berupa berbagai macam barang yang berbahan dasar dari besi baja seperti meja, kursi, pagar,
3
tiang lampu kota, pintu dan lain-lain. Ruang kerja industri pengecoran besi baja A.N Putra terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian pengecoran dan bagian finishing. Tenaga kerja pada bagian pengecoran terdiri dari 15 pekerja laki-laki dan bagian finishing terdiri dari 17 pekerja laki-laki. Dari hasil survei (observasi) di pengecoran besi baja A.N Putra Ceper, pekerja pengecoran melakukan aktivitas kerjanya pada ruangan dengan suhu kering yang tinggi yaitu mencapai 100oC yang berasal dari tanur pengecoran besi baja. Pada bagian finishing pekerja melakukan aktivitas pekerjaan pada ruangan dengan suhu kering 26-28oC. Para pekerja pengecoran besi baja harus bekerja dalam waktu 8 jam per hari sehingga paparan panas akan terjadi dan berlangsung terus selama bekerja. Pada umumnya pekerja jarang meninggalkan tempat kerja dan harus bergantian ketika mengambil air minum karena tungku tanur besi tidak dimatikan ketika jam istirahat, sehingga kemungkinan pekerja akan mengalami pengeluaran keringat yang berlebih dari paparan tekanan panas dan kurang adanya penggantian cairan. Usia dan masa kerja juga mempengaruhi kejadian kristal urin pada pekerja. Pada usia <40 tahun ketahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan panas masih normal dan belum melemah. Ketahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan panas akan melambat dan menurun pada usia ≥40 tahun, sehingga kemungkinan prevalensi kejadian kristal urin akan meningkat karena kemampuan tubuh untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal lebih lambat seiring dengan menurunnya kebutuhan kalori dan terbatasnya refleks menggigil. Masa kerja berpengaruh terhadap kejadian kristal urin. Ini dapat dimengerti, seperti halnya dengan lingkungan kerja yang panas, makin lama seseorang bekerja di lingkungan panas, makin mungkin terbentuk kristal urin karena paparan panas yang diterima semakin banyak.4,5,6 Jumlah pekerja dalam populasi penelitian sebanyak 32 pekerja yang mempunyai tugas sebagai pengecor dan pencetak atau finishing besi baja. Dari hasil wawancara, 10 pekerja mengeluh pegal-pegal atau nyeri di daerah pinggang dan merasakan sakit ketika buang air kecil sedangkan hasil
4
pemeriksaan urin pada salah satu pekerja adalah positif yaitu di dalam urin pekerja mengandung kristal. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan tekanan panas, usia, masa kerja dan jumlah konsumsi air minum terhadap kejadian kristal urin pada pekerja pengecoran besi baja A.N Putra Ceper, Klaten.” B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil pengamatan (survei) yang dilakukan peneliti di ruang pengecoran besi baja, diketahui bahwa berdasarkan pengukuran suhu kering di ruang pengecoran besi baja mencapai 100oC. Usia dan masa kerja juga mempengaruhi kejadian kristal urin pada pekerja. Pada usia ≥40 tahun ketahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan panas akan melambat dan menurun karena kemampuan tubuh untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal lebih lambat seiring dengan menurunnya kebutuhan kalori dan terbatasnya refleks menggigil. Masa kerja berpengaruh terhadap kejadian kristal urin, semakin lama seseorang bekerja di lingkungan panas, makin mungkin terbentuk kristal urin karena paparan panas yang diterima semakin banyak. Faktor fisik berupa tekanan panas akan mempengaruhi kesehatan pekerja akibat pengeluaran cairan/keringat yang berlebih, seperti pening, rasa nyeri dan pegal-pegal di daerah pinggang, susah buang air kecil dan rasa sakit ketika buang air kecil. Keluhan tersebut merupakan salah satu tanda dan gejala adanya batu atau kristal pada urin. Gejala-gejala tersebut sangat mengganggu pekerja pada saat bekerja sehingga dapat menyebabkan produktivitas kerja menurun. Hal inilah yang mendorong penelitian perlu dilakukan pada pekerja pengecoran besi baja A.N Putra Ceper, Klaten. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada perbedaan tekanan panas, usia, masa kerja dan jumlah konsumsi air minum terhadap kejadian kristal urin pada pekerja pengecoran besi baja A.N Putra Ceper, Klaten?.”
5
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui perbedaan tekanan panas, usia, masa kerja dan jumlah konsumsi air minum terhadap kejadian kristal urin pada pekerja pengecoran besi baja .
2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan usia dan masa kerja pekerja pengecoran besi baja b. Mengukur tekanan panas di tempat pengecoran dan finishing c. Mendiskripsikan jumlah air minum yang dikonsumsi pekerja pengecoran besi baja selama bekerja d. Mendiskripsikan kejadian kristal urin pekerja bagian pengecoran dan finishing e. Menganalisis perbedaan kejadian kristal urin pekerja berdasarkan tekanan panas f. Menganalisis perbedaan kejadian kristal urin berdasarkan usia pekerja g. Menganalisis perbedaan kejadian kristal urin berdasarkan masa kerja pekerja h. Menganalisis perbedaan kejadian kristal urin berdasarkan jumlah konsumsi air minum pekerja. D. Manfaat 5.
Dapat menjadi masukan yang berguna bagi industri untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan pekerja
6.
Sebagai bahan informasi bagi pekerja karena mengetahui dampak negatif dari tekanan panas pada lingkungan kerja suhu panas sehingga pekerja dapat melakukan tindakan preventif ketika sedang bekerja
7.
Bagi
penulis
mendapatkan
pengalaman
langsung
dalam
melaksanakan penelitian.
6
A. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Kesehatan Kerja. A. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai tekanan panas dan kristal urin pada tenaga kerja adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Hasil penelitian tentang hubungan tekanan panas dengan kristal urin pada tenaga kerja yang pernah dilakukan peneliti lain No 1
2
Judul Pengaruh Lingkungan Kerja Panas Terhadap Kristalisasi Asam Urat Urin Pada Pekerja di Binatu, Dapur Utama Pengaruh Lingkungan Kerja Panas Terhadap Berat Jenis Dan Kristal Urin Tenaga Kerja
Desain
Variabel
Hasil
Dewi Sumaryani Soemarko
Peneliti
Kros seksional (survai analitik) dengan analisis kasus kontrol
-Variabel bebas: Lingkungan kerja panas -Variabel terikat: Kristalisasi asam urat urin
Pekerja di lingkungan suhu panas (29-31 WBGT) mempunyai risiko mengandung kristal asam urat urin 8,5 kali lebih besar jika dibandingkan dengan pekerja di lingkungan suhu normal (24-27 WBGT)
Iin Supartini
Explanatory Research dengan pendekatan kros seksional
- Variabel bebas: Lingkungan kerja panas -Variabel terikat: Berat jenis dan kristal urin
Tidak ada perbedaan bermakna berat jenis dan kristal urin di lingkungan kerja suhu panas normal dan lingkungan kerja suhu panas tinggi
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu bahwa penelitian ini meneliti perbedaan kejadian kristal urin berdasarkan tekanan panas, usia, masa kerja dan jumlah konsumsi air minum pada pekerja pengecoran besi baja yang bekerja di bagian pengecoran dan bagian finishing.
7