BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Transportasi adalah kendaraan pengangkut barang atau manusia di atas jarak yang diberikan (oleh kendaraan), misalnya transportasi manusia oleh kereta api, bis atau pesawat udara, transportasi minyak dengan kapal tanker atau jalur pipa, surat oleh tukang pos, dan lain-lain (Ormeling, 2013). Transportasi memegang peranan yang sangat penting untuk menunjang hampir sebagian besar setiap aktivitas manusia sehari-hari. Hampir diseluruh kota-kota besar di dunia terutama pada negara berkembang selalu terjadi permasalahan transportasi termasuk Yogyakarta. Penyebabnya antara lain mulai dari terbatasnya sarana dan prasarana transportasi, urbanisasi yang cepat, tingkat kedisiplinan lalu lintas yang rendah, semakin jauh pergerakan manusia setiap harinya hingga sistem perencanaan transportasi yang kurang baik (Tamin, 2000). Padahal sistem transportasi yang tertib, lancar, efektif dan efisien dapat menjadi kunci pertumbuhan sebuah kota yang lebih maju. Kota Yogyakarta adalah kota besar dengan jumlah penduduk sebanyak 394 012 jiwa. Kota yang mempunyai ikon sebagai kota pelajar, kota wisata dan kota budaya memberi dampak pada pesatnya perkembangan yang terjadi di Kota Yogyakarta. Dari tahun ke tahun tercatat pertumbuhan penduduk di Kota Yogyakarta semakin meningkat yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pendidikan, budaya, kenyamanan, wilayah yang kondusif, tujuan wisata, dan ditambah dengan sarana prasarana yang memadai. Salah satu program solusi yang diprogramkan oleh pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi permasalahan transportasi adalah dengan berupaya menyediakan sarana transportasi massa (high occupant vehicle) yang murah, aman, serta nyaman bagi masyarakat. Alat transportasi itu kini lebih kita kenal dengan nama Trans Jogja. Pengoperasian moda transportasi massal yang berupa bus dengan kapasitas 20 - 40 orang tersebut, diharapkan mampu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang beroperasi pada jam 1
sibuk dari pagi ketika para pelajar berangkat sekolah sampai jam pulang karyawan. Beroperasinya Trans Jogja yang sedang dikembangkan di Kota Yogyakarta dan sekitarnya, ingin mengulangi suksesnya Transjakarta yang menjadi transportasi alternatif di kota yang cukup padat penduduknya. Trans Jogja menjadi pilihan moda transportasi masyarakat di kawasan perkotaan Yogyakarta dan sekitarnya yang selama ini lebih banyak dikecewakan dengan keberadaan bus kota (tradisional) yang identik dengan kumuh, sesak, panas, lambat, sarang copet, ugal-ugalan, dan lain-lain. Dengan kemajuan teknologi yang dimiliki, membuat bus Trans Jogja sedikit lebih unggul keberadaannya dan dinilai baik oleh masyarakat setempat maupun pendatang. Pada perkembangannya, Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan peta jaringan trayek dan halte angkutan perkotaan sebagai media penyampaian informasi jaringan trayek Trans Jogja. Peta jaringan trayek dan halte angkutan perkotaan berisi informasi mengenai rute-rute yang dilalui oleh bus Trans Jogja. Peta ini juga berisi informasi mengenai lokasi-lokasi halte bus Trans Jogja namun ada permasalahan bagi konsumen dalam menggunakan bus Trans Jogja yaitu pada penggunaan peta tersebut yang masih membingungkan pengguna peta jalur Trans Jogja. Peta adalah suatu media komunikasi grafis, berarti informasi yang diberikan dalam peta berupa gambar atau simbol. Peranan simbol dalam sebuah peta menjadi sangat penting bahkan dalam peta-peta tematik, simbol merupakan informasi utama untuk menunjukkan tema suatu peta (Sukoco, 1993). Peta jalur bus Trans Jogja ini dapat dikatakan kurang baik karena peta yang merupakan sumber informasi dan media informasi grafis seharusnya membuat orang atau masyarakat menjadi mengerti atau lebih mengerti dari sebelum mendapat peta. Kurang baik disini diartikan sebagai kurang komunikatif, kurang teliti dan kurang penjelasan. Kurang komunikatif karena jalur bus transjogja cukup rumit sehingga memerlukan desain simbol yang tepat agar lebih mudah dipahami oleh pengguna peta. Kurang penjelasan disini karena belum menampilkan informasi nama-nama halte pada peta tersebut. Penumpang tentu memerlukan informasi tersebut pada
2
peta agar mendapatkan informasi lokasi dimana penumpang tersebut berada saat sedang dalam perjalanan dengan mengingat nama halte yang telah dilalui dan dapat memperkirakan jumlah halte yang harus dilalui untuk sampai di halte yang dituju.
Gambar 1.1. Peta Jaringan Trayek dan Halte Angkutan Bus Perkotaan Trans Jogja (Sumber : Dishub DIY, 2010)
3
B. Rumusan Masalah Banyak kota-kota besar di dunia menyediakan sistem transportasi publik yang komprehensif, sering mengintegrasikan rute bus dengan rute transportasi lainnya. Informasi tentang jumlah dan jenis sistem transportasi kebanyakan ditampilkan dalam bentuk peta skematik, yang mengindikasikan pentingnya informasi topologi pada transportasi yaitu hubungan (konektivitas) dari pemberhentian (halte) yang satu dengan lainnya. Peta skematik adalah peta yang sangat umum digunakan untuk mewakili rute dalam sistem transportasi atau dalam skenario di mana aliran objek pada node dalam jaringan memainkan peran, seperti skema kartografi untuk gas, air, atau listrik utama. Untuk jaringan transportasi umum, peta skematik menawarkan alat visual untuk berkomunikasi secara konsep keruangan dengan orientasi yang lebih cepat dan lebih aman bagi warga kota maupun wisatawan. Terutama pada sistem transportasi kompleks, cara mencari (wayfinding) harus menjadi bagian yang penting dari peta skematik. Namun, secara umum, informasi visual menjadi hal yang kurang atau tidak cukup bagi para pengguna transportasi. Sampai saat ini, kemudahan membaca peta skematik yang menunjukkan rute dari sistem transportasi kolektif hanya ada di beberapa kota di dunia, terutama di Eropa Barat dan Amerika Serikat (Avelar, 2006). Peta skematik merupakan komponen penting dalam membantu navigasi jaringan transportasi. Keuntungan dalam menggunakan peta skematik jika dibandingkan dengan peta konvensional yaitu menampilkan rute sebagai garis lurus sederhana sehingga lebih cepat dipahami pengguna dan mempermudah pengguna dalam mengidentifikasi dan memahami isi peta dengan hanya menampilkan struktur dasar dari jaringan transportasi (Roberts, 2012) namun keberadaannya pada masa sekarang ini hanya ada di beberapa negara, terutama pada negara-negara maju seperti Perancis, Spanyol, Jepang, dan Amerika Serikat (Allard, 2009). Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini salah satunya adalah masih jarangnya hasil kartografi karena kurangnya dokumentasi dan standarisasi pada peta skematik. (Avelar, 2006).
4
Berdasarkan uraian rumusan tersebut menghasilkan pertanyaan untuk penelitian ini antara lain : 1.
Bagaimana membuat peta skematik jalur bus Trans Jogja?
2.
Bagaimana tingkat pemahaman pengguna peta skematik jalur bus Trans Jogja?
Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “Peta Skematik Jalur Bus Trans Jogja”
C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Membuat peta skematik jalur bus Trans Jogja. 2. Mengkaji tingkat pemahaman pengguna peta skematik jalur bus Trans Jogja.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan peta skematik jalur bus Trans Jogja yang mudah dipahami calon penumpang Trans Jogja. 2. Mengembangkan penelitian dalam bidang kartografi khususnya peta skematik sehingga kedepannya dapat dimanfaatkan untuk penelitian sejenis.
5