BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Millenium suatu guna
Development
komitmen mencapai
global
Goals
(MDGs)
masyarakat
kemajuan
yang
adalah
internasional
nyata
yang
harus
diwujudkan oleh 189 negara anggota PBB yang telah menyetujuinya. percepatan
Komitmen
pembangunan
ini
dimaksudkan
manusia
dan
untuk
pengentasan
kemiskinan global. Kedelapan butir tujuan Millenium Development
Goals
memberantas ekstrem;
(MDGs)
tersebut
kemiskinan memberikan
universal;
dan
kelaparan
pendidikan
mendukung
yakni:
secara
dasar
persamaan
untuk secara
gender
dan
pemberdayaan wanita; mengurangi tingkat mortalitas anak;
meningkatkan
kesehatan
ibu;
memerangi
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-penyakit lainnya; menjaga keseimbangan lingkungan; dan mengembangkan kerja
sama
global
untuk
pembangunan.
Salah
satu
poin penting yang masih merupakan masalah besar di Indonesia
adalah
poin
keenam,
yaitu
memerangi
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-penyakit lainnya, di mana secara lebih spesifik dibagi menjadi 3 sub poin,
yaitu
mengendalikan
penyebaran
dan
mulai
menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015,
mewujudkan
akses
terhadap
pengobatan
HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun
2010,
mengendalikan
penyebaran
dan
mulai
menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015. Dari tujuan-tujuan
1
2
tersebut khusus
kemudian
yang
ditetapkanlah
diharapkan
berdasarkan
laju
tercapai
target-target
pada
tahun
pencapaian
2015
pembangunan
internasional di masa lalu. Kementerian sendiri
Kesehatan
sebagai
lembaga
khusus membidangi
Republik
pemerintah
Indonesia yang
secara
masalah kesehatan di Indonesia
merespon program MDGs dengan baik. Salah satu poin yang menjadi perhatian adalah adalah poin ke enam, yaitu
memerangi
HIV/AIDS,
malaria
dan
penyakit
menular lainnya. Salah satu contoh penyakit menular tersebut
adalah
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD).
Penyakit ini menjadi salah satu perhatian karena jumlah
insidensinya
yang
banyak
dan
merenggut
banyak korban jiwa. DBD merupakan penyakit
endemis
hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Dari tahun ke tahun hingga saat ini terjadi peningkatan kasus dan
meluasnya
kematian berpotensi
DBD
penyebaran yang
terjadi
penyakit
relatif kejadian
masih luar
serta
angka
tinggi biasa
dan
(KLB).
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan 10 besar provinsi di Indonesia dengan jumlah kejadian kasus DBD terbanyak, salah satunya adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah angka kesakitan 4.997 pada tahun 2010.
3
30.000 26.020 25.727 27.000 24.000 19.871 19.273 21.000 18.000 15.000 11.697 12.000 8.889 9.000 5.610 5.544 4.997 6.000 3.000 0 JATIM JABAR JATENG DKI BALI SUMUT KALTIM BANTEN DIY JAKARTA
Gambar 1: Kasus DBD Di 10 Provinsi Di Indonesia Dengan Jumlah Kejadian Terbanyak Tahun 2010 (Ditjen PP & PL 2012) Salah satu kasus terbesar adalah di provinsi DIY, yang terdiri dari 4 kabupaten, Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, serta 1 kotamadya, yaitu Kota Yogyakarta. Di antara kelima daerah tersebut insidensinya merata, namun yang terbanyak adalah di Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman sendiri terdiri dari 17 kecamatan. Setiap tahun pasti terjadi kasus DBD,
bahkan
beberapa
kecamatan
endemis. Kondisi penyakit
menjadi
daerah
DBD di Kabupaten Sleman
dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat seperti pada tabel berikut.
4
755
800 700
625
621
603
600
551
500
Angka Kesakitan
400
316
300
Kasus Meninggal
200 100
11
5
8
5
5
3
2007
2008
2009
2010
0 2005
2006
Gambar 2:
Kasus DBD di Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2005 s/d 2010 (Dinkes Kab. Sleman, 2013)
Kecamatan
Sleman
merupakan
salah
satu
kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman dengan kasus DBD cukup tinggi. Kecamatan Sleman, terdiri dari 5 Desa yaitu Trimulyo, Tridadi, Triharjo, Caturharjo dan
Pandowoharjo.
Sleman
merupakan
Puskesmas
Sleman.
Penyebaran
wilayah
kerja
penduduk
di
Kecamatan
seluruh
Desa.
Kondisi
tahun
2007
berikut:
dari
Kecamatan
di
Sleman angka
Kecamatan
hampir
kesakitan
Sleman
merata DBD
adalah
di
sejak
sebagai
5
45
45 40 35
34
31
30
24
25 20 15 10 5 0 2007
2008
2009
2010
Gambar 3: Kasus DBD di Kecamatan Sleman Tahun 2007-2010 (Dinkes Sleman, 2013) Desa Caturharjo selama bertahun-tahun menjadi daerah
yang
tinggi.
memiliki
Jumlahnya
terbanyak
pun
dibanding
angka
kesakitan
termasuk desa
salah
lainnya.
DBD
yang
satu
yang
Tahun
2008
terdapat 11 kasus DBD, tahun 2009 terdapat 9 kasus DBD, dan 2010 terdapat 16 kasus DBD. Berikut adalah data kejadian DBD di Desa Caturharjo. 20
16 15
11 9
10
5 2008
Gambar 4:
2009
2010
Kasus DBD di Desa Caturharjo tahun 2008-2010 (Dinkes Sleman, 2013)
6
Untuk angka bebas jentik (ABJ) di Kecamatan Sleman
pada
tahun
2009
dan
2010
adalah
sebagai
berikut. Tabel 1: Presentasi Angka Bebas Jentik Kecamatan Sleman Tahun 2009 dan 2010 Angka Bebas Jentik Per Tahun (Dalam Persen)
Nama Desa
2009
2010
80
80
85
75
Trimulyo
95
80
Tridadi
80
85
Triharjo
65
80
Rata-rata
81
80
Caturharjo Pandowoharjo
Sumber : Dinkes Sleman (2012) Desa Caturharjo terdiri dari 20 dusun, dimana terdapat 49 RW dan 109 RT. Dusun tersebut adalah Kemloko, Ngangkruk, Ganjuran, Medari, Jetis, Medari Cilik,
Mrisen,
Sidorejo,
Sanggrahan,
Nambongan,
Mangunan, Ngemplak, Kendangan, Dalangan, Klumprit, Malangrejo, Diantara menjadi
Bejen,
dusun-dusun salah
satu
Kleben, tersebut, perhatian
Keceme, Dusun Puskesmas
Ngaglik. Ganjuran Sleman
karena selalu terdapat penderita DBD tiap tahunnya. Berikut
adalah
data
Angka
Kesakitan
Dusun Ganjuran tahun 2008-2010.
dan
ABJ
di
7
93
100
93
90
90 80 70 Angka Kesakitan
60 50
ABJ (dalam persen)
40 30 20 10
2
3
1
2008
2009
2010
0
Gambar 5: Angka Kesakitan dan ABJ di Dusun Ganjuran tahun 2008-2010 (Dinkes Sleman, 2013) Kementerian
Kesehatan
telah
menetapkan
5
kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati
sesuai
memutuskan
mata
pemberantasan jentiknya), (Kelompok Nyamuk
kemitraan
dalam
namun
Operasional
dalam (PSN
berbagai masih
gerakan 3M
tetap dewasa wadah DBD),
dengan
dan
Sarang
Peningkatan Di
upaya
tersebut
telah
terdapat
kejadian
DBD
banyak. (Dinkes Kab. Sleman, 2013)
DBD
pemberdayaan
dan
program.
jentik-
POKJANAL
Pemberantasan
Plus)
pelaksana
(protap),
penularan
(nyamuk
profesionalisme Sleman
rantai
vektor
Kerja
masyarakat
prosedur
Kabupaten dilakukan,
yang
cukup
8
Pengendalian penyakit DBD yang paling utama adalah
dengan
kegiatan
memberdayakan
Pemberantasan
Puskesmas
masyarakat
Sarang
Sleman
Nyamuk
sebelumnya
dengan
berkala,
kegiatan
penyuluhan
masyarakat.
Namun
dan
Di PSN
ibu-ibu kader
pemantauan
kerja
kegiatan
(PSN).
gerakan
dilaksanakan melalui pemberdayaan kesehatan
dalam
bakti
tersebut
jentik bersama
tidak
bisa
rutin dilaksanakan karena keterbatasan jumlah kader kesehatan dan kesibukan kader kesehatan, sehingga gerakan
PSN
melalui
tersebut
kurang
perilaku
masyarakat
pemberdayaan
optimal
dan
untuk
belum secara
masyarakat
dapat
merubah
terus
menerus
melakukan PSN-DBD di tatanan dan lingkungan masingmasing.
Kasus
DBD
di
Kecamatan
Sleman
meningkat dan terutama mengenai anak-anak. tersebut memunculkan ide dalam
hal
ini
masih Kondisi
petugas Puskesmas Sleman,
sanitarian,
bersama
masyarakat
sekitar untuk membuat inovasi dalam kegiatan PSN melalui pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan anak-anak bersama masyarakat melalui sebuah program gerakan yang dinamakan Tanggap Bocah (TABO). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, TABO adalah salah satu program yang bagus, selain karena dapat membantu memberantas sarang nyamuk, TABO juga dapat menanamkan kebiasaan hidup sehat dan bersih kepada anak sejak dini. Selain itu, anak-anak bersama-sama
teman
sebaya
melakukan
bila
kegiatan
di
luar rumah akan terasa menyenangkan (Christianti. 2007),
sehingga
dapat
menjadi
ajang
hiburan
dan
membuat program ini dapat akan terlaksana dengan
9
rutin. Sedangkan bila dibandingkan dengan program sebelumnya,
seperti
penyuluhan
tentang
pemberantasan jentik nyamuk, ataupun program yang tidak melibatkan masyarakat tidak begitu efektif, seperti yang ditunjukkan gambar 5, bahwa kejadian DBD tidak ada penurunan yang banyak. Karena itulah, Dinkes Sleman sebagai pemegang kebijakan bersama Puskemas Sleman memulai pelaksanaan TABO. TABO
diawali
puskesmas
dan
Puskesmas
Sleman,
dengan
sekitar
inisiatif
masyarakat
khususnya
petugas
di
sekitar
masyrakat
Dusun
Ganjuran, ingin berpartisipasi memberantas sarang nyamuk
di
sekitar
tempat
tinggalnya.
Munculnya
inisiatif ini dikarenakan keprihatinan atas angka kesakitan yang terjadi di dusun mereka. Untuk itu menurut mereka penting untuk memutus mata rantai penyebaran jentik nyamuk di desa mereka. Dikarenakan program ini masih tergolong baru dan belum banyak diterapkan di berbagai daerah di Indonesia, serta karena menurut peneliti ini adalah program
yang
menarik,
untuk
itu
peneliti
ingin
meneliti lebih jauh mengenai implementasi program Tanggap Bocah
ini.
B. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah
penanggulangan
implementasi DBD
di
kegiatan Dusun
TABO
Ganjuran,
dalam Desa
Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman?
10
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui implementasi kegiatan TABO dalam penanggulangan
DBD
di
Dusun
Ganjuran,
Desa
Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman. 2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui input pelaksanaan TABO. b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan TABO. c. Untuk mengetahui output pelaksanaan TABO.
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai : 1. Evaluasi bagi Puskesmas Sleman dalam pelaksanaan TABO. 2. Acuan
bagi
puskesmas
lain
untuk
melaksanakan
TABO.
E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian mengenai
ilmiah
Program
peneliti.
Hal
ini
ilmiah
Tanggap bisa
Bocah
yang
dilakukan
tidak
ditemukan
dikarenakan
TABO
adalah
program yang baru dibentuk, serta lingkupan masih sebatas tingkat regional atau kecamatan, dan bahkan baru beberapa desa. Pihak yang terlibat langsung juga
belum
puskesmas.
begitu
banyak,
hanya
sebatas
pada
1
11
Penelitian lain yang masih berkaitan ditemukan oleh
Yohana
dilakukan
Kaut
di
Yogyakarta.
Wilayah oleh
menganalisis terhadap
(2006),
yaitu
penelitian
yang
Kecamatan
Wirobrajan
Kota
Penelitian
ini
Amir,
bagaimana
petugas
2007. pemahaman
kesehatan
atas
dan
penilaian
materi,
media
promosi dan program kesehatan di daerah tersebut. Metode
penelitian
ini
adalah
dengan
pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
diskusi
kelompok
terarah
dan
juga
dengan
wawancara mendalam. Penelitian tentang peran JUMANTIK pernah juga dilakukan
oleh
dilakukan
di
evaluasi
peran
bersifat
kualitatif
assessment
I
Wayan
Kabupaten
Sudidnyana Tabanan
JUMANTIK.
procedure
Provinsi
Penelitian
dengan dimana
(2008)
yang
tentang tersebut
rancangan
total
rapid
informan
yang
berpartisipasi berjumlah 29 orang. Hasilnya adalah bahwa pengetahuan JUMANTIK di Tabanan, Bali kurang, akibat
kurangnya
pelatihan
yang
diterima,
serta
motivasi utama yang dimiliki karena melaksanakan tugas atasan. Ada
juga
penelitian
tentang
Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN). Penelitian tersebut tentang pemberantasan sarang nyamuk yang dikaitkan dengan peran kader di Kecamatan Godean tahun 2010 oleh Restu
Indah
Nuryani.
Penelitian
tersebut
berupa
penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Subjek adalah kader Kecamatan Godean. Pengambilan data
dilakukan
dengan:
diskusi
kelompok
terarah
12
(dkt);
observasi
dusun;
dan
wawancara
mendalam
(indepth interview). Dari hasil penelitian tersebut diketahui
bahwa
peleksanaan
PSN
di
tempat
penelitian tidak mempunyai persiapan khusus, serta pelaksanaannya tidak rutin sebab masih mengutamakan kegiatan fogging (pengasapan).