BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu gambaran untuk kemampuan yang ada pada diri seseorang. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda, dengan adanya pendidikan maka setiap kemampuan atau segala potensi yang ada pada diri setiap individu dapat berkembang. Potensi yang dimiliki dapat menjadi suatu kemampuan untuk bekal di masa yang akan datang, karena proses pendidikan berkepanjangan dan tidak ada habisnya. Upaya itu terdapat pada lembaga pendidikan formal karena segala bentuk pendidikan dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dalam (Sujana, 2013, hlm. 3) bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pengertian di atas didukung oleh beberapa definisi mengenai pendidikan yang banyak dikumpulkan para ahli dalam Dictionary of Education, dalam (Sa‟ud & Makmun, 2005, hlm. 6) pendidikan merupakan: (a) Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, (b) proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khuhsusnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemamuan individual yang optimum. Selanjutnya menurut Sadulloh (2010, hlm. 57) “pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilannya”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, melalui perencanaan yang telah tersusun dengan memperhatikan berbagai aspek, guna mengembangkan berbagai macam potensi yang ada. 1
2
Hasil dari pendidikan yang diterima mempengaruhi perilaku seseorang serta memberikan pengaruh pada pengembangan potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Sehingga dengan pengembangan potensi tersebut, menjadikan suatu kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal untuk kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Pendidikan dapat berlangsung di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal telah menciptakan lingkungan yang kondusif dan terencana demi terjadinya proses pendidikan bagi siswa. Di sekolah, siswa diajarkan berbagai macam mata pelajaran, dimulai pendidikan agama, pendidikan bahasa, pendidikan matematika, pendidikan IPA, dan sebagainya. Salah satu pendidikan yang diajarkan disekolah yaitu Pendidikan IPA. Pendidikan IPA merupakan suatu pendidikan yang didapat dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa yang berhubungan dengan alam beserta peristiwaperistiwanya yang terjadi (Sujana, 2013). Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) siswa sudah dikenalkan dengan pendidikan IPA, tentu saja karena pendidikan IPA tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Ilmu tentang pengetahuan alam di dalamya sudah jelas memuat tentang segala hal tentang alam dan isinya. Hal ini biasa dilakukan dengan melakukan percobaan terkait dengan sains. Menurut Darmojo (dalam Samatowa, 2006, hlm. 3) „IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya‟. Pengetahuan yang rasional dan obyektif itulah yang menyebabkan pembelajaran IPA lebih menekankan pada kemampuan berpikir siswa untuk menangkap materi dengan rasionalitas yang bisa diterima dan dipahami, sehingga kemampuan akan menangkap suatu pemahaman sesuai dengan peristiwa yang biasa dialami oleh setiap siswa. Tujuan dari pembelajaran IPA menurut Sujana (2013, hlm. 92) yaitu “pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam telah terjadi pergeseran yang semula menekankan pada hasil belajar (produk), kemudian lebih mengutamakan pada proses (keterampilan proses)”. Keterampilan proses merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran, yang dirancang agar siswa mampu secara langsung untuk menemukan fakta-fakta, teori serta memahami konsep. Maka, pengembangan
3
akan
keterampilan
proses
IPA
dilakukan
melalui
pembelajaran
yang
menyenangkan, serta penggunaan metode ataupun model yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Sudah menjadi tugas guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode yang sesuai agar siswa mengalami suatu pembelajaran yang berbobot guna menambah pengalaman belajarnya. Menemukan suatu fakta, teori bahkan konsep melalui pengaplikasian suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran menimbulkan suatu pengalaman yang berkesan dan sulit dilupakan oleh siswa. Pengalaman langsung yang siswa alami dalam proses belajar IPA khususnya, menjadikan pembelajaran tersebut menjadi suatu hal yang menyenangkan, dan pengalaman belajar yang diterima berkesan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Piaget yang dikutip oleh Hadisubroto (dalam Samatowa, 2006, hlm. 12) bahwa „pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak‟. Terlihat jelas bahwa pemberian pengalaman langsung pada siswa khususnya dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dan secara langsung dapat meningkatkan hasil belajar. Keterlibatan siswa secara langsung dapat menimbulkan suatu kemampuan reflektif. Menurut Hanifah (2014, hlm.14) reklektif adalah “suatu kemampuan individu di dalam menyeleksi pengetahuan yang pernah diperolehnya, yang relevan dengan tujuan pemecahan masalah, serta memanfaatkannya secara efektif di dalam memecahkan masalahnya”. Maka dari itu dengan penggunaan metode yang tepat dapat menuntun pada hasil belajar yang baik. Penggunaan metode pembelajaran tertentu dalam IPA menyebabkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa di dalam lingkungan belajar, di dalamnya membahas tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam atau segala sesuatu yang berhubungan dengan alam sebagai objek utamanya. Cara berpikir pembelajaran setiap mata pelajaran berbeda, dalam IPA pembelajaran yang dilakukan tentu cara berpikir IPA yang logis, realistis atau dapat ditunjukkan kebenarannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, harus memperhatikan prinsip-prinsip yang ada. Menurut Sujana (2013, hlm. 101) dalam bahan ajar PLPG 2010 disebutkan bahwa paling tidak terdapat enam prinsip pembelajaran
4
IPA di SD, yaitu prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil melakukan, prinsip belajar sambil bermain, serta prinsip sosial. Apabila enam prinsip tersebut bisa dapat diterapkan, maka tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai.
Selain itu, pembelajaran IPA harus menekankan pada
penggunaan media, pengelolaan kelas, pemilihan model, pendekatan atau metode pembelajaran IPA. Hal ini dilakukan agar siswa tidak pasif dalam kegiatan pembelajaran, tidak bosan, termotivasi untuk belajar, kondisi kelas menjadi kondusif, dan pemahaman materi yang cepat serta hasil belajar yang didapat memuaskan. Namun, kegiatan pembelajaran yang seharusnya, khususnya untuk pembelajaran IPA belum didapatkan hasil yang baik pada sekolah yang diteliti. Pengambilan data awal dilakukan dengan mengobservasi proses pembelajaran di SDN Sindang II pada tanggal 5 November 2015. Pada saat pengambilan data awal, sekolah tersebut menggunakan kurikulum KTSP dengan tema yang sedang diajarkan adalah Hubungan Mahluk Hidup dengan Lingkungannya yang pokok bahasannya yaitu simbiosis, serta rantai makanan. Hasil dari observasi tersebut ditemukan masalah-masalah pada kinerja guru dan aktivitas siswa yang tidak mendukung berhasilnya proses pembelajaran. Penggunaan metode yang konvensional mengakibatkan siswa menjadi pasif, bosan dan malas untuk memperhatikan guru yang sedang melakukan pembelajaran. Pengelolaan kelas yang tidak baik mengakibatkan situasi kelas tidak kondusif. Media pembelajaran hanya terpaku pada satu buku sumber saja sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi karena pemahaman akan objek dalam materi tidak semuanya jelas. Selain itu, prinsip-prinsip dalam pembelajaran tidak begitu diperhatikan. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, proses pembelajaran yang kurang berhasil disebabkan oleh kinerja guru yang tidak memperhatikan penggunaan metode, model, pendekatan dan media pembelajaran serta pengelolaan kelas yang kurang baik. Dampak dari kondisi ini adalah hasil belajar siswa yang rendah. Dari tes awal yang telah dilakukan, didapatkan data awal mengenai hasil belajar siswa yaitu hanya 5 dari 27 siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Apabila dihitung dalam bentuk persentase, siswa yang tuntas hanya 18,52%
5
sedangkan yang tidak tuntas mencapai 81,48% dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. Data di atas menunjukan bahwa banyaknya siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran. Target proses dan hasil belajar siswa yang harus dicapai adalah 85%. Sebagaimana yang dikemukakan Suryosubroto (2009, hlm. 185) bahwa siswa dapat dinyatakan melajutkan ke pokok pembahasan berikutnya, jika telah mencapai 85% siswa mencapai KKM dari jumlah siswa yang berada pada suatu kelas. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan untuk memperbaiki masalahmasalah tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta memotivasi siswa untuk berfikir kreatif dan bersikap aktif dalam belajar. Dari beberapa solusi yang ada untuk pemecahan masalah tersebut, maka diambil suatu tindakan dengan menerapkan metode role playing. Menurut Hamdayama (2014, hlm. 189) mengemukakan bahwa “metode role playing merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa”. Selain itu, pendapat lain menurut (Hamalik, 2001) mengatakan bahwa role playing merupakan salah satu dari pengajaran berdasarkan pengalaman. Karena melalui bermain peran anak mampu mengekspresikan perasaannya tanpa adanya keterbatasan kata atau gerak.. Melalui pendapat para ahli, disimpulkan bahwa role playing merupakan suatu metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam meluapkan imajinasinya terkait dengan bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari bahan ajar. Dalam pembelajaran role playing siswa terlibat langsung ketika proses pembelajaran berlangsung. Metode role playing memiliki kelebihan dalam penggunaananya. Menurut Mansyur (Sagala, 2006) ada 6 kelebihan dari metode ini, yaitu: 1) 2) 3) 4)
Murid melatih dirinya untuk memahami, dan mengingat bahan yang akan di dramakan. Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Bakat yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
6
5) 6)
Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
Salah satu karakteristik pembelajaran IPA yaitu penggunaan metode atau model pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Penerapan metode role palying memfasilitasi siswa untuk belajar secara aktif melalui bermain peran. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode role playing, menimbulkan suasana yang baru serta memberikan pengalaman belajar yang berbeda, sehingga membentuk siswa untuk berfikir lebih kreatif dan aktif. Karena penggunaan metode ini merupakan salah satu penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Penggunaan metode role playing di sekolah menjadikan siswa pribadi yang imajinatif, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri serta siswa mampu meningkatkan kerjasamanya. Selain itu, siswa dapat melatih, memahami dan mengingat bahan materi yang akan disampaikan atau didramakan sesuai denga gaya bahasa dan gaya belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa belajar melalui pengalaman langsung, khususnya pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya. Siswa dapat menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran sehingga kelak dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hubungan Mahluk Hidup dengan Lingkungannya” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sindang II Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang). B. Rumusan dan Pemecahan Masalah Penelitian 1.
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan data awal yang diambil di kelas IV SDN Sindang II
Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang terlihat permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya. Dilihat dari permasalahan tersebut maka dapat dicantumkan rumusan masalah sebagai berikut:
7
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya? b. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode pembelajaran role playing pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya? c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran role playing pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya? 2.
Pemecahan Masalah Penelitian Dari permasalah diatas menunjukkan bahwa proses pembelajaran tersebut
tidak efektif bagi siswa. Berdasarkan hasil obesrvasi yang dilakukan pada kelas IV di SDN Sindang II, masalah yang terjadi pada saat pembelajaran adalah ketidak tertarikannya siswa pada pembelajaran yang mengakibatkan kondisi di kelas menjadi ribut, siswa mengobrol, dan tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi. Hal tersebut membuat pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa sehingga keterampilan siswa tidak berkembang baik, yaitu keterampilan berpikir (kognitif) maupun keterampilan psikomotor (gerak). Selain itu setelah dilakukan observasi terhadap siswa untuk mengetahui hasil belajarnya ternyata hasil yang didapatkan masih rendah, yakni dari 27 siswa hanya 5 siswa yang mencapai KKM. Sehingga menujukkan bahwa proses pembelajaran tersebut tidak efesien bagi siswa. Maka, untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan, penerapan metode pembelajaran role playing pada materi hubungan mahluk dengan lingkungannya ditujukkan agar mempermudah siswa dalam memahami materi. Selain itu, proses pembelajaran akan disenangi siswa sehingga pembelajaran dirasa akan lebih menyenangkan. Metode pembelajaran role playing ini merupakan suatu rancangan pembelajaran yang didasarkan pada menciptakan suasana belajar yang berpusat pada aktivitas siswa, menyenangkan dan menantang,
serta
menciptakan
kemampuan
berfikir
kreatif
pembelajaran siswa,
yang
penanaman
dapat
nilai-nilai
meningkatkan serta
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Shaftels (Sumaatmadja, 2007, hlm.45-46), mengemukakan
8
sembilan langkah dari metode role playing, yaitu : a. Penjelasan umum, guru berupaya memperkenalkan kepada siswa arti dan tujuan metode role playing. b. Memilih para pelaku. Menganalisis peran-peran yang harus diperankan dan memilih para pelakunya. c. Menentukan pengamat (observer). Menentukan beberapa siswa sebagai pengamat dan mengelompokkannya sebagai kelompok observer dan menjelaskan tugasnya. d. Menentukan jalan carita. Memberikan gambaran situasi keadaan yang akan ditampilkan e. Pelaksanaan (main). Siswa mulai memerankan permainan di setiap babak-babaknya. f. Diskusi dan penilaian. Guru meminta kepada siswa dalam kelompok observer untuk mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan permainan peran yang sudah diperankan oleh siswa dari kelompok pemain peran dan melakukan evaluasi dengan mempresentasikan hasil diskusinya. g. Memainkan peran ulang. Setelah diskusi dan evaluasi selesai, dilanjutkan ke langkah tujuh, yaitu permainan ulang atau memainkan peran yang kedua. Seharusnya, pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. h. Diskusi dan evaluasi kedua. Pada tahapan ini pembahasan diskusi dan evaluasi kedua harus lebih baik dari yang pertama. i. Berbagi pengalaman dan kesimpulan. Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, secara umum
tujuan penelitian ini ialah untuk melihat adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode role playing pada materi Hubungan Mahluk Hidup dengan Lingkungannnya. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut. a.
Mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran role playing pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.
b.
Mengetahui pelaksanaan penerapan metode pembelajaran role playing pada materi hubungan hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.
9
c.
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran role playing pada materi hubungan hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.
2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun bagi berbagai pihak, baik siswa, guru, sekolah, maupun pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut. a.
Bagi Siswa 1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya. 2) Memberikan pengalaman baru terhadap siswa pada proses pembelajaran yang menyenangkan. 3) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk memerankan peran yang diterima. 4) Siswa terlatih dalam mengasah keterampilan berfikir kreatif. 5) Memotivasi siswa untuk belajar. 6) Melatih siswa untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. 7) Menanamkan nilai-nilai moral dengan bermain peran.
b.
Bagi Guru 1) Menjadi referensi bagi guru untuk menggunakan metode role playing pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya. 2) Mengembangkan kreativitas guru dalam menerapkan metode role playing pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.
c.
Bagi Sekolah 1) Hasil penelitian dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 2) Referensi bagi sekolah dalam menerapkan metode dalam pembelajaran yang secara langsung berupaya untuk meningkatkan kualitas sekolah.
10
d.
Bagi Peneliti 1) Peneliti dapat mengetahui pengaruh penggunaan metode role playing pada pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya. 2) Mengasah kreatifitas dalam penggunaan metode role playing. 3) Memberi pengalaman dalam mengidentifikasi permasalahan serta mencari solusi dan penyelesaian permasalahan yang diteliti. 4) Meningkatkan kemampuan mengajar dalam menghadapi permasalahan dalam pembelajaran.
e.
Bagi Pembaca 1) Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang metode role playing serta pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran IPA di SD. 2) Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi jika kelak pembaca akan melakukan penelitian menggunakan metode role playing.
D. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan dalam setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Penyusunannya terdiri dari beberapa bab, yaitu bab I sampai dengan bab V. Berikut merupakan uraian dari masing-masing bab, yaitu: Dimulai dari Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dalam skripsi. Pertama dikaji yaitu latar belakang masalah yang didalamnya memuat pembelajaran IPA di SD yang sesuai dengan karakteristik IPA, masalah yang menjadi dasar penelitian, penyebab munculnya masalah dan solusi dari permasalahan tersebut. Kemudian rumusan masalah dan pemecahan masalah yang mengarah pada pertanyaan mengenai permasalahan yang akan diteliti, serta bagaimana pemecahan masalahan untuk menjawab permasalahan tersebut. Tujuan dan manfaat penelitian dibuat berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, mengarah pada gambaran mengenai nilai lebih atas kontribusi mengenai hasil penelitian yang dilakukan. Selanjutnya yaitu struktur organisasi yang didalamnya memuat ringkasan tentang apa saja yang ada di dalam setiap bab. Terakhir yaitu batasan istilah, yang didalamnya memuat definisi yang berhubungan dengan judul atau pemasalahan penelitian.
11
Bab II landasan teoritis, berisi uraian tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka memuat teori yang sedang dikaji dan mengaitkan dengan masalah yang sedang diteliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, dan hipotesis. Bab II terdiri dari pembahasan teori-teori, konsep dan turunannya dalam bidang yang dikaji. Selanjutnyaa, hasil penelitian yang relevan memuat pemaparan kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain, yang sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Terakhir yaitu hipotesis tindakan, didalamnya memuat jawaban sementara atau dugaan atas penelitian yang dilakukan. Bab III metode dan desain penelitian, berisi tentang penjabaran yang lebih rinci mengenai penelitian. Cakupan metode penelitian yaitu jenis penelitian yang dilakukan peneliti dan penjabarannya, sedangkan desain penelitian yaitu acuan desain penelitian yang dilakukan atau diterapkan. Selanjutnya tedapat prosedur penelitian, yang secara rinci menjelaskan kegiatan dalam perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, hinga analisis dan refleksi. Bahasan selanjutnya yaitu pengumpulan data yang memuat bagaimana teknik dan instrument yang digunakan dalam penelitian, Kemudian Teknik pengolahan dan analisis data. Terakhir yaitu validasi data yaitu kegiatan memvalidasi data yang telah dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan instrument yang telah dibuat. Bab selanjutnya yaitu bab IV paparan data dan pembahasan, berisi tentang paparan data dan pembahasan yang terdiri dari data awal, data tindakan, pendapat siswa dan guru, pembahasan. Dalam pemaparan data dan pembahasan, memuat sejauh mana temuan peneliti sesuai, serta meningkatkan hasil pembelajaran seperti permasalahan yang dikaji atau tidak dihubungkan dengan bab II sebagai penguat atau penyimpulan temuan penelitian. Bab V berisi simpulan dan saran. Simpulan memuat jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Saran, berisi tentang rekomendasi dari peneliti pada pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian.
12
E. Batasan Istilah 1.
Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa (Noor, 2010, hlm. 42). Ada 9 langkah yang akan digunakan dalam pembelajaran melalui metode role playing ini, yakni (a) penjelasan umum mengenai metode role playing, (b) memilih para pelaku/ peran, (c) menentukan kelompok pengamat/ observer, (d) menentukan jalan cerita, (e) pelaksanaan bermain peran, (f) diskusi bersama kelompok observer, (g) melakukan permainan ulang, (h) diskusi tahap ke-2, (i) berbagi pengalaman dan kesimpulan, dalam Shaftel (Sumaatmadja, 2007, hlm. 45-46).
2.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan kegiatan penilaian hasil belajar, dari sisi siswa merupakan peningkatan kemampuan peserta didik (Arifin, 2012, hlm. 300).
3.
Kehidupan semua makhluk hidup dapat berlangsung karena adanya dukungan
dari
lingkungan
sekitarnya.
Hubungan
tersebut
saling
mempengaruhi satu sama lain. Hubungan khas antar makhluk hidup disebut simbiosis (Sulistyanto, 2008, hlm. 61). Didalam suatu lingkungan ada berbagai macam hubungan antarmakhluk hidup. Ada hubungan yang saling menguntungkan dan ada pula hubungan yang tidak saling menguntungkan yang disebut dengan simbiosis. Selain itu pula hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup dapat berupa hubungan makan dan dimakan. Hubungan ini akan membentuk rantai makanan.