1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Dalam ajarannya, Islam memerintahkan wanita yang telah memasuki usia akil baligh untuk menutup auratnya dengan menggunakan jilbab. Karena ajaran Islam baru memasuki Indonesia pada sekitar abad ke- 13, maka tidak mudah untuk kebudayaan Islam diterima oleh masyarakat Indonesia, yang dalam penelitian ini dikhususkan pada budaya penggunaan jilbab oleh wanita yang menganut agama Islam di Indonesia. Jilbab di dalam Al-Qur‟an disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat dalam surat An-Nuur ayat 31: “Hendaklah mereka menutupkan khumur (jilbabnya) ke dadanya.” Dalam KBBI (2003:490), jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala, leher, dan dada. Tafsir Ibnu Kasir (dalam Cordoba, 2012: 850) mengatakan bahwa jilbab merupakan sejenis pakaian (ukurannya) di atas kerudung. Jilbab itu sekarang sejenis pakaian jubah. Ada berbagai alasan mengapa wanita memutuskan untuk mengenakan jilbab dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh Satriya (2013) dalam artikelnya bahwa ada beberapa alasan wanita untuk berjilbab yaitu sebagai ciri-ciri wanita muslim, mendapat pahala, terlihat cantik dan berakhlak, terhindar dari godaan pria, menjaga aurat, melindungi kulit dari sinar matahari, bukti bagi kesuciannya, dan kebanggaan menjadi wanita muslim. Pembahasan mengenai jilbab pun terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur‟an yang memperkuat kewajiban wanita yang beragama Islam untuk menutup auratnya dengan menggunakan jilbab, yaitu: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, „Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
itu adalah lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat,‟ Katakanlah kepada wanitawanita yang beriman, „Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memikulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung (Q.S. An-Nur : 30-31). Islam memandang bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak serta punggung tangannya. Muslimah wajib menutup auratnya dengan pakaian yang tidak ketat dan tidak transparan seperti dalam firman Allah berikut ini: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak wanitamu, dan istri-istri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q.S. Al-Ahzaab : 59). Selain itu, Rasulullah saw. menjelaskan batasan aurat yang harus ditutup: “Wahai Asma‟, jika seorang wanita telah menjalani haid (balig), maka tidak boleh terlihat kecuali ini dan ini. Beliau mengisyaratkan (menunjuk) wajah dan kedua telapak tangannya”(H.R. Abu Daud). Jumlah wanita yang menggunakan jilbab dalam kehidupan kesehariannya di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Hal tersebut memacu untuk munculnya berbagai macam komunitas yang diperuntukkan bagi wanita berjilbab, salah satunya adalah Hijabers Community. Dalam kolom media sosial resmi dari Hijabers Community, disebutkan bahwa Hijabers Community merupakan komunitas yang didirikan pada tanggal 27 November 2010 di Jakarta. Komunitas ini awal mulanya Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
beranggotakan 30 wanita dari berbagai macam latar belakang dan profesi yang berkumpul untuk berbagi mengenai keinginan mereka dalam sebuah komunitas ini yang insya Allah akan memfasilitasi acara yang berhubungan dengan hijab dan muslimah. Berasal dari busana lalu kemudian mempelajari ajaran agama Islam, dari gaya berhijab untuk mempelajari agama Islam, yang insya Allah akan membuat para wanita tersebut menjadi wanita muslimah yang lebih baik. Komunitas ini berharap para muslimah dapat menemui teman baru, mengetahui diri masing-masing, dan belajar dari masing-masing teman yang ditemui dari komunitas ini. Hal yang paling menonjol dari Hijabers Community merupakan cara mereka berpakaian. Hampir semua anggota dari Hijabers Community memiliki gaya berpakaian yang serupa, contohnya adalah menggunakan baju dan rok yang berwarna sedikit mencolok atau memiliki model yang unik dan gaya berkerudung yang bervariasi. Gaya berbusana tersebut seakan-akan menjadi sebuah pertanda yang ditunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka merupakan anggota dari Hijabers Community. Gaya berbusana yang serupa tersebut merupakan salah satu bentuk dari konformitas dalam sebuah komunitas karena anggota komunitas tersebut merubah gaya berbusananya agar sesuai dengan anggota komunitas lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian mengenai konformitas menurut Myers (2010: 192) yaitu konformitas merupakan perubahan tingkah laku atau kepercayaan agar dapat sesuai dengan orang lain. Perubahan tingkah laku atau kepercayaan tersebut merupakan hasil dari tekanan kelompok yang asli atau hanya merupakan imajinasi. Konformitas tidak hanya bertingkah laku sebagaimana tingkah laku orang lain; tetapi juga terpengaruh dari bagaimana orang lain bertingkah laku. Taylor, Peplau, dan Sears (2009: 205) mendefinisikan konformitas sebagai perbuatan secara sukarela karena orang lain melakukannya. Pengertian lainnya mengenai konformitas, yaitu menurut Cialdini & Goldstein, (2004 dalam Tayor et al. 2009: 205), bahwa konformitas merupakan kecenderungan untuk merubah kepercayaan atau tingkah laku seseorang agar sesuai dengan tingkah laku orang lain. Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Selain memengaruhi gaya berbusana, komunitas pun menjadi salah satu fakor eksternal yang memengaruhi keimanan atau sikap keagamaan seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Ramayulis (2007) bahwa keimanan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Lingkungan termasuk ke dalam faktor eksternal dan komunitas termasuk ke dalam aspek lingkungan. Jika dijelaskan lebih lanjut mengenai sikap keagamaan, menurut Ramayulis (2007), sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. Fitrah
beragama
merupakan
disposisi
(kemampuan
dasar)
yang
mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah dan pengaktualisasiannya melalui peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallaah maupun hablumminannaas. Keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam ibadah merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman, dan kesadaran pada diri seseorang terhadap nilai-nilai agama. Proses ini terbentuk dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal (fitrah, potensi beragama) dan eksternal (lingkungan). Faktor eksternal adalah lingkungan dimana individu itu hidup, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat (Ramayulis, 2007). Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, tingkah laku itu umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan keluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
dewasa sudah merupakan bagian dari komitmen hidupnya dan bukan sekedar ikut-ikutan (Ramayulis, 2007). Terdapat beberapa aspek keagamaan yang ada di dalam diri seseorang, diantaranya adalah spiritualitas. Pengertian spiritualitas menurut Kozier, et al. (2007: 1042) meliputi kepercayaan dengan kekuatan yang lebih tinggi, yang menciptakan, makhluk, atau sumber energi yang tidak terbatas. Selanjutnya Taylor et al. (2010: 1646) mendefinisikan spiritualitas sebagai segala sesuatu yang menyinggung tentang hubungan individu dengan kekuatan non-materi dalam hidup atau kekuatan yang lebih besar. Seorang individu mendeskripsikan spiritualitas sebagai berusaha mengetahui, cinta, dan taat kepada Tuhan, dan yang lainnya mendefinisikan sebagai transendensi dari batas diri dan pengalaman energi dunia. Ahli lain menyebutkan bahwa spiritualitas merupakan jantung dan jiwa dari agama, fungsi inti dari kehidupan agama (Pargament & Zinnbauer, 2005, dalam Park & Paloutzian, 2005: 36). Selain itu spiritualitas memiliki karakteristik yang berkaitan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan lingkungan (Bukhardt, 1993 dalam Kozier, Erb, & Blais, 1995). Perkembangan spiritual merupakan proses yang akan dilalui oleh individu dan prosesnya akan berbeda dalam setiap orang. Spiritualitas memiliki dua proses, yaitu: pertama, proses ke atas, yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses ke bawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan internal (Aliah, 2006). Menurut Hood (2003 dalam Paloutzian, et al., 2005) proses dari penjelasan religiusitas dan spiritualitas dapat terlihat dari tingkatan individu, sosial, kebudayaan, dan global. Perubahan sosial menghasilkan pengertian baru
mengenai
spiritualitas
diri.
Beberapa
penganut
spiritualitas
mendefinisikan spiritualitas sebagai istilah dari praktek kepercayaan seseorang, spiritualitas selalu meliputi kejadian-kejadian. Kebudayaan, komunitas, lingkungan sosial, keluarga, dan tradisi diartikan sebagai tempat Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
dimana spiritualitas berkembang, atau latar belakang dari hal-hal yang membedakan. Waaijman (2006) menulis essay yang berjudul “Conformity in Christ” yang menyebutkan bahwa dalam spiritualitas agama Kristen, contoh utama dari proses transformasi adalah Kristus. Spiritualitas agama Kristen dilakukan dengan cara bertransformasi menjadi diri baru melalui cara “Spirit” yang melakukan konformitas diri mereka terhadap misteri kematian dan kebangkitan Kristus (McGonigle, 1993 : 965). Spiritualitas agama Kristen diberlakukan dengan semua hal agar dapat sesuai dengan Kristus. Transformasi melalui konformitas menunjukkan bahwa individu tidak hanya menyesuaikan penampilan luar dari dirinya tetapi melalui hal ini pun individu dapat berhubungan dengan Tuhan yang menciptakannya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa konformitas dalam agama Kristen berhubungan dengan spiritualitas penganutnya. Barry et al. (2010: 318) dalam jurnalnya yang berjudul “Religiosity and Spirituality During The Transition to Adulthood” mengungkapkan bahwa setiap komunitas keagamaan akan memiliki pemahaman dan struktur berbeda yang akan mengembangkan sistem kepercayaan, nilai, dan tingkah laku individu (lihat Yust et al., 2006) yang akan mengarahkan pada perbedaan yang tidak hanya terhadap religiusitas dan spiritualitas individu, tetapi juga terhadap bagaimana kepercayaan dan ritual mereka berpengaruh terhadap hasil berbagai tahap perkembangan. Disimpulkan bahwa dari sistem kepercayaan, nilai, dan tingkah laku yang diterapkan dalam komunitas keagamaan tersebut menimbulkan terjadinya konformitas yang akan memengaruhi spiritualitas anggotanya. Berdasarkan penjelasan diatas, essay yang ditulis oleh Waaijman (2006) dan penelitian yang dilakukan oleh Barry et al. (2010) membahas mengenai hubungan antara konformitas dengan spiritualitas. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian tersebut, yaitu mencari korelasi antara konformitas dengan spiritualitas dengan menggunakan subjek yang berbeda, yaitu Hijabers Community. Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juni dan 2 Juli 2013 dengan menggunakan kuesioner yang berisi 40 item mengenai spiritualitas pada 20 orang anggota Hijabers Community Bandung (HCB). Hasil studi pendahuluan ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek merasakan bahwa terdapat perkembangan ilmu agama dan perkembangan positif dalam diri setelah menggunakan jilbab. Contoh perkembangan positif dalam diri subjek setelah menggunakan jilbab antara lain : merasa lebih dekat dengan Allah swt., merasa lebih mengenal diri sendiri, lebih percaya diri, lebih menghargai diri sendiri dan orang lain, dan lebih mengerti arti kehidupan. Selain itu, ilmu agama pun turut berkembang setelah mereka menggunakan jilbab dalam kehidupannya sehari-hari. Komunitas yang mereka ikuti pun, yaitu Hijabers Community, memberikan pengaruh positif. Mereka merasa bahwa komunitas yang diikuti selama ini menjadi salah satu penyebab perubahan positif dalam diri dan juga perkembangan ilmu agama mereka. Berikut merupakan hasil studi pendahuluan dari 20 subjek yang ditunjukkan melalui presentase dari jawaban subjek yang menyetujui pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tersebut: Tabel 1.1 Hasil Studi Pendahuluan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Dimensi Perkembangan ilmu agama setelah berjilbab Perkembangan positif dalam diri setelah berjilbab
Presentase 65% 87.69%
Pengaruh positif komunitas terhadap diri
64%
Pengaruh positif komunitas terhadap fashion
40%
Pengaruh positif komunitas terhadap perkembangan ilmu agama
60%
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Dalam studi pendahuluan diatas, hal yang dibahas hanya mengenai perubahan positif dan perkembangan ilmu agama selama mengikuti komunitas, tetapi konformitas dalam komunitas tersebut belum banyak dibahas. Hal lain yang lebih banyak dibahas merupakan karakteristik spiritualitas, tetapi hanya sebatas hubungan dengan diri sendiri dan hanya sedikit yang membahas mengenai hubungannya dengan Tuhan, sedangkan sebagian lainnya membahas mengenai fashion. Oleh karena itu, dalam penelitian ini konformitas yang terjadi dalam komunitas akan diteliti lebih lanjut. Karakteristik spiritualitas yang lain seperti hubungan dengan orang lain dan lingkungan pun akan turut diteliti. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk meneliti “Hubungan Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di dalam latar belakang muncullah beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut: a. Bagaimana konformitas yang terjadi dalam Hijabers Community Bandung? b. Bagaimana spiritualitas anggota Hijabers Community Bandung setelah mengikuti komunitas tersebut? c. Seberapa besar hubungan konformitas Hijabers Community Bandung dengan spiritualitas yang dialami oleh anggotanya? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas dalam Hijabers Community Bandung dengan spiritualitas pada anggota komunitas tersebut. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dilakukannya penelitian adalah untuk: a. Mengetahui bagaimana konformitas yang terjadi dalam Hijabers Community Bandung.
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
b. Mengetahui bagaimana spiritualitas anggota Hijabers Community Bandung setelah mengikuti komunitas tersebut. c. Mengetahui seberapa besar hubungan konformitas Hijabers Community Bandung dengan spiritualitas yang dialami oleh anggotanya. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan konsep mengenai spiritualitas wanita muslimah yang menggunakan jilbab dalam kehidupannya sehari-hari, terutama yang sedang berada di masa perkembangan dewasa awal. Pada masa perkembangan dewasa awal merupakan saat seseorang sudah memiliki ketetapan hati mengenai agama yang sudah merupakan bagian dari hidupnya, bukan hanya sekedar ikutikutan.
Selain
itu,
penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat
untuk
perkembangan kajian studi psikologi, khususnya untuk kajian Psikologi Perkembangan Islami, yaitu bidang spiritualitas, dan mengembangkan konsep mengenai spiritualitas dalam agama Islam. Selain itu, penelitian ini diharapkan berguna dalam bidang psikologi sosial, terutama psikologi kelompok. Hal tersebut karena didalam penelitian ini pun dibahas mengenai konformitas didalam sebuah komunitas yang beranggotakan wanita beragama Islam yang sedang memasuki tahap perkembangan dewasa awal. 2. Manfaat Praktis Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Hijabers Community Bandung untuk menjadi komunitas yang lebih baik lagi sehingga dapat memiliki manfaat yang baik untuk anggotanya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk para pembaca, terutama wanita muslimah, untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan spiritualitas beserta karakteristiknya yang dibahas dalam penelitian ini.
Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
E. Struktur Organisasi Skripsi Dalam penelitian ini, sistem penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat/Signifikansi Penelitian E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II: Konformitas, Spiritualitas, dan Masa Dewasa Awal A. Konformitas B. Spiritualitas C. Masa Dewasa Awal D. Hijabers Community Bandung E. Penelitian yang Relevan F. Kerangka Pemikiran G. Hipotesis Penelitian BAB III: Metodologi Penelitian A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian B. Desain Penelitian C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Proses Pengembangan Instrumen G. Teknik Pengumpulan Data H. Analisis Data BAB IV: Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Pengolahan/Analisis Data B. Pembahasan/Analisis Temuan BAB V: Kesimpulan dan Saran Nadia Sarah Widyatami, 2014 Hubungan antara Konformitas dengan Spiritualitas pada Anggota Hijabers Community Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu