BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan strategis dimana kegiatan utama perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal I ayat 7, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah juga berperan sebagai finansial intermediari antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Menurut Kasmir (2014), di negara seperti Indonesia peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan, sebab bukan hanya sebagai sumber pembiayaan namun juga mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bank lebih superior dibanding lembaga keuangan lainnya dalam menghadapi informasi yang asimetris dan mahalnya biaya dalam melakukan fungsi intermediasi.
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2
Perkembangan bank syariah di Indonesia beberapa tahun terakhir ini cukup pesat. Dari sisi kelembagaan, jaringan operasional perbankan syariah mengalami jangkauan yang cukup signifikan, pertumbuhan jumlah kantor cabang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana saat ini jumlah Bank Syariah adalah sebanyak 12 bank dengan 1.990 jaringan kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah penerapan bagi hasil dan resiko (profit and loss sharing), keuntungan bank syariah diperoleh dari jumlah bagi hasil atas penyaluran dananya kepada nasabah, sedangkan pada bank konvensional, keuntungan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang di salurkan. Keberadaan
perbankan
syariah
diharapkan
dapat
mendorong
perkembangan perekonomian suatu negara. Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian adalah (Usman, 2012: 115) kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal; keadilan sosial ekonomi dan distribusi pendapatan yang merata; stabilitas nilai uang; mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil; dan pelayanan yang efektif. Sampai akhir tahun 2015 Bank Umum Syariah mengalami peningkatan laba yang cukup menggembirakan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) laba perbankan syariah periode 2010 sampai dengan 2015, telah tumbuh sebesar 60%, dari Rp.1,1 triliun menjadi Rp.1,8 triliun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3
Perkembangan perbankan syariah yang terus meningkat ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa bank syariah bisa berkembang pesat padahal tujuan utama bank syariah bukan mencari laba. Adapun peningkatan laba bank syariah tersebut didorong oleh kegiatan penyaluran pembiayaan yang semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, sehingga membuat bank syariah mendapat keuntungan dan mempertahankan eksistensinya. Pembiayaan yang disalurkan di bank syariah secara prinsip dibagi menjadi tiga yaitu pembiayaan dengan skema jual beli, sewa menyewa dan bagi hasil, yang menurut jenis akadnya yaitu musyarakah, mudharabah, murabahah, salam, ijarah, istishna’ dan qardh. Semua kegiatan pembiayaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, karena tidak dapat dipungkiri bahwa bank juga menginginkan profitabilitas yang tinggi. Oleh karenaitu, diperlukan penyaluran dan penghimpunan dana yang besar, sehingga dapat menghasilkan volume pembiayaan yang tinggi. Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Menurut Jenisnya (Miliar)
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan pembiayaan bank syariah dalam 5 tahun terakhir cukup menggembirakan, jumlah pembiayaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4
per Desember 2015 adalah Rp.212.996 miliar, angka tersebut meningkat Rp.13.666 miliar atau sekitar 6,86% dari tahun sebelumnyaRp.199.330 miliar. Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit bank umum, akselerasi pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah terus tumbuh signifikan sampai dengan akhir tahun 2013. Bank syariah secara empiris dapat lebih mengoptimalkan pembiayaan dibandingkan dengan kredit yang disalurkan oleh bank secara keseluruhan. Pada tahun 2013, bank syariah mengalami penurunan modal yang disebabkan oleh pertumbuhan dari segi aset dan pertumbuhan pembiayaan yang signifikan. Tercatat diakhir tahun 2013 Capital Aqeduacy Ratiobank syariah hanya 14,42%, kemudian angka tersebut meningkat 1,68% ditahun 2014 sehingga menjadi 16,10%. Dan ditahun 2015 bank syariah harus menghadapi tantangan lainnya, yaitu ekspansi pembiayaan mikro sehingga Capital Adequacy Ratio-nya kembali turun menjadi 15,02%. Ekonom syariah Adiwarman A. Karim mengatakan, ekspansi pembiayaan mikro diakhir tahun mencapai Rp.8 triliun dengan porsi Rp.5 triliun dari bank umum syariah dan Rp.3 triliun dari unit usaha syariah. Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Iswi, 2010:51). Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio, maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5
Di sisi lain, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah terus meningkat, dimana tahun 2014 Dana Pihak Ketiga bank syariah berjumlah Rp.217.858 miliar, naik 13,14% dari tahun 2013 yang hanya Rp.183.534 miliar, dan di akhir tahun 2015, Dana Pihak Ketiga bank syariah tumbuh sekitar 6% menjadi Rp.231.175 miliar atau 50% dari tahun 2011 yang hanya Rp.115.415 miliar. Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat atau dari pihak lainnya diluar bank. Sumber dana pihak ketiga ini terdiri atas, Giro, Deposito Berjangka, Tabungan, dan Sertifikat Deposito. Dana Pihak Ketiga ini merupakan salah satu sumber dana bank syariah yang digunakan oleh bank untuk menyalurkan pembiayaan dan menjalankan semua kegiatan operasionalnya. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank kepada masyarakat dapat mengandung resiko berupa tidak lancarnya pembayaran yang dapat mempengaruhi kinerja bank, dan biasa disebut pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF). Menurut Arifin (2012: 258) Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Akibat dari tingginya NPF bank harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bankakan ikut terkikis. Sedangkan besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi pembiayaan, sehingga tingginya Non Performing Financing
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
6
menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan pembiayaan. Non Performing Ratio di Indonesia masih sangat fluktuatif, terlebih di pertengahan tahun 2014, nilai rasio Non Performing Financing melonjak hingga mendekati angka 5%, padahal tahun sebelumnya Non Performing Financing bank syariah terhitung aman, yaitu 2,62%. Sedangkan standar nilai Non Performing Financing bank syariah sendiri adalah sama dengan standar maksimum Non Performing Loan pada bank konvensional, yakni 5%. Pada penelitian yang dilakukan Hikmawan (2013) yang menyimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil. Kesimpulan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Nurbaya (2013), dimana Capital Adequacy Ratio dan Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap pembiayaan. Sedangkan Reswanda dan Wenda Wahyu C (2016) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh positif dan Non Performing Financing berpengaruh negatif. Penelitian lain yang dilakukan Aidida Adelia Purnama (2012) memberikan kesimpulan bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif signifikan, sedangkan Non Performing Financing berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan penyaluran pembiayaan di Indonesia. Dalam revisi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPPM) bank syariah pada PBI Nomor 7/13 Tahun 2005, Otoritas Jasa Keuangan meminta bank syariah untuk meningkatkan Capital Adequacy
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7
Ratio-nya demi memperkuat kesehatan permodalan menjadi 8%, sehingga permodalan bank syariah saat ini masih dikatakan sehat. Namun, perlambatan ekonomi yang menyebabkan risiko kenaikan pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing patut diwaspadai. Semakin besar jumlah dan kuatnya struktur modal, maka bank akan dapat menjaga likuiditas, mengatasi risiko dan menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti variabel yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan pada bank syariah dengan judul : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan Bank Syariah.”
B. Rumusan Masalah Penelitian Penyaluran pembiayaan harus diperhitungkan secara cermat baik dari faktor eksternal maupun dari internal bank itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Pembiayaan bank syariah? 2. Apakah Dana Pihak
Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap
Pembiayaan bank syariah? 3. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Pembiayaan bank syariah?
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk memberikan bukti empiris bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bank syariah. b. Untuk memberikan bukti empiris bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bank syariah. c. Untuk memberikan bukti empiris bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bank syariah. 2. Kontribusi Penelitian Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. Bagi Praktisi a. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memerhatikan
faktor
yang
dapat
memengaruhi
jumlah
pembiayaan guna meningkatkan value perusahaan. Dan menjadi salah satu bahan masukan mengenai faktor yang memengaruhi pembiayaan dari bank syariah. b. Bagi investor, memberikan informasi mengenai faktor yang memengaruhi jumlah pembiayaan pada bank syariah, sehingga dapat membantu investor melakukan investasi secara bijak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti selanjutnya dan memberikan bukti empiris pada penelitian sebelumnya mengenai faktor yang memengaruhi pembiayaan di bank syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z