BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang paling utama bagi kaum muslim. Di dalamnya berisi berbagai petunjuk kepada jalan yang sebaikbaiknya.1 Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.2 Membaca menjadi langkah awal untuk mengenal lebih jauh mengenai al-Qur’an. Melalui aktivitas membaca yang dimulai dengan membaca huruf perhurufnya, ayat perayatnya yang dikembangkan dengan “memahami” kandungan maknanya, maka seseorang dapat memetik petunjuk yang tersimpan di dalamnya, sehingga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.3 Bacaan menjadi ibadah, apabila bacaannya itu benar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Seseorang tidak akan tahu apakah bacaannya itu benar atau salah, kecuali dengan berguru dan belajar kepada guru (yang ahli) al-Qur’an yang muttasil sanadnya kepada Rasulullah saw.4 Bacaan al-Qur’an berbeda dengan bacaan perkataan manapun, karena isinya merupakan kalam Allah yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi. Karena itu, membacanya tidak lepas dari adab yang bersifat dzahir dan batin. Di antara adabnya yang bersifat dzahir ialah secara tartil.5 Sedangkan membaca al-Qur’an 1
M. Quraih Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 33. Abdul Halim (ed), Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 3. 3 Ditjen Bimas Islam dan Uraian Haji Direktorat Penerangan Agama Islam, Tajwid dan Lagu-Lagu al-Qur’an Lengkap, (Jakarta: Depag RI, 2000), hlm. 5. 4 Ringkasan Ilmu Tajwid dalam Pendidikan dan latihan X Pasca Belajar MA Banat NU Kudus tahun 2000/2001, hlm. 2. 5 M. Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata’amalu ma’al Qur’an, terj. Kathur Suhaidi, (Jakarta: AlKaustar, 2003), hlm. 166. 2
1
secara tartil6 merupakan komitmen seorang muslim. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. dalam surat al-Muzammil ayat 4 sebagai berikut:
(4 : )ﺍﳌﺰﻣﻞ.ﻼ ﺮﺗِﻴ ﹰ ﺗ ﺮ َﺀﺍ ﹶﻥ ﺗ ِﻞ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺭ ﻭ ... ... Dan bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan (terang huruf-hurufnya). (QS. al-Muzammil: 4)7 Al-Qur’an sebagai mukjizat yang terbesar bagi nabi Muhammad saw. sangat dicintai oleh kaum muslimin, karena fashahah dan balaghahnya dan sebagai inspirasi untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hal ini terbukti dengan perhatian yang amat besar terhadap pemeliharaannya semenjak di masa Rasulullah saw. sampai masa yang akan datang.8 Berbagai metode lahir untuk memudahkan seseorang dalam mempelajari al-Qur’an. Salah satu metode yang populer dan praktis dalam mengajarkan ilmu baca al-Qur’an adalah metode Qira’ati karya Ustadz H. Dachlan Salim Zarkasyi, selanjutnya metode tersebut dipergunakan diberbagai Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ). TPQ muncul pertama kali pada tahun 1986 di Semarang.9 Pada awalnya pendidikan tersebut sebagai uji coba, mungkinkah anak usia 4-6 tahun dapat diajarkan membaca al-Qur’an dengan menggunakan buku Qira’ati. Kemudian pendidikan ini dirancang dengan target empat tahun. Ternyata baru berjalan kirakira tujuh bulan, anak-anak sudah mampu membaca al-Qur’an dengan tartil. Sehingga target empat tahun hanya ditempuh dalam waktu dua tahun saja. Dan pada tanggal 1 Juli 1988, Pendidikan al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin Semarang mengadakan khataman yang pertama kalinya yang diikuti oleh sebanyak 20 murid.
6
Kata rattil dan tartil terambil dari kata rattala yang antara lain berarti serasi dan indah. Tartil al-Qur’an artinya adalah: “Membacanya dengan perlahan-lahan sambil memperjelas hurufhuruf, cara behenti dan memulai Ibtida’, sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya”. Lihat: M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah;Pesan,Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol 14 hlm:517. 7 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1978), hlm. 988. 8 M. Ali Hasan, Studi al-Qur’an dan al-Sunnah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 119. 9 Widodo Supriyono, “Ilmu Pendidikan Islam; Teoritis dan Praktis” dalam Ismail SM. Dkk., Paradigma Pendidikan Islam, hlm. 52.
2
Pada saat itu gemparlah masyarakat kota Semarang dan sekitarnya, karena menyaksikan anak-anak usia 6 tahun mampu membaca al-Qur’an dengan bacaan tartil, baik dan benar. Melihat keberhasilan TK al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin dalam mengajarkan ilmu baca al-Qur’an dengan metode Qira’ati, maka mulailah orang tertarik untuk membuka pendidikan TK al-Qur’an. Sejak saat itulah TK alQur’an dan metode Qira’ati mulai berkembang di seluruh Indonesia.10 Bahkan kini metode Qira’ati sudah digunakan di Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Cina, Burma, Vietnam, Australia, Kuwait, Jerman dan Philadelpia.11 Dalam mengajarkan ilmu baca al-Qur’an, metode Qira’ati mempunyai karakteristik dan spesifikasi tertentu, antara lain karena tujuan, target, sistem, prinsip, teknik, strategi mengajar dan sebagainya.12 Untuk mengetahui keberhasilan atau tercapainya tujuan dalam sistem pengajaran, salah satu cara yang dapat ditempuh ialah dengan melaksanakan evaluasi. Evaluasi dapat menunjukkan kualitas sesuatu.13 Namun masalah yang paling parah dalam sistem pendidikan, yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.14 Oleh karena itu, untuk menjaga komitmen agar metode Qira’ati benar-benar konsisten terhadap tujuan utamanya dalam mengajarkan tata cara membaca alQur’an secara baik dan benar, maka metode Qira’ati koordinator cabang kota Semarang menyelenggarakan evaluasi bersama. Evaluasi bersama tersebut dilaksanakan setiap enam bulan sekali dan diikuti oleh berbagai TPQ di kota Semarang. Pada bulan September 2004, koordinator cabang kota Semarang telah menyelenggarakan evaluasi yang kelima kalinya. Namun jumlah peserta yang mengikuti evaluasi belum sebanding dengan jumlah TPQ yang ada. Bahkan lebih banyak TPQ yang belum atau tidak mengirimkan santrinya untuk mengikuti 10
Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca al-Qur’an Qira’ati, (Semarang: Raudhatul Mujawwidin, t.th.), hlm. 12. 11 Tarbawi, “Ini Amalan Unggul Mereka, Bagaimana dengan Kita?” Tarbawi, V, 96, Jakarta, Oktober 2004, hlm.20. 12
Imam Murjito, op. cit., hlm. 17. Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional; Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 2. 14 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 1. 13
3
evaluasi. Ketidakseimbangan antara jumlah testee (peserta tes) dengan jumlah TPQ yang ada menimbulkan rasa penasaran yang cukup menggelitik. Para peserta tes harus memenuhi syarat-syarat tertentu di antaranya sudah khatam al-Qur’an 30 juz serta menguasai pelajaran gharib/muskilat dan ilmu tajwid praktis dengan baik dan benar.15 Santri yang mengikuti evaluasi koordinator Kota Semarang telah diseleksi oleh kepala sekolah masing-masing, sehingga santri tersebut merupakan santri pilihan atau terbaik dibanding santri yang lain. Namun ternyata mereka yang mengikuti evaluasi belum sepenuhnya lulus ditingkat kota (cabang). Oleh karena itu, hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode Qira’ati sangat menarik untuk diteliti. Adapun pemilihan lokasi penelitian di TPQ al-Ikhsan adalah berdasarkan kenyataan, bahwa TPQ tersebut mempergunakan metode Qira’ati dan selalu mengikuti pembinaan dan evaluasi yang diselenggarakan oleh koordinator Qira’ati cabang kota Semarang.
B. Penegasan Istilah Pembahasan tentang penegasan istilah ini dimaksudkan untuk menghidari kasalahpahaman terhadap arti dari judul yang digunakan, sehingga pengertiannya menjadi lebih jelas. Beberapa istilah dan pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi Yang dimaksudkan adalah “evaluasi hasil belajar yang menekankan pada informasi tentang sejauhmana hasil belajar yang dicapai siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.16 Evaluasi dilakukan setiap murid selesai mempelajari satu halaman atau satu materi pelajaran dalam buku Qira’ati.17 Evaluasi kenaikan jilid (buku Qira’ati) disebut tashih. Tashih
15
Panitia Pelaksana Evaluasi Belajar Tahap Akhir al-Qur’an Metode Qira’ati Cabang Semarang, Syarat-Syarat Pendaftaran, 2004. 16 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Galiza, 2003) , hlm. 147. 17 Imam Murjito, op. cit., hlm. 21.
4
dilakukan oleh setiap santri yang sudah “khatam” suatu jilid dan untuk naik jilid selanjutnya harus diuji oleh kepala TPQ atau guru penguji dengan cara menunjuk beberapa suku kata atau kalimat/ayat secara acak, tidak berurutan yang terdapat dalam buku Qira’ati atau al-Qur’an.18 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.19 Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik.20 3. Membaca Membaca ialah “melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang ditulis”.21 4. Al-Qur’an Al-Qur’an adalah “kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diwahyukan kepada nabi Muhammaad saw, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir. Membacanya terhitung ibadah dan diawali dengan surat al-Fatihah serta ditutup dengan surat an-Nas”.22 Yang dimaksud dengan al-Qur’an di sini adalah rangkaian jilid Qira’ati yang didalamnya terdapat kutipan ayatayat al-Qur’an yang harus dibaca oleh santri yang bertujuan untuk membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. 5. Metode Qira’ati Metode Qira’ati adalah “metode pengajaran al-Qur’an dengan cara membaca huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat secara langsung tanpa
18 19
Ibid., hlm. 37. Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hlm.
17. 20
Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.
21
WJS. Poewadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 71. M. Ali ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka Amani, 1988), hlm.
145. 22
11.
5
mengeja”.23 Sejak awal anak sudah dituntut membaca dengan lancar, yakni cepat, tepat dan benar. 6. Taman Pendidikan al-Qur’an al-Ikhsan TPQ al-Ikhsan adalah salah satu lembaga pendidikan al-Qur’an yang mempergunakan
metode
Qira’ati
dan
keberadaanya
dirasa
cukup
representatif sebagai obyek penelitian. TPQ ini berlokasi di jalan Panda Tengah kelurahan Palebon kecamatan Pedurungan Semarang. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan judul tersebut adalah meneliti tentang evaluasi hasil belajar peserta didik (santri) yang terdiri atas evaluasi materi (tes formatif), tes kenaikan jilid/tashih (tes sumatif) serta evaluasi bersama dalam proses membelajarkan siswa agar dapat membaca al-Qur’an secara baik dan benar dengan mempergunakan metode Qira’ati yang dilaksanakan di TPQ al-Ikhsan kelurahan Palebon kecamatan Pedurungan Semarang.
C.
Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendorong peneliti memilih judul: Studi tentang Evaluasi Pembelajaran Membaca al-Qur’an Metode Qira’ati di TPQ alIkhsan Kelahahan Palebon Semarang, yaitu: 1. Mempelajari al-Qur’an adalah suatu kewajiban, sebab al-Qur’an merupakan sumber utama yang berisi berbagai petunjuk menuju jalan yang sebaikbaiknya. Di samping itu, membaca al-Qur’an akan bernilai ibadah jika bacaannya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. 2. Dalam proses pembelajaran, evaluasi memiliki posisi yang penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu tujuan yang hendak dicapai. 3. Pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode Qira’ati dinilai cukup berhasil dalam mempersiapkan generasi muda yang mahir dalam membaca al-Qur’an. 4. Keberhasilan metode Qira’ati mendorong berdirinya TPQ di berbagai wilayah. Namun banyaknya TPQ yang ada, belum seluruhnya mampu 23
6
Imam Murjito, op. cit., hlm. 19.
mengikuti dan melaksanakan program evaluasi yang sesuai dengan prosedurnya.
D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca al-Qur’an metode Qira’ati di TPQ al-Ikhsan kelurahan Palebon Semarang ? 2. Bagaimana hasil evaluasi pembelajaran membaca al-Qur’an metode Qira’ati di TPQ al-Ikhsan kelurahan Palebon Semarang ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan penelitian perlu tujuan yang jelas. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca alQur’an metode Qira’ati di TPQ al-Ikhsan kelurahan Palebon Semarang. b. Untuk mengetahui hasil evaluasi pembelajaran membaca al-Qur’an metode Qira’ati di TPQ al-Ikhsan di TPQ al-Ikhsan kelurahan Palebon Semarang.
2. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sebagai bahan informasi terhadap TPQ al-Ikhsan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik di masa mendatang. b. Sebagai
bahan
informasi
terhadap
lembaga-lembaga
lain
yang
membutuhkan gambaran prosedur dan pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran membaca al-Qur’an metode Qira’ati.
7
c. Dapat menambah pengetahuan, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca untuk menekuni dan mempersiapkan diri dalam meningkatkan mutu dunia pendidikan.
F. Kajian Pustaka Penelitian mengenai metode Qira’ati ini memang bukanlah penelitian untuk yang pertama kalinya. Peneliti sebelumnya telah membahas tentang problematika metode Qira’ati, efektifitasnya maupun PBM-nya. Namun penelitian yang benar-benar fokus mengkaji mengenai evaluasi belum pernah dilakukan secara mendalam oleh peneliti sebelumnya. Adapun karya ilmiah yang relevan dengan kajian penelitian ini di antaranya adalah: Pertama, Problematika Pengajaran al-Qur’an dengan Metode Qira’ati dan Solusinya di TPQ Walisongo, yang diteliti oleh Kaid Fitani. Problem yang ia temukan adalah kapasitas guru yang kurang sempurna dalam hal pemenuhan persyaratan dan kompetensi guru khususnya yang berkenaan dengan metode Qira’ati. Pada bagian metode pengajaran Qira’ati, ia hanya menyinggung sedikit masalah evaluasi, bahwasannya evaluasi dilakukan setiap hari (setiap pertemuan), karena titik tekannya pada ketrampilan membaca. Kedua, Skripsi yang berjudul Efektifitas Metode Qira’ati dalam Keberhasilan Membaca al-Qur’an di TPQ Roudhotul Falah Kaliwungu Kendal, yang diteliti oleh Karyono Supriyono. Skripsi tersebut mengkomparasikan antara metode Qira’ati dan non Qira’ati (Baghdadiyah). Ketiga, Pendidikan al-Qur’an bagi Anak-anak di Kota Semarang; Studi tentang Pelaksanaan PBM di TPA Bintang Kecil. Skripsi yang ditulis oleh Winarto tersebut membahas tentang PBM al-Qur’an yang terkait dengan berbagi komponen, di antaranya tujuan, materi, KBM dan sebagainya. Karya-karya tulis diatas berbeda dengan skripsi yang akan peneliti bahas karena peneliti akan memfokuskan pada pelaksanaan dan hasil evaluasi pembelajaran membaca al-Qur’an metode Qira’ati di TPQ al-Ikhsan.
8
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan fenomologi yakni pendekatan yang menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang, berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.24 Ketika berada di lapangan, peneliti kualitatif kebanyakan berurusan dengan fenomena. Fenomena itu perlu didekati oleh peneliti dengan terlibat langsung pada situasi riel.25 Pendekatan fenomenologi bukan hendak berfikir spekulatif, melainkan hendak mendudukkan tinggi pada kemampuan manusia untuk berfikir reflektif dan lebih jauh lagi untuk menggunakan logika reflektif disamping logika induktif dan deduktif, serta logika materiil, dan logika probabilistik.26 2. Metode Pengumpulan Data Penelitian lapangan (field research) yang dikaji ini merupakan peneitian yang bersifat kualitatif, sehingga peneliti akan menggunakan metode-metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Metode interview (wawancara) Melalui metode ini, peneliti mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan dan jawaban informan penelitian dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).27 Sesuai jenisnya, wawancara dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1) Wawancara relatif berstruktur Wawancara
relatif
berstruktur
adalah
wawancara
yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan sejumlah pertanyaan atau 24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 9. 25 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 121. 26 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm 84. 27 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosda Karya 1999), hlm. 67.
9
pertanyaan alternatif jawabannya. Namun sangat terbuka bagi perluasan jawaban. Jawaban yang diberikan subjek tidak berarti tidak dapat keluar dari alternatif yang dibuat oleh peneliti. 2) Wawancara relatif tidak berstruktur Wawancara relatif tidak berstruktur adalah identik dengan wawancara bebas. Pedoman wawancara hanya berupa pertanyaanpertanyaan singkat dengan kemungkinan peneliti menerima jawaban yang panjang.28 Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan bentuk semi berstruktur,
yang
mula-mula
peneliti
menanyakan
serentetan
pertanyaan yang sudah berstruktur. Kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.29 b. Metode observasi Observasi ialah “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Tujuan observasi atau pengamatan ialah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari interelasi elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba kompleks dalam pola-pola kultural tertentu”.30 Pada penelitian kualitatif, observasi merupakan salah satu teknik mengumpulkan data yang populer dikenal dengan observasi partisipan.31 Dengan demikian peneliti akan berperan serta dan melakukan pengamatan langsug dalam kegiatan evaluasi pembelajaran membaca alQur’an sekaligus menguji kebenaran informasi yang diberikan oleh mitra peneliti.
28
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 139. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 230. 30 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990, hlm. 157. 31 Sudarwan Danim, op. cit., hlm. 140. 29
10
c. Metode dokumentasi Dokumentasi adalah “sekumpulan data yang berupa tulisan, dokumen,
sertifikat,
buku,
majalah,
peraturan-peraturan,
struktur
organisasi, jumlah guru, jumlah siswa, kurikulum dan sebaginya”.32 3. Metode Analisis Data Analisis data merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan material lain yang telah terkumpul. Maksudnya, agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian menyajikannya untuk orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau didapatkan dari lapangan.33 Analisis data dilakukan secara induktif, penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari data empiris. Untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian, penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu bahwa data yang dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisa.34 Peneliti akan segera melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Objektivitas pemaparan harus dijaga sedemikian rupa agar subjektivitas peneliti dalam membuat interpretasi dapat dihindarkan.
H.
Sistematika Penulisan Skripsi Secara sistematis, penulis membagi skripsi ini menjadi tiga bagian yang merupakan rangkaian bab dan pada setiap bab terdiri atas beberapa sub bab. Ketiga bagiaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagian muka Bagian ini memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, abstraks dan deklarasi.
32
Ibid., hlm. 143. Sudarwan Danim, op. cit., hlm. 209. 34 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), hlm. 140. 33
11
2. Bagian isi (batang tubuh) Bagian ini memuat lima bab yang terdiri atas bab I sampai bab V sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, penegasan istilah, alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA ALQUR’AN METODE QIRA’ATI Bab kedua ini memuat tiga sub bab. Sub bab pertama menjelaskan evaluasi dan pembelajaran, yang meliputi: pengertian evaluasi, tujuan dan fungsi evaluasi, teknik dan bentuk evaluasi, prinsip evaluasi, dan kriteria evaluasi. Sub bab kedua menjelaskan masalah belajar membaca al-Qur’an yang difokuskan pada: pengertian belajar membaca al-Qur’an, keutamaan membaca al-Qur’an, adab membaca al-Qur’an, dan evaluasi membaca al-Qur’an. Sub bab ketiga menjelaskan metode Qira’ati, yang meliputi: pengertian metode Qira’ati, tujuan metode Qira’ati, sistem atau aturan metode Qira’ati, tenik atau cara mengajar metode Qira’ati dan evaluasi dalam metode Qira’ati.
BAB III
PELAKSANAAN EVALUASI MEMBACA AL-QUR’AN METODE QIRA’ATI DI TPQ AL-IKHSAN Bab tiga berisi gambaran umum TPQ al-Ikhsan, yang meliputi Sejarah Singkat dan Tokoh Pendiri, letak geografis, keadaan guru/ustadz dan siswa/santri serta keadaan sarana dan prasarana. Sub bab kedua berisi evaluasi pembelajaran membaca al-Qur’an metode Qira’ati yang meliputi data pelaksanaan dan hasil evaluasi metode Qira’ati di TPQ alIkhsan.
12
BAB IV
ANALISIS
TERHADAP
EVALUASI
DALAM
PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE QIRA’ATI DI TPQ AL-IKHSAN PALEBON SEMARANG Bab empat merupakan bab analisis. Dalam bab empat ini, dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama menganalisis tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca alQur’an metode Qira’ati di TPQ al-Ikhsan. Sub bab kedua menganalisis tentang hasil evaluasi dan kebijakan yang diambil TPQ al-Ikhsan. BAB V
PENUTUP Pada bab ini berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
3. Bagian akhir Pada bagian ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.
13