BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tugas sebuah keluarga adalah untuk membangun dan membentuk kepribadian dan mental yang sehat seorang anak. Di tengah keluarga, seorang anak berhak mendapat haknya agar tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari tindak kekerasan, penelantaran, tindak kekejaman fisik
maupun diskriminasi. Tugas mengasuh dan membesarkan anak
merupakan suatu amanah dari Allah, orang tua tidak memiliki hak untuk memperlakukan anak dengan tindakan kekerasan (Candra, 2012). Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual,
penganiyaan
emosional,
atau
pengabaian
terhadap
anak
(Encyclopedia, 2010). Kekerasan terhadap anak harus diwaspadai karena menurut Freud disitasi oleh Supeno (2008) anak akan memperlakukan orang lain di masa dewasa seperti ketika ia diperlakukan orang lain pada masa anakanak. Jadi, jika kini anak-anak diperlakukan dengan penuh kekerasan, kelak mereka akan menjadi pelaku kekerasan yang mungkin jauh lebih hebat dibandingkan perlakuan kekerasan yang diterima saat anak-anak. Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak (PA) mencatat, kasus kekerasan terhadap anak pada kalangan ekonomi mampu atau kalangan atas di tahun 2013 terjadi sebanyak 70 kasus. Sementara 809 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di keluarga dengan tingkat ekonomi bawah. Di tingkat status ekonomi menengah, kasus kekerasan terhadap anak terjadi sebanyak 301 kasus (Belarminus, 2013). Hal ini berarti kekerasan terhadap anak itu banyak terjadi di kalangan keluarga yang ada di garis kemiskinan. Meski di kalangan keluarga yang menengah dan kaya juga sama, tapi angka yang banyak dari keluarga dengan ekonomi bawah. Data Komnas Anak menunjukkan, kekerasan pada anak tidak mengenal strata sosial. Di kalangan menengah ke bawah, kekerasan pada anak
1
2
karena faktor kemiskinan. Di kalangan menengah ke atas, karena ambisi orangtua untuk menjadikan anaknya yang terbaik, di sekolah, di masyarakat, termasuk selebritis cilik agar bisa tampil di televisi. Faktor utamanya ialah pola asuh di rumah yang dilakukan oleh kedua orang tuanya dalam mengasuh anaknya. Banyak orang tua yang bertengkar di depan anak-anaknya, sehingga mempengaruhi perilaku anak, bukan hanya kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan seksual yang dilakukan orang tua (Apong, 2013). Menurut penelitian Faturaba, dkk (2013) Informasi masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), yang sering dialami anak dalam pengasuhan orang tuanya sering terjadi karena adanya persepsi atau anggapan yang salah yang dimiliki orang tua tentang kekerasan dalam mengasuh anak. Orang tua beranggapan bahwa melarang anak dengan cara memukul, merupakan cara yang paling ampuh dalam mengasuh anak, sehingga anak menjadi penurut dan mau melakukan intruksi orang tua. Hal ini terjadi karena adanya persepsi yang salah tentang cara mengasuh anak, padahal penurut penelitian yang dilakukan oleh Fataruba, dkk (2013) pukulan akan memberikan suatu perasaan tidak enak pada anak, hukuman-hukuman fisik seberapapun ringannya, akan memberikan akibat buruk bagi perkembangan anak. Persepsi yang salah dalam mengasuh anak berdampak pada potensi terjadinya kekerasan anak. Hal ini menurut laporan Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sudibyo Alimoeso (2011) dikarenakan hampir separuh orangtua di Indonesia tidak memiliki pengetahuan dasar dalam mendidik anak di masa pertumbuhan. Pengetahuan yang minim tentang cara mengasuh anak akan menumbuhkan persepsi yang kurang tepat tentang cara mengasuh anak dengan cara kekerasan. Uraian latar belakang tersebut memberikan ketertarikan bagi peneliti untuk melakukan studi pendahuluan di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Pemilihan Desa Karangtalun karena di desa tersebut ibu-bu kecenderungan memiliki sifat pemarah, dan kebanyakan ibu bekerja
3
sering melakukan penelantaran anak. Studi pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan 5 ibu tentang persepsi KDRT pada anak dalam mengasuhnya. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 4 ibu mengatakan bahwa kekerasan fisik dan hukuman tetap dibutuhkan untuk mendisiplinkan anak, dan 1 ibu mengatakan bahwa KDRT dengan alasan apapun tidak boleh dilakukan karena melanggar hukum, sebaiknya anak diberikan kasih sayang, perhatian dan pengertian jika melakukan kesalahan. Hasil studi pendahuluan semakin memantapkan peneliti untuk melakukan penelitian dengan berjudul “Persepsi ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap tahun 2014.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan “Bagaimana persepsi ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap tahun 2014?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui persepsi ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Persepsi ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap tahun 2014 ditinjau dari usia b. Persepsi ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap tahun 2014 ditinjau dari pekerjaan
4
c. Persepsi ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap tahun 2014 ditinjau dari penghasilan
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan anak, khususnya tentang persepsi masyarakat tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama mengasuh anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh peneliti di kampus, khususnya tentang keperawatan anak dan metodologi penelitian, serta peneliti memperoleh pengalaman dalam penyusunan skripsi. b. Bagi Masyarakat Penelitian ini merupakan informasi dan dapat menjadi rangsangan untuk mempelajari cara mengasuh yang benar tanpa kekerasan pada anak, sehingga diharapkan mampu memotivasi masyarakat untuk tidak melakukan kekerasan anak. c. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menambah literature perpustakaan di STIKES Muhammadiyah Gombong dan memberi gambaran tentang persepsi masyarakat tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama mengasuh anak dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bekti (2010) dengan judul “Persepsi Istri Terhadap Kekerasan Dalam
5
Rumah Tangga”. Jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, populasi penelitian istri yang mengalami kekerasan dengan pendekatan sample menggunakan purposive sampling diperoleh informan sebanyak 10 orang. Alat pengumpulan data menggunakan lembar wawancara. Analisis data menggunakan cara persiapan dan pelaksanaan, reduksi data, penyajian data, dan penafsiran dan pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan terjadi dalam rumah tangga di sebabkan keadaan rumah tangga yang mendesak pada permasalahan-permasalahan tertentu yang tidak dapat diselesaikan secara komunikasi. Penyelesaian yang dilakukan tidak dengan akal yang sehat melainkan dengan perasaan emosi, hal itu hubungan antara suami istri dengan anak-anak bahkan keluarga dari pihak-pihak lain mendapatkan dampak yang buruk, bahkan memberikan citra yang buruk pada keluarga dan anak-anaknya. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengangkat tentang persepsi tentang KDRT. Sedangkan perbedaannya pada penelitian ini berjudul “Persepsi ibu tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama mengasuh anak di Desa Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap tahun 2014”. Jenis penelitian ini menggunakan deskpritif kuantitatif. Pupulasi masyarakat diwakili oleh kepala keluarga yaitu ayah yang memiliki anak usia 6-12 tahun, pendekatan sampel menggunakan cluster sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji univariat melalui distribusi frekuensi.