BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Kota Banjarmasin adalah ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang terkenal karena memiliki banyak sungai dan kanal, banyaknya sungai dan kanal di wilayah ini menjadikan masyarakat Banjarmasin hidup berorientasikan sungai. Aktivitas kehidupan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat di sungai sehingga Banjarmasin dijujuki sebagai “Kota Seribu Sungai”. Dengan kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin sebagian besar berorientasi di sungai memberikan pencemaran domestik yang semakin meningkat. Hal ini menimbulkan masalah baru terutama pada sistem saluran pembuangan limbah cair. Cara pembuangan limbah cair domestik secara alamiah sebelumnya yaitu mengalirkannya ke sungai pernah dianggap berhasil dan mula-mula tidak menimbulkan permasalahan, karena jumlah limbah cair domestik tersebut kecil dibandingkan dengan aliran sungai. Namun dengan meningkatnya pembuangan limbah cair domestik, maka pencemaran makin meningkat sehingga mencemari lingkungan. Permukiman yang terpusat menjadikan pengumpulan air limbah domestik dalam aliran pembuangan sangat tinggi. Hal itu dapat menurunkan kualitas air sungai bila limbah domestik tersebut dialirkan tanpa pengolahan lebih dahulu. Dengan fenomena negatif ini dari segi kualitas air sungainya dapat dikatakan telah mengalami penurunan kualitas bahkan pencemaran. Upaya pemantauan dengan melakukan pengukuran pencemaran air di Sungai Martapura Kota Banjarmasin secara langsung telah dilakukan Instansi seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Banjarmasin, tetapi pencemaran domestiknya belum terpetakan. Sehingga perlu untuk dianalisis sumber pencemar yang dikaji dan disajikan dalam bentuk berupa Sistem Informasi Lingkungan (SIL) yang berbasis pemetaan. Menurut Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2011 Tentang Sungai, mengatur mengenai upaya perlindungan terhadap air sungai agar tidak tercemar limbah. Berdasarkan PP tersebut diperlukan sistem informasi sungai yang merupakan sistem informasi sumber daya air. Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Normelani (2007) untuk menganalisa kualitas air sungai Martapura di kecamatan Banjarmasin Tengah dimana disimpulkan bahwa kualitas air sungai Martapura di Kecamatan Banjarmasin Tengah semakin menurun, hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang cepat yang 1
menghasilkan limbah domestik. Menurut Rochgianti (2001), masyarakat tepian sungai di Banjarmasin menganggap sungai masih memiliki peranan yang sangat penting dengan berbagai fungsi selain untuk keperluan aktivitas sehari hari (mandi, cuci, kakus) juga berperan sebagai fungsi tranportasi, fungsi sosial dan ekonomi masyarakat dan fungsi pembelajaran kultural masyarakat budaya sungai. Menurut Amin (2014), perlunya dilakukan berbagai metode analisa pencemaran air yang hasilnya diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak terkait dalam pemilihan kebijakan untuk pengembangan dan pendayagunaan sumber daya air. Menurut Triyono (2008), perlunya dilakukan pemetaan untuk memberikan informasi mengenai hasil pemantauan pencemaran udara, sungai dan laut dengan membandingkan parameter-parameter yang melebihi standar baku mutu. Penelitian untuk menganalisis kualitas air Sungai Martapura dengan menggunakan metode STORET dan metode Indeks Pencemaran untuk memberikan informasi kualitas air sungai di Kota Banjarmasin akibat pencemaran limbah domestik yang disajikan dalam bentuk peta.
B. Perumusan Masalah. Dari uraian di atas, dapat disusun rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas air sungai di Kota Banjarmasin berdasarkan analisis metode STORET dan metode Indeks Pencemaran? 2. Bagaimana Sistem Informasi Lingkungan berbasis peta dari kualitas air sungai di Kota Banjarmasin?
C. Tujuan Penelitian. 1. Untuk mengetahui kualitas air Sungai Martapura dengan analisis metode STORET dan metode Indeks Pencemaran tahun 2013-2015. 2. Untuk menghasilkan peta kualitas air berdasarkan baku mutu air kelas I,II,III dan IV sungai di Kota Banjarmasin dengan analisis metode STORET dan metode Indeks Pencemaran tahun 2013-2015.
2
D. Manfaat Penelitian. Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi data yang berbasis peta pencemaran domestik pada sungai di Kota Banjarmasin. 2. Sebagai bahan acuan pemerintah dan lembaga masyarakat untuk membuat perencanaan dan strategi pengelolaan yang tepat bagi sungai di Kota Banjarmasin.
E. Kedudukan Penelitian dan Kebaruan Penelitian. Penelitian tentang sistem informasi lingkungan dari pencemaran pada sungai telah dilakukan beberapa peneliti terdahulu, namun terdapat beberapa perbedaan pada daerah, karakteristik sungai, tujuan, data dan metode yang digunakan, diantaranya: (tabel 1).
3
Tabel 1. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. No 1
Judul dan Peneliti Fungsi Sungai Bagi Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota Banjarmasin. Rochgiyanti.
Tahun 2011
Lokasi
2
Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung Beban Pencemar Sungai Wangu Kota Kendari. Hartina Sahabuddin.
2013
Kota Kendari.
3
Penentuan Kualitas Air Tanah Dangkal dan Arahan Pengelolaan Kabupaten Sumenep Bambang Rahadi.
2013
Kabupaten Sumenep
Eksperimental Metode STORET
4
Studi Penentuan daya Tampung Beban Pencamaran Sungai Akibat Buangan Limbah Domestik kali Surabaya Kecamatan Wonokromo Komang Della Pavita.
2014
Kecamatan Wonokromo
Uji Laboratorium
5
Aplikasi Sistem Informasi Geografi Tingkat Pencemaran Industri di Kabupaten Gresik. Joko Triyono.
2008
Kabupaten Gresik
Eksperimental Identifikasi
Kota Banjarmasin.
Metode Deskriptif kualitatif.
Hasil Sungai tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga berfungsi untuk kegiatan ekonomi, interaksi dan sosialisasi. Eksperimental Hasil beban pencemaran Sungai Wangu Motode STORET sudah tidak mempunyai daya tampung dan Metode Indeks lagi untuk penambahan parameter BOD. Pencemar. Mutu air dikawasan Kabupaten Sumenep tergolong dalam air kelas B (baik) dengan tingkat tercemar ringan, sehingga layak sebagai bahan baku air minum tetapi masih perlu pengolahan terlebuh dahulu. Limbah domestik mengakibatkan peningkatan yang sangat signifikan terhadap parameter TSS, BOD, COD, pH dan Nitrat. Hasil perancangan sistem dan penerapan perangkat lunak dari aplikasi tingkat pencemaran industri.
4
6
Konstribusi Air Limbah Domestik Penduduk di Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya Penganannya. Lutfi Aris Sasongko.
2006
Kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang
Obsevasional Identifikasi Uji Laboratorium
Secara umum, beban total beberapa indikator air limbah domestik mencapai puncaknya pada hari sabtu pagi, yang menunjukan waktu tersebut banyak aktuvitas penduduk sekitar yang menghasilkan limbah domestik. Dari keempat metode yang digunakan memiliki kesamaan pola pencemaran yang meningkat dari Stasiun Sersan Mesrul Menuju Stasiun Gurem dan berlanjut ke Stasiun Gerre Manjeng.
7
Kajian Penentuan Status Mutu Air di Kali Keloang Kabupaten Pamekasan (Metode STORET, Metode Indeks Pencemar, Metode CCME WQI dan Metode OWQI. Saifi Khairil Amin.
2014
Kabupaten Pamekasan
Eksperimental
8
Identifikasi Sumber dan Beban Pencemar Domestik di DAS Ciliwung Segmen 4 Serta Upaya Penanggulangannya. Ariani Dwi Astuti.
2009
DAS Ciliwung
Obsevasional Identifikasi
Terjadinya pencemaran domestik sungai Ciliwung segmen 4 terjadi akibat kurangnya kesadaran masarakat dalam pemeliharaan lingkungan.
9
Pengembangan Aplikasi Untuk Menentukan Daerah Pencemaran Limbah Home Industry Berbasis Sistem Informasi Geografis. Tedy Setiadi.
2010
Yogyakarta
Eksperimental Identifikasi
Berhasil membuat sistem pendukung keputusan untuk penentuan daerah pencemaran limbah berbasis SIG yang mampu berjalan dengan baik
10
Pemetaan Potensi Pencemaran Lingkungan Pada Perkebunan Tembakau dan Industri Hasil Tembakau Sebagai Konsep Perkebunan Ramah Lingkungan. Suning.
2013
Kabupaten Ponorogo
Obsevasional Identifikasi
Adanya potensi dan tingkat pencemaran lingkungan pada tanaman tembakau disebabkan oleh proses pemupukan yang dilakukan.
5
11
Distribusi Spasial Tingkat Pencemaran Air di DAS Citarum Andriati Cahyaningsih
2010
DAS Citarum
Eksperimental Identifikasi
Luas pemukiman, industri dan sawah pada zonasi tercemar berat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penutup jalan sejenis pada ketiga zonasi pencemaran yang lain. Kualitas air sungai Wiroko selama tahun 2008-2013 khususnya pada konsentrasi PO4-P dan nilai BOD melebihi ambang batas baku mutu air kelas II.
12
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Identifikasi Tingkat Pencemaran Air Sungai Wiroko Kabupaten Wonogiri. Agus Wuryanta.
2013
Kabupaten Wonogiri
Eksperimental Identifikasi
13
Evaluasi Kualitas Air Sungai Martapura di Kecamatan Banjarmasin Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Ellyn Normelani, S.Pd.
2007
Kecamatan Banjarmasin Tengah
Uji Laboratorium
Kualitas Air di Kecamatan Banjarmasin Tengah semakin menurun, hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang cepat dan limbah domestik.
14
Perencanaan Lanskap Riparian Sungai Martapura Untuk Menigkatkan Kualitas Lingkungan Alami. Siti Nurisjah.
2009
Kota Banjarmasin
Obsevasional Identifikasi
Kondisi Sungai Martapura cendrung menurun kualitasnya baik fisik maupun visual
6