1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dan upaya kesehatan khususnya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia harus dimulai sejak dini yakni pada saat janin masih dalam kandungan dan awal pertumbuhannya. Dengan demikian, maka kesehatan bayi baru lahir kurang dari satu bulan (neonatal) menjadi sangat penting karena akan menentukan apakah generasi kita yang akan datang dalam keadaan sehat dan berkualitas serta mampu menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2004). Kenyataan yang hampir terjadi di semua negara di dunia, kesehatan bayi cenderung kurang mendapat perhatian dibanding umurumur lainnya. Data WHO (2002) menunjukan angka memprihatinkan yang dikenal dengan fenomena 2/3 yaitu kematian bayi (umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (bayi baru lahir 0-28 hari). Kematian pada neonatal dini terjadi pada hari pertama. Oleh karena itu, pemberian ASI dan menyusu satu jam pertama kehidupan yang dikenal dengan IMD dan dilanjutkan dengan menyusui esklusif 6 bulan dapat mencegah kematian bayi. Jika hal tersebut dilakukan, bayi akan mendapatkan zat-zat yang penting dan terhindar dari berbagai penyakit berbahaya pada masa paling rentan dalam kehidupannya (Asqyaluddin, 2007). Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh
1
2
ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (http://info keluarga com). Inisiasi menyusu dini sudah mulai disadari oleh beberapa negara sejak tahun 1987 seperti Swedia, Firlandia, Austria, hal ini berlanjut sampai tahun 1990 namun Inisiasi Menyusu Dini masih belum begitu berkesan. Satu setengah tahun yang lalu, tepatnya 30 maret 2006, Dr. Karen melakukan penelitian terhadap 10.947 bayi, ternyata inisiasi menyusu dini berhasil menurunkan angka kematian bayi dibawah 28 hari (Friska, 2007). Sedangkan di Indonesia, hanya 4 % bayi disusui ibunya dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran dan 8 % ibu memberi ASI esklusif terhadap bayinya sampai 6 bulan. Padahal, diperkirakan sekitar 30.000 kematian bayi baru lahir (usia 28 hari) dapat dicegah melalui inisiasi menyusu dini (Amori, 2007). Dan hasil survey pendahuluan mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan beberapa bidan yang bekerja di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Timur, mereka mengatakan “mengetahui tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan bagaimana melaksanakannya”. Namun, dari beberapa bidan tersebut mengatakan “jarang sekali melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), sebab dari orang tuanya sendiri tidak ingin melaksanakan karena merasa khawatir dan kasihan melihat bayinya”. Ada juga orang tua yang mengatakan “nanti saja karena masih agak takut setelah
melalui
masa
persalinan”.
Walaupun,
sudah
dijelaskan
keuntungan dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD) tersebut. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan juga data mengenai latar belakang pendidikan bidan di puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Timur yaitu : D-I berjumah 6 orang, D-III berjumlah 9 orang dan D-IV 1 orang. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan
3
bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas wilayah kerja Kecamatan Banjarmasin Selatan tahun 2009 ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas wilayah Kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat pendidikan Bidan di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009. b. Mengidentifikasi pengetahuan Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009. c. Mengidentifikasi sikap bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009. d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009. e. Menganalisis hubungan pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi
Menyusu
Dini
Banjarmasin Selatan.
(IMD)
di
Puskesmas
wilayah
kerja
4
D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi pembaca dan juga menjadi masukan untuk peneliti yang akan datang. 2. Penulis Dapat mengetahui secara langsung hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan serta sikap bidan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sekaligus menambah dan memperdalam pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pengalaman penulis dalam mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. 3. Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh bidan dalam pertolongan persalinan.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian 1. Pendidikan a. Pengertian Menurut Wikipedia (2008), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk
mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam
yaitu
pemberian
pengetahuan,
pertimbangan
dan
kebijaksanaan. b. Tujuan Menurut Hartato (2008), tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan menentukan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. c. Proses Menurut
Hartato
(2008),
Proses
pendidikan
merupakan
kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik, yang terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya, pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
5
6
d. Jalur Pendidikan Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2003), dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri dari : 1) Pendidikan Formal Pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti
syarat-syarat
tertentu
secara
ketat,
pendidikan
berlangsung di sekolah. a) Pendidikan dasar terdiri dari SD (Sekolah Dasar), Ml (Madrasah Ibtidaiyah). b) Pendidikan menengah pertama terdiri dari SMP (Sekolah Menengah Pertama), MTs (Madrasah Tsanawiyah). c) Pendidikan
menengah
atas
terdiri
dari
SMA
(Sekolah
Menengah Atas), MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). d) Pendidikan tinggi dibedakan atas gelar yang terdiri dan S1, S2, S3 dan non gelar (D1, D2 dan D3). 2) Pendidikan Nonformal Yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. 3) Pendidikan Informal Pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan masyarakat, keluarga dan organisasi. e. Pendidikan Bidan Pendidikan
bidan
berhubungan
dengan
perkembangan
pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan atau tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan. Pencapaian kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri diawali dan institusi pendidikan yang berpedoman pada
7
kompetensi bidan melalui institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai kebutuhan (Sofyan, 2006). Pendidikan bidan yang berorientasi pada profesional dan akademik serta memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian adalah suatu terobosan dan syarat utama untuk mempercepat peningkatan kualitas pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan untuk berkembang diperlukan kualitas bidan yang memadai atau handal dan diperlukan untuk monitoring atau pemantauan pelayanan kebidanan dalam masyarakat (Sofyan, 2006). f. Tingkat Pendidikan Bidan 1) Program Pendidikan bidan yang disebut PPB (D-I) yang menerima lulusan dari SPR dan SPK, dengan lama pendidikan satu tahun. Pada tahun 1985 program ini dibuka karena dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana di masyarakat (Sofyan, 2006). 2) Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan, merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan (Koesno, 2005). 3) Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV merupakan bidan professional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, dan pendidik (Koesno, 2005). 4) Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional,
yang
memiliki
kompetensi
untuk
melaksanakan
praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, pendidik, peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan
8
bidan maupun system / ketata-laksanaan pelayanan kesehatan secara universal (Koesno, 2005). 2. Pengetahuan a. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu
pancaindera
objek
manusia,
tertentu. yakni
Penginderaan
indra
terjadi
penglihatan,
melalui
pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). b. Proses Menurut Notoatmodjo (2007), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Penelitian Ronger (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), mengemukakan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : 1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulasi (objek) terlebih dahulu. 2) Interest, yakni orang mulal tertarik kepada stimulus. 3) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial, orang yang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Adaption, yaitu subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya sendiri terhadap stimulus. c. Tingkatan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
9
1) Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (reccall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengenterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analisys) Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Diartikan
sebagai
menghubungkan
kemampuan
bagian
–
bagian
untuk di
meletakkan
dalam
suatu
atau bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu
didasarkan
pada
kritera
yang
ditentukan
menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
sendiri,
atau
10
3. Sikap a. Pengertian Menurut Notoadmojo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Sikap juga diartikan sebagai penggambaran suka atau tidak suka seseorang terhadap objek, yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain dan membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain. Koentjaraningrat (2006), mangatakan bahwa sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan dari individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia ataupun masyarakat, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan fisik), sikap juga biasanya dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering juga bersumber kepada sistem nilai dan budaya. b. Tingkatan Seperti halnya dengan pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2007). sikap terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (receiving) Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) Diartikan bahwa sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab (responsible)
11
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. c. Pembentukan Menurut Sunaryo (2004), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu : 1) Adopsi Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui keadian yang terjadi berulang kali dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu, dan akan mempengaruhi pembentukan serta perubahan sikap individu. 2) Differensiasi Adalah suatu cara pembentukan dan pembahan sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, hal-hal tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya sehingga pembentukan sikap tersendiri. 3) Integrasi Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara
tahap
demi
tahap,
diawali
dari
bermacam-macarn
pengetahuan dan pengalaman yang berhungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut. 4) Trauma Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan mendalam dalam diri individu terhadap kejadian sejenis. Menurut
Sunaryo
(2004),
faktor
yang
pembentukan dan pengubahan sikap diantaranya :
mempengaruhi
12
1) Faktor internal Faktor yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menemukan mana yang akan diterima dan mana yang akan tidak. 2) Faktor eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan dapat juga bersifat tidak langsung. d. Determinan Prilaku manusia Menurut Sunaryo (2004), prilaku seseorang ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Terwujudnya dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung (enable factor) Terwujudnya
dalam
lingkungan
fisik,
tersedia
atau
tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. 3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) Terwujudnya dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dan prilaku masyarakat. e. Pengukuran Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara memberikan kuesioner yang dijawab langsung oleh responden. Untuk setiap pernyataan, responden akan diberi skor sesuai dengan nilai skala katagori jawaban yang diberikannya. Skor responden pada setiap pernyataan
kemudian
dijumlahkan
responden pada skala sikap.
sehingga
merupakan
skor
13
Skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masaah yang ada pada masyarakat atau dialaminya. 4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Pengertian Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri. b. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan Menurut Roesli (2008), langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan : 1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. 2) Seluruh tubuh bayi dikeringkan termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangarnya. 3) Tali pusat dipotong lalu diikat. 4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan terlebih dahulu karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. 5) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
14
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang kurang tepat Menurut Roesli Utami (2008), umumnya praktek inisiasi menyusu dini yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. 2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering tali pusat lalu dipotong dan diikat. 3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. 4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak kulit). 5) Setelah bayi dibedong kemudian diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukan puting susu ibu ke mulut bayi. 6) Setelah itu, bayi ditimbang, diukur, diazankan oleh ayahnya, diberi suntikan vitamin K, dan kadang-kadang diberi tetes mata. d. Tata laksana melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. 2) Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi. 3) Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok. 4) Mengeringkan
seluruh
badan
dan
kepala
bayi
sebaiknya
dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. 5) Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu, dan biarkan bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan keduanya diselimuti.
15
6) Membiarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu, ibu dapat saja merangsang
bayi
dengan
sentuhan
lembut,
tetapi
tidak
memaksakan bayi ke puting susu. 7) Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau prilaku bayi sebelum menyusu. 8) Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar. 9) Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang ,diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. 10) Merawat gabung, ibu dan bayi dalam satu kamar. Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima) tahapan prilaku sebelum bayi menyusu, yakni : 1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar kandungan. 2) Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. 3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya bayi mulai mengeluarkan air liurnya. 4) Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangan yang mungil.
16
5) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik. e. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini Menurut Affandi (2008), inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22 % kematian 28 hari. Sekitar 40 % kematian tiap satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini meningkatkan keberhasilan menyusu ekslusif dan lamanya menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh. Menurut Roesli (2008), Inisiasi menyusu dini juga berperan dalam
pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (MDGs)
yakni : 1) Membantu mengurangi kemiskinanan. Jika seluruh bayi di Indonesia dalam setahun disusui secara eskiusif 6 bulan, berarti biaya pembelian susu formula selama 6 bulan tidak ada. 2) Membantu mengurangi kelaparan Pemberian ASI membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai 2 tahun juga mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini. 3) Membantu mengurangi angka kematian anak f. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Menurut Roesli (2008) manfaat inisiasi menyusu dini adalah : 1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia). 2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi. 3) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, memakan bakteri ‘baik’ dikulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan berkembang biak
17
membentuk koloni dikulit dan usus bayi, menyaingi bakteri ‘jahat’ dari lingkungan. 4) Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. 5) Memberikan pada bayi kesempatan untuk menyusu dini maka akan lebih berhasil menyusu esklusif dan akan lebih lama disusui. 6) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan pijatan bayi pada puting ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitoksin. 7) Hormon oksitoksin akan bekerja sama dengan hormon prolaktin yang akan menyebabkan otot kecil di sekeliling alveoli mengerut sehingga mengalirkan air susu ke puting, pengeluaran oksitoksin juga menyebabkan rahim berkontaksi dan membantu pengeluaran plasenta serta mengurangi perdarahan. 8) Bayi dengan Inisiasi Menyusu Dini akan mendapatkan ASI kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar. Kolostrum atau ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus. 9) Ibu dan ayah akan merasa bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi Inisiasi Menyusu Dini ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah.
B. Landasan Teori Inisiasi Menyusu Dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.
18
C. Kerangka Konsep Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
D. Hipotesis Ada hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009.
19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini mempelajari korelasi antara faktor resiko (pendidikan dan pengetahuan) dengan efek (sikap tentang inisiasi menyusu dini).
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, serta peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau di dalam alam (Notoatmodjo, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Banjarnasin Selatan Kota Banjarmasin pada September 2009. 2. Sampel penelitian Sampel
penelitian
adalah
sebagian
yang
diambil
dan
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003). Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non random (non probability) sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan
19
20
belaka, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara pourposive sampling. Dalam penelitian ini sampel adalah semua bidan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin pada bulan Sptember 2009.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasipnal 1. Variabel penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Hidayat, 2007). Berdasarkan kerangka konsep, peneliti membuat kerangka operasional dari masing-masing. Variabel yang diteliti yaitu pendidikan dan pengetahuan sebagai variabel bebas (variable independent) dan sikap tentang inisiasi menyusu dini di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin sebagai variabel terikat (variable dependent). 2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan
karakteristik
yang
diamati,
sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini adalah pendidikan dan pengetahuan responden (bidan) dengan sikap tentang inisiasi menyusu dini.
21
Tabel 3.1 No
Variabel
Definisi Operasional
Definisi Operasional Suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistemtis dan terorganisir, yang mana bidan mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis tentang kebidanan
Alat Hasil Ukur Skala Pengukur Kuesioner Tingkat Ordinal pendidikan, dikatakan : ¾ Rendah : D1 ¾ Sedang : D3 ¾ Tinggi : D4/S1
1
Tingkat Pendidikan
2
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah bidan melakukan penginderaan terhadap Inisiasi Menyusu Dini
Kuesioner Tingkat pengetahuan, dikatakan : ¾ Baik : 76 – 100 % ¾ Cukup : 56 – 75 % ¾ Kurang : < 55 %
3
Sikap
Kuesioner Sikap, Ordinal dikatakan : ¾ Sangat Baik : 76 – 100 % ¾ Baik : 51 – 75 % ¾ Tidak Baik : < 50 %
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari bidan terhadap Inisiasi Menyusu Dini
Ordinal
D. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner berisi daftar pertanyaan yang digunakan oleh peneliti dalam menggali atau mengobservasi responden tentang pendidikan dan pengetahuan
22
bidan dengan sikap tentang inisiasi menyusu dini di Puskesmas wilayah kerja Banjarmasin Selatan, selanjutnya pertanyaan tersebut dianalisis dengan program komputer menggunakan uji statistik.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan pada bulan September 2009.
F. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder : 1.
Data primer
: Data yang langsung diambil dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan dan dijawab oleh responden.
2.
Data sekunder : Pengumpulan data tentang jumlah bidan, tingkat pendidikan bidan dan lokasi / tempat Puskesmas bekerja dengan melihat data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Kuesioner Pengetahuan No
Pengetahuan
Jawaban
Jumlah Soal / No
A √
B
1
Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
1 / (1)
2
Tujuan Inisiasi Menyusu Dini
2 / (3)
√
(10)
√ √
3
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
1 / (4)
4
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
6 / (2)
C
√
(5)
√
(6)
√
(7)
√
(8)
√
(9)
√
23
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Kuesioner Sikap No 1
Sikap
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Soal / No. Soal
STS
Negatif
1 (1)
√
Pelaksanaan
Positif
5 (2)
√
Inisiasi Menyusu
Positif
(3)
√
Dini
Negatif
(4)
Positif
(5)
√
Positif
(6)
√
Negatif
(7)
Positif
(8)
√
Positif
(9)
√
Negatif
(10)
Tujuan
Inisiasi
TS
S
SS
Menyusu Dini 2
√
√
√
G. Analisis dan Pengolahan Data Dalam melakukan analisa, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistic, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan,
terutama
dalam
pengujian
hipotesis.
Dalam
proses
pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing data dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Setelah pengumpulan data hasil kuesioner kemudian dilakukan pengecekan, apakah semua data sudah lengkap dan benar. 2. Coding Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengetahuan dan analisis data menggunakan komputer.
24
Data-data yang sudah tersusun, diklasifikasikan sesuai dengan kelompoknya yang telah ditetapkan. Kemudian data dianalisis dengan bantuan komputerisasi. 3. Entri data Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data hasil komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. Kemudian dilakukan pengolahan data: a. Tingkat Pendidikan Untuk mengetahui tingkat pendidikan bidan, dilakukan dengan memberikan pertanyaan. Dimana tingkat pendidikan dikategorikan rendah untuk tingkat pendidikan D-I, sedang untuk tingkat pendidikan D-III kebidanan dan tinggi untuk tingkat pendidikan D-IV kebidanan. b. Pengetahuan Bidan Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini, dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang mana tiap pertanyaan diberi skor jika benar nilainya 1, jika salah nilainya 0. Dengan menggunakan rumus ; (Arikunto, 1998) F P =
---------- x 100 % N
P = presentasi yang dicari F = jumlah jawaban yang benar N = jumlah pertanyaan Kategori nilai : Baik
: 76 % - 100 %
Cukup
: 56 % - 75 %
Kurang
: 45 % - 55 %
Tidak baik
: < 45 %
25
c. Sikap Bidan Untuk mengetahui sikap bidan tentarig Inisiasi Menyusu Dini, dilakukan dengan memberikan pertanyaan, menggunakan skala Likert sebagai berikut : Tabel 3.4 Skala sikap model Likert Pernyataan Positif
Nilai
Pernyataan Negatif
Nilai
Sangat Setuju
4
Sangat Setuju
1
Setuju
3
Setuju
2
Tidak Setuju
2
Tidak Setuju
3
Sangat Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
4
Sumber : Hidayat ( 2007 ) Kemudian menjumlahkan semua skor yang diperoleh dibagi dengan (skor maksimal dikalikan jumlah soal), dikalikan 100 %, dikategorikan sebagai berikut : Sangat tidak baik
: 0 – 25 %
Tidak baik
: 26 – 50 %
Baik
: 51 – 75 %
Sangat baik
: 76 – 100 %
4. Melakukan Teknik Analisis Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat, 2007). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi responden tentang jumlah responden berdasarkan tingkat perdidikan, dan distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan denan sikap responden tentang inisiasi menyusui dini, juga dilakukan analisis
26
bivariat terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pengolahan data dilakukan denan menggunakan analisis kuantitatif dimana data yang diperoleh dikumpulkan berjumlah besar, berupa angka-angka. Metode analisis kuantitatif mengunakan statistik sebagai analisis data. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang inisiasi menyusu
dini
yang
dilakukan
dengan
uji
kolerasi
Spearman
Correlation, dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05). 5. Interpretasi hasil pengolahan data Pada uji Spearman Correlation, bila p < 0,05 maka Ho ditolak, maka Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini, dan bila ρ > 0,05 maka Ho diterima atau Ho ditolak artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini.
27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Luas wilayah Kecamatan Banjamasin Selatan yaitu + 20,18 km2, yang terdiri dari beberapa Kelurahan, dan puluhan Rukun Tetangga, yang wilayah
kerjanya
terkonsentrasi
di
beberapa
Puskesmas
yang
membawahi beberapa kelurahan dan lingkungan masyanakatnya terdiri / dilalui oleh, beberapa anak sungai, gang–gang / jalan kecil dengan lebar kurang lebih 3 meter. Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan sebanyak 10.549 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) sebanyak 2.398 KK. Di Puskesmas Wilayah Kerja Banjarmasin Selatan, memiliki tenaga kesehatan bidan sebanyak 29 orang, dinana pada Puskesmas Kelayan Dalam memiliki 5 orang bidan, Puskesmas Kelayan Timur sebanyak 5 orang bidan, Puskesmas Pekauman sebanyak 9 orang bidan, Puskesmas Pemurus Dalam sebanyak 5 orang bidan, dan Puskesmas Tanjung Pagar 5 orang bidan. Kecamatan Banjarmasin Selatan adalah salah satu kecamatan dalam wilayah Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kecamatan Banjarmasin Selatan berbatasan dengan : •
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Banjarmasin Timur
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Banjarmasin Barat
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kertak Hanyar, Kab. Banjar
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banjarmasin Tengah
27
28
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data 1. Analisis Univariat a. Tingkat Pendidikan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Bidan di Wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan Tahun 2009 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
DI
6
20,6
2
D III
8
27,6
3
D IV
15
51,8
Jumlah
29
100 %
Sumber : Data Primer peneliti tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, responden yang paling banyak yaitu bidan dengan tingkat pendidikan D IV sebanyak 15 orang (51,8 %) dan yang paling sedikit adalah responden yang tingkat pendidikan D I sebanyak 6 orang (20,6 %) b. Tingkat Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Inisaisi Menyusu Dini bagi Bidan di Wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan Tahun 2009 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Kurang
4
13,8
2
Sedang
11
37,9
3
Baik
14
40,3
Jumlah
29
100 %
Sumber : Data Primer peneliti tahun 2009
Persentase (%)
29
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang Inisiasi Menyusu Dini yaitu sebanyak 14 orang (40,3 %), dan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (13,8 %). c. Sikap Bidan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Bidan Di Wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan Tahun 2009 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
Kurang Baik
2
6,9
2
Baik
9
31,0
3
Sangat Baik
18
62,1
Jumlah
40
100 %
Sumber : Data Primer peneliti tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, sebagian besar responden memiliki sikap yang sangat baik sebanyak 18 orang (62,1 %), dan yang memiliki sikap tidak baik sebanyak 2 (6,9 %). 2. Analis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian dari 29 responden yaitu mengenai hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang
Inisiasi
Menyusu
Dini
di
Puskesmas
Wilayah
Kerja
Banjarmasin Selatan, tahun 2009, data yang sudah diperoleh diolah kemudian dianalisis secara Univariat dan Bivariat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
30
a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini. Tabel 4.4 Tabel Silang Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan
Pengetahuan Baik N % 6 20.69%
Total
DI
Kurang baik N % 0 0.00%
Sangat Baik N % 0 0.00%
N 6
% 20.69%
D III
2
6.90%
0
0.00%
6
20.69%
8
27.59%
D IV
0
0.00%
3
10.34%
12
41.38%
15
51.72%
JUMLAH
2
6.90%
9
31.03%
18
62.07%
29
100%
Sumber : Data Primer peneliti tahun 2009 Dari tabel 4.4 di atas, didapatkan bahwa bidan yang berpendidikan D IV dengan pengetahuan sangat baik ada 12 orang (41,38 %), sedangkan pendidikan D III dengan pengetahuan sangat baik ada 6 orang (20,69 %), dan yang berpendidikan D I dengan sikap yang baik ada 6 orang (66,7 %), namun tidak ada bidan yang dengan pendidikan D I yang pengetahuannya sangat baik (0 %). Dari uji Spearman Correlation didapatkan ρ = 0,004 dengan α = 0,05 maka ρ < α sehingga Ho ditolak, karena Ha diterima. Berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini.
31
b. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini Tabel 4.5 Tabel Silang Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan Tahun 2009 Kurang baik N % 0 0.00%
Sikap Bidan Baik N % 2 6.90%
Sangat Baik N % 2 6.90%
N 4
% 13.79%
Baik
2
6.90%
6
20.69%
3
10.34%
11
37.93%
Sangat Baik
0
0.00%
1
3.45%
13
44.83%
14
48.28%
JUMLAH
2
6.90%
9
31.03%
18
62.07%
29
100%
Tingkat Pengetahuan Kurang Baik
Total
Sumber : Data Primer peneliti tahun 2009 Dari tabel 4.5 di atas, didapatkan bahwa bidan yang mempunyai pengetahuan yang sangat baik dengan sikap yang sangat baik sebanyak 13 orang (44,83 %), dan bidan yang mempunyai pengetahuan cukup baik dengan sikap yang sangat baik sebanyak 3 orang (27,3 %), sedangkan bidan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang dengan sikap yang kurang baik adalah sebanyak 0 (0 %). Dari Uji Spearman Correlation, didapatkan ρ = 0,003 dengan α = 0,05 maka ρ < α sehingga Ho ditolak, karena Ha diterima. Berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusui Dini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Tingkat Pendidikan Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.1, didapatkan tingkat pendidikan rendah (D I) yaitu sebanyak 6 orang (20,6 %), responden yang berpendidikan sedang (D III) 8 orang (27,6 %), dan responden yang berpendidikan lebih tinggi sebanyak 15 orang (51,8%).
32
Tingkat pendidikan responden yang rendah karena kategori pendidikan rendah pada penelitian ini adalah pendidikan DI dan pendidikan bidan di wilayah kerja Banjarmasin Selatan masih banyak yang berpendidikan DI. Sehingga lebih dari 50 % responden termasuk kategoni rendah. Pendidikan DI Kebidanan atau yang sering disebut PPB (Program Pendidikan Bidan), program ini dibuka karena dibutuhkannya bidan yang memiliki wewenang untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana di masyarakat (Sofyan, 2006). 2. Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.2, didapatkan tingkat pengetahuan responden baik sebanyak 14 orang (40,3 %), tingkat pengetahuan responden sedang / cukup sebanyak 11 orang (37,9 %), tingkat pengetahuan responden kurang sebanyak 4 orang (13,8 %). Tingkat pengetahuan responden baik dikarenakan responden sudah mengetahui tentang Inisiasi Menyusu Dini dari pendidikan terdahulu walaupun sedikit. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan bidan di wilayah kerja Banjarmasin Selatan baik, sehingga lebih dari 50 % tingkat pengetahuan responden dikategorikan baik. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Sebagian
besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Seperti halnya pendidikan, pengetahuan juga memiliki tingkat, yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 3. Sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 4.3, didapatkan sikap responden yang sangat baik sebanyak 18 orang (62,1 %), sikap responden yang baik sebanyak 9 orang (31,0 %), dan responden yang sikapnya tidak baik sebanyak 2 orang (6,9 %).
33
Sikap responden yang sangat baik karena responden pada penelitian ini adalah bidan yang memang pada dasarnya sudah terpapar mengenai Inisiasi Menyusu Dini misalnya saja dari pelatihan, seminar, dan media massa. Sehingga lebih dari 50 % responden dikategorikan sangat baik berarti bidan sudah bias menerima tentang Inisiasi Menyusu Dini. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Lawrence Green ada tiga faktor utama yang menentukan perilaku yaitu pertama faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi dan sebagainya. Faktor yang kedua adalah pemungkin yaitu sarana atau prasarana kesehatan. Faktor yang ketiga adalah faktor penguat yaitu sikap petugas dan sikap masyarakat. 4. Hubungan Tingkat Pendidikan Bidan dengan Sikap Tentang Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan sikap bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan tingkat kemaknaan sebesar 95 % dengan nilai α = 0,05 yang artinya dengan nilai tersebut diharapkan kemungkinan kegagalan dalam penelitian ini sebesar 5 % sehingga didapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi, dengan hasil uji statistik Spearman Correlation didapatkan ρ = 0,004 < α = 0,05 berarti ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini. Pendidikan dan pengetahuan memiliki suatu hubungan karena semakin
tinggi
pendidikan
responden
maka
semakin
mudah
responden untuk menerima dan memahami informasi tentang suatu objek tertentu seperti halnya tentang Inisiasi Menyusu Dini. Menurut tahapan
Notoatmodjo
pendidikan
yang
(2007),
tingkat
ditetapkan
pendidikan
berdasarkan
adalah tingkat
34
perkembangan
peserta
didik,
tujuan
yang
akan
dicapai
dan
kemampuan yang dikembangkan. Adapun tujuan dari pendidikan adalah menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan baru, mereka yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memanfaatkan pelayanan, tingkat pendidikan
mempengaruhi
kesadaran
terhadap
pentingnya
arti
kesehatan sehingga mendorong permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Pendidikan memiliki tingkat dimana setiap tingkat mendasari tahap perkembangan peserta didiknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah kemampuannya untuk mengembangkan diri, setiap perilaku masih sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, kerabat ataupun orang yang mereka tuakan (Notoatmodjo, 2007). 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Bidan dengan Sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan tingkat kemaknaan sebesar 95 % dengan nilai α = 0,05 yang artinya dengan niiai tersebut diharapkan kemungkinan kegagalan dalam penelitian ini sebesar 5 % sehingga didapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi, dengan hasil uji statistik Spearman Correlation didapatkan ρ = 0,003 < α = 0,05 berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini. Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap karena Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan langgeng. Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung lama.
35
Ada faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya dimana seseorang
tersebut
berada,
sedangkan
faktor
internal
yang
menentukan seseorang itu merespon stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan lainlain (Notoadmodjo, 2007). Sesuai dengn teori dari Bloom dalam Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan 6 tahapan pengetahuan yaitu yang pertama adalah Know (tahu) artinya mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian tahapan yang kedua adalah comprehension (memahami) yang artinya kemampuan menjelaskan secara
benar
objek
yang
sudah
diketahui
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Sedangkan tahapan yang selanjutnya yaitu aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi tidak dilakukan. Menurut
Notoatmodjo,
ada
beberapa
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang
yaitu
faktor
yang
pendidikan.
Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan adanya seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan luas pula pengetahuannya.
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari 29 orang responden dalam penelitian mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi ( D IV ) yaitu sebanyak 15 orang (51,7 %), yang pendidikan sedang setingkat D III sebanyak 8 orang (27,6 %) dan yang pendidikan rendah setingkat D I sebanyak 6 orang (20,7 %). 2. Sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 14 orang (48,3 %), tingkat pengetahuan responden yang sedang sebanyak 11 orang (37,9 %), tingkat pengetahuan responden yang kurang sebanyak 4 orang (13,8 %). 3. Responden yang mempunyai sikap yang sangat baik sebanyak 18 orang (62,1 %), responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 9 orang (31,0 %) dan responden yang mempunyai sikap yang tidak baik sebanyak 2 orang (6,9 %). 4. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan tingkat pendidikan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini. Karena dari uji statistik T Kendall didapatkan ρ = 0,004 dengan α = 0,05 maka ρ < α sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. 5. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan tingkat pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini. Karena dan uji statistik Spearman Correlation didapatkan ρ = 0,016 dengan α = 0,05 maka ρ < α sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
36
37
B. Saran – Saran 1. Untuk Puskesmas Kelayan Dalam diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang IMD agar dapat memberikan penyuluhan yang bermanfaat bagi ibu menyusui. 2. Untuk peneliti lain diharapkan dapat mempergunakan penelitian ini sebagai bahan perbandingan dan faktor predisposisi lain 3. Untuk Stikes Husada Borneo diharapan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan kepustakaan untuk proses belajar mengajar 4. Untuk petugas kesehatan khususnya Bidan diharapkan dapat memberikan pelayanan post natal yang baik
38
DAFTAR PUSTAKA Affandi, Biran, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPK. Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Amori, Syifa. 2007. Program ASI Esklusif Terus Digalakkan, http://www.berbagai_sumber.com , di akses 20 Februari 2009. Anonim. 2008. Informasi Inisiasi Menyusu Dini, http://kumpulan_info_keluarga.com , di akses 20 Februari 2009. Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Aqsyaluddin, Jamaludin. 2007. Inisiasi Menyusu Dini Cegah Kematian Bayi http://www.nikita_news , Gramedia majalah. Diakses 20 Februari 2009. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Bhisma, Murti. 1998. Penerapan Metode Statistik Non-Paramedik dalam Ilmu – Ilmu Kesehatan. Jakarta: Media Pustaka Utama. Cesilia, Frisika. 2002. Kampanye ASI untuk Generasi Unggul. http://www.jurnal_nasional.com , di akses 20 Februari 2009. Hartanto. 2008. Pengertian Pendidikan. http://www.fatamorgana.com , di akses 28 Februari 2009 Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medeka. Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehalan & Ilmu Praktik. Jakarta : Reneka Cipta. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda. Koesno, H. 2005. Standar Profesi Kehidanan. Jakarta : PP IBI.
38
39
Sofyan, M, dkk. 2006. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
40
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Banjarmasin,
Mei 2009
Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
NIM
: Adalah mahasiswa Program Diploma IV Kebidanan STIKES Husada Borneo
yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Bidan Dengan Sikap Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin tahun 2009”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika anda telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri, maka anda diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak ikut serta pada penelitian ini. Apabila
anda
menyetujui,
maka
saya
mohon
kesediannya
untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya buat. Atas perhatian dan kesediaan anda saya ucapkan terimakasih. Peneliti,
……………………
41
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul Penelitian :
HUBUNGAN
TINGKAT
PENDIDIKAN
DAN
PENGETAHUAN BIDAN DENGAN SIKAP TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA BANJARMASIN SELATAN TAHUN 2009 Setelah saya mendapatkan penjelasan dari Peneliti yang bermaksud mengadakan penelitian kepada diri saya, dengan ini saya menyatakan :
BERSEDIA Untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut guna pengembangan ilmu dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya tentang Inisiasi Menyusu Dini. Dengan persetujuan ini saya tanda – tangani dengan sejujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun. Banjarmasin,
September 2009
Responden,
…………………………
42
KUESIONER HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN BIDAN DENGAN SIKAP TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA BANJARMASIN SELATAN TAHUN 2009 No. Responden
: ………………………………
Umur
: ………………………………
Pendidikan Terakhir : ………………………………
Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut ibu benar.
Kuesioner pengetahuan 1. Yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) adalah …… a. Bayi mulai menyusu segera setelah lahir, dengan mencari sendiri payudara ibunya b. Bayi menyusu dengan bantuan orang lain c. Bayi menyusu sendiri setelah beberapa jam setelah lahir 2. Berapa jam setidaknya bayi dibiarkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir …… a. Satu jam b. Dua jam c. Tiga jam 3. Tujuan dari Inisiasi Menyusu Dini adalah …… a. Hanya mencegah hipotermi b. Meningkatkan keberhasilan menyusu ekslusif dan lama menyusu sampai 2 tahun sehingga dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh c. Tidak merepotkan ibu untuk merawat membesarkan anaknya
43
4. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi …… a. Ibu dapat memberikan ASI kolostrum pada bayi b. Bayi terhindar dari hipotermi c. Mempererat ikatan kasih sayang, merasa lebih tenang antara ibu dan bayi 5. Posisi bayi pada waktu melakukan inisiasi Menyusu Dini …… a. Bayi ditidurkan di samping ibu, lalu keduanya diselimuti b. Bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan memakai baju c. Bayi ditengkurapkan di dada ibu atau di perut ibu dengan skin to skin contact, lalu keduanya diselimuti, jika pelru pakai topi bayi. 6. Apa saja yang dapat mengganggu kemampuan bayi dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini …… a. BBLR b. Persalinan normal c. Obat kimiawi dan tindakan seperti Caesar, Vakum, Forsep dan Episiotomi 7. Sebaiknya sikap ibu (klien) dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, kecuali …… a. Ibu tidak mau tahu b. Kesabaran sang ibu c. Rasa percaya diri yang tinggi 8. Berikut ini prosedur yang ditunda dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini …… a. Ditimbang, diukur, dan dicap b. Pemberian suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi c. Bayi yang dikeringkan lalu kontak langsung dengan benar
44
9. Hentakan kepala bayi, sentuhan tangan bayi di puting susu, emutan dan pijatan pada puting susu akan mengeluarkan hormon …… a. Estrogen b. Oksitosin c. Progesteron 10. Dengan Inisiasi Menyusu Dini, kematian bayi dapat dicegah sebanyak …… a. 50 % b. 22 % c. 13 %
45
Kuesioner Sikap Petunjuk
: berilah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang menurut ibu
benar SS
: Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
No 1
Pernyataan Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan menyusui ekslusif dan lama menyusu sampai 2 tahun.
2
Persalinan tidak normal tidak perlu melakukan Inisiasi Menyusu Dini
3
Dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini seorang ayah diperlukan untuk membantu ibu.
4
Untuk mempercepat pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini bayi didorong untuk menemukan payudara ibu.
5
Setiap persalinan normal oleh bidan harus dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
6
Sebelum masa persalinan berlangsung, bidan menjelaskan pada ibu tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang akan dilakukan
7
Bidan harus memaksa ibu yang tidak bersedia melakukan Inisiasi Menyusu Dini
8
Ayah mengazankan bayinya di atas perut ibu ketika Inisiasi Menyusu Dini berlangsung.
9
Yang disiapkan bidan untuk pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini adalah suasana tenang, nyaman dan penuh kesabaran.
10
Jika ASI ibu belum keluar, maka Inisiasi Menyusu Dini tidak dilakukan
SS
S
TS
STS
46
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN BIDAN DENGAN SIKAP TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA BANJARMASIN SELATAN TAHUN 2009
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Diploma IV
Oleh :
FATMAH NIM. 08D4AJ0008
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU 2009
47
LEMBAR PENGESAHAN
TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 7 NOVEMBER 2009
Oleh : Pembimbing
NUGROHO SUSANTO, SKM, M.Kes NIDN. 0530037 801
Ketua Stikes Husada Borneo Banjarbaru
Dr. ROSSI SANUSI, MPA, P.HD NIDN. 0428094 301
ii
48
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI Diterima dan disetujui oleh Dewan Penguji Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Jurusan Kebidanan Banjarbaru
Pada tanggal 7 November 2009
DEWAN PENGUJI Ketua
NUGROHO SUSANTO, SKM, M.Kes NIDN. 0530037 801 Anggota
NUR IJATI UNTARI NIDN. 0503057 704 Anggota
RUSMAN EFENDI, SKM, M.Si NIDN. 1218047 801
iii
49
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
iv
50
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………
ii
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI …………………………
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
…………………
iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL
vii
…………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN
…………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………………
ix
KATA PENGANTAR
…………………………………………………
x
INTISARI / ABSTRAK
…………………………………………………
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
…………………………………………
1
A. Latar Belakang …………………………………………
1
B. Perumusan Masalah
…………………………………
3
C. Tujuan Penelitian
…………………………………
3
1. Tujuan Umum
…………………………………
3
2. Tujuan Khusus
…………………………………
3
D. Manfaat Penelitian
…………………………………
4
TINJAUAN PUSTAKA
…………………………………
5
…………………………………………
5
…………………………………………
5
…………………………………
8
A. Pengertian 1. Pendidikan 2. Pengetahuan
BAB III
3. Sikap …………………………………………………
10
4. Inisiasi Menyusu Dini
…………………………
13
B. Landasan Teori
…………………………………
17
C. Kerangka Konsep
…………………………………
18
D. Hipotesis …………………………………………………
18
METODE PENELITIAN
…………………………………
19
A. Rancangan Penelitian …………………………………
19
B. Populasi dan Sampel Penelitian
19
v
…………………
51
1. Populasi Penelitian …………………………………
19
2. Sampel Penelitian …………………………………
19
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
…
20
1. Variabel Penelitian …………………………………
20
2. Definisi Operasional
…………………………
20
…………………………………
21
E. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………
22
F. Jenis dan Sumber Data
…………………………
22
G. Analisis dan Pengolahan Data …………………………
23
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
…………
27
…………………………
27
D. Instrumen Penelitian
BAB IV
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data
…………………
28
1. Analisis Univariat
…………………………………
28
2. Analisis Bivariat
…………………………………
29
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………
31
1. Tingkat Pendidikan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini
…………………………………
31
2. Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini
…………………………………
3. Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini
32
…
32
…………
33
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Bidan dengan Sikap Tentang Inisiasi Menyusu Dini
5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Bidan dengan Sikap Tentang Inisiasi Menyusu Dini BAB V
…………
34
…………………………
36
…………………………………………
36
…………………………………………………
37
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
52
DAFTAR TABEL No. Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.1
Definisi Operasional
21
3.2
Kisi – Kisi Kuesioner / Pengetahuan
22
3.3
Kisi – Kisi Kuesioner / Sikap
23
3.4
Skala Sikap Model Likert
25
4.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin Tahun 2009
28
4.2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin Tahun 2009
28
4.3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin Tahun 2009
29
4.4
Tabel Silang Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Tahun 2009
30
4.5
Tabel Silang Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Selatan Tahun 2009
31
vii
53
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
2.1
Judul Tabel
Kerangka Konsep Penelitian
viii
Halaman
18
54
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran
Judul Lampiran
1
Surat Pernyataan kesediaan bidan untuk menjadi responden penelitian
2 Kuesioner Penelitian 3 Hasil Uji Statistik 4 Kartu Konsultasi ke Pembimbing 5 Peta Wilayah Kerja Penelitian
ix
55
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Bidan Dengan Sikap Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Pusksmas Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin tahun 2009”. Karya Tulis ini dibuat sebagai bagian persyaratan untuk mencapai derajat Diploma Empat (D-IV) Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarmasin. Pada kesempata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Nugroho Susanto, SKM, M.Kes selaku pembimbing utama yang dengan penuh sabar dan perhatian memberikan kesempatan dan bimbingan dalam penyelesaian Karya Tulis ini. 2. Nina Rahmadili Yuni, Am.Keb, S.Kep, M.Ph selaku pembimbing pendamping. 3. Ketua STIKES Husada Borneo Banjarmasin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada institusi ini. 4. Bapak Walikota Banjarmasin yang telah memberikan ijin dalam proses pendidikan. 5. Seluruh reponden yang telah membantu dalam proses penelitian sehingga bisa terselesaikannya Karya Tulis ini dengan baik. 6. Teman-teman mahasiswa pada Program pendidikan Diploma Empat (DVIV) Kebidanan STIKES Husada Borneo Banjarmasin yang selalu memberikan dukungan, semangat dan kerjasama selama pendidikan. Khusus ucapan terima kasih untuk suamiku tercinta Taufik Rahman dan teristimewa buat anak-anakku M. Arifin, Rizal. R, dan Lily. M tercinta atas pengertian, kesabaran dan do’anya yang selalu mengiringi penulis selama mengikuti pendidikan hingga selesainya Karya Tulis ini.
x
56
Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan dalam Karya Tulis ini dan masih jauh dan kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Banjarmasin, Penulis
xi
Oktober 2009
57
INTISARI
Fatmah, 08D4AJ0008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Bidan dengan Sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Wilayah Kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009. D IV Bidan Pendidik dan Klinik STIKES Husada Borneo Banjarbaru. Inisiasi Menyusu Dini merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Pada IMD bayi harus aktif menemukan puting susu ibu dan harus dilakukan langsung setelah lahir. IMD berhasil menurunkan angka kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan bidan dengan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Wilayah Kerja Banjarmasin Selatan tahun 2009. Metode yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional . Populasi adalah seluruh bidan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Banjarmasin selatan. Pengambilan sampel menggunakan metode non random sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh diolah dengan meode statistik. Dari 29 orang responden didapatkan 15 orang (51,7 %), yang pendidikan sedang setingkat D III sebanyak 8 orang (27,6 %) dan yang pendidikan rendah setingkat D I sebanyak 6 orang (20,7 %). Sedangkan untuk tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 14 orang (48,3 %), tingkat pengetahuan responden yang sedang sebanyak 11 orang (37,9 %), tingkat pengetahuan responden yang kurang sebanyak 4 orang (13,8 %). Responden yang mempunyai sikap yang sangat baik sebanyak 18 orang (62,1 %), responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 9 orang (31,0 %) dan responden yang mempunyai sikap yang tidak baik sebanyak 2 orang (6,9 %). Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini. Kata kunci : Pendidikan, pengetahuan, sikap bidan tentang IMD.
xii
58
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fatmah
Tempat/tanggal lahir
: Banjarmasin, 1 Juli 1969
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan
: - MIN Banjarmasin tahun 1983 - SMP PGRI 6 Banjarmasin tahun 1986 - SPK PPNI Banjarmasin tahun 1990 - Program Pendidikan Bidan A DepKes Banjarmasin tahun 1993-1994 - Poltekkes Jurusan Kebidanan Banjarmasin tahun 2005
Riwayat Pekerjaan
: - Puskesmas Tatah Pemangkih Laut Kab.Banjar Tahun 1991-1998 - Puskesmas Pekapuran Raya Banjarmasin tahun 1998-2005 - Puskesmas Kelayan Dalam Banjarmasin tahun 2005-sekarang
Nama Suami
: Taufik Rahman
Nama anak
: 1. M.Arifin 2. Rizal.R 3. Lily Muslimah
Nama ayah
: M.Aini (alm)
Nama Ibu
: Siti Rukayah
Alamat
: Jln. Gerilya Rt.18 No.50 Banjarmasin