BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa negara melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia. Keberhasilan agribisnis kopi menumbuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012). Dampak terhadap persaingan kopi di Indonesia semakin ketat sehingga setiap perusahaan harus menempuh berbagai macam cara agar tetap bertahan di industri perkebunan dan perdagangan kopi. Untuk itu organisasi akan semakin bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berarti untuk mencapai kesuksesan dapat diwujudkan dengan cara mengelola sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya, karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
1
Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting, sebab dengan tidak adanya tenaga kerja atau karyawan yang kompetitif, perusahaan tidak dapat melakukan aktivitasnya secara maksimal meskipun semua peralatan modern yang diperlukan telah tersedia. Dalam upaya untuk mengatur penggunaan sumber daya manusia agar realistis, maka organisasi harus mengetahui tingkat produktivitas masing-masing. Hal tersebut sangat diperlukan untuk memantau apa yang akan terjadi pada setiap proses produksi yang berjalan akibat penggunaan dan pemanfaatan tenaga kerja. Kurang diperhatikannya tenaga kerja pada suatu proses produksi dapat menghambat proses produksi itu sendiri. Dalam perusahaan besar, perencanaan sumber daya manusia dianggap penting bagi efektifitas manajemen. Salah satu unsur perencanaan sumber daya manusia atau tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja harus sesuai atau ideal untuk setiap bagian, dalam arti beban kerja yang dihadapi oleh tenaga kerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan pemborosan karena pemanfaatan tenaga kerja tidak optimal, sedangkan kekurangan tenaga kerja akan dapat mengakibatkan ketimpangan dalam proses produksi. Oleh karena itu perusahaan harus mempertimbangkan berapa jumlah tenaga kerja yang ideal pada setiap bagian agar produktivitas yang diharapkan dapat tercapai. Sistem penanganan bahan memegang peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu pabrik. Pada sebagian besar manufacturing,
2
orang beranggapan bahwa lebih baik bahan yang bergerak atau berpindah daripada orang atau mesinnya. Tetapi sebagian lainnya beranggapan bahwa akan lebih baik manusia atau mesin ataupun keduanya yang dipindahkan. Penanganan bahan adalah aliran bahan yang harus direncanakan secermat-cermatnya sehingga bahan akan bisa dipindahkan pada saat dan menuju lokasi yang tepat. Aktivitas penanganan bahan tersebut merupakan aktivitas non produktif sebab tidak memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap material atau bahan yang dipindahkan, tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi, maupun sifat-sifat fisik atau kimiawi dari material yang berpindah. Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh individu atau suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja dapat diukur atau dinilai dengan adanya sistem pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja tenaga kerja menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan dan perencanaan tujuan di masa mendatang. Berbagai informasi dihimpun agar pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggung jawabkan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada seluruh proses yang tejadi di perusahaan. Kegiatan
material
handling
(MH)
beresiko
terjadinya
musculoskeletal disorders (MSDs). Gangguan muskuloskeletal adalah cedera pada otot, urat syaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang
3
rawan yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Postur kerja yang salah sering diakibatkan juga oleh letak fasilitas yang kurang sesuai dengan Anthropometri operator atau pekerja sehingga mempengaruhi kinerja pekerja. Postur kerja yang tidak alami misalnya postur kerja yang selalu berdiri, jongkok, membungkuk, mengangkat dan mengangkut dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada salah satu anggota tubuh. Kelelahan dini pada pekerja dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang mengakibatkan pekerja tersebut cacat bahkan dapat menyebabkan kematian. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran merupakan pabrik yang di dalam proses produksinya mengolah kopi secara primer dan sekunder. Pengolahan primer dilakukan di pabrik utama yaitu mengolah kopi dari buah kopi glondong hingga menjadi biji kopi kering seberat 80 kg yang teridentifikasi sebagai biji kopi Arabika dan Robusta. Sedangkan pengolahan sekunder dilakukan di stasiun kerja lain yang menghasilkan berbagai macam jenis produk kopi bubuk. Dalam tugas akhir ini bahan yang akan diambil diantaranya menentukan kecukupan jumlah tenaga kerja pemindahan bahan yang dihitung menggunakan waktu standar kemudian melakukan perhitungan rasio kinerja tenaga kerja pemindahan bahan serta mengetahui postur kerja tenaga kerja pemindahan bahan tersebut menggunakan metode OWAS (Ovako Work Posture Analysis System). Sehingga nantinya, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran dapat mengetahui
4
performansi tenaga kerja pemindahan bahan di bagian pengolahan primer pabrik kopi Banaran.
B. Batasan Masalah 1. Penelitian dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran pada bagian pengolahan primer untuk menentukan jumlah tenaga kerja pemindahan bahan, menghitung rasio kinerja tenaga kerja pemindahan bahan, dan mengetahui postur kerja tenaga kerja pemindahan bahan. 2. Jam kerja dari tenaga kerja pemindahan bahan adalah selama enam jam. 3. Penentuan jumlah tenaga kerja pemindahan bahan didasarkan pada neraca massa proses pengolahan kopi basah. Dikarenakan penentuan jumlah tenaga kerja hanya dilakukan pada bagian pemindahan bahan, tidak pada proses keseluruhan. 4. Pada penentuan jumlah tenaga kerja pemindahan bahan di kegiatan pemindahan
3
atau
memindahkan
kopi
kering
ke
gudang
penyimpanan, kegiatan pemindahan dilakukan oleh 2 pekerja secara bersamaan. 5. Penilaian postur kerja tenaga kerja pemindahan bahan dilakukan menggunakan metode OWAS (Ovako Work Posture Analysis System). 6. Waktu kerja atau working time pada penilaian postur kerja tenaga kerja pemindahan bahan diabaikan.
5
C. Tujuan 1. Menentukan kecukupan jumlah tenaga kerja pemindahan bahan pada bagian pengolahan primer di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran. 2. Mengukur rasio kinerja tenaga kerja pemindahan bahan pada bagian pengolahan primer di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran. 3. Mengetahui postur kerja tenaga kerja pemindahan bahan pada bagian pengolahan primer di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran.
D. Manfaat Perusahaan
dapat
mengetahui
performansi
tenaga
kerja
pemindahan bahan pada bagian pengolahan primer sehingga dapat dijadikan
masukan
bagi
perusahaan
untuk
mengevaluasi
tingkat
produktivitas tenaga kerja pemindahan bahan di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran saat ini.
6