BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Infeksi
sistem
saraf
pusat
merupakan
penyakit
yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting dalam morbiditas dan mortalitas (Krcmery, 2007 cited in Michiori
et
al.,
2011).
Tetanus
dan
meningitis
dilaporkan sebagai penyebab kedua tersering pada kasus neuroinfeksi (setelah
di
salah
stroke)
satu
dengan
rumah
sakit
jumlah
di
Nigeria
sebanyak
97
(12,42%)(Talabi, 2003). Pada
anak-anak,
kasus
meningitis
kurang
lebih
terjadi 890.000 kasus pertahunnya (500.000 di Afrika, 210.000 di negara-negara Pasifik, 100.000 di Eropa dan 80.000
di
berakhir
Amerika). dengan
Dari
kasus
kecacatan,
ini,
dan
160.000
135.000
orang
lainnya
berakibat fatal (WHO, 1995; Tikhmirov, et al., 1997 cited in Farag, et al., 2005). Sebelum rate cited
masa
meningitis in
Farag,
adanya
hampir et
antibiotik,
mencapai
al.,
2005).
100%
case
fatality
(Pecoul,
Setelah
kini
1991, telah
berkembang berbagai macam antibiotik non-toksik yang dipercaya dapat menyembuhkan meningitis, case fatality
1
2
rate dan sequelae (kondisi sisa dari suatu penyakit) masih
tetap
tinggi
yaitu
15-70%
dan
10-35%
secara
berturut-turut (Moore, 1992, Carrol, 1994; Ciana, 1995; cited in Farag, et al., 2005). Di Mesir, case fatality rate meningitis berada di antara 8,5-55% (Youssef, 2004 cited in Farag, et al., 2005). Menurut data WHO (2014) kasus ensefalitis viral di Asia mencapai sekitar 68.000 kasus tiap tahunnya, dengan penyebab utama japanese encephalitis virus. Case fatality rate hampir mencapai 30% dan sequelae permanen dari
aspek
neurologis
atau
psikiatrik
dapat
terjadi
pada 30-50% pasien. Ensefalitis fokal akut di Amerika paling sering disebabkan oleh human simplex virus (HSV). Sepanjang tahun,
sekitar
sepertiga
dari
kasus
HSV
ensefalitis
muncul pada pasien dengan usia <20 tahun dan setengah terjadi
pada
usia
>50
tahun.
Jika
tidak
dilakukan
terapi antivirus, mortalitas ensefalitis mencapai >70%, dengan hanya 2,5% orang dapat kembali ke fungsi normal. Menurut data di atas, tampak bahwa banyak dari kasus ensefalitis sehingga
yang
proporsi
menyerang
pasien
kematian
dapat
lebih banyak pada usia tua pula.
dengan
usia
tua,
diperkirakan
jauh
3
Angka
kematian
meningoensefalitis
di
Indonesia
juga terbilang tinggi. Hal ini berdasarkan data rekam medis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 1990 dan 1995, terdapat 178 kasus meningitis bakterial di antara 13.861 jumlah pasien rawat inap, dengan mortality rate sebesar tahun
44% 2012
Yogyakarta,
(Pusponegoro, di
Bangsal
et
al.,
Saraf
menunjukkan
bahwa
1998).
RSUP
angka
Penelitian
Dr.
Sardjito
kematian
pasien
dengan infeksi sistem saraf pusat mencapai 38,3% dari total pasien 60 orang. Kasus terbanyak pada penelitian ini
adalah
meningoensefalitis
sebesar
35,0%
dengan
angka kematian 71,4% (Sunderajan, et al., 2012). Pada studi yang dilakukan oleh Mendizabal, et al. (2013),
indikator
menunjukkan bakterial
bahwa
lebih
prognosis risiko
tinggi
3
meningitis
kematian kali
akibat
lipat
bakterial, meningitis
pada
individu
berusia ≥40 (Odds ratio (OR) 2.78; confident interval (CI) 1.62-4.73; p=0.0002). Pada penelitian lain dengan subjek penelitian usia 0-18 tahun, pasien meningitis bakterial dengan koma atau gangguan kesadaran, memiliki risiko kematian 2 kali lebih besar, begitu pula pada pasien dengan kejang, risiko kematian juga meningkat (De Jonge, et al., 2010).
4
Penelitian Indonesia
epidemiologi
khususnya
di
meningoensefalitis
Yogyakarta,
masih
di
terbilang
sangat sedikit. Penyakit infeksi terbanyak di RSUP Dr. Sardjito
pada
perhatian masyarakat bahaya
tahun
yang
2012
lebih,
Yogyakarta
penyakit
ini
supaya bisa
ini.
dirasa
tenaga
lebih
Dengan
membutuhkan
medis
waspada
diadakannya
ataupun terhadap
penelitian
lebih lanjut, diharapkan dapat menjadi data dasar untuk peningkatan
kualitas
pencegahan
dan
penatalaksanaan
penyakit meningoensefalitis.
B. Perumusan Masalah 1. Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit yang menjadi perhatian dunia dan penyebab penting dalam morbiditas dan mortalitas 2. Meningoensefalitis dengan Bangsal
merupakan
jumlah
dan
angka
Saraf
RSUP
Dr.
kasus
kematian
Sardjito
neuroinfeksi terbanyak
Yogyakarta
di pada
tahun 2012 3. Meningoensefalitis termasuk salah satu kasus infeksi dengan tingkat kefatalan yang tinggi 4. Terdapat
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
prognosis dari pasien meningoensefalitis, beberapa
5
diantaranya yaitu usia, ada atau tidaknya penurunan kesadaran, dan ada atau tidaknya kejang 4. Untuk menangani meningoensefalitis dibutuhkan data epidemiologi 5. Belum
terdapat
data
mengenai
case
fatality
rate
meningoensefalitis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
C. Pertanyaan penelitian 1. Berapakah case fatality rate meningoensefalitis di Bangsal
Saraf
RSUP
Dr.
Sardjito
Yogyakarta
pada
fatality
rate
tahun 2011, 2012, dan 2013? 2. Bagaimanakah
kecenderungan
meningoensefalitis
di
case
Bangsal
Saraf
RSUP
Dr.
Sardjito Yogyakarta dari tahun 2011 hingga 2013? 3. Bagaimanakah profil pasien meningoensefalitis yang meninggal berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat kesadaran, dan ada tidaknya kejang pada pasien?
D. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menghitung case fatality rate meningoensefalitis di Bangsal
Saraf
RSUP
Dr.
tahun 2011, 2012, dan 2013
Sardjito
Yogyakarta
pada
6
2. Mengetahui
kecenderungan
meningoensefalitis
di
case
Bangsal
fatality Saraf
RSUP
rate Dr.
Sardjito Yogyakarta dari tahun 2011 hingga 2013 3. Mengetahui
profil
pasien
meningoensefalitis
yang
meninggal berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat kesadaran, dan ada tidaknya kejang pada pasien
E. Keaslian Penelitian Beberapa
penelitian
tentang
epidemiologi
prognosis dan CFR meningoensefalitis pernah dilakukan (Tabel 1) Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti
Karima et al., 2003
Judul Clinical and Microbiological Spectrum of Meningococcal Disease in Adults during Hajj 2000: an implication of quadrivalent vaccination policy
Metode
Deskriptif
Farag et al., 2005
Epidemiological, clinical and prognostic profile of acute bacterial meningitis among children in Alexandria, Egypt
Kohort prospektif
Jannis and Hendrik, 2006
Meningitis mortality in Neurology Ward of Dr. Cipto Mangunkusumo hospital Jakarta
Potong lintang
Signifikansi Menghitung CFR dari jamaah haji indonesia dengan meningococcal disease pada tahun 2000 Dilakukan perhitungan CFR pada subjek meningitis dan meningoensefal itis berusia 3-15 tahun Menghitung proporsi kematian dengan variabel yang sama, di RS Cipto Mangunkusumo, 1997-2005
7
Sunderajan, et al., 2012
Fatmawati, et al., 2012
Profile of inpatients with CNS infection in Neurology ward at RSUP Dr. Sardjito. Indonesia
Hiponatremia sebagai faktor prognosis kematian pasien meningoensefalitis
Deskriptif
Kohort retrospektif
Menghitung proporsi kematian meningoensefal itis tahun 2012 Menghitung proporsi kematian dan analisis faktor prognosis pasien meningoensefal itis di RSUP dr. Sardjito tahun 20032012,
F. Manfaat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat berupa gambaran kepada pelayan kesehatan dan masyarakat
mengenai
berdasarkan
faktor
proporsi
risiko
yang
meningoensefalitis telah
ditentukan
dan
juga tingkat kefatalannya. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kewaspadaan dan pelayanan kesehatan sebagai
di
wilayah
masukan
dan
ataupun peneliti lain.
terkait, referensi
serta
dapat
untuk
digunakan
tenaga
medis