BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Media cetak di Indonesia dari masa ke masa terlihat berkembang dengan cukup pesat. Di tengah gempuran kehadiran media baru (internet), media cetak masih bisa menancapkan eksitensinya. Hal ini terbukti dari masih banyaknya masyarakat Indonesia yang lebih memilih mendapatkan berita lewat media cetak. Menurut penelitian SPS di 9 kota besar di Indonesia, pembaca Koran (media cetak) pada tahun 2005 mencapai 25%, tetapi mengalami penurunan menjadi sekitar 15% pada tahun 2013. 1 Ini dikarenakan masyarakat Indonesia belum banyak yang bisa mengakses internet secara personal. Selain itu, yang membuat media cetak masih bisa bertahan adalah tidak semua masyarakat Indonesia memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup untuk mengakses media online. Tentu mereka harus memiliki kemampuan dalam pengoprasian komputer dan kemampuan dalam mengakses internet. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa hingga saat ini media cetak masih memiliki pelanggan setia dan bisa menancapkan eksitensinya di tengah gempuran kehadiran media baru. Media cetak sendiri ada beragam jenisnya, salah satunya adalah Tabloid. Jika dilihat secara umum, Tabloid dan Majalah memang hampir sama. Namun, jika dilihat lebih mendalam lagi, terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Tabloid merupakan istilah sebuah format surat kabar yang lebih kecil, yaitu 597mm x 375mm dari ukuran standar koran harian. Tabloid biasanya dihubungkan dengan penerbitan surat kabar reguler, non harian, mingguan, atau dwi mingguan. Konten dari Tabloid sendiri berfokus pada hiburan yang tersegmentasi (Rohman, 2007). Diantara banyaknya Tabloid-tabloid yang kini ada dan beredar dalam masyarakat, terdapat satu Tabloid yang cukup populer, yaitu Tabloid Bola. 1
http://www.eastspring.co.id/dms/files/spring-of-life---april-2013_20130423184912.pdf.
1
Tabloid Bola merupakan pelopor utama dalam penerbitan media massa bertema olahraga di Indonesia pada tahun 1984. Semua berawal dari tingginya minat masyarakat untuk membaca rubrik olahraga pada harian Kompas kala itu (1970-1980). Sayangnya, rubrik olahraga dalam harian Kompas hanya diberikan porsi satu halaman saja. Karena dirasa tidak cukup untuk menampung berbagai kejadian olahraga di dunia, maka tercetuslah gagasan untuk membentuk media baru yang khusus membahas olahraga. Ignatius Sunito dan Sumohardi Marsis yang pada saat itu merupakan wartawan olahraga Kompas akhimya ditunjuk sebagai pelaksana pembuatan tabloid Bola dengan gagasan pemimpin umum Kompas kala itu, Jakob Oetama. 2 Akhimya, setelah melalui berbagai macam proses pertimbangan dari redaksi, Bola diterbitkan sebagai sisipan dalam harian Kompas. Bola pada kala itu berbentuk tabloid yang lebih kecil dengan tujuan selain supaya mudah disisipkan, juga sebagai pembeda dengan sang induk (Kompas). Hari yang dinanti pun tiba. Untuk pertama kalinya pada Sabtu, 3 Maret 1984, terbitlah edisi perdana Bola. Berbentuk Tabloid setebal 16 halaman dan memulai cetakan sebanyak 412.000 eksemplar (mengikuti jumlaah tiras Kompas pada saat itu), Bola memulai langkahnya menjadi media cetak olahraga terbesar di Indonesia. 3 Perubahan terus dilakukan oleh pengasuh Bola kala itu. Hingga akhimya tepat pada edisi 2 April 1988, Bola secara resmi terbit mandiri. Perubahan yang cukup signifikan ini dilakukan atas dasar untuk menjawab tantangan Pemimpin Umum Kompas, Jakob Oetama supaya Bola dapat berdiri sendiri dan terbit secara mandiri tanpa bayang-bayang Kompas. Bertepatan dengan HUT ke-4 Bola di Hotel Hilton, Jakarta, Jakob Oetama secara simbolik mengestafetkan sebuah bola kepada Pemimpin Umum Bola yang baru, Yussack Sutanto, sebagai tanda telah lahirnya Tabloid Bola secara mandiri. 2 3
http://galeryspot-kompas.blogspot.com/ http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/history
2
Perubahan masih terus terjadi dalam badan Bola. Jumlah halaman Bola yang dulu ketika masih menjadi sisipan Kompas berubah dari 16 menjadi 24 ketika pertama kali terbit mandiri, lalu berubah lagi menjadi 32, dan bahkan Bola juga pernah berjumlah 64 halaman. Hingga akhimya kini jumlah halaman Bola ditetapkan pada 32 halaman. Kondisi ini dipicu oleh semakin banyaknya stasiun televisi yang menayangkan siaran-siaran olahraga intemasional dan nasional seperti sepakbola, tinju, bulutangkis, dan lain sebagainya. Kecintaan masyarakat terhadap olahraga pun semakin tinggi. Demi memenuhi kepuasan masyarakat akan informasi-informasi olahraga, pada Maret 1997 akhirnya Bola menetapkan untuk terbit dua kali dalam seminggu, yakni Selasa dan Jumat. Perubahan mengenai terbitnya Bola masih terus berubah hingga akhirnya pada 2010 hingga saat ini Bola terbit 3 kali dalam seminggu, yakni pada hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Perubahan jadwal terbit ini dilakukan guna menjaga keaktualitasan berita dan informasi yang diberikan. Dalam memberikan informasi yang berkualitas kepada pembaca, Tabloid Bola sejak terbit mandiri hingga saat ini telah memiliki agen-agen khusus Bola yang berdomisili di Eropa seperti Inggris, Italia, Spanyol, dan negara-negara lainnya yang olahraganya (terutama sepakbola) cukup maju guna memberikan informasi dan berita kepada redaksi Bola. Melalui agenagen tersebut juga, pembaca dapat membeli Tabloid Bola. Selain itu ketika sedang berlangsung event olahraga tertentu (Piala Dunia, Piala Eropa, tinju dunia, dan lain sebagainya) Bola mengirimkan para jurnalisnya ke negaranegara dimana event tersebut berlangsung. Walaupun sebagian besar isi tabloid Bola adalah mengenai berita sepakbola, namun Bola juga menghadirkan berita-berita olahraga lainnya, seperti otomotif, bulutangkis, tinju, dan lain sebagainya. Hanya sedikit tabloid olahraga yang memiliki kelengkapan konten seperti Bola. Selain itu tabloid Bola juga menjadi satu-satunya tabloid yang terbit tiap 3 kali dalam seminggu (Senin, Kamis, dan Sabtu). Dalam tiap penerbitannya pun Bola juga memiliki variasi konten berita. Misal, pada edisi hari Senin Bola fokus membahas mengenai review olahraga-olaharga yang telah berlangsung 1-2
3
hari sebelumnya (terutama sepakbola). Sedangkan pada edisi Kamis, Bola fokus membahas pada preview awal pertandingan-pertandingan sepakbola dan hasil-hasil pertandingan Liga Champion. Untuk prediksi dan analisisanalisis sebelum pertandingan, Bola menghadirkannya pada edisi Sabtu. Namun, pada saat ini Bola terbit hanya seminggu sekali. Ini dikarenakan kemunculan dari Harian Bola yang terbit setiap hari. Tentu menarik untuk diteliti bagaimana manajemen redaksional Bola yang terjadi saat ini, dari 3 kali terbit menjadi sekali dalam seminggu. Tabloid Bola akhirnya menjelma menjadi salah satu tabloid olahraga terpopuler di masyarakat. Tabloid yang memiliki slogan "Membawa Anda ke Arena" ini merapakan pelopor media cetak olahraga pertama di Indonesia. Tak hanya berfokus pada tabloidnya saja, kini Bola juga memiliki lini lain. Bola memiliki majalah sendiri yang lebih berfokus pada feature news, Bola Vaganza. Bola juga berhasil menjalin kerjasama dengan 3 media cetak di Inggris guna menerbitkan kedua majalah tersebut dalam bahasa Indonesia, yaitu FourFourTwo, Inside United, dan Fl Racing. Kini, Bola juga memiliki Harian Bola yang hadir setiap hari. Selain itu, guna mengantisipasi perkembangan dunia internet yang pesat dalam bidang informasi dan berita, Bola juga menerbitkan situs berita olahraga yaitu Bolanews.com. Situs berita olahraga yang memiliki tagline "Sports News Portal" ini memiliki perbedaan konten dengan tabloid Bola. Bolanews.com memang dikhususkan kepada pembaca yang ingin memperoleh informasi olahraga secara cepat. Langkah manajemen tidak berhenti disitu saja, mereka juga menciptakan Bolanews TV dan Bola-Radio. Bolanews TV sendiri berfokus pada tayangan tidak langsung mengenai kejadian-kejadian dalam bidang olahraga. Sedangkan Bola-Radio menghadirkan konten musik seperti radio kebanyakan dengan tambahan porsi konten olahraga yang lebih banyak dari biasanya. Dengan adanya media-media cetak dan sports portal tersebut, manajemen redaksional yang dilakukan oleh Bola seperti dalam proses peliputan dan penulisan konten berita juga berbeda dengan media cetak lainnya yang sejenis. Menurut Arief Kurniawan selaku Pemimpin Redaksi
4
dari Bola, staf yang ada dalam susunan redaksi Bola dapat melakukan pekerjaan multitasking dan multi platform. Misal, ketika ada salah satu staf yang memiliki tugas untuk meliput berita olahraga di suatu tempat. Hasil liputan tersebut nantinya bukan hanya untuk tabloid saja, tapi bisa juga masuk baik ke harian maupun majalah. Padahal seperti yang diketahui, praktik tersebut tidak diperbolehkan oleh perusahaan dimana satu pekerja yang sudah memiliki jabatan dan job desk tetap dan diberi upah berdasarkan tugas mereka tapi masih dapat melakukan pekerjaan lainnya di luar lingkup kewajiban mereka. Berawal dari gagasan dari jurnalis-jurnalis Kompas untuk membentuk media baru yang khusus membahas mengenai olahraga, hingga kemudian hanya menjadi sisipan Kompas, Bola berhasil muncul sebagai pelopor media cetak olahraga pertama di Indonesia. Media cetak olahraga tertua di Indonesia ini, dengan inovasi-inovasi dan langkah-langkah jitunya, juga masih mampu menancapkan eksistensinya dalam masyarakat ketika serangan-serangan media cetak olahraga lain muncul. Terbukti dengan munculnya media cetak olahraga lainnya (Bola Vaganza, FourFourTwo, Inside United, Harian Bola, dan F1 Racing), sebuah portal berita olahraga online (Bolanews.com), serta Bola-Radio dan Bolanews TV. Jika dilihat lebih dalam, menarik untuk diketahui apakah pengelolaan media-media tersebut masih bernaung dalam satu payung redaksi atau tidak. Bola juga mengalami perubahan jadwal terbit seiring berjalannya waktu, mulai dari seminggu sekali sampai 3 kali dalam seminggu dan hingga kini kembali lagi menjadi seminggu sekali. Selain itu, Bola merupakan pelopor dari tabloid yang menyajikan khusus ulasan/berita tentang dunia olahraga yang tidak hanya berita bola tetapi sudah mencakup olahraga lainnya seperti basket, bulutangkis sehingga berita yang disajikan lebih variatif. Dalam tiap edisi terbit tersebut, Bola menyajikan konten yang berbeda-beda. Tentu terdapat perbedaan manajemen yang dilakukan dalam tiap edisi terbitnya. Maka dari itulah, menarik untuk diteliti lebih dalam manajemen redaksional yang diterapkan oleh redaksi tabloid Bola pada tahun 2014.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan paparan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: "Bagaimana manajemen redaksional yang diterapkan dalam Tabloid Bola pada tahun 2014?"
C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi mengenai media-media cetak yang diterbitkan oleh Bola, apakah masih dikelola dalam satu redaksi yang sama atau tidak. 2. Mendeskripsikan langkah-langkah manajemen redaksional yang dilakukan oleh tabloid Bola dalam membuat kontennya, mulai dari proses perencanaan hingga ke tahap evaluasi. 3. Menambah
pemahaman
dan
memberikan
sumbangsih
bagi ilmu
pengetahuan, khususnya manajemen redaksional mengenai peran dan fungsi manajemen redaksional dalam redaksi serta mengidentifikasi elemen-elemen yang berpengaruh pada manajemen tabloid Bola.
D. Manfaaat Penelitian 1. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kajian manajemen redaksional 2. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi manajemen Tabloid Bola untuk meningkatkan manajemen redaksionalnya 3. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi tim redaksi dari Tabloid Bola seperti wartawan, editor untuk melaksanakan tahapan manajemen redaksional yang sesuai dengan kepentingan redaksi.
E. Kerangka Pemikiran Penelitian ini membahas mengenai bagaimana manajemen media yang diterapkan Tabloid Bola dalam mengelola konten-kontennya. Untuk
6
memperjelas kerangka pemikiran yang diletakkan sebagai dasar dalam penelitian ini, maka penulis akan menggunakan beberapa subtopik sebagai berikut. 1. Media Cetak dan Olahraga Perkembangan media elektronik dan media interaktif semakin pesat pada saat ini. Dengan semakin berkembangnya teknologi, maka arus informasi yang tersebar tidak lagi terhalang oleh jarak dan waktu. Internet adalah salah satu contohnya. Dengan teknologi world wide webnya, internet dapat memudahkan arus penyebaran informasi hingga ke seluruh pelosok dunia tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. New media juga muncul berkat kehadiran internet tersebut. Tentu kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi ini meresahkan bagi media massa lainnya, yaitu media cetak. Kehadiran dan kemajuan teknologi komunikasi membuat segalanya jauh lebih praktis dan mudah. Meskipun demikian, media cetak masih memiliki keunggulan dibandingkan dengan media elektronik maupun media interaktif. Sejarah dari media cetak itu sendiri merupakan salah satu keunggulan karena hal ini sudah sangat mengakar di masyarakat. Media cetak juga dapat dibawa dan dibaca dimana saja. Walaupun kini sudah banyak Tablet PC dan perangkat lainnya yang mendukung informasi dan komunikasi, tetap saja membaca di media cetak memiliki kenyamanan tersendiri. Biaya media cetak juga relatif murah dan tidak memerlukan perangkat khusus saat konsumen ingin menikmatinya. Media cetak memiliki peran penting dalam masyarakat. Sebelum media massa seperti media elektronik dan media interaktif berkembang pesat seperti saat ini, media cetak merupakan tonggak utama di masyarakat dalam memperoleh informasi. Konten berita dan informasi dalam media interaktif pun, sebagian besar bersumber dari media cetak. Media cetak hingga kini juga masih menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan pendapatnya, bagi untuk pelayanan umum maupun pemerintah. Selain melayani kebutuhan informasi, konten yang dimiliki oleh surat kabar tidak melulu mengenai berita dan informasi penting yang beredar di
7
masyarakat, namun juga terdapat informasi-informasi yang bersifat menghibur. Sedangkan jika dilihat dari karakteristiknya, media cetak memiliki beberapa sifat yaitu: publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak; universal, yaitu pesannya bersifat umum, mengenai segala aspek kehidupan, dan menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya merupakan orang banyak; periodesitas, yaitu mengenai jadwal terbit,misalnya harian atau mingguan, kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan periode mengudara atau jadwal terbit; dan aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya (Baschwitzz, 1946: 154). Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik. Di tengah derasnya arus media baru, media cetak berbasis olahraga masih mampu menancapkan eksistensinya. Media olahraga memang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Globalisasi di berbagai bidang terutama ekonomi membawa perubahan yang besar dalam dunia olahraga. Setiap orang dari berbagai elemen dalam masyarakat bisa saja memaknai olahraga secara berbeda. Seperti pendapat yang dikemukakan Webster yang menganalogikan olahraga dengan hiburan atau sarana relaksasi. Sport as 'a source of diversion or aphysical activity engaged in for pleasure'. Sports take us away from our daily routine and gives us pleasure. Entertainment is also defined as something diverting or engaging. (Shank, 2003: 3) Pendapat lain yang serupa dengan tambahan nilai ekonomi dipaparkan oleh Kaser dan Oelkers (2003: 15) sebagai berikut: Entertainment is whatever people are willing to spend their money and spare time viewing, rather than participating in. Entertainment can include sports or the arts, and can be viewed in person or in broadcast or recorded form. A distinction is often made between sports and entertainment. Definisi olahraga sendiri dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai aktivitas menggerakan anggota tubuh untuk menyehatkan badan. Tetapi,
8
realitas yang ada di masyarakat menimbulkan berbagai pengertian mengenai olahraga secara luas. Olahraga terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, mengingat bahwa olahraga juga bersifat universal, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa dapat melakukannya. Dengan melihat apa yang ada di masyarakat umum, olahraga mempunyai beberapa makna atau nilai-nilai. Seperti yang diungkapkan oleh Shank (2002: 204), yaitu: a. Community solidarity Kegiatan olahraga dapat meningkatkan solidaritas kelompok dan menjalin kebersamaan serta menciptakan rasa memiliki dan bangga atas kelompoknya. Disamping itu, Nasionalisme dan patriotisme seringkali muncul melalui kegiatan olahraga. b. Public behavior Olahraga menjunjung tinggi sikap sportifitas, dimana kita harus menghormati keputusan atau hasil yang dicapai dalam permainan. Dengan sportifitas berarti masyarakat belajar mentaati peraturan serta memelihara dan mengembangkan sifat positif. c. Pastime ecstasy Tontonan olahraga maupun kegiatan olahraga yang diikuti mampu menjadi hiburan dan bisa menciptakan suasana yang heboh (excitement). d. Excellence pursuit Melalui kegiatan olahraga seseorang dapat meraih prestasi dan kesuksesan. Selain itu, olahraga menjadi tantangan karena adanya beberapa olahraga yang memang mengandung resiko tinggi. e. Social Equity Olahraga bisa mendorong persamaan ras, kelas dan persamaan gender karena olahraga bersifat universal. f. Health Awareness Nilai utama dari olahraga adalah menyehatkan tubuh dan meningkatkan kebugaran. Berolahraga agar tubuh sehat juga telah menjadi gaya hidup. g. Individual Quality
9
Bagi banyak individu bentuk tubuh menjadi sangat penting. Oleh karena itu untuk membentuk atau menjaga bentuk ideal tubuh, orang secara rutin melakukan
kegiatan
berolahraga.
Selain
itu,
olahraga
juga
mengembangkan jiwa kompetisi. h. Business Opportunity Di zaman modern ini kegiatan olahraga telah dikelola dengan manajemen yang baik dan banyak memunculkan beragam profesi mulai dari atlit, pemain, manajer atlit, dan lain sebagainya. Event olahraga juga telah dibuat seprofesional mungkin sehingga menghasilkan keuntungan melalui tiket penonton dan penjualan alat-alat olahraga, merchandise, dan barang atau jasa lainnya. Antara nilai satu dengan yang lainnya tidak mungkin berdiri sendiri. Suatu nilai akan membawa implikasi terhadap nilai yang lainnya. Misalnya, nilai hiburan suatu olahraga bisa melibatkan nilai solidaritas kelompok dan sekaligus nilai bisnis atau ekonomi. Di tengah padatnya aktivitas kehidupan manusia, hiburan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bagi orang yang sempat meluangkan waktunya, dapat terhibur dengan adanya tontonan olahraga, baik menonton langsung di stadion ataupun di televisi. Jika tidak sempat meluangkan waktu, masyarakat masih bisa mendapatkan hiburan melalui media lain. Media cetak salah satunya. Tentunya dibutuhkan pengeluaran untuk mendapatkan hiburan tersebut. Tanpa disadari olahraga telah menjadi aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain aktivitas fisik, olahraga juga merupakan sesuatu yang memiliki kemampuan untuk menghimpun massa dalam jumlah besar, menciptakan antusiasme, dan membentuk histeria massa dalam sebuah fanatisme. Faktor-faktor inilah yang mendukung olahraga sebagai lahan bisnis yang sangat menjanjikan serta menguntungkan secara finansial bagi dunia industri global, tidak terkecuali dengan industri media cetak.
10
2. Manajemen Redaksional Tabloid a. Pengertian Manajemen Redaksional Manajemen dilihat dari bahasanya berasal dari Bahasa Inggris management, yang semula dari bahasa Italia manaj (iare), bersumber dari Bahasa Latin mamis, yang artinya tangan. Management atau manaj (iare) berarti memimpin, membimbing, dan mengatur (Totok Djuroto, 2000:95). George R. Terry (dalam Malayu Hasibuan, 1996: 3) mendefinisikan manajemen sebagai berikut: Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Berdasarkan definisi di atas, manajemen diartikan sebagai proses. Dengan dmeikian manajemen merupakan cara sistematis untuk melakukan suatu pekerjaan di sebuah organisasi atau perusahaan yang pada umumnya berkaitan dengan kerja tim (team work) untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Hani Handoko, 2003: 8). Pengertian redaksional dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sifat atau cara menyususn kata-kata dalam suatu kalimat yang dibuat sedemikian rupa sehingga menarik para pembaca (Badudu dan Muhammmad Zain, 1994: 1145). Dalam teori manajemen pers, bidang redaksional merupakan jantung sebuah media massa (Asep Syamsul, 2005: 105). Adapun definisi manajemen redaksional adalah proses pengelolaan materi pemberitaan melalui tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, yang mencakup proses peliputan, penulisan, sampai pada penyuntingan (editing) (Achmad Munif, 2005: 4). Menurut Sam Abede Pareno (2003: 46), definisi manajemen redaksional adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui tindakan-tindakan planning, organizing, actuating, dan controlling dalam pengelolaan materi pemberitaan. Bidang redaksional memiliki keunikan pola kerja, namun bukan berarti tanpa kepastian. Berbagai waktu kerja redaksional disesuaikan dengan
11
karakteristik
dan
potensi
media
massa
yang
menjadi
saluran
pemberitaannya. Pola kerja bidang redaksional memuat penataan pekerja berita yang merencanakan, melaksanakan, dan menghasilkan "peristiwa" yang diberitakan, sehingga jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat atau peristiwa mana yang ditangguhkan (Septiawan Santana, 2005: 188). Dengan demikian, dalam manajemen redaksional yang paling penting menurut
penulis
adalah
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan yang mencakup proses peliputan, penulisan, dan penyuntingan (editing), yang kemudian disebut dengan tahapan manajemen redaksional. b. Tahapan Manajemen Redaksional Dalam memproduksi materi pemberitaan yang berkualitas, menurut Conrand C. Fink (1998: 136), kekuatan dan daya tarik sebuah media cetak dimata pembaca
adalah
terletak
pada berita
dan
informasi
yang
disajikan.Sebelum disajikan, terlebih dahulu melalui proses yang terdiri dari tahapan yang telah dipersiapkan, dan menjadi tanggungjawab bidang redaksional beserta unsur-unsur yang terkait di dalamnya dalam mengelola penerbitan tersebut. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat kabar harian adalah penentuan kebijaksanaan isian pemberitaan untuk esok pagi, dan membahas berita-berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi atau rapat perencanaan berita. Rapat biasanya diselenggarakan sore atau malam hari, yang dihadiri beberapa redaktur dan pemimpin redaksi. Rapat proyeksi diusahakan singkat, tidak lebih dari 60 menit dan diselenggarakan secara rutin. Dalam rapat proyeksi, setiap reporter atau wartawan mengajukan usulan liputan (Haris Sumadiria, 2006: 94).
12
Pada tahapan perencanaan ini yang menjadi poin penting adalah rapat dan diskusi. Untuk mengadakan rapat, biasanya dilakukan aktifitas diskusi terlebih dahulu. Hal-hal yang dibahas pada rapat redaksi diantaranya: a) Menentukan rencana tema Untuk bias merencanakan tema majalah dengan baik perlu adanya informasi awal. Misalnya untu rencana tema perlu ada informasi awal sebagai referensi. Pengumpulan informasi awal bias dilakukan melalui riset (internet, kliping media, pustaka), wawancara awal, maupun observasi (Anton Muhajir, 2009) b) Rencana desain Persiapan lain yang harus didiskusikan selama persiapan adalah tentnag desain majalah. Misalnya konsep besar desain majalah, proporsi teks dan ilustrasi, standar foto, grafis, dan lain-lain. Salah satunya dengan mengacu pada referensi desain-desain yang sudah pernah diterbitkan sendiri ataupun media lain sebagai referensi.
c) Pembagian kerja Pembagian kerja atau pembagian tanggung jawab yang ebrkaitan dengan penentuan tema. Misalnya tema apa untuk laporan utama, siapa narasumbernya, siapa penulisnya, kapan pengerjaannya, dan seterusnya, begitu juga untuk rubrik-rubrik yang lain. 2) Pengorganisasian Tahap pengorganisasian dalam manajemen redaksional adalah penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas pekerjaan serta penempatan orang berikut jabatannyadi dalam struktur organisasi (Manullah Effendy, 1996: 39). Pada proses redaksional terdapat staffing yang berfungsi untuk melaksanakan aktifitas redaksional. Fungsi staffing adalah menempatkan orang-orang yang terliba tlangsung ke dalam unit kerja bidang redaksional, yang merupakan fungsi vital karena menyangkut
13
‘sang pelaksana’ (Sam Abede Pareno, 2005: 96). Berikut staffing dari surat kabar.
Sumber: Djuroto (2000: 25) Penjelasan: a) Pemimpin redaksi adalah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap bidang redaksional (semua isi penerbitan pers). Intinya, baik dan buruk isi pemberitaan pada penerbitannya tergantung pada ketajaman pemimpin redaksi dalam mencari dan memilih materi pemberitaannya. b) Sekretaris redaksi adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi keredaksian. c) Redaktur pelaksana (managing editor) adalah jabatan yang dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi dalam tugas keredaksian seharihari. d) Redaktur (editor) adalah petugas yang bertanggung jawab terhadap isi halaman surat kabar. Ada redaktur bidang (hukum, politik, ekonomi, budaya, olahraga, dan lain-lain). Ada redaktur halaman, misalnya halaman 1 (umum), 2 (kabupaten), 3 (daerah), 4 (nasional), 5 (opini), dan sebagainya.
14
e) Wartawan (reporter) adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk dipublikasikan melalui media massa. f) Koresponden (stringer) adalah seseorang yang berdomisili di suatu daerah yang diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers di luar daerah
atau
di
luar
negeri,
untuk
menjalankan
tugas
kewartawanannya. Biasanya lebih dikenal dengan sebutan wartawan pembantu. 3) Penggerakan Tahap penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas yang menggerakkan orang-orang beserta fasilitas penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kustadi Suhanding, 2004: 45), yaitu menghasilkan produk jurnalistik. Aktifitas tersebut meliputi peliputan, penulisan, dan penyunting berita. a) Peliputan Proses peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari berita (news hunting), atau meliput bahan berita. Aktivitas meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi redaksi. Dalam meliput berita terdapat tiga teknik, yaitu reportase, wawancara, dan riset kepustakaan (studi literatur). (1) Reportase, adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian peristiwa, mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut (Asep Samsul, 2005: 7). (2) Wawancara (interview), dilakukan
wartawan
adalah
(reporter)
kegiatan
tanya-jawab
dengan
narasumber
yang untuk
memperoleh informasi menarik dan penting, serta menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin (Haris Sumadiria, 2006: 103). (3) Riset kepustakaan (studi literature), adalah tehnik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari kliping Koran, membaca buku
15
atau menggunakan fasilitas search engine di internet (Asep Samsul, 2005: 10).
b) Penulisan Penulisan berita biasanya menggunakan tehnik melaporkan (to report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid), dan mengacu pada rumusan 5W+1H. Dengan piramida terbalik berarti pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlbeih dahulu pada paragraph pertama, kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian
yang
lebih
rinci pada paragraph-paragraf
berikutnya.
Rumusannya semakin ke bawah semakin tidak penting. Berikut gambaran penulisan berita dengan menggunakan pola piramida terbalik.
Sumber: Haris Sumadiria (2006: 118). Gambar 1. Piramida Terbalik
Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H, agar berita menjadi lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik. Setiap peristiwa yang dilaporkan, harus terdapat enam unsure dasar, yaitu what (perisitiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak), who (siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita
16
itu), when (kapan peristiwa itu terjadi), where (dimana peristiwa itu terjadi), why (mengapa peristiwa itu sampai terjadi), dan how (bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu). c) Penyuntingan Penyuntingan naskah atau editing adalah sebuah proses memperbaiki atau menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial.
Pelakunya
disebut
editor
atau
redaktur.
Secara
redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis, mudah dipahami, dan tidak rancu. Selain kata dan kalimat harus benar ejaan atau cara penulisannya, juga harus benar-benar mempunyai arti dan enak dibaca. Sedangkan secara substansial, editor harus memperhatikan fakta dan data agar tetap terjaga keakuratan dan kebenarannya. Selain itu harus memperhatikan sistematika penulisan dan memperhatikan apakah
isi
tulisan
dapat
dipahami
pembaca
atau
malah
membingungkan. Wajah atau gaya pemberitaan sebuah penerbitan pers umumnya bergantung pada keahlian dan kreativitas para redakturnya dalam proses menyunting. Dengan demikian, menyunting tidak semata-mata memotong (cutting) naskah agar cukup "pas" masuk dalam kolom (space) yang tersedia, tetapi juga membuat tulisan yang enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual. Dalam manajemen redaksional, proses penyuntingan (editing) dapat digambarkan sebagai berikut:
17
Sumber: Septiawan Santana (2005: 133) Gambar 2. Proses Editing
4) Pengawasan Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang redaksional telah sesuai dengan rencana semula atau tidak (Kustadi Suhanding, 2004: 39). Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting karena adanya evaluasi dan penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita yang akan diterbitkan. Pada tahap pengawasan hasil kerja bidang redaksional akan disesuaikan dengan konsep berita dan kriteria umum nilai berita yang berlaku universal. Artinya tidak hanya berlaku untuk surat kabar, tabloid dan majalah saja tetapi juga berlaku untuk radio, televisi, film, dan bahkan
18
media on line internet. Pengawasan ini sangat penting dilakukan untuk menjaga isi rubrik agar tidak keluar dari koridor atau kaidah jurnalistik.
F. Kerangka Konsep Dalam perusahaan baik besar maupun kecil tentu memerlukan sebuah manajemen yang baik untuk mencapai target dan tujuan dari perusahaan tersebut. Manajemen berfokus pada proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara efektif dan efisien, dengan dan melalui orang lain (Robbins & Coulter, 1999). Dalam perusahaan, lingkungan organisasi sangat menentukan bagaimana jenis, bentuk, dan sistem kerja yang ada. Pengorganisasian kerja media massa, dalam hal ini institusi surat kabar/tabloid, tidak hanya memproduksi konten media, melainkan juga mencakup pekerjaan administrasi perusahaan, teknis pencetakan, serta penjualan atau pemasaran dan pencarian pemasukan uang dari iklan. Oleh karena itu manajemen media sedikit berbeda dengan manajemen pada perusahaan pada umumnya. Untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi maka diperlukan tahapan-tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, dan pengawasan. Menurut McQuail (1996:278), institusi/organisasi media memiliki beberapa tujuan utama, yaitu: profit; social influence and prestige; maximizing an audience; sectional goals (political, religious, cultural, etc); and serving the public interest. Manajemen merupakan proses memperoleh, memanfaatkan, dan menggunakan sumber daya yang ada untuk memproduksi barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Sumber daya dalam institusi media sendiri terbagi empat, yaitu, sumber daya manusia, teknologi/alat, konten/informasi, dan dana/finansial. Fokus dalam penelitian ini adalah manajemen redaksional. Oleh karena itu, penelitian ini meliputi segala aspek dan ruang lingkup manajemen redaksional yang diterapkan dalam seluruh tahapan pekerjaan oleh bidang redaksi. Manajemen redaksional adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui tindakan-tindakan planning,
19
organizing, actuating, dan controlling dalam pengelolaan materi pemberitaan (Pareno, 2003: 46). Mengenai pentingnya manajemen redaksi dapat dikaitkan dengan fungsi dari pada manajemen itu sendiri, yaitu : Planning, Organizing, Actuating, Controlling, dimana dalam kerja-kerja redaksi yang demikian rumit ini tentunya sangat memerlukan sebuah pengaturan atau manajemen yang baik dalam proses kerja redaksi tersebut (Djuroto, 2000: 20). Bidang redaksional memiliki keunikan pola kerja, namun bukan berarti tanpa kepastian. Berbagai waktu kerja redaksional disesuaikan dengan karakteristik dan potensi media massa yang menjadi saluran pemberitaannya. Pola kerja bidang redaksional memuat penataan pekerja berita yang merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan peristiwa yang diberitakan, sehingga jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat atau peristiwa mana yang ditangguhkan (Santana, 2005: 18). Dalam penelitian ini konsep kunci manajemen adalah sebagai proses pengelolaan sumber daya (manusia, teknologi, informasi, dan dana) yang dimiliki sebuah institusi media untuk mencapai tujuan melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/ pelaksanaan, dan pengawasan, merupakan indikator yang akan dilihat dalam proses manajemen redaksional yang diterapkan dalam redaksi Tabloid Bola.
G. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah mananajemen redaksional dari pada Tabloid Bola yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
20
H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya tertelak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2012:1). Menurut definisi Robert K. Yin (2005:18), studi kasus merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomenda di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber dimanfaatkan. Dalam penelitian ini, kasus yang terkait adalah manajemen redaksional Tabloid Bola dalam mengelola konten-konten medianya. Penelitian ini akan melihat bagaimana proses manajemen yang dilakukan dalam mengelola sumber-sumber intern, serta bagaimana penerapannya terhadap produksi yang dihasilkan. Selain itu juga melihat bagaimana interaksi yang terjadi antara individu yang terlibat, pembagian job desk yang ada dan struktur organisasi dalam manajemennya. Penelitian ini memusatkan perhatian pada satu kasus dan satu institusi. Penelitian
berbasis
"bagaimana"
ini
membutuhkan
jawaban
eksplanasi yang dianalisis secara deskriptif sehingga dapat memberikan gambaran. Dengan metode studi kasus, maka penelitian dapat dilakukan dengan lebih rinci dan mendalam dengan menganalisis data-data yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang penelaahannya pada satu kasus yang ditentukan, dilakukan seara mendalam, dan mendetail. Penulis dalam penelitian ini melakukan analisis terhadap satu kasus yang terjadi pada proses manajemen redaksional di Tabloid Bola. Dalam penelitian ini penulis menganalisis secara mendalam dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan dalam produksi berita di Tabloid Bola hingga terbit dan siap
21
untuk diedarkan kepada pembaca. Seperti diketahui bahwa Tabloid Bola merupakan tabloid olahraga terbesar di Indonesia sehingga sangat menarik untuk diteliti bagaimana proses manajemen redaksionalnya.
2. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, penelitian ini akan menggunakan teknik: a. Observasi Observasi adalah “studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konsteks sehari-hari dengan memperhatikan syarat penelitian ilmiah, dengan demikian hasil pengamatan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya” (Basuki, 2006: 35). Dalam penelitian ini observasi dilakukan di kantor redaksi Tabloid Bola
untuk
memperoleh
data
tentang kegiatan manajemen redaksional, serta proses interaksi yang terjadi antara setiap individu dalam proses manajemennya. b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan (Salim, 2006: 89). Wawancara dilakukan terhadap pihak manajemen Tabloid Bola meliputi pimpinan perusahaan, pimpinan redaksi, dan para wartawan untuk memberikan informasi yang menunjang data penelitian. Sebelum melakukan wawancara penulis menyiapkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan. c. Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Dokumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berita yang dimuat dalam Tabloid Bola.
22
3. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif
kualitatif.
Deskriptif
kualitatif
adalah
penelitian
yang
menggunakan kata-kata tertulis atau kalimat dari subjek yang diamati (Kasiran, 2010: 15). Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat dari hasil studi observasi, wawancara, dan dokumen sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti. 4. Teknik Keabsahan Data Supaya data atau informasi yang diperoleh dapat menjadi valid, maka data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya. Tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data untuk mencegah adanya subjektivitas. Metode ini disebut triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Selain untuk mengecek kebenaran data triangulasi juga dilakukan untuk memperkaya data. Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2007: 178). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yakni membandingkan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang berkaitan.
23