1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, sekarang ini makin banyak
digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial maupun teknik. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi para guru dalam mengajarkan matematika di kelas. Kondisi yang demikian terjadi pada siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara, dalam pokok bahasan operasi hitung campuran banyak siswa yang menjawab dari 10 soal yang disediakan, hanya mampu menjawab 3-5 soal yang benar. Hal tersebut dikarenakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Depdiknas (2002: 16) menyatakan bahwa bangunan matematika disusun dengan dasar pondasi berupa kumpulan pengertian pangkal (unsur pangkal dan relasi pangkal) dan kumpulan sifat pangkal (aksioma). Aksioma atau sifat pangkal adalah semacam dalil yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan namun sangat menentukan, karena sifat pangkal inilah yang akan menjadi dasar untuk membuktikan dalil atau teorema berikutnya matematika selanjutnya. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Depdiknas (2003: 4) menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Hal ini ditegaskan lagi dalam salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA yaitu: menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika. Selama ini, matematika disekolah di Indonesia lebih diinspirasi oleh pandangan absolut bahwa matematika dipandang sebagai kebenaran mutlak, sebagai produk yang siap pakai. Siswa diperlakukan sebagai obyek belajar, sehingga guru lebih banyak mencekoki siswa dengan konsep-konsep atau 1
2
prosedur-prosedur matematika. Selain itu, guru-guru juga tidak mengetahui bahwa proses terpenting dalam bermatematika adalah nalar bukan kemampuan berhitung. Matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika. Menurut Depdiknas (2002: 14) penekanan berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu menyebabkan terjadinya fobia matematika. Selama
ini
proses
pembelajaran
matematika
kebanyakan
masih
mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran matematika. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan. Siswa kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara dalam pembelajaran materi pokok operasi hitung bilangan pecahan yang mendapatkan nilai 65 ke atas hanya 11 siswa atau 42,3% dari 26 orang siswa. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang hakikat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembangan kongnitif siswa, penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terseranggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif. Selama ini kegiatan pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah saja, sehingga guru dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Dampaknya siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar sehingga siswa sulit menerima materi. Belum lagi ditambah asumsi siswa bahwa mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit,
3
sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar apalagi mendengarkan penjelasan guru. Dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara, hasil evaluasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil penelitian pada kondisi awal test formatif menunjukkan tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran yang rendah. Terbukti dari 26 siswa yang mencapai tingkat penguasaan hanya 11 siswa. Hal ini menjukkan tingkat penguasaan materi baru mencapai 42,30%, dengan rata-rata nilai 57,5, hasilnya tidak sesuai dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Seorang pakar pendidikan, menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktifitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Menurut observasi yang telah dilakukan peneliti, peneliti melihat dalam proses pembelajaran siswa sering tidak aktif misalnya bercerita dengan teman sebangku, tidak mau bertanya walaupun belum jelas, bermain, tidak mau menjawab pertanyaan guru, diam, semua ini dapat membuat hasil belajar kurang memuaskan. Apabila ketidak aktifan dalam proses pembelajaran dibiarkan, akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan belajar siswa dan berpengaruh juga pada mata pelajaran yang lain. Maka peneliti tertarik untuk menanggulangi masalah tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu dengan cara meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode
4
pembelajaran Make-A Match (mencari pasangan) pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara. Dengan survey di kelas diketemukan bahwa pada saat belajar mengajar berlangsung ternyata siswa tidak banyak yang mengeluarkan pendapat atau idenya atau terjadi saling membagi ide-ide yang dimilikinya untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dari kenyataan tersebut peneliti bersama guru berusaha memperbaiki sehingga siswa dapat bekerjasama dalam menguasai materi yang dibahas kurun waktu proses belajar mengajar. Dengan memperhatikan perihal tersebut maka dicoba untuk menggali penggunaan salah satu metode yang telah dikenal yaitu Make A Match (mencari pasangan). Dunia pendidikan yang semakin berkembang dari waktu ke waktu, menurut para pelaku pendidikan untuk menjawab pendidikan. Sebagai metode belajar terus dikembangkan agar siswa atau peserta didik dapat dengan mudah menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru, salah satu metode yang dapat di lakukan untuk memperoleh proses permbelajaran adalah dengan metode pembelajaran Make A Match (mencari pasangan). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam KBM siswa kelas V di SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara melalui penerapan pembelajaran kooperatif teknik Make A Match (mencari pasangan). Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya mencakup 4 tahap kegiatan, yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi. Subyek penelitian adalah kelas V SD Negeri 5 Mulyoharjo Jepara pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukan adanya peningkatan prestasi dan keaktifan dan hasil belajar matematika metode pembelajran kooperatif teknik Make A Match (mencari pasangan). Peningkatan keaktifan dan hasil belajar dapat dilihat dari berubahnya nilai kelas interval dari tahap pre tes atau kondisi awal ke siklus I kemudian dilanjutkan ke siklus II, terlihat semakin tinggi keaktifan dan hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai kualitas pengajaran yang bermutu,
5
mata pelajaran harus diorganisasikan dengan strategi yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan strategi yang tepat pula. Dalam hal ini, pemilihan metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar maupun untuk pengembangannya. Salah satu upaya untuk peningkatan keaktifan sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah bahwa guru dapat memilih strategi belajar yang tepat dipandang dari segi metode pembelajaran yang dipakai, situasi kelas, kemampuan siswa secara umum maupun dalam mempertimbangkan waktu yang tersedia dan lain sebagainya. Suatu hal yang terpenting yang dapat mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar adalah metode pembelajaran, dari berbagai metode pembelajaran yang ada, guru dapat memilih yang paling tepat untuk dapat menunjang keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Dari metode pembelajaran yang ada pada penerapanya di kelas siswa dapat belajar secara individual maupun belajar bersama secara gotong royong (cooperatif learning), merupakan hal yang sangat penting untuk membantu guru dalam ketepatan berbuat dan memilih metode pembelajaran yang digunakan secara tepat, mengingat bahwa semua metode pembelajaran yang ada mempunyai keunggulan dan kekurangan untuk diterapkan. Melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match (mencari pasangan) muncul keaktifan siswa yang terdata dari ide yang ada dalam pemecahan jawaban yang tepat diharapkan dapat terpenuhi dengan baik terhadap hasil belajar siswa. Teknik belajar mengajar Make A Match (mencari pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran 1994 (dalam Lie, 2007: 55). Salah satu keunggulan teknik Make A Match (mencari pasangan) ini adalah siswa dapat sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian tindakan ini dipusatkan pada siswa kelas V SD pada mata pelajaran matematika semester genap dengan maksud memperbaiki keaktifan dan hasil dalam proses belajar mengajar berlangsung untuk meningkatkan semangat kerjasama dalam mata pelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan di kelas
6
V SD Negeri 05 Mulyoharjo jepara. Subyek penelitian yang terpilih adalah kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa. Dalam penelitian ini masalah yang diamati ada dua macam yaitu tingkat keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, dengan materi pokok pecahan campuran. Untuk tingkat keaktifan siswa indikator keberhasilan yang digunakan adalah sekurang-kurangnya 70%. Sedangkan untuk hasil belajar dalam mata pelajaran matematika, KKM yang digunakan adalah nilai rata-rata mencapai minimal 65 rata-rata nilai ulangan. Untuk menghitung rata-rata aspek keaktifan dan hasil belajar digunakan data dari lembar observasi keaktifan dan soal-soal evaluasi. Data yang diperoleh kemudian dihitung, setelah itu dipersentase. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data kemudian disajikan secara deskriptif. Selanjutnya data kuantitatif tersebut dapat ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Selain dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, penerapan metode pembelajaran kooperatif teknik Make A Match (mencari pasangan) ini juga dapat mempersempit rentang nilai antara yang baik dengan yang buruk, sehingga nilai siswa di kelas menjadi homogen. Dengan penerapan metode pembelajaran tersebut pula membuat siswa menjadi termotivasi untuk bekerjasama lebih keras untuk keberhasilan bersama-sama, mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal kemudian membandingkan ide dengan temannya, dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, serta mengajarkan kemampuan berfikir kreatif mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai pentingnya penerapan metode pembelajaran Make A Match (mencari pasangan) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di sekolah dasar, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Make-A Match (mencari pasangan) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara”.
7
1.2
Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah menurut
faktor-faktor yang menyebabkan keaktifan dan hasil belajar siswa rendah dalam pelajaran matematika adalah: a. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran metode pembelajaran yang kurang berfariasi dan menyenangkan untuk menerangkan materi pembelajaran b. Rendahnya hasil belajar karena siswa tidak merasa senang atau kurang bergembila saat proses pembelajaran berkangsung Untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa guru perlu malakukan hal-hal yang dapat membuat keaktifan dan hasil belajar meningkat, yaitu seperti: a. Mengubah metode pembelajaran, tidak hanya menggunakan metode ceramah saja tetapi menggunakan beberapa metode. Karena metode ceramah ini tidak akan mengaktifkan siswa dalam belajar b. Menciptakan suasana menyenangkan dan tidak membosankan saat proses pembelajaran sehingga siswa dapat menerima materi lebih cepat Berdasarkan
identifikasi
permasalahan di
atas
peneliti
mencoba
menerapkan metode pembelajaran Make-A Match (mencari pasangan). Metode ini adalah metode pembelajaran dalam bentuk permainan yang menggembirakan, sekaligus membuat semangat, sehingga diharapkan meningkatkan keaktifkan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa di kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara.
1.3
Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Apakah Penerapan Metode
Pembelajaran Make-A Match (Mencari Pasangan) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara?”
8
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara, melalui metode pembelajaran Make-A Match (mencari pasangan) di atas 19 siswa atau sekitar 70%.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat Praktis a. Bagi Guru Menumbuhkan keaktifan siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Make-A Match (mencari pasangan) pada pembelajaran matematika b. Bagi Siswa 1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pelajaran matematika. 2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan
proses
pembelajaran yang berdampak
pada
peningkatan mutu pendidikan di kelas V SD Negeri 5 Mulyoharjo Jepara. 2) Memberikan masukan bagi sekolah bahwa metode pembelajaran Make-A
Match
(mencari
pasangan)
merupakan
metode
pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada pembelajaran matematika.