BAB I PENDAHULUAN Beberapa permasalahan yang ada pada dunia pendidikan menjadikan alasan yang mendasari penelitian ini. Pendahuluan ini akan membahas latar belakang masalah yang mendasari dilakukannya penelitian. Pendahuluan ini juga memaparkan rumusan masalah, tujuan penelitian, manafaat penelitian, serta batasan masalah dari penelitian. 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tututan masyarakat modern. Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi perubahan yang lebih baik (Amri, 2013). Matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolahsekolah dengan sistem pendidikannya yang telah diatur oleh pemerintah seperti yang tertuang dalam Permendikbud nomor 67 tahun 2013, mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya menghitung isi dan berat suatu benda, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data. Selain itu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi (Akib, 2001). Mengingat begitu pentingnya matematika dalam kehidupan, maka mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif berkomunikasi serta kemampuan bekerja sama (Marali, 2013). Salah satu materi yang amat penting dalam matematika yang mendasari ilmu-ilmu lain yaitu geometri ruang. 1
2
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Objek dari geometri ruang adalah benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak. Misalnya kubus, balok, prisma, limas, dan sebagainya. Bangun-bangun geometri yang sifatnya abstrak merupakan benda-benda pikiran yang memiliki bentuk dan ukuran serba sempurna (Thoyyibah, 2014). Hasil penelitian (Yohana, 2006) menyatakan bahwa hasil tes geometri siswa masih kurang memuaskan jika dibandingkan dengan hasil tes materi matematika yang lain. Hal ini disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep geometri terutama bangun ruang. Selanjutnya Yohanna mengatakan kemampuan siswa dalam melihat dimensi ruang masih rendah bahkan terdapat siswa yang menganggap bangun ruang sebagai bangun datar. Oleh karena itu, perlu adanya kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep geometri terutama materi bangun ruang yang kurang sempurna dipahami oleh siswa, sehingga pada akhirnya tidak akan menghambat proses belajar geometri selanjutnya. Selain itu, hasil survey Programme for International Student Assessment (PISA) 2000/2001 menunjukkan bahwa siswa lemah dalam mempelajari materi bangun ruang, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk. Sebagai contoh, siswa menghadapi kesulitan dalam membayangkan suatu kubus yang berongga di dalamnya, dan sering mengalami kesulitan dalam memahami bagian-bagian mana yang merupakan diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal, jaring-jaring dan sebagainya (Suherman, 2011). Materi bangun ruang sisi datar adalah salah satu materi yang perlu dipelajari untuk mengembangkan daya imajinasi siswa (Setiawan, 2012). Materi bangun ruang sisi datar ini meliputi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas dan merupakan salah satu materi yang dipelajari siswa kelas VIII. Sebagai pelajaran wajib, matematika dapat mengasah kemampuan siswa dalam beberapa aspek. Kemampuan tersebut diupayakan dalam kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah. Kegiatan belajar mengajar dalam pelaksanaannya, membutuhkan komunikasi. Komunikasi terjadi antar siswa dan antara siswa dengan guru.
3
Selain itu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan dalam berkomunikasi. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa tujuan dari mata pelajaran matematika poin ke 4 adalah agar peserta didik dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Terdapat beberapa alasan pentingnya kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika. Pertama, kemampuan komunikasi diperlukan untuk mempelajari bahasa dan simbol-simbol matematika serta mengekspresikan ide-ide matematis. Selain itu, komunikasi juga bermanfaat untuk melatih siswa mengemukakan gagasan secara jujur berdasarkan fakta, rasional, serta meyakinkan orang lain dalam rangka memperoleh pemahaman bersama (Herdiana, 2014). Melihat hal di atas, maka tentulah komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada
matematika
dan
pendidikan
matematika.
Melalui
proses
mengkomunikasikan akan didapat sebuah solusi baik berkenaan dengan problem yang disampaikan atau pun berkenaan dengan tata cara penyampaian ide itu sendiri (Kalman, 2008). Lebih dari itu, posisi komunikasi dalam matematika yang begitu penting ternyata juga mengakibatkan timbulnya sebuah pemahaman tentang kualitas guru. Guru yang berkualitas diartikan sebagai guru yang mampu memahami tingkat kemampuan berbagai ide atau berkomunikasi dari tiap siswa yang berbeda (Steale, 2009). Seperti halnya pada devinisi komunikasi secara umum bahwa penyampaian komunikasi matematika dilakukan dalam 2 tipe yaitu lisan dan tulisan. Komunikasi lisan diungkapkan melalui interaksi keterlibatan siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Sedangkan komunikasi tulis merupakan kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosakata, notasi, dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan
4
masalah. Inti dari menulis adalah komunikasi, karena dengan menulis tersampaikan pesan untuk orang lain maupun untuk diri sendiri. Kemampuan komunikasi tulis bisa berupa kemampuan penulisan bentuk simbol, sistematika cara menulis hingga menemukan hasil akhir, dan menggunakan simbol sesuai fungsi (Kevin, 2009). Sangat penting untuk siswa dalam pembelajaran matematika mengungkapkan pemikiran dan ide-ide dengan mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ketika menulis, siswa memperlihatkan ide sendiri dan menggunakan bahasa atau kata-kata sendiri. Siswa berusaha untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika dengan menulis (Walle, 2008). Namun, di beberapa tempat di Indonesia kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa ditemukan masih rendah, hal ini terungkap dalam hasil penelitian Rois U Rias menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi secara tertulis di SMP Negeri 1 Suwawa masih belum memuaskan, yakni hanya mencapai 59,983% dari skor ideal (Rois, 2013). Selain itu, Suryadi juga mengemukakan bahwa siswa kelas dua SMP di Kota dan Kabupaten Bandung mengalami kesulitan dalam kemampuan mengajukan argumentasi, menerapkan konsep yang relevan, serta menemukan pola bentuk umum, dimana hal ini merupakan indikator kemampuan komunikasi matematis (Umar, 2012). Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan mengkonstruksi ide, pikiran atau pendapat dalam memahami konsep dan prosedur, memecahkan masalah atau melakukan penalaran, mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan (Lateka, 2012). Sedangkan kemampuan matematis itu sendiri merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental, berfikir, menelaah, memecahkan masalah siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Sehingga kemampuan komunikasi matematis dapat dikatakan sebagai kemampuan atau kecakapan seorang dalam menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan atau situasi antara lain melalui lisan maupun secara tertulis. Kendatipun pentingnya kemampuan komunikasi matematika, kemampuan komunikasi matematis siswa terutama di SMP masih rendah. Hasil penelitian Fachrurazi, menyebutkan bahwa hanya 5% dari siswa Indonesia yang berhasil
5
benar dalam menjawab permasalahan yang menyangkut tentang kemampuan komunikasi matematis (Fachrurazi, 2011). Menurutnya, angka tersebut jauh di bawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang berhasil mencapai lebih dari 50%. Oleh karena itu, guru berusaha mengatasi hal tersebut dengan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah metode penemuan terbimbing, dimana dengan metode ini dominasi pembelajaran di kelas adalah dominasi siswa. Peran guru adalah sebagai fasilitator. Hal ini dikarenakan, metode penemuan terbimbing adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Selain itu, dalam mengaplikasikan metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, dimana guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Metode penemuan terbimbing ini merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented (Depdiknas, 2008). Jika siswa terlibat aktif dalam menemukan pola dan struktur matematika, siswa akan memahami konsep dan teorema lebih baik, ingat lebih lama dan mampu mengaplikasikannya ke situasi yang lain dan akan membawa siswa ingin mengetahui lebih lanjut hubungan pola dan struktur yang ditemukan dan mengurangi kecenderungan guru mendominasi proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing terpusat pada siswa sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa dapat berkembang dan meningkat (Markaban, 2008). Hasil wawancara dan observasi selama pembelajaran berlangsung berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Malang, menunjukkan bahwa beberapa guru matematika kurang memperhatikan kemampuan komunikasi matematis siswa dan pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center). Padahal pembelajaran matematika merupakan usaha membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui proses (Markaban, 2008).
6
Proses tersebut dimulai dari pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki. Mengingat akan pentingnya kompetensi komunikasi matematis bagi siswa, namun faktanya kompetensi ini belum memadai, maka perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang kemampuan komunikasi matematis siswa terutama siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Malang. 1.2 Rumusan Masalah Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menentukan rumusan masalah yang akan diteliti agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah. Apa saja yang akan diteliti harus dirumuskan terlebih dahulu sesuai dengan latar belakang masalah yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti juga menetapkan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut. a. Bagaimana komunikasi matematis lisan siswa berdasarkan tingkat kemampuan matematika melalui metode penemuan terbimbing pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP Negeri 26 Malang? b. Bagaimana komunikasi
matematis
tertulis
siswa
berdasarkan
tingkat
kemampuan matematika melalui metode penemuan terbimbing pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP Negeri 26 Malang? 1.3 Tujuan Penelitian Apabila melihat beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka diperlukan usaha-usaha untuk mengatasinya. Oleh karena itu sebelum seseorang melakukan penelitian maka harus menetapkan apa saja yang menjadi tujuan dalam penelitiannya. Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Metode Penemuan Terbimbing pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP Negeri 26 Malang” adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan komunikasi matematis lisan siswa berdasarkan tingkat kemampuan matematika melalui metode penemuan terbimbing pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP Negeri 26 Malang.
7
b. Mendeskripsikan komunikasi matematis tertulis siswa berdasarkan tingkat kemampuan matematika melalui metode penemuan terbimbing pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP Negeri 26 Malang. 1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti pada hakikatnya harus memiliki manfaat. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi siswa, guru dan peneliti. Manfaat penelitian diantaranya sebagai berikut. a. Manfaat bagi peneliti, penelitian ini menjadi tempat dan pengembangan diri untuk menuangkan ide atau gagasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar. b. Manfaat bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengetahui kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki dan melatih kemampuan untuk mengemukakan idenya dalam memecahkan masalah. c. Manfaat bagi guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui informasi tentang kemampuan komunikasi matematis siswanya dengan metode penemuan terbimbing pada materi bangun ruang sisi datar. d. Manfaat bagi peneliti selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya, agar lebih memperkaya bahan ajar yang bervariatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. 1.5 Batasan Masalah Menghindari kesalahpahaman dan penyimpangan arah dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri, maka dibuat batasan-batasan sebagai berikut. a. Responden penelitian ini diambil dari siswa kelas VIII-A SMP Negeri 26 Malang tahun pelajaran 2014/2015. b. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar yang meliputi: kubus dan balok.
8
1.6 Penegasan Istilah Guna menghindari adanya salah pengertian, maka istilah-istilah penting dalam penelitian ini perlu ditegaskan. Istilah-istilah dalam penelitian ini meliputi kemampuan, komunikasi matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan penemuan terbimbing. Berikut penegasan istilah-istilah tersebut. a. Kemampuan Kemampuan berasal dari kata “mampu” merupakan kesanggupan, kecakapan, kekuatan, serta kapasitas manusia untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan tertentu (Tania, 2013). b. Komunikasi matematis Komunikasi matematis merupakan suatu peristiwa saling berhubungan atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan yang berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas (Sulistyawan, 2010). c. Kemampuan Komunikasi Matematis Kemampuan Komunikasi Matematis merupakan kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkonstruksikan dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata atau kalimat, persamaan, tabel, sajian secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri (Herdiana, 2014). d. Penemuan Terbimbing Penemuan terbimbing adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran dimana tidak menyajikan dalam bentuk finalnya tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri pengetahuannya dengan bimbingan guru.