BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dieng merupakan kompleks pegunungan volkanik yang terdiri dari banyak
kerucut gunungapi dengan ketinggian 1500-2000 meter di atas permukaan laut (Andriana, 2007), panjang 14 km dan rerata lebar 6 km, serta medan solfatara yang luas (Neumann van Padang, 1951). Jajaran kerucut-kerucut gunungapi tersebut membentuk arah baratlaut-tenggara, dan terletak di baratlaut Gunungapi SindoroSumbing. Dalam Verstappen (2000), Dieng termasuk dalam kelompok gunungapi muda dengan kepundan-kepundan kecil yang aktif (Kuarter). Aktivitas vulkanik tersebut menyebabkan terbentuk berbagai bentuklahan, antara lain: kawah letusan (explosion craters), kawah melingkar berbatuan tuff (tuff-ring craters), kerucut scoria (scoria cones), gunungapi strato kecil (small strato volcano) dan aliran lava (lava flows). Berbagai proses geomorfologi akibat aktivitas kompleks Gunungapi Dieng adalah: letusan (eksplosif) dan efusif, letusan freatik, dan gas, di samping juga dijumpai fenomena sesar-sesar aktif akibat getaran letusan sebagai media aliran sulfatara, lumpur panas, atau gas-gas vulkanik lainnya (Verstappen, 2000). Danau Menjer sebagai danau kawah dengan dinding melingkar berbatuan tuff terdapat di bagian selatan kompleks Dieng, Gunungapi Bisma yang berbentuk seperti tapal kuda (horseshoe-shaped) merupakan gunungapi strato yang terletak di sebelah barat, sementara di bagian utara terdapat bentanglahan Telaga Merdodo, Pengilon, dan Telaga Warna sebagai telaga atau danau kawah (kaldera). Bentuk lahan kompleks Dieng terdiri dari kaki dan lereng gunungapi. Kompleks gunungapi Dieng merupakan salah satu kompleks gunungapi di Jawa Tengah yang disebut dengan kompleks Dieng Batur. Di tengah-tengah kompleks tersebut terdapat dataran tinggi yang disebut Plato Dieng. Keadaan relief dicerminkan oleh perbedaan ketinggian tempat yang bervariasi dari dataran tinggi primer, dataran 1
tinggi sekunder, dan dataran tinggi tersier (Tim Fakultas Geografi UGM, 2003). Dataran tinggi primer merupakan kompleks dataran dengan ketinggian rata-rata 2.090 meter di atas permukaan laut, yang terletak di sekitar Gunungapi Prau, Juranggrawah, dan Pangonan. Dataran tinggi sekunder adalah kompleks dataran dengan ketinggian rata-rata 1.950 meter di atas permukaan laut yang dikelilingi Gunungapi Nogosari, Pengamunamun, dan Gajah Mungkur. Dataran tinggi tersier merupakan kompleks dataran dengan ketinggian antara 1.630 - 1.773 meter di atas permukaan laut yang terletak antara Gunungapi Batur dan Pekasiran (Santosa, 2009). Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo merupakan daerah penghasil sayuran terbesar di Kabupaten Wonosobo (Anonim, 1998). Tanaman Kentang merupakan komuditas utama sayuran daerah tersebut. Adanya anggapan bahwa tanaman kentang lebih menguntungkan dibandingkan komuditas sayuran lainya, menjadi daya tarik dan mendorong petani setempat untuk terus memperluas areal pertanaman kentang. Banyak lahan baru dicetak dengan cara menggali bongkahan-bongkahan batu cadas yang menempel di lereng bukit dengan kemiringan 25-30o (Anonim, 2002). Meningkatnya aktivitas petani dalam memproduksi sayuran akan berpengaruh terhadap organisme tanah. Adanya pembukaan lahan dan pengolahan tanah akan menimbulkan perubahan lingkungan bagi organisme tanah, padahal kehadirannya mempunyai peran besar terhadap berbagai proses yang terjadi pada tanah misalnya proses dekomposisi, siklus karbon, dan agregasi tanah (Giller et al., 1997). Cara pengolahan tanah, pemakaian pupuk serta penggunaan pestisida sangat besar pengaruhnya terhadap kepadatan populasi organisme tanah (Ghabbour et al., 1985). Cara pengolahan tanah di Pegunungan Dieng tidak menggunakan teknik budidaya tanaman di daerah pegunungan sehingga tidak memperhatikan kaidah konservasi maka pembudidayaan komoditas kentang telah mengubah wajah Pegunungan Dieng. Selain itu pola bertanam dengan sistem guludan membujur searah lereng dan tidak melingkar bukit adalah tindakan yang dapat mempercepat 2
erosi. Eksploitasi lahan yang kurang memperhatikan upaya konservasi itu jelas akan merusak lingkungan Gambar 1.1. menunjukkan pola penanaman searah kemiringan lereng atau memotong kontur.
Gambar 1.1. Pola penanaman searah kemiringan lereng atau memotong kontur. Pencemaran tanah merupakan penurunan kualitas tanah yang disebabkan karena terjadinya perubahan lingkungan alami tanah. Perubahan tersebut biasanya disebabkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran yang terjadi di Pegunungan Dieng pada umumnya disebabkan oleh penggunaan pupuk yang berlebihan dengan dosis besar yang sering dilakukan oleh petani. Berdasarkan standar yang ditetapkan Departemen Pertanian (2007), pupuk yang digunakan untuk lahan pertanian kentang seharusnya adalah 20-30 ton/ ha pupuk kotoran ayam, 200-300 kg/ha pupuk urea, dan 200-250 kg/ha pupuk TSP, tetapi petani menggunakan pupuk melebihi ukuran normal menjadi 40 ton/ha pupuk kotoran ayam yang masih mentah, 500 kg/ha pupuk urea dan 300 kg/ha pupuk TSP. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan pencemaran tanah, 3
sehingga dampaknya berupa perubahan sifat fisika dan kimia tanah serta berkurangnya populasi binatang tanah. Penyebab pencemaran tanah di Pegunungan Dieng paling besar adalah penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida mempunyai pengaruh besar terhadap populasi organisme tanah. Pengaruh yang ditimbulkan dapat langsung berupa racun bagi organisme tanah atau secara tidak langsung berupa perubahan sifat fisika kimia tanah akibat residu pestisida yang terakumulasi dalam tanah (Sastrodihardjo et al., 1978). Dalam penelitian ini menggunakan organisme sebagai indikator tercemarnya tanah. Adapun organisme yang dikaji berupa cacing tanah (Pheretima sp.). Hal ini karena keberadaan cacing tanah dapat meningkatkan kandungan nutrisi pada tanah yang akan menyuburkan tanah. Populasi cacing tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah habitatnya, seperti kondisi suhu, kelembapan, pH, salinitas, aerasi, dan struktur tanah. Pencemaran tanah dapat menyebabkan cacing pada tanah mati. Selain itu, dalam penelitian ini hanya mengkaji ada tidaknya organisme tanah yang berupa cacing tanah di lahan pertanian tanaman kentang yang menggunakan pupuk dalam waktu lama (lebih dari 5 tahun) dengan lahan pertanian kentang yang baru menggunakan pupuk (kurang dari 5 tahun).
1.2.
Perumusan Masalah Lahan di Kecamatan Kejajar secara intensif lebih dimanfaatkan untuk
tanaman kentang dibandingkan dengan tanaman lainnya. Pada tahun 2010 terdapat 3.511 hektar lahan yang ditanami tanaman kentang, dengan kapasitas produksi setahunnya mencapai 507.851 kwintal per tahun. Angka tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan pada tahun 2009 yang luas lahan tanaman kentangnya seluas 2.474 hektar, dengan produksi sebanyak 377.682 kwintal per tahun. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa bercocok tanam tanaman kentang semakin meningkat dari tahun ke tahun (Suara Merdeka, 2011). 4
Perlakuan tanaman kentang yang dapat dikatakan berbeda dibandingkan dengan tanaman lain adalah mengenai pola penanaman, pengairan, serta pemupukannya. Pemupukan dan penggunaan pestisida yang berlebih seperti yang telah dijelaskan di atas akan menyebabkan tanah menjadi rusak. Kerusakan tersebut dapat berupa kimia, fisika, ataupun biologi tanah. Rusaknya kimia tanah disebabkan oleh penggunaan pupuk yang berlebih dan menyebabkan rusaknya keseimbangan unsur hara di dalam tanah. Selain itu, tanah akan kelebihan unsur hara (terutama N) yang akan menyebabkan sifat fisik tanah berupa struktur tanah juga akan terganggu. Penggunaan pupuk kandang dalam kondisi mentah secara berlebih akan membuat tanah sulit mengikat air, sehingga tanah akan semakin mudah terlindi dan menyebabkan tanah semakin mudah tererosi. Pemupukan di lahan pertanian Kecamatan Kejajar menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam dan urea serta berbagai macam pestisida dengan dosis tinggi. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam mengandung nitrogen paling tinggi bila dibandingkan pupuk kandang dari kotoran hewan lainya, yaitu 1 %. Pupuk urea (NH2-CO-NH2) mengandung nitrogen (N) sebesar 46 %. Kedua pupuk tersebut apabila terlalu banyak digunakan dan secara terus menerus berpengaruh kurang baik, karena mengandung nitrogen (N) yang tinggi. Penggunaan pupuk kandang yang mengandung nitrogen (N) tinggi akan menyebabkan penurunan kualitas tanaman karena menurunkan kadar karbohidrat dalam tanaman sebagai akibat adanya kompetisi antara penyusunan karbohidrat (pati, sukrosa, dan polifruktosa) dan penyusunan asam amino, yang dianggap penting untuk tanaman kentang, ketela, umbi-umbian, dan tanaman lain yang diharapkan produksi karbohidratnya tinggi. Pemberian N yang tinggi juga akan mengakibatkan tanaman mudah rebah terutama di bagian ruas menjadi lemah dan daya tahan tanaman terhadap penyakit menurun yang disebabkan karena sistem perakaran relatif menjadi lebih sempit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). 5
Ditinjau dari aspek biologi, pemberian pupuk yang mengandung nitrogen (N) tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur. Tumbuhnya jamur dalam tanah akan berakibat tanaman kentang mudah terserang penyakit jamur yang menyebabkan kentang cepat membusuk. Penggunaan pestisida dapat mengatasi masalah hama dan penyakit namun akan menimbulkan efek samping terhadap lingkungan apabila tidak digunakan secara bijaksana (Charlena, 2004). Dengan terganggunya sumber daya hayati dan lingkungan, maka akan menyebabkan berkurangnya tingkat populasi mikroorganisme tanah terutama dekomposer, sehingga akan berpengaruh terhadap berkurangnya bahan organik dalam tanah. Tanah yang kekurangan bahan organik akan menjadi lebih padat, sehingga dapat menghambat akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Berkurangnya unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman akan mengakibatkan rendahnya produktivitas tanaman itu sendiri (Fery, 1999). Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penting sebagai berikut : (1) Bagaimana pengaruh kerusakan lingkungan pada tanah pertanian akibat penggunaan pupuk anorganik dan organik terhadap sifat fisik dan kimia tanah dengan indikator cacing tanah di daerah penelitian? (2) Bagaimana keberadaan Cacing tanah sebelum dan sesudah 5 tahun pengelolaan tanah dengan pemupukan di daerah penelitian? (3) Bagaimana rumusan strategi pengelolaan lingkungan yang diterapkan pada tanah yang telah digunakan sebagai lahan pertanian kentang lebih dari 5 tahun di daerah penelitian?
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka peneliti merasa penting dilakukan penelitian dengan judul “Kajian Kerusakan Lingkungan pada Lahan Pertanian akibat Pemupukan”. Studi kasus di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
6
1.3.
Keaslian dan Batasan Penelitian Seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penelitian mengenai
kajian kerusakan lingkungan di Dataran Tinggi Dieng Wonosobo telah banyak dilakukan. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menjabarkan penelitian-penelitian terdahulu untuk dijadikan sebagai telaah pustaka sekaligus untuk mempertegas keaslian penelitian yang dilakukan kali ini. Penelitian-penelitian terdahulu mencakup penelitian yang dilakukan pada lokasi penelitian yang serupa dengan penelitian ini, serta penelitian pada kajian yang sama dengan lokasi yang berbeda. Penelitian terdahulu oleh Reni Andriana (2007) dilakukan di Kawasan Lindung Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini mengkaji kondisi lahan di dataran tinggi Dieng sebagai kawasan lindung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan data baik data primer maupun data sekunder yang kemudian dianalisis dan dievaluasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kondisi lingkungan dataran tinggi Dieng yang sangat jauh sebagai kawasan lindung karena kawasan lindung ini kondisi tutupan lahanya sangat buruk, vegetasi di kawasan lindung sangat jarang dan terlalu tingginya campur tangan manusia atas kerusakan kawasan lindung. Penelitian pada lokasi di sekitar kawasan Dataran Tinggi Dieng juga dilakukan oleh Retno Sri Rejeki (2008) yang mengkaji pengelolaan lingkungan pada Kawasan Sumbing-Sindoro, dimana kawasan ini merupakan kawasan dataran tinggi Dieng. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik sampling wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kondisi lahan di kawasan Sindoro-Sumbing sudah mengalami kerusakan dengan laju erosi yang mencapai 108,12 ton per hektar setiap tahunnya dengan tingkat bahaya erosi mencapai 11,26, dimana angka ini termasuk dalam kategori sangat tinggi. Kondisi kawasan Gunung Sindoro-Sumbing tersebut juga dipengaruhi oleh faktor social ekonomi dan budaya masyarakat setempat antara lain pola pengolahan lahan yang belum sesuai peruntukan dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai 7
pentingnya lingkungan sehingga peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan sangatlah rendah. Kurnia et al. (2000) melakukan penelitian mengenai teknik konservasi tanah di lahan budidaya sayuran pada dataran tinggi di Pulau Jawa. Pada penelitian ini dibuktikan teknik konservasi bedengan yang benar agar dapat diterima oleh petani dataran tinggi. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei langsung di dataran tinggi. Berdasarkan penelitian ini telah dibuktikan bahwa dengan teknik bedengan yang benar yang memotong arah lereng tidak mengurangi kuantitas hasil pertanian yang diperoleh. Sehingga diharapkan dengan penelitian ini petani dengan sendirinya berniat untuk mengubah pola tanam didataran tinggi. Penelitian berikutnya adalah kajian mengenai strukturr dan komposisi makrofauna tanah sebagai bioindikator
kesehatan tanah pada kasus sistem
penggunaan lahan di HTI Sengon. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi makrofauna tanah yang dapat digunakan sebagai bioindikator. Metode yang digunakan adalah metode survei langsung dan menggunakan data sekunder. Dalam penelitian ini makrofauna tanah sebagai bioindikator yang paling dominan adalah rayap (Reticulitermes sp.) dan Lundi putih (Phyllophaga sp.) Penelitian lainnya yang dapat digunakan sebagai telaah pustaka adalah kajian yang dilakukan oleh Novonty et al. (2009). Pada penelitian ini dikaji pencemaran pupuk kimia di 4 (empat) negara berkembang di ASEAN. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian disebutkan bahwa sebagian besar pemupukan kimia (nitrogen) tidak diserap oleh tanaman tetapi dilepaskan ke lingkungan yang tentunya akan mencemari lingkungan sekitar tanaman. Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.1. 8
Tabel 1.1.
Perbandingan Penelitian yang dilakukan Peneliti dengan Peneliti
Terdahulu No
1.
2.
3
4
5
P en eli ti , Ta hun, J udul
T ujuan Uta m a
R eni An dria na, 20 07 E va lu asi K awa san L in d ung D ata ran Tin gg i Die ng K a bu pa ten W o noso bo
M en ga na lisis d an m en ge valua si ko ndisi lin gku ng an fisik d an sosial e kono m i b ud aya m a syarakat di ka wasa n lind un g Die ng K ab up ate n W o no so bo
M eto de p en elit ian de skrip tif
R etno Sr i Rej eki , 2 00 8 K a jian P en ge lo la an L in gku ng an pa da K a wasa n G un un g S u mb ing -S ind oro
Un tu k m en gide nt ifikasi tin gkat kerusa kan lah an , m en ga na lisis te nt an g f akto rf akto r p en ye ba b ke rusa ka n lah an serta m ere ko m en da si p erb aika n p en ge lo la an K awa san G u nu ng S in do ro S um b in g
Te kn ik sa m plin g wa wa nca ra d an ob servasi
M en ge ta hu i p en ga ru h p en gg un aa n p up uk kim ia terh ad ap lin gku ng an
Th e f ou r co u ntries are e xp erien cin g rap id e co n om ic gro wth u nd er a tre me nd ou s po pu lation gro wth pre ssure tha t, wit h th e exce ptio n o f Ch ina, will co ntin ue with ou t leve ling of in a fo rese eab le fu ture
Se b ag ian be sar pe m upu kan nitrog en tid ak d isera p oleh ta nam a n t eta pi d ilep aska n ke ling kun ga n
M em bu ktikan tekn ik ko nservasi b ed en gan yan g be na r ag ar d ap at diterim a p eta ni d ata ran ting gi
P en era pa n te knik kon servasi seca ra lan gsun g di da ta ran ting gi
Tekn ik kon servasi ya ng dite ra pka n d i da ta ran t in gg i tida k m eng ura ng i kuan titas ha sil pe rtan ia n.
Id en tifika si m akrof au na ta na h
Id en tif ika si lan gsun g dan d ata seku nd er
M akrofa un a ta na h yang pa ling do mina n ada lah ra yap (Ret icu lite rme s sp .) d a n L un di pu tih (P hyllo ph ag a sp .)
O b se rvasi lan gsun g dan d ata seku nd er
Pe n urun an kep ad ata n p op ulasi cacing t an ah ya ng m e rupa kan in dikato r p en cem ara n t an ah diseb abka n oleh keru sakan sifat fisik da n kimia t an ah akibat pe ng gu na an pu pu k be rle bih.
V l adim ir et a l., 20 09 P e rba nd in ga n P o lu si P u pu k K im ia d i 4 (e mp a t) Ne ga ra B e rke m ba ng di A sia n
U ndan g Kur ni a dk k. , 2 00 0 Te kno lo gi K o nservasi Ta na h pa da B ud id aya S a yu ran D ata ran Tin gg i S ugi ya rto, 20 05 S t ru ktur dan K o mp osisi M a kro fa un a Ta na h S e ba ga i B ioind ika tor K e se h ata n T an ah p ad a Ka sus S ist em P e ng gu na an La ha n d i H TI Se ng on
M en gkaji p en garu h p en gg un aa n p up uk b erleb ih da n ke bera da an 6 o rg a nism e ta na h p ad a ta na h ya ng te la h d io la h < 5 ta hu n da n > 5 ta hu n S um be r : Telaa h P u st aka da n P e ru m usa n, 2 01 4 A m a llia P us pitas ar i, 2 01 3 K a jian B io ind ikat or P e ncem a ran Tan ah A kiba t P em u puka n
M e tode
Ha s il Ko n disi lin gku ng an da ta ra n t in gg i Dien g sa ng at ja uh da ri ka wasa n lind un g, de ng an lap isan o la h ya ng san gat tipis; ko ndisi tut up an la ha n san gat b uruk: t in gg in ya ca m pur ta nga n ma nu sia at as ke ru sakan kawa san lin du ng da tara n tin gg i Dien g. Ko n disi lah an di K a wasa n S ind oro Su m bing sud ah me ng alam i kerusa kan de ng an laju ero si ya ng m enca pa i 1 08 ,12 to n/h a/t ah un da n ting ka t ba ha ya e rosi m enca pa i 11 ,2 6 yan g te rm asu k pa da kat ego ri san gat t in gg i. K on disi ka wa san G un un g S in do ro S um bing te rse bu t ju ga d ip en ga ru hi oleh fakt or p en go la ha n la ha n serta fakt or so sia l eko no mi d an bud aya m asyaraka t se tem p at an ta ra la in po la pe ng olah an la ha n ya ng be lu m sesu ai p eru ntu kan nya, m asih kura ng nya pe ng eta hu an ma syaraka t ten ta ng pe nt ing n ya lin gkun ga n, serta ren da hnya pa rtisip asi m asyaraka t da la m p en ge lo la an ling kun ga n.
9
Berdasarkan telaah pustaka hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, baik ditinjau dari bidang kajian, lokasi maupun tujuan penelitian. Penelitian sebelumnya lebih banyak mengkaji kerusakan lingkungan kawasan dataran tinggi Dieng secara fisik dan sosial ekonomi serta budaya masyarakat yang merusak kawasan lindung tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan di 4 (empat) negara berkembang di ASIA membuktikan bahwa penggunaan pupuk N (nitrogen) yang berlebihan pada tanaman tidak akan banyak yang terserap tanaman tetapi sebagian besar masuk ke tanah dan merusak lingkungan. Berbeda dengan kajian – kajian sebelumnya, penelitian difokuskan pada keberadaan organisme tanah (cacing tanah) yang terpengaruh oleh penggunaan pupuk yang berlebihan. Sejauh ini, kajian yang demikian belum dilakukan di kecamatan Kejajar yang mengalami kerusakan lingkungan terutama kondisi lahan akibat penggunaan pupuk yang berlebihan.
1.4.
Tujuan Penelitian Berpijak pada topik dan rumusan masalah serta lingkup kajian penelitian yang
didukung oleh konsep teori yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji pengaruh penggunaan pupuk anorganik dan organik pada lahan pertanian terhadap kerusakan tanah melalui sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dengan indikator cacing tanah; (2) menentukan tingkat kerusakan tanah (pencemaran tanah) dengan bioindikator keberadaan organisme tanah (cacing tanah) pada lahan pertanian kentang yang telah diolah sebelum 5 tahun dan setelah 5 tahun sebagai indikasi terjadinya pencemaran akibat penggunaan pupuk anorganik dan organik berlebihan; (3) menyusun rumusan strategi pengelolaan lingkungan pada tanah yang telah digunakan sebagai lahan pertanian kentang setelah lebih dari 5 tahun.
10
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini berusaha mengkaji pengaruh pencemaran lingkungan tanah
akibat pemupukan yang berlebihan, keberadaan organisme tanah (cacing tanah) yang dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran tanah pada tanah yang telah digunakan sebagai lahan pertanian kentang sebelum 5 tahun dan setelah 5 tahun ditanami, dan strategi pengelolaan lingkungan untuk mengatasi tanah yang telah dijadikan lahan pertanian kentang selama lebih dari 5 tahun. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini yang diharapkan mempunyai manfaat: (1)
Bagi ilmu pengetahuan : Sebagai sumber referensi dan informasi yang dapat digunakan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya,
khususnya
yang
berkaitan
dengan
pencemaran tanah akibat pemupukan. (2)
Bagi pembangunan : Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah khususnya pengambil keputusan dalam upaya pengelolaan tanah di daerah penelitian.
11