2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) adalah tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain- lain. ( Hadi, M. 2004).
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas utama di Indonesia. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Berdasarkan data Ditjenbun 2012, menyatakan bahwa luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 8.992.824 ha dengan lahan sawit terbesar berada di provinsi Riau yang mencapai 2.103.175 ha dan produksi tandan buah segar sebanyak 36.809.252 ton per tahun. Luas area dan produksi diperkirakan akan terus dengan pembukaan lahan-lahan sawit baru, terutama di pulau Kalimantan dan Papua.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencakup 19 provinsi, diantaranya Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan provinsi yang mempunyai luas areal kelapa sawit terbesar kedua setelah Riau yaitu sekitar 17,53% dari total areal kelapa sawit nasional. ( Pahan, I.2008). Perkebunan kelapa sawit yang tersebar di Sumatera Utara dimulai dari pesisir pantai sampai ke dataran tinggi yang memiliki kesuburan tanah berbeda dimana pesisir pantai lebih subur daripada dataran tinggi. Kandungan kalium dalam kelapa sawit lebih besar di dataran tinggi daripada di pesisir pantai. Padahal, pesisir pantai memiliki kesuburan tanah yang baik daripada dataran tinggi. Akan tetapi, penyerapan air dan penyerapan nutrisi tanah, dan potensi air kelapa sawit dataran tinggi lebih baik daripada pesisir pantai. Itu disebabkan karena adanya tekanan air yang mempengaruhi kecepatan fotosintesis. ( Gerritsma, W. 1998 ).
3
Corley and Mork (1990) membuktikan bahwa kenaikan kandungan kalium dalam tanaman berhubungan dengan konfersi efisiensi cahaya. Mereka menganalisis fisiologi dalam 20 jenis kelapa sawit yang tumbuh di daerah subur di Malaysia. Selanjutnya Squire (1990) menemukan kenaikan kandungan kalium tersebut dalam tanaman berbanding lurus dengan kenaikan konfersi efisiensi cahaya. Itu disebabkan karena kekurangan ketananan stomata pada karbon dioksida sehingga meningkatkan kandungan kalium dalam larutan.
Kalium
berfungsi meningkatkan produksi karbohidrat, pembentukan protein dan kecepatan translokasi gula dan tepung yang disimpan dalam buah.
Perkembangan kebun kelapa sawit di Sumatera Utara diikuti dengan berdirinya berbagai industri pengolahan kelapa sawit. Dalam proses pengolahan kelapa sawit dari buah segar hingga minyak kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat berupa tandan kosong kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama yaitu sekitar 23% dari proses pengolahan kelapa sawit. Setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar akan dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sekitar 230 kg. Dalam sebuah pabrik jika kapasitas pengolahan 100 ton/jam dengan waktu operasi selama 6 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 132 ton tandan kosong kelapa sawit. (Fauzi Yan, 2012).
Komposisi kimia utama yang terdapat didalam tandan kosong sawit adalah lignin 22,60 %, pentosan 25,90 %, α selulosa 45,80%, holoselulosa 71,80%, pektin 12,85% ( Nuryanto, E. 2000 ). Kandungan unsur haranya juga bervariasi, secara umum dalam tandan kosong kelapa sawit mengandung K2O 30 %. Kalium dalam tandan kosong sawit telah menjadikan limbah ini mempunyai keuntungan karena dapat digunakan untuk mensubsitusi biaya pupuk kalium klorida (KCl). Pupuk kalium merupakan pupuk yang banyak diperdagangkan dan digunakan sebagai sumber dari kalium dioksida, yang dikenal sumber dari kalium. Walaupun sebenarnya pupuk kalium merupakan pupuk campuran kimia tertentu dan tidak murni mengandung kalium. ( Pahan, I. 2008 ). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik meneliti kadar kalium dalam tandan kosong kelapa sawit dengan perbedaan ketinggian dari permukaan air laut.
4
Penentuan kadar kalium dari tandan kosong kelapa sawit dilakukan dengan destruksi basah untuk menghindari oksida- oksida logam kalium menguap sehingga memberikan hasil yang baik (Vivianti, 2003). Pada penelitian ini metode yang dipilih adalah penetapan kadar kalium dengan menggunakan metode flame photometer. Flame photometer adalah alat spekroskopi emisi nyala dengan teknik analisis unsur berdasarkan emisi atom yang dieksitasi di dalam sebuah nyala dengan tekanan termal yang digunakan terutama baik sekali dan lebih sensitif untuk penentuan alkali dan alkali tanah. ( Galeh, E. W. 1960 ). Selain itu, flame photometer juga membrikan cara yang mudah dan baik untuk analisa kalium dan natrium karena merupakan unsur yang memiliki spektrum nyala yang mudah tereksitasi sehingga mudah dideteksi . ( Vogel, 1994)
1.2 Permasalahan
Penyebaran kelapa sawit di Sumatera Utara dari pesisir pantai sampai ke dataran tinggi yang memiliki kesuburan tanah, penyerapan air dan nutrisi, serta intensitas cahaya yang berbeda akan mempengaruhi kecepatan fotosintesa untuk pembentukan buah. Dalam hal ini, kalium berperan dalam proses fotosintesis. Perkembangan kebun kelapa sawit yang diikuti dengan semakin banyaknya didirikan pabrik kelapa sawit yang menghasilkan limbah padat berupa tandan kosong sekitar 23% dan mengandung kalium yang cukup tinggi sehingga perlu diteliti kadar kalium tandan kosong kelapa sawit dan mencari tahu bagaimana perbedaan kadar kalium tandan kosong kelapa sawit yang tumbuh dari daerah pesisir pantai sampai dataran tinggi.
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar kalium dalam tandan kosong kelapa sawit yang tumbuh di daratan dengan perbedaan ketinggian dari < 25-400 m dpl.
5
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar kalium yang terdapat pada tandan kosong kelapa sawit yang tumbuh di daratan dengan perbedaan ketinggian dari < 25-400 m dpl.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kadar kalium yang terdapat pada tandan kosong kelapa sawit yang tumbuh pada dataran yang berbeda kepada masyarakat dan pemerintah sehingga dapat memanfaatkan industri yang berwawasan lingkungan.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian untuk preparasi sampel dan destruksi basah dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan analisa kadar kalium dalam sampel dengan Flame Photometer di Laboratorium Analitik PT. PP LONSUM Perdagangan, Sumatera Utara.
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Laboratorium dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dan bersifat purposive. 2. Analisa sampel dilakukan pada tandan kosong kelapa sawit yang diambil secara acak tumbuh di daerah dengan perbedaan ketinggian dari permukaan air laut yaitu Kecamatan Datuk Bandar ( < 25 m dpl), Tanjung Balai; Kecamatan Meranti ( 50-100 m dpl ), Kisaran; Kecamatan Bosar
6
Maligas ( 150-200 m dpl ), Simalungun; Kecamatan Simarimbun ( 250300 m dpl ), Pematang Siantar; dan Kecamatan Sari Matondang (350-400 m dpl ), Sidamanik. 3. Sampel dipreparasi dengan menggunakan metode destruksi basah. 4. Penentuan kadar kalium sampel dengan alat flame photometer pada 𝜆spesifik 767,5 nm.
5. Kandungan logam kalium ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi.